Angelos Gogo Siregar - Tugas Sejarah Hukum Pembentukan Uu PPLH
Angelos Gogo Siregar - Tugas Sejarah Hukum Pembentukan Uu PPLH
2023
DAFTAR ISI
Daftar Isi ......................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 2
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 2
1.2. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 9
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 10
2.1 Ciri dan Karakteristik Tiap Perubahan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indonesia ........................................................................................................................... 10
2.2 Perubahan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Hingga Sekarang ... 16
BAB III KESIMPULAN .............................................................................................................. 37
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah lingkungan hidup pada mulanya merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa
yang terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat
pulih kemudian secara alami (homeostasi). Sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat
dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena kegiatan manusia
memberikan andil besar terhadap timbulnya faktor-faktor penyebab yang sangat signifikan
oleh menusia mempengaruhi keberadaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup bisa rusak,
tercemar dan bisa lestari kemampuan lingkungan hidupnya karena campur tangan manusia
dalam bentuk kegiatan dimana dapat berdampak positif dan berdampak negatif. Berdampak
Berdampak negatif bila yang dilakukan manusia tidak mewujudkan pelestarian kemampuan
lingkungan hidup. Tetapi justru menimbulkan lingkungan tidak bisa dipakai sesuai dengan
yang lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated)
akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaanya, dan begitu juga dengan
faktor proses masa atau jaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan
faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup. Persoalan
persoalan lingkungan hidup saat ini, seperti pencemaran, kerusakan sumber daya alam,
penyusustan cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan jenis-
jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala negatif yang
secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. Jadi, beralasan jika dikatakan, bila
2
ada permasalahan lingkungan hidup, maka disitu ada andil manusia. Masalah-masalah
lingkungan seperti pencemaran, banjir, tanah longsor, gagal panen karena hama, kekeringan,
punahnya berbagai spesies binatang langka, lahan menjadi tandus, gajah dan harimau
(preventive) dan penanggulangan (repressive) yang dilakukan untuk itu, tidak akan efektif jika
hanya ditangani dengan paradigma fisik, ilmu pengetahuan dan teknologi, atau ekonomi.
Faktor-faktor tersebut, paradigma solusinya harus pula melibatkan semua aspek humanistis.
Maka dalam hal ini, peran ilmu-ilmu humaniora seperti sosiologi, anthropologi, psikologi,
hukum, keshatan, religi, etologi, dan sebagainya sangat strategi dalam pendekatan persolan
lingkungan hidup.1
Rumusan tentang lingkungan hidup sebagaimana RM. Gatot P. Soemartono mengutip pendapat
para pakar sebagai berikut : “secara umum lingkungan diartikan sebagai segala benda, kondisi,
keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan mempengaruhi hal
yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa
sangat luas, namun praktisnya dibatasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat
dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor soasial dan
lain-lain.”2
Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali
makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti udara yang terdiri atas
bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati
makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup inilah dinamakan lingkungan hidup. Secara
yuridis pengertian lingkungan hidup pertama kali dirumuskan dalam UU No. 4 Tahun 1982
1
N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta : Erlangga, 2004) hlm.2
2
RM Gatot Soemartono,Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991) hlm.14
3
(disingkat UULH-1982) tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang kemudian dirumuskan kembali dalam UU No. 23 Tahun 1997 (disingkat UUPLH-1997)
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan terakhir dalam UU No. 32 Tahun 2009 (disingkat
sebelumnya yaitu tidak hanya untuk menjaga kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain, tetapi juga kelangsungan alam itu sendiri. Jadi sifatnya tidak
Berdasarkan hal diatas maka untuk mengatur lingkungan hidup agar baik dan dapat menjaga
Lingkungan Hidup yang akan dibahas mengenai perjalanan sejarahnya dan juga bagaimana
dalam beberapa fase-fase hingga saat ini. Dimana secara spesifiknya ada 3 fase dalam
perkembagannya yaitu zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan saat ini yang
mengalami beberapa perubahan. Adapun hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut yakni sebagai
berikut:
Pertama kali peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup pada
ordonnatie (Stbl 1961 No. 157) yang dikeluarkan di Bogor oleh Gubernur Jenderal Idenburg
pada tanggal 29 Januari 1916. Ordonasi ini mengatur tentang peraturan umum dalam rangka
melakukan periklanan siput mutiara, kulit mutiara, teripang dan bunga karang dalam jarak tidak
lebih dari tiga mil laut Inggris dari pantai-pantai Hindia Belanda. Berikutnya secara kronologis
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pada zaman Hindia Belanda seperti termuat
4
dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Lingkungan Hidup yang disusun
oleh Panitia Perumus dan Rencana Kerja bagi Pemerintah di bidang Pengembangan
Lingkungan Hidup yang diterbitkan pada tanggal 5 Juni 1978 adalah sebagai berikut:3
melindungi keadaan ikan. Yang diterbitkan pada tanggal 26 Mei 1920. Ordonasi lain
dibidang perikanan adalah Kustvisscherijordonantie (Stbl. 1927 No. 144) berlaku sejak
b. Hinderordonantie (Stbl. 1926 No. 226 yang diubah / ditambah, terakhir dengan Stbl.
