BAB IV_INDRIYANE VERA NATALIA_110110160354
BAB IV_INDRIYANE VERA NATALIA_110110160354
BAB IV
344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg
166
Lihat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg hlm. 19-21
96
97
melakukan tindak pidana Pelanggaran Baku Mutu Air Limbah telah tepat
167
Ibid., hlm. 14
168
Ibid.
98
pelanggaran baku mutu air limbah yang dilakukan oleh Terdakwa harus
industri melebihi baku mutu yang ditetapkan. Baku mutu tersebut telah
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.
169
Ibid.
170
Ibid., hlm. 16
171
Asas Ultimum Remedium adalah asas yang mewajibkan penerapan hukum pidana
sebagai upaya terakhri setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak
berhasil. Penerapan asas ultimum remidium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil
tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi dan
gangguan (Poin 6 Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
172
Asas Subsidiaritas adalah bahwa hukum pidana hendaknya didayagunakan apabila
sanksi hukum lain, seperti sanksi administrasi dan sanksi perdata, dan alternatif
penyelesaian sengketa lingkungan hidup sudah dinyatakan tidak efektif, dan/atau tingkat
kesalahan pelaku relatif berat, dan/atau perbuatannya relatif besar dan/atau perbuatannya
menimbulkan keresahan dalam masyarakat (Joejoen Tjahyani, “Tinjauan Yuridis Asas
100
Subsidiaritas yang diubah menjadi Asas Ultimum Remidium dalam Penegakan Hukum
Pidana Lingkungan”, Jurnal Unisla, Vol. 2, No.2, Tahun 2016, hlm. 147)
173
Program Peniliana Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PROPER) adalah salah satu program unggulan penilaian lingkungan yang
dilaksanakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dan merupakan bentuk kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. (Dwi Setyaningsih,
et. al., Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro, Bogor: IPB Press, 2016, hlm. 34)
101
atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak. Seorang pelaku
102
dapat dipidana apabila telah memenuhi syarat yakni tindak pidana yang
kesalahannya.
terdiri atas a criminal act (actus reus) dan a criminal intent (mens rea).177
Actus reus atau guilty act dan mens rea atau guilty mind di atas mutlak
174
Moeltajno, Op. Cit., hlm. 41
175
Hasbullah F. Sjawie, Op. Cit., hlm. 258
176
Suharto R.M., Loc. Cit.
177
Robert W. Emerson, Loc. Cit.
178
Paul Dobson, Loc. Cit.
103
dipisahkan dari unsur kesalahan.179 Prinsip actus reus dan mens rea
dapat dikecualikan pada delik yang bersifat strict liability di mana mens
yang harus dipenuhi, yakni: (1) adanya suatu tindak pidana yang
179
Moeljatno, Op. Cit., hlm. 57
180
Roger Geary, Loc. Cit,
181
Ibid., hlm. 48
182
Ibid., hlm. 46
183
Edi Yunara, Op. Cit., hlm. 43
104
(dua) jenis pendukung hak dan kewajiban, yaitu manusia dan badan
dijatuhkan.
tanggal 20 Juni 2009 yang dibuat oleh Notaris dan PPAT Asep
184
Ibid., hlm. 44
185
Salim, Op. Cit., hlm. 26
105
oleh Direksi yang terdiri dari 1 (satu) orang Direksi. Kemudian, dalam
Perseroan.186
186
Lihat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg, hlm. 15
106
Februari 2007 dan Akta No. 17 tanggal 2 Juni 2009 tentang berita Acara
187
Lihat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg, hlm. 6
188
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar. (Lihat Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
189
Fred B.G. Tumbuan, Op. Cit., hlm. 14 (i)
107
anggaran dasarnya.
190
Ibid.