1940 No. 450), yaitu ordonasi Gangguan. Ordonasi ini sangat penting bagi lingkungan
hidup, yang mana dalam pasal 1 ditetapkan larangan mendirikan tanpa ijin tempat –
tempat usaha yang perincian jenisnya disebutkan, yang meliputi 20 jenis perusahaan.
c. Dierenbeschermingsordonantie (Stbl. 1931 No. 134), yang mulai berlaku tanggal 1 Juli
1931 untuk seluruh wilayah Hindia Belanda yaitu ordonasi tentang perlindungan satwa
d. Jachtordonantie (Stbl. 1940 No. 733), tentang perburuan yang berlaku untuk Jawa dan
Madura sejak tanggal 1 Juli 1940. Ordonasi ini mencabut ordonasi sebelumnya yang
perlindungan alam. Ordonasi ini mencabut ordonasi sebelumnya yang termuat dalam
f. Stadvormingsordonantie (Stbl. 1948 No. 168) yaitu tentang pembentukan kota, yang
mulai berlaku pada tanggal 23 Juli 1948. Berbagai ordonasi tersebut diatas telah
3
Kusnadi Hardjasumantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989) hlm.90-
92
5
2. Zaman Penjajahan Jepang
Pada waktu zaman pendudukan Jepang, hampir tidak ada peraturan perundang-undangan
yang dikeluarkan, kecuali Osamu S. Kanrei No. 6, yaitu mengenai larangan menebang
pohon aghata, alba dan balsem tanpa ijin Gunseikan. Pohon aghata, alba dan balsem,
kayunya ringan dan sangat kuat, digunkan oleh Jepang sebagai bahan baku pembuatan
pesawat peluncur (gliders) dan pesawat peluncur pada waktu pendudukan Jepang. 4
3. Zaman Kemerdekaan
Bahwa pada zaman kemerdekaan Indonesia, pembinaan lingkungan hidup secara konkrit
Bidang Pembinaan Hukum dan Aparatur dalam Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan
Hidup (Pokja Hukum). Fungsi dari Pokja hukum yakni menyusun rancangan peraturan
sumber alam dan lingkungan hidup dimana hasil karya pokja tersebut merupakan konsep
Setelah mengalami pembahasan dan saran berbagai pihak bulan Maret 1981 RUU
tersebut disempurnakan oleh suatu tim kerja Kantor Menteri Negara PPLH. Perbaikan
konsep RUU hasil tim kerja tersebut kemudian diajukan ke forum antar departemen tanggal
16 s.d. 18 Maret 1981 untuk dibahas dan memperoleh persetujuan dari menteri yang
4
Dr. Rochmani, S.H., M.Hum, Hukum Lingkungan dan Penegakan Hukum, (Semarang: Pustaka Magister,2018)
hlm.37
6
hidup berhasil diajuka kepada siding DPR bulan Januari 1982 sebelum masa reses
menghadapi pemilihan umum, yaitu dengan Surat Presiden No. R.01/PU/I/1982 tanggal 12
Pada tanggal 2 Februari 1982 diadakan pandangan umum para anggota DPR dari semua
fraksi dan juga dihadiri Meneri Negara PPLH dimana hasil rapat tersebut diberikan
jawaban pemerintah pada tanggal 15 Februari 1982 oleh menteri Negara PPLH.
Pembahasan tingkat III diadakan pada tanggal 17 Februari 1982 oleh panitia khusus DPR
(Pansus DPR) pada tanggal 17-20 Februari 1982 semua peserta pansus dikonsinyasi untuk
membahas secara intensif RUUPPLH. Dengan sistem kerja nonstop tersebut dalam waktu
Pada tanggal 25 Februari 1982 RUULH yang telh dirumuskan kembali oleh PANSUS DPR
diajukan ke siding pleno DPR, yang dengan aklamasi menetapkan Undang-undang tentang
Februari 1982 Menteri Negara PPLH melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan
Akhirnya, pada tanggal 11 Maret 1982 Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang
presiden dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 No.
12, TLN RI No. 3215. Kemudian, pada tanggal 19 September 1997, UULH disempurnakan
5
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. (Surabaya: Airlangga
6
Ibid, hlm.182
7
Lingkungan Hidup yang disingkat UUPLH. UUPLH diundangkan dalam LNRI Tahun
Selanjutnya karena Undang-undang yang lama yaitu UU No. 4 tahun 1982 dan UU No. 23
tahun 1997 belum bisa mengatasi berbagai masalah lingkungan hidup di 40 Indonesia maka
pada tanggal 3 Oktober 2009 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup (LN. 2009 No. 140, UUPPLH).
Dengan keluarnya UU nomor 32 Tahun 2009, maka UU Nomor 23 tahun 1997 dicabut dan
Maka dari uraian diatas, secara urut dan diringkas berbagai peraturan perundang-undangam
“UULH”);
Lingkungan Hidup (LN. 2009 No. 140) (selanjutnya disingkat yaitu “UUPPLH”);
7
Ibid
8
Dr. Rochmani, S.H., M.Hum, Op.Cit, hlm.39-40
9
Ibid, hlm.37
8
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja(selanjutnya disingkat
Berdasarkan dari daftar peraturan diatas, maka penulis akan membahas mengenai
mulai dari undang-undang tentang lingkungan hidup yang pertama sampai undang-
Bahwa dengan adanya pembahasan diatas, sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa
implementasi UU No. 4 tahun 1982 dan UU No. 23 tahun 1997 mengenai Lingkungan
sehingga dibentuknya UUPPLH No.32 Tahun 2009. Melalui hal tersebut maka penulis
9
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia
spesifik telah diubah sebanyak 3 (tiga) kali hingga sampai saat ini yakni UUPPLH No.32
Tahun 2009. Melalui hal tersebut, maka penulis akan menjabarkan mengenai perubahan
RUU Lingkungan Hidup telah dimulai pada tahun 1976 dan ditingkatkan dengan
dibentuknya Kelompok Kerja pembinaan Hukum dan Aparatur dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup dalam bulan maret 1976 oleh Menteri Negara
Pengawasan Pembangunan dan lingkungan Hidup (Men. Neg PPLH). Alasan dibuat dan
i. Di dalam Repelita III, Bab 7 tentang “Sumber Alam dan lingkungan Hidup” tertera
tentang masalah lingkungan. Hal ini berarti bahwa pemerintah berkewajiban untuk
Repelita III.
ii. Peraturan perundang-undangan yang ada kurang memuat segi lingkungan hidup.
10
umum selaku “penderita kerusakan lingkungan potensial”. Maka perlu dikembangkan
bertahap yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh
rakyat serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya.
iv. Arah pembangunan jangka panjang tertuju kepada pembangunan manusia Indonesia
GBHN.10
dapat dilihat bahwa sifat dan ciri dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 hanya
menonjolkan dua macam segi yakni dalam undang-undang ini hanya memberikan pengaturan
secara garis besar dalam pokok pokoknya saja, sedangkan aturan lebih terperinci diatur dalam
Lingkungan hidup secara keseluruhan, akan tetapi hanya mengatur segi pengelolaan
Lingkungan hidup.11
Dengan demikian semua peraturan perundang-undangan tersebut di atas dapat dalam satu
sistem hukum lingkungan Indonesia dimana dalam undang-undang disusun untuk dapat
10
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2002)
hlm.62-63
11
Ketut Meta, Perspektif Historis dan Perbandingan Pengaturan Masalah Lingkungan Hidup di Indonesia, Jurnal
11
perundang-undangan tentang lingkungan hidup lainnya yang mana dijelaskan bahwa sifat
Undang-Undang Lingkungan Hidup yang disusun itu secara khusus memberikan arah dan ciri-
ciri bagi semua jenis tata pengaturan lingkungan hidup yang perlu dituangkan dalam bentuk
Berdasarkan dari hal tersebut, maka ciri dan karakteristik UULH yang dibuat sebagai pionir
1) UULH merupakan undang-undang nasional yang pertama tentang lingkungan hidup yang
didasarkan atas konsepsi lingkungan hidup yang modern karenanya ia harus berperan sebagai
tersebut merupakan batu pertama untuk nantinya akan dibangun suatu hukum Lingkungan
Nasional Indonesia.
2) UULH merupakan suatu undang-undang yang benar-benar didasarkan pada konsepsi ilmiah,
sehingga ada yang menyebutnya sebagai prinsip-prinsip ekologi yang diundangkan, karena itu
untuk memahami undang-undang ini secara baik perlu diketahui secara umum dasar tentang
3) UULH mengatur tentang masalah pengelolaan lingkungan secara garis besarnya saja,
sehingga sifatnya masih belum operasional agar supaya undang undang ini benar benar efektif
pelaksanaannya.
4) UULH harus dianggap buah sebagai konsep yang final karena ia tidak luput dari berbagai
kekurangan dan kekurangannya itu akan bertambah tampak dengan berjalannya kurun waktu.
12
Arief Nurdua, Hukum Lingkungan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993) hlm.2
12
Usaha kearah penyempurnaan undang-undang ini harus selalu terbuka setiap saat bilamana
5) UULH yang berfungsi sebagai ketentuan payung untuk beberapa saat akan dikaitkan dengan
sejumlah peraturan hukum mengenai lingkungan yang berlaku sekarang yang berasal dari
zaman penjajahan maupun yang dibuat oleh pemerintah kita, oleh karena itu untuk sekian lama
perlu dilakukan usaha sinkronisasi berbagai peraturan yang ada terhadap UULH dengan catatan
bahwa bilamana ketentuan yang ada bertentangan atau kurang cocok harus dikesampingkan
yang mana masalah lingkungan hidup perlu diperhatikan mengingat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk itu kebijaksanaan nasional dalam
(UUPLH)
Sebagaimana UULH mengatur mengenai lingkungan hidup, ternyata masih banyak hal yang
harus diperbaiki dan masih terdapat banyak kelemahan dalam pelaksanaanya sehingga
undang ini diundangkan pada tanggal 19 September 1997, terdiri atas beberapa bab dan pasal,
antara lain:13
• Bab 1: tentang Ketentuan umum, terdiri dari dua pasal, yaitu pasal 1, dan 2.
• Bab 2: Asas, Tujuan, dan sasaran, terdiri dari dua pasal, yaitu pasal 3, dan 4.
• Bab 3: Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat, terdiri dari tiga pasal, yaitu pasal 5, 6,
dan 7.
13
Ketut Meta, Op.Cit, hlm.71
13
• Bab 4: Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdiri dari enam pasal, yaitu pasal
• Bab 5: Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup, terdiri empat pasal, yaitu pasal 14,15, 16,
dan 17.
• Bab 6: Persyaratan Penataan Lingkungan Hidup, terdiri dua belas pasal, yaitu pasal 18,
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 29.
• Bab 7: Penyelesain Sengketa Lingkungan Hidup, terdiri sepuluh pasal, yaitu pasal30,
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39.
• Bab 9: Ketentuan Pidana, terdiri dari delapan pasal, yaitu pasal 41, 42, 43, 44, 45, 46,
• Bab 10: Ketentuan peralihan, terdiri atas satu pasal, yaitu pasal 49.
• Bab 11: Ketentuan Penutup, terdiri atas tiga pasal, yaitu pasal 50, 51, dan 52.
Pada tanggal 3 Oktober 2009 telah diudangkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup (LN. 2009 No. 140, UUPPLH).
Dengan keluarnya UU nomor 32 Tahun 2009, maka UU Nomor 23 tahun 1997 dicabut dan
14
Rahmadi Takdir, Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) hlm.55
14
• Menurut pasal 4 UU PPLH perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi
lingkungan hidup tingkat nasional, tingkat pulau/ kepulauan, dan tingkat wilayah
hidup, yaitu untuk memperoleh data dan sumber daya alam yang meliputi: 1) Potensi
Pengelolaan, 5) Bentuk kerusakan, 6) Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat
pengelolaan.