191
Fungsi Manajemen atau Fungsi Pengurusan adalah fungsi yang dilakukan oleh
direksi saat melakukan tugas memimpin perusahaan. Pengurusan yang dilakukan oleh
Direksi harus dijalankan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang dan/atau ADRT PT dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab. (Lihat Pasal 92 ayat (2) jo. Pasal 97 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
192
Fungsi Perwakilan adalah fungsi yang dilakukan oleh direksi saat mewakili perseroan
baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kewenangan mewakili dilakukan untuk dan atas
nama (for on behalf) perseroan, bukan atas nama direksi sendiri atau pemegang saham
atau komisaris tetapi untuk mewakili Perseroan (representative of the company) (M. Yahya
Harahap, Op. Cit., hlm. 349)
193
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003,
hlm. 60
194
Hasbullah F. Sjawie, Op. Cit., hlm. 164
108
surat kuasa khusus. Maka dari itu, dalam putusan ini Terdakwa I dapat
Aspek kedua yang perlu ditinjau adalah niat atau mens rea serta
kondisi batin dari Terdakwa I. Dalam putusan, dapat dilihat bahwa tidak
195
Katharina Pistor dan Chenggang Xu, Loc. Cit.
196
Gunawan Widjadja, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT, Jakarta:
Forum Sahabat, 2008, hlm. 43
109
Risalah Rapat No. 21 tanggal 15 Februari 2007 dan Akta No. 17 tanggal
2 Juni 2009 tentang berita Acara Rapat. Niat atau mens rea dari
direksi yang ditugasi mengurus bidang tertentu tidak wajib terikat terus
197
Kolegial adalah sistem yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas yang berarti tiap anggota direksi mewakili perseroan namun
untuk kepentingan perseroanm anggaran dasar dapat menentukan bahwa Perseroan
diwakili oleh anggota direksi tertentu (Penjelasan Pasal 98 ayat (2) Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
198
Hasbullah F. Sjawie, Op. Cit., hlm. 155
199
Gunawan Widjadja, Loc. Cit.
200
M. Yahya Harahap, Loc. Cit.
110
Aspek ketiga yang perlu dikaji adalah dari sudut pandang jenis
pidana badan dan pidana denda. Pidana badan yang dijatuhkan oleh
201
PAF. Lamintang, Op. Cit., hlm. 69
202
Ibid., hlm. 222
111
produksi barecore, block board, dan fancy block tersebut dihasilkan air
limbah kurang lebih 100 liter perminggu. Air Limbah tersebut ditampung
Kota Banjar dan lahir pada tanggal 15 Februari 2007. Terdakwa II dalam
hal ini diwakilkan oleh Iwan Irawan Yohan yang menjabat sebagai
berbagai aspek. Aspek pertama yang perlu ditinjau oleh penulis adalah
dari perbuatan hukum atau actus reus dari Terdakwa II. Sebagaimana
203
Lihat Putusan Nomor 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg hlm. 4
112
204
Lihat Pasal 68 butir c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
113
hukum pidana adalah orang pribadi (natural person). Bahkan dalam ilmu
hukum dikenal doktrin yang juga turut diterima pada waktu itu yakni
yang fiksi hukum yang diterima dalam hukum keperdataan yang tidak
cocok untuk diambil alih begitu saja dalam hukum pidana.205 Walaupun
pada masa itu belum ada pengakuan korporasi sebagai subjek hukum
205
Jan Remellink, Op. Cit., hlm. 99
114
Against Corporation.206
dapat dilihat dalam Pasal 389 KUHP yang menyatakan bahwa jika
206
Steven Box, Loc. Cit.
207
Lihat Pasal 398 KUHP
115
208
Kristian, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi ditinjau dari berbagai Konvensi
Internasional, Op. Cit., hlm. 85-98
116
kasus ini “pejabat senior” yang relevan dengan teori di atas adalah
yang sudah dijelaskan di atas bahwa Direktur Utama sebagai pihak yang
Dengan demikian, unsur actus reus dari Terdakwa II sudah sesuai dan
Albasi Priangan Lestari memiliki jajaran direksi yang lebih dari satu
209
Ibid., hlm. 102-103
210
Lihat Putusan Pengadilan Negeri Ciamis No. 155/Pid.Sus/2013/PN.Cms hlm. 49
117
dikatakan tepat.
bahwa PT Albasi Priangan Lestari telah dua kali masuk dalam dafar
dari aspek yang kedua yakni niat atau mens rea dari Terdakwa II. Dalam
memenuhi syarat mutlak, yakni adanya actus reus dan mens rea.