UU CIPTAKER terdiri atas 15 bab dan dan 186 pasal. Dalam undang-undang tersebut juga
15
2.2 Perubahan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Hingga Sekarang
progresif dimana hal tersebut terbukti dari pergantian bahkan pencabutan dari UULH pada
tahun 1982 dan UUPLH pada tahun 1997 dimana pesatnya perkembangan tersebut
membuat pemerintah harus membuat suatu regulasi yang baru yakni produk terakhir ialah
UU Nomor 32 Tahun 2009. Berdasakan hal tersebut maka terdapat pertimbangan dari
pemerintah dimana penulis melihat apa alasan yang melatarbelakangi perubahan tersebut
baik secara materiil maupun formiil. Berdasarkan hal tersebut maka penulis melihat ini dari
Lingkungan Hidup (LN. 1997 No. 68, UUPLH) pada tanggal 19 September 1997, maka
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah
sebagai berikut:15
1) Bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan yang maha Esa
kepada rakyat dan bangsa indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala
2) Bahwa dalam rangka mendaya gunakan sumber daya alam untuk memajukan
kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam undang-undang Dasar 1945 dan untuk
15
Dr. Rochmani, S.H., M.Hum, Op.Cit, hlm.39
16
yang terpadu menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum
global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup;
pengelolalaan lingkungan hidup (lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan
6) Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a, b, c,d, dan e di atas perlu
implementasi dari UUPLH sudah tidak relevan dan perlu ada pergantian kembali dimana hal
tersebut menjadi poin kritis dari para ahli hukum dimana mereka menganalisis apa saja yang
menjadi kekurangan dari UULH dan mengingat ini adalah kebutuhan untuk kesejahteraan
17
(UULH) menurut A.Sonny Keraf dimana beliau menjelaskannya menjadi 9 poin yakni sebagai
berikut:16
1. Disadari oleh berbagai pemangku kepentingan bahwa UU No. 23 tahun 1997 tentang
lingkungan hidup yang semakin parah. Permasalahan lingkungan hidup global maupun
nasional sudah sedemikian parah dengan ditandai oleh berbagai bencana dan krisis yang
dialami di bebagai belahan dunia maupun di seluruh Indonesia, yang dari tahun ke
tahun justru semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun magnitude dengan
tingkat kerugian harta benda dan korban jiwa yang sangat besar. Berbagai krisis dan
bencana lingkungan hidup terjadi karena perilaku buruk yang tidak peduli terhadap
nomor 23 tahun 1997. Hal ini menyadarkan perlunya undang-undang yang lebih rinci,
lebih jelas dan tegas pengaturannya serta lebih menjamin adanya kepatuhan terhadap
undang-undang tersebut.
lagi mampu menangani dan mengatasi segala permaslahan lingkungan hidup. Hal ini
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 tahun 1997 sangat terbatas. Keterbatasan ini
terletak pada proses penegakan hukum diserahkan sepenuhnya kepada aparat penegak
hukum, dalam hal ini polisi dan jaksa. KNLH sendir hanya sebagai unsur penunjang
16
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010) hlm.242-249
18
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolalaan Lingkungan Hidup tidak
Lingkungan Hidup lahir pada masa ketika belum berlaku otonomi daerah. Ketika UU
Nomor 23 tahun 1997 lahir seluruh kewenangan pemerintah masih terpusat pada
otonomi daerah pada tahun 2001, sebagian besar urusan pemerintah telah
demikian diperlukan undang-undang baru yang mengatur secara lebih rinci dan tegas
pemerintah kabupaten/kota.
UUD 1945. dalam amandemen UUD 1945, telah diakui dan dicantumkan pada pasal
28 H ayat (1) bahwa lingkungan hidup adalah hak asasi manusia, isi pasal tersebut
adalah: : „setiap orang berhak ...mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat...”.ini berararti bahwa lingkungan hidup sudah merupakan tuntutan dasar sebagai
hak asasi anusia. Hal tersebut sesuai dengan alinea ke-4 pembukaan UUD 1945
dan tumpah darah Indonesia”, perlindungan tidak hanya dari segi pertahanan keamanan
melainkan juga perlindungan dari bahaya krisis dan bencana lingkungan hidup. Lebih
dari itu, secara konstitusioanl, visi pembangunan berkelanjutan telah diakui dan
diadopsi dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945: “perekonomian nasional diselenggarakan
19
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Isi undang-undang tersebut
Pengelolalaan Lingkungan Hidup yang dibuat sebelum amandemen UUD 1945 tidak
lagi sesuai dengan amanat fundamental konstitusional UUD 1945 yang telah
baru, yang lebih mengakomodasi dan sejalan dengan amanat konstitusi. Undangundang
mengisyaratkan bahwa lngkungan hidup merupakan hak asasi setiap warga negara dan
5. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa lingkungan hidup hingga kini belum menjadi
arus utama kebijakan dan program pembangunan di Indonesia. Hal ini mengharuskan
bahwa pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup perlu diintegrasikan sejak dalam
6. Lingkungan hidup merupakan salah satu isu global yang paling banyak menyita
perhatian selain hak asasi manusia dan demokrasi. Ini perlunya perangkat peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang jauh lebih ketat dan serius
dengan kepastian penerapan yang lebih kuat, baik pada tataran formal isi undang-
1997 tentang Pengelolalaan Lingkungan Hidup dipandang tidak lagi memadai untuk
20
8. Dalam rangka memastikan terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik di
bidang lingkungan hidup, diperlukan jaminan kepastian hukum yang lebih jelas dan
tegas yang diatur di dalam undang-undang tentang lingkungan hidup. Demikian juga
penegakan hukum yang lebih besar dan jelas bagi KNLH dalam menerapkan dan
belum dilihat sebagai mempunyai nilai pada dirinya sendiri, yang karena itu menuntut
kewajiban dan tanggung jawab moral serta dukungan penegakan hukum yang kuat.
bahwa lingkungan hidup juga mempunyai arti bagi dirinya sendiri dan manusia bukan
pusat dari alam semesta ini. Menghindari pemikiran bahwa lingkungan hidup hanya
untuk memenuhi kepentingan manusia saja. Dari hal tersebut perlu undang-undang
terdapat dalam UU 10/2004 sehingga tidak dengan serta merta menyebabkan Undang-
21
Undang tersebut batal sehingga Majelis Hakim memberikan waktu 2 (dua) tahun
dihapus di UU CIPTAKER.
Dengan beberapa poin penjelasan tersebut, maka dapat dilihat perubahan yang ada dari
UUPPLH yang diatur dalam UU CIPTAKER. Namun, karena masih adanya revisi dan
waktu yang diberikan berdasarkan putusan MK, maka penulis tidak akan melanjutkan
penelitian lebih lanjut dari UU CIPTAKER dan masih berfokus kepada UUPPLH
Nomor 32 Tahun 2009 dimana ketentuan materiil maupun formiil yang masih berlaku
17
Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Medan Area, https://mh.uma.ac.id/point-perubahan-uu-
lingkungan-hidup/, diakses pada tanggal 27 Februari 2023 pada pukul 08.49 WIB
22
Bahwa berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat dalam matriks mengenai bagaimana secara praktis perubahan-perubahan yang terjadi
dari Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup baik dari UULH, UUPLH dan UUPPLH. Berikut tabel yang dimuat yakni sebagai berikut:
BAB UU NO. 4 TAHUN 1982 UU NO. 23 TAHUN 1997 UU NO. 32 TAHUN 2009 ANALISIS
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM - BAB I pada UU No. 4 Tahun
PENGERTIAN: PENGERTIAN: PENGERTIAN: 1982 dan UU No 23 Tahun 1997
- LH - LH - LH terdiri dari 2 pasal yaitu tentang
- Pengelolaan LH - Pengelolaan LH - Perlindungan dan pengelolaan ketentuan umum dan ruang
- Ekosistem - Pembangunan berkelanjutan LH lingkup lingkungan hidup.
- Daya dukung lingkungan - Ekosistem - Pembangunan berkelanjutan Sementara UU No. 32 Tahun
- Sumber daya - Pelestarian fungsi LH - Rencana perlindungan dan 2009 hanya terdiri dari satu pasal
- Baku mutu lingkungan - Daya dukung LH pengelolaan LH yang hanya memuat tentang
- Pencemaran lingkungan - Pelestarian daya dukung LH - Ekosistem ketentuan umum, sedangkan
- Perusakan lingkungan - Daya tampung LH - Pelestarian fungsi LH ruang lingkup dimuat pada BAB
I - Dampak lingkungan - Pelestarian daya tamping LH - Daya dukung LH II
- AMDAL - Sumber daya - Daya tampung LH
- Konservasi SDA - Baku mutu LH - SDA - UU No. 4 Tahun 1982
- LSM - Pencemaran LH - KLHS menekankan bahwa pengelolaan
- Pembangunan berwawasan- Kriteria baku kerusakan LH - AMDAL LH langsung dikelola oleh pusat,
lingkungan - Perusakan LH - UKL/UPL sedangkan UU No. 32 tahun
- Menteri - Konservasi SDA - Baku mutu LH 2009 sudah mulai menjelaskan
- Limbah - Pencemaran LH tentang peran dan wewenang
LINGKUNGAN DIKELOLA - Bahan berbahaya dan beracun - Kriteria baku kerusakan LH pengelola pusat, daerah, hingga
OLEH PUSAT - Limbah bahan berbahaya dan - Perusakan LH masyarakat
beracun - Kerusakan LH
23
- Sengketa LH - Konservasi SDA - UU No. 32 tahun 2009 juga
- Dampak LH - Perubahan iklim terlihat lebih sempurna
- AMDAL - Limbah dibandingkan UU sebelumnya,
- Organisasi LH - B3 karena menambahkan poin
- Audit LH - Limbah B3 tentang perlindungan, rencana
- Orang - Pengelolaan limbah B3 perlindungan, pengelompokkan
- Menteri - Dumping limbah, dan melibatkan kearifan
- Sengketa LH lokal. Poin-poin tersebut sangat
RUANG LINGKUP - Dampak LH penting, dan tidak ada pada UU
LINGKUNGAN HIDUP - Organisasi LH sebelumnya
- Audit LH
- Ekoregion - BAB II pada UU No 4 Tahun
- Kearifan lokal 1982 hanya mengandung poin
- Masyarakat hukum adat asas dan tujuan, UU No. 23
- Setiap orang Tahun 1997 menambahkan
- Instrument ekonomi LH sasaran LH, dan UU 32 tahun
- Ancaman serius 2009 mengganti sasaran menjadi
- Izin usaha dan atau kegiatan ruang lingkup
- Pemerintah pusat - UU No. 4 tahun 1992 hanya
- Pemerintah daerah menjelaskan tentang
- Menteri pembangunan berwawasan
ASAS, TUJUAN DAN ASAS, TUJUAN DAN RUANG lingkungan, UU No. 23 tahun
ASAS DAN TUJUAN
SASARAN LINGKUP 1997 mulai mengatur tentang
Pembangunan berwawasan Penyelenggaraan dan sasaran Pengelolaan oleh Negara siapa penyelenggara dan sasaran
II lingkungan pengelolaan LH mengedepankan asas kelestarian, pengelolaan lingkungan hidup,
bekerja sama dengan pemerintah dan UU No. 32 Tahun 2009
daerah sebagai wilayah otonom, menjelaskan lebih rinci tentang
mengedepankan peran kearifan
24
lokal, dan mengikutsertakan struktur pengelolaan dan pihak-
masyarakat dalam berpartisipasi pihak yang terkait.
menuju tata kelola yang baik.
- UU No. 4 Tahun 1982 BAB III
HAK, KEWAJIBAN DAN HAK, KEWAJIBAN DAN menjelaskan bahwa masyarakat
PERENCANAAN
WEWENANG PERAN MASYARAKAT hanya berhak mendapatkan LH
- Setiap orang berhak atas LH - Setiap orang berhak Tahapan perencanaan, yang baik dan sehat, tetapi pada
yang baik dan sehat dan memperoleh informasi LH dan perlindungan dan pengelolaan LH UU 23 Tahun 1997 BAB III
berkewajiban untuk menjaga berperan dalam pengelolaan dimulai dengan penetapan wilayah menjelaskan bahwa masyarakat
LH LH. Setiap orang berkewajiban ekoregion sampai kepada juga berhak memperoleh
- SDA dikuasai sepenuhnya oleh memelihara kelestarian LH peraturan dan tahap penyususan informasi LH, berperan
III negara untuk kesejahteraan dan memberikan informasi RPPLH langsung dalam pengelolaan LH.
rakyat yang akurat tentang Poin yang sama juga dijelaskan
pengelolaan LH pada UU No. 32 Tahun 2009
- Masyarakat diberikan tentang hak masyarakat, terdapat
kesempatan untuk berperan pada BAB X, dimana pada BAB
dalam pengelolaan lingkungan X judulnya telah disempurnakan
hidup menjadi HAK, KEWAJIBAN
PERLINDUNGAN WEWENANG DAN LARANGAN. Pada UU
PEMANFAATAN
LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN LH ini, hak masyarakat meliputi hak
- Perlindungan SDA nonhayati, - SDA dikuasai oleh Negara Pemanfaatan SDA dilakukan untuk mendapatkan LH yang
hayati, buatan, perlindungan untuk kesejahteraan berdasarkan RPPLH baik, mendapatkan informasi,
IV cagar budaya, LH ditetapkan masyarakat dan diatur oleh termasuk mengajukan
dalam perundang-undangan Pemerintah pusat. keberatan.