Terhadap syarat mutlak tersebut berlaku prinsip actus non facit reum,
nisi mens sit rea. Dikarenakan keberadaan dari asas ini, maka hanya
manusia yang mempunyai kesalahan/mens rea atau evil mind atau evil
will (sikap batin jahat).211 Seperti halnya yang sudah dipaparkan di atas,
211
Sigid Suseno & Nella Sumika Putri, Op. Cit., hlm. 209
118
di atas pula, dikarenakan actus reus dari Terdakwa II sudah jelas, maka
seseorang yang telah dijatuhi pidana denda tersebut oleh Majelis Hakim
212
I.S. Susanto, Loc. Cit.
213
PAF Lamintang, Op. Cit., hlm 222
214
Lihat Putusan Pengadilan Negeri Ciamis No. 155/Pid.Sus/2013/PN.Cms hlm. 69
119
tepat.
(dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak
aset/harta PT APL, disita dan dijual lelang untuk sekedar cukup untuk
hakim pada tingkat pertama dan banding, Majelis Hakim pada tingkat
sistem alam semesta. Pendekatan ini juga merupakan teori filsafat yang
mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia
etika hanya berlaku bagi manusia. Maka, kewajiban dan tanggung jawab
215
A. Sonny Keraf, Op. Cit., hlm. 47-48
122
secara ketat seperti dipaparkan dalam adagium “lex dura, secta mente
Priangan Lestari.216
yuridis ini dapat dilihat dari amar putusan yang berbunyi sebagai
berikut:217
216
Lihat Putusan Pengadilan Negeri Ciamis No. 155/Pid.Sus/2013/PN.Cms hlm. 63-64
217
Ibid., hlm. 65
123
218
Lihat Pasal 14 a ayat (1) KUHP
124
sangat banyak (kurang lebih 2500 orang) yang tentunya akan lebih
baik dengan tidak melakukan tindak pidana lain. Secara kejiwaan, hal
219
Ibid., hlm. 65-66
125
Terdakwa.
dana lam, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri. Alam memiliki harkat
kearifan budi dan kehendak untuk hidup dalam keterkaitan dan saling
220
A. Sonny Keraf, Op. Cit., hlm. 48
126
Terdakwa I sangat ringan dan tidak memberi efek jera kepada Terdakwa
dan tidak signifikan bagi Terdakwa II selaku korporasi atas dasar kinerja
221
Antonius Atosokhi Gea & Antonia Panca Yuni Wulandari, Loc. Cit.
127
lingkungan.222
Faktor yang paling kuat adalah faktor yang bersumber dari diri hakim
hanya bisa dicapai dengan pidana penjara, namun di lain pihak dengan
school” lebih baik daripada “positive school” akan memidana lebih berat,
sebab pandangannya adalah “let the punishment fir the crime”. Dan
memidana lebih ringan sebab ia akan berfikir bahwa “punishment fit the
criminal”. 224
Dalam kasus tindak pidana yang dilakukan oleh Direktur Utama dan
tinggi disinyalir karena adanya faktor yang bersumber dari hakim sendiri.
222
Lihat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg hlm. 15-17
223
Sigid Suseno & Nella Sumika Putri, Op. Cit., hlm. 94
224
Harkristuti Harkrisnowo, “Rekonstruksi Konsep Pemidanaan: Suatu Gugatan Terhadap
Proses Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia” Orasi pada Upacara Pengukuhan Guru
Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Balai
Sidang Universitas Indonesia, 8 Maret 2003
128
bahwa hakim yang memutus tidak atau belum memiliki keahlian untuk
dalam putusan pengadilan negeri dan pengadilan tinggi perlu dikaji dan
retributive teologis. Teori absolut adalah suatu hal yang mutlak harus
225
Hasil wawancara dengan Bapak H. Hanifah Hidayat Noor, S.H., M.H., seorang Hakim
Pengadilan Tinggi Bandung, pada tanggal 20 September 2019
226
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, Op. Cit., hlm. 26
129
227
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hlm. 7
228
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
130
mundus: meskipun dunia ini runtuh, hukum harus ditegakkan). Hal ini
dihukum.229
229
Lihat Putusan Pengadilan Negeri Ciamis Nomor 155/Pid.Sus/2013/PN.Cms hlm. 62
131
pemidanaan dalam kaca mata teori gabungan. Hal ini terlihat dari
pertimbangan hakim yang selaras dengan makna dari teori ini yakni
ringan. Dengan putusan yang sangat ringan ini, tentunya tujuan hukum
untuk dipulihkan.