- Setiap rencana yang diperkiran - Pengelolaan LH tingkat
berdampak, harus dilengkapi nasional dilakukan secara - UU No 4 Tahun 1982
dengan AMDAL yang terpadu oleh perangkat menegaskan bahwa SDA kuasai
25
pelaksanaannya diatur oleh kelembagaan yang sepenuhnya oleh negara
pemerintah pusat. dikoordinasi seorang menteri. berdasarkan wewenangnya,
- Dalam pelaksanaan tanpa melibatkan masyarakat.
pengelolaan LH, pemerintah
pusat dapat menyerahkan - Pada UU No 23 Tahun 1997,
sebagian urusan kepada wewenang pengelolaan dipisah
pemerintah daerah menjadi di BAB IV.
urusan rumah tangganya.
KELEMBAGAAN PELESTARIAN FUNGSI LH PENGENDALIAN - UU No. 32 Tahun 2009 tidak
- pengelolaan tingkat nasional - Setiap usaha dan atau kegiatan - Tujuan, jenis, dan penanggung membahas tentang hak,
dilakukan secara terpadu oleh dilarang melanggar baku mutu jawab pengendalian kewajiban, wewenang dan peran
perangkat kelembagaan yang telah ditetapkan pencemaran masyarakat, tetapi tentang
dipimpin seorang menteri - Setiap rencana yang diperkiran - Instrumen pencegahan perencanaan pengelolaan, mulai
- pengelolaan secara sektoral berdampak, harus dilengkapi pencemaran dari penetapan ekoregion hingga
dilakukan oleh departemen/ non dengan AMDAL yang - Pembuat KLHS : pemerintah penyusunan RPPLH. Tugas dan
departemen, sedangkan pelaksanaannya diatur oleh dan pemerintah daerah wewenang dibahas pada BAB
pengelolaan di daerah dilakukan pemerintah pusat. - Kajian KLHS IX.
oleh pemerintah daerah dan LSM - RTRW wajib berdasarkan
V - UU No 4 Tahun 1982 BAB IV
berperan sebagai penunjuang KLHS
kegiatan pengelolaan LH. - Baku mutu (indikator, jenis menekankan perlunya AMDAL
dan ketentuan) pada setiap rencana yang
- Penetapan kriteria baku berdampak, namun tidak
kerusakan LH menjelaskan secara rinci tentang
- Wajib AMDAL (kriteria AMDAL dan dampak yang
usaha/kegiatan, kriteria dimaksud. Poin ini juga
dampak) dijelaskan pada UU No. 23
- Dokumen AMDAL Tahun 1997 pada BAB V.
(pengertian, isi, pihak yang Berbeda dengan UU No. 32
26
terlibat, syarat penyusun, Tahun 2009, yang menjelaskan
penilaian penyusunan dengan rinci tentang AMDAL
AMDAL) dan dampak yang dimaksud pada
- Wajib UKL/UPL (penetapan BAB V tentang
jenis usaha/ kegiatan, pihak PENGENDALIAN.
terkait)
- Pemerintah dan pemerintah - UU No. 23 Tahun 1992 BAB IV
daerah wajib mengembangkan membahas tentang wewenang
dan menerapkan instrumen pemerintah pusat, yang mengatur
ekonomi LH dan menguasai SDA, namun
GANTI KERUGIAN DAN PERSYARATAN PENATAAN sudah mulai melibatkan
PEMELIHARAAN
BIAYA PEMULIHAN LH pemerintah daerah dengan cara
Perusak lingkungan harus - Untuk memperoleh izin usaha Upaya pemeliharaan dapat menyerahkan sebagian
memberikan ganti rugi kepada dari pejabat yang berwenang, dilakukan dengan konservasi urusannya. Berbeda dengan UU
negara berdasarakan UU yang setiap usaha dan atau kegiatan SDA, pencadangan SDA dan No 4 Tahun 1982 BAB III yang
ditetapkan yang menimbulkan dampak pelestarian fungsi atmosfer tidak menyerahkan sebagian
besar bagi lingkungan wajib urusan, namun mengkotak-
memiliki AMDAL kotakkan tugas pelaksanaan
- PENGENDALIAN dampak pengelolaan LH seperti yang ada
VI LH sebagai alat pada BAB V.
pengawasandilakukan oleh
suatu lembaga yang dibentuk - UU No 23 Tahun 1997 BAB V
khusus oleh pemerintah tentang pengelolaan LH tingkat
- Pelanggaran tertentu dapat nasional dilakukan secara
dijatuhkan sanksi berupa terpadu, poin ini sebelumnya
pencabutan izin usaha juga terdapat pada UU No. 4
- Dalam rangka peningkatan Tahun 1982 BAB V.
kinerja, pemerintah Perbedaannya adalah UU No 4
27
mendorong pelaku usaha Tahun 1982 menggunakan kata
untuk melakukan audit apabila dipimpin, sedangkan UU No. 23
pelaku usaha menunjukkan Tahun 1997 menggunakan kata
ketidakpatuhan terhadap dikoordinasi.
peraturan ini.
PENYELESAIAN PENGELOLAAN B3 DAN - UU No. 23 Tahun 1997 pada
KETENTUAN PIDANA
SENGKETA LH LIMBAH B3 BAB VI membahas tentang izin
- Sengaja melakukan perusakan : - Tata cara penyelesaian - Setiap orang di Indonesia yang usaha yang tidak dibahas di UU
pidana 10 tahun dan atau denda sengketa melalui pengadilan memasukkan dan No. 4 Tahun 1982
Rp. 100.000.000,- atau di luar pengadilan menghasilkan B3 dan limbah
- Lalai melakukan perusakan: - Tenggang deluwarsa hak untuk B3 wajib melakukan - poin PENGENDALIAN dibahas
pidana 1 tahun dan atau denda mengajukan gugatan pengelolaan B3 dan limbah B3 secara khusus dan rinci pada
Rp. 1.000.000,- berdasarkan ketentuan Hukum yang dihasilkannya UU No. 32 Tahun 2009 BAB V,
perdata yang berlaku, dihitung - Setiap orang dilarang yang sebelumnya pada UU No.
sejak korban mengetahui melakukan dumping limbah 23 Tahun 1997 hanya dibahas
adanya pencemaran dan atau bahan ke media LH sekilas pada BAB VI pada pasal
VII - Masyarakat berhak tanpa izin 23.
mengajukan gugatan dan
mendapatkan - UU No. 32 Tahun 2009 BAB V,
pertanggungjawaban dari menjelaskan secara rinci tentang
pemerintah yang AMDAL, UKL/UPL, KLHS,
bertanggungjawab RTRW, dan baku mutu yang tidak
- Organisasi lingkungan hidup dijelaskan pada UU sebelumnya
berhak mengajukan gugatan
- Bentuk organisasi yang berhak - Pada UU No. 23 Tahun 1997
mengajukan gugatan BAB V tentang pelestarian LH,
- Tata cara pengajuan gugatan tidak dibahas tentang upaya
KETENTUAN PERALIHAN PENYIDIKAN SISTEM INFORMASI perlindungan seperti pada UU
28
UU sebelum UU ini ditetapkan, - Wewenang penyidikan pengembangan sistem informasi No. 32 Tahun 2009 BAB VI,
tetap berlaku sepanjang tidak - Tata cara penyidikan dilakukan oleh pemerintah dan membahas tentang upaya
VIII bertentangan dengan UU ini pemerintah daerah, secara terpadu, pemeliharaan LH seperti
memuat informasi mengenai konservasi dll.
status LH, peta rawan LH,dll
TUGAS DAN WEWENANG - UU No. 32 Tahun 2009 lebih
KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PIDANA PEMERINTAH DAN sempurna karena memuat poin
PEMERINTAH DAERAH penting yang tidak dimuat oleh
Disahkan di Jakarta, 11 Maret - Sengaja melakukan perusakan Tugas dan wewenang pemerintah UU sebelumnya, seperti:
1982 mengakibatkan pencemaran: dilaksanakan dan atau perencanaan, pemanfaatan,
pidana paling banyak 10 tahun dikoordinasikan oleh menteri pengendalian, pemeliharaan,
dan atau denda paling banyak pengelolaan B3 dan limbah B3,
Rp. 500.000.000,- sistem informasi, peran
- Sengaja melakukan perusakan masyarakat, penyidikan dan
menyebabkan orang mati atau pembuktian
luka berat: pidana paling
IX banyak 15 tahun dan atau - Penyelesaian sengketa LH, tidak
denda paling banyak Rp. di bahas pada UU No. 4 Tahun
750.000.000,- 1982, tetapi dibahas di UU No 23
- Lalai melakukan perusakan Tahun 1997 pada BAB VII dan di
mengakibatkan pencemaran : UU No. 32 Tahun 2009 di BAB
pidana paling banyak 3 tahun XIII.
dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,- - Penyelesaian sengketa LH pada
- Lalai melakukan perusakan UU No. 4 Tahun 1997 BAB VII
mengakibatkan orang mati menjelaskan bahwa masyarakat
atau luka berat: pidana paling dan organisasi LH berhak
banyak 5 tahun dan denda mengajukan gugatan kepada
29
paling banyak Rp. pemerintah dan mendapatkan
150.000.000,- ganti rugi. Namun, pada UU No.
- Sengaja membuang zat 32 Tahun 2009 BAB XIII yang
berbahaya ke tanah, udara, air, berhak melakukan gugatan
eksopor, impor, jual-beli, dll : adalah masyarakat, organisasi
pidana paling banyak 6 tahun lingkungan hidup dan
dan denda paling banyak Rp. pemerintah sendiri terhadap
300.000.000,- pemrakarsa.
- Jika pidana diatas
menyebabkan orang mati atau - Poin PENYIDIKAN tidak
terluka : pidana paling banyak dijelaskan pada UU No. 4 Tahun
9 tahun dan denda paling 1982, tetapi dijelaskan pada UU
banyak Rp. 450.000.000,- No. 23 Tahun 1997 dan UU No.
HAK, KEWAJIBAN DAN 32 Tahun 2009. Pada UU No. 23
PENENTUAN PERALIHAN
LARANGAN poin PENYIDIKAN dimuat pada
- Setiap usaha dan atau kegiatan Hak setiap orang : BAB VIII dan pada UU No. 32
yang telah memiliki izin wajib - LH yang sehat dan baik dimuat pada BAB XIV dengan
menyesuaikan menurut - Mendapatkan pendidikan LH penambahan menjadi
persyaratan UU ini, selambat- - Mengajukan keberatan PENYIDIKAN DAN
lambatnya lima tahun sejak terhadap usaha/kegiatan PEMBUKTIAN.
X diundangkannya UU ini - Berperan dalam perlindungan
- Dilarang menerbitkan izin LH
menggunakan limbah - Melakukan pengaduan akibat
berbahaya sejak UU ini dugaan pencemaran
diundangkan
Setiap orang berkewajiban
memelihara kelestarian LH dan
mengendalikan pencemaran
30
Setiap orang dilarang:
- Melakukan perbuatan
pencemaran
- Memasukkan B3
- Memasukkan limbah dari luar
NKRI ke NKRI
- Memasukkan limbah B3 ke
NKRI
- Membuang limbah ke media
LH
- Melepaskan produk rekayasa
genetika ke media LH
- Membuka lahan dengan cara
membakar
- Menyusun AMDAL tanpa
sertifikat kompetensi
- Memberikan informasi palsu
KETENTUAN PENUTUP PERAN MASYARAKAT
- Selama UU ini berlaku, semua - Peran masyarakat :
peraturan perundangan tetap pengawasan sosial, pemberian
berlaku selama tidak saran, pendapat, usul,
XI bertentangan keberatan, dan penyampaian
- UU No. 4 tahun 1982 tentang informasi
ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan LH tidak berlaku - Tujuan peran masyarakat :
lagi meningkatkan kepedulian,
31
- Disahkan di Jakarta, 19 meningkatkan kemandirian,
september 1997 menumbuhkembangkan
ketanggapsegeraan,
mengembangkan dan menjaga
budaya.
PENGAWASAN DAN SANKSI
ADMINISTRATIF
- Menteri, gubernur,
bupati/walikota wajib
melakukan pengawasan
terhadap ketaatan pemrakarsa
XII
- Menteri, gubernur,
bupati/walikota menerapkan
sanksi administratif kepada
pemrakarsa jika terjadi
pelanggaran
PENYELESAIAN SENGKETA
LH
- Penyelesaian sengketa : melalui
pengadilan dan tanpa pengadilan
- Setiap orang yang melakukan
XIII pengrusakan serius terhadap LH
dengan melibatkan B3 dan atau
limbah B3, bertanggungjawab
mutlak atas kerugian yang
terjadi tanpa perlu pembuktian
unsur kesalahan
32
- Tenggat kedaluarsa pengajuan
gugatan mengikuti aturan UU
perdata sejak diketahuinya
adanya pencemaran LH
- Peraturan tentang tenggat
kadaluarsa diatas, TIDAK
BERLAKU bagi pengrusakan
dengan menggunakan B3 dan
atau limbah B3
- Hak gugat pemerintah,
masyarakat dan organisasi LH
terhadap pemrakarsa yang
melakukan pelanggaran/
kerusakan
PENYIDIKAN DAN
PEMBUKTIAN
- Wewenang sebagai penyidik
- Wewenang penyidik pegawai
PNS
XIV - Penyidik pejabat PNS
berkoordinasi dengan penyidik
POLRI dalam hal penangkapan
dan penahanan
- Jenis alat bukti yang sah
terhadap tindak pidana LH
XV KETENTUAN PIDANA
33
- Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan kegiatan
yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu yang
menyeabkan pada kerusakan
lingkungan, maka pidana paling
singkat 3 tahun penjara dan
paling lama 10 tahun penjara
dan denda paling sedikit Rp. 3
milyar dan paling banyak Rp.
10 milyar. Apabila kegiatan
diatas menyebabkan orang mati
dan atau luka, maka pidana
paling singkat 5 tahun dan
paling lama 15 tahun dan denda
paling sedikit Rp. 5 milyar dan
paling banyak Rp. 15 milyar
- Setiap orang yang atas
kelalaiannya melakukan
kegiatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu yang
menyeabkan pada kerusakan
lingkungan, maka pidana paling
singkat 1 tahun dan paling lama
3 tahun dan denda paling sedikit
Rp. 1 milyar dan paling banyak
Rp. 3 milyar. Apabila kegiatan
tersebut menyebabkan orang
34
luka atau membahayakan
kesehatan maka pidana paling
sedikit 2 tahun dan paling lama
6 tahun dan denda paling sedikit
Rp. 2 milyar dan paling banyak
Rp. 6 milyar. Apabila kegiatan
tersebut menyebabkan orang
mati, maka pidana paling
singkat 3 tahun dan paling lama
9 tahun dan denda paling sedikit
Rp. 3 milyar dan paling banyak
Rp. 9 milyar
KETENTUAN PERALIHAN
- Pada saat berlakunya UU ini,
dalam waktu paling lama 2
tahun, setiap usaha yang sudah
memiliki izin usaha tapi belum
memiliki AMDAL wajib
menyelesaikan audit LH dan
XVI usaha yang belum memiliki
UKL/UPL wajib membuat
dokumen pengelolaan LH
- Pada saat berlakunya UU ini
dalam waktu paling lama 1
tahun, setiap penyusun
AMDAL wajib memeiliki
sertifikat kompetensi penyusun
35
AMDAL, dan auditor LH wajib
memiliki sertifikat kompetensi
auditor LH
- Segala izin di bidang
pengelolaan LH yang
dikeluarkan oleh pemerintah
wajib diintegrasikan kedalam
izin lingkingan paling lama 1
tahun sejak UU ini sitetapkan
KETENTUAN PENUTUP
XVII Disahkan di Jakarta, 3 Oktober
2009
36
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari apa yang telah dikaji oleh penulis melalui sejarah hukum yang ada, maka
hukum dimana salah satunya mengenai Lingkungan Hidup yang dikeluarkan yang
berhubungan dengan alam, walaupun letaknya masih tercecer cecer, belum disusun
2. Bahwa dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka banyak terdapat perubahan
hidup yang baik guna menjamin hak dan kewajiban masyarakat namun dalam
perkembangannya peran masyarakat menjadi lebih luas dan konktrit yakni pemerintah
dimana tidak hanya bahwa masyarakat dan organisasi Lingkungan Hidup yang dapat
dimana mengatur upaya hukum pidana baik secara materiil dan formiil yakni
dituangkan dalam bab mengenai pelanggaran dan kejahatan dalam UUPPLH dan juga
peran dari PPNS dan Penyidik Polri yakni Penyelidikan dan Penyidikan.
37
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
• Arief Nurdua. 1993. Hukum Lingkungan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Nusantara.
Jakarta: Erlangga.
Pers
B. Jurnal
C. Website/Tautan
https://mh.uma.ac.id/point-perubahan-uu-lingkungan-hidup/
38