yang cukup berat dari amar putusan Pengadilan Tinggi juga belum dapat
belum tercapai.
230
Tujuan Hukum adalah keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Keadilan harus
mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari kepastian hukum dan
kemanfaatan. (Mochtar Kusumaatmadja dan Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, 2000,
hlm. 49)
133
putusan tingkat pertama dan tingkat banding ini dapat diatasi dengan
Agung”.
hidup. Maka dari itu, untuk kedepannya perlu adanya peradilan khusus
dalam suatu putusan. Pidana pokok dapat terdiri dari pidana mati,
pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana denda. Dalam putusan ini,
231
Lihat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg hlm. 19-21
135
denda tersebut.
sudah dijelaskan di atas. Hal ini perlu dikaji dikarenakan hingga kini
satunya adalah Pasal 21 ayat (1) sampai ayat (6) Peraturan Mahkamah
Bagian Kedelapan
Penanganan Harta Kekayaan Korporasi Pasal 21
232
Lihat Pasal 21 ayat (1) sampai ayat (6) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 13 Tahun
2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana
136
mengkaji dari dasar hukum yang lainnya yakni dari KUHAP. Adapun
137
berikut:233
Pasal 46
(2) Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan
penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka yang
disebut dalam putusan tersebut, kecuali jika menurut putusan
hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau
untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau, jika
benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam
perkara lain.
dijatuhkan.
Pasal 7
(1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap Korporasi adalah
pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terhadap Korporasi juga dapat dijatuhkan pidana tambahan
berupa:
233
Lihat Pasal 46 KUHAP
234
Lihat Pasal 7 dan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
138
pidana lingkungan. Maka dari itu, terhadap amar putusan terdapat dua
Uang.
235
Lihat Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
140
236
H. Shantos Wachjoe P, Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Korporasi, Jurnal
Hukum dan Peradilan, Vol. 5, No. 2, Juli 2016, hlm. 172-173
237
Lihat Putusan Nomor 113/Pid.B/LH/2016/PN.Pwk hlm. 95
141
seperti yang sudah dipaparkan di atas merupakan hal yang sangat baik
harta/aset korporasi.
pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terhadap putusan ini
238
Andi Hamzah, Op. Cit., hlm. 121.
142
239
Hasbullah F. Sjawie, Op. Cit., hlm. 341-342
240
Marjane Termorshuizen, Loc. Cit.
241
H. Shantos Wachjoe P, Op. Cit., hlm. 171
143
tambahan, yakni:243
242
Lihat Pasal 119 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
243
Hasbullah F. Sjawie, Op. Cit., hlm. 344-345
144
sebagai berikut:244
3 (tiga) tindakan.
track system atau sistem dua jalur dapat diartikan sebagai bagi
dikenai sanksi pidana harus pula dikenai pula sanksi tindakan tata tertib.
pemidanaan.
245
Hariman Satria, “Penerapan Pidana Tambahan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
pada Tindak Pidana Lingkungan Hidup”, Jurnal Yudisial, Vol. 10 No. 2, Agustus 2017, hlm.
165
246
Jan Remmelink, Op. Cit., hlm. 458
247
M. Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Double Track System
& Implementasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 23
147
hukum oleh hakim, atau aparat hukum lainnya yang ditugaskan untuk
akan selalu dihadapkan pada peristiwa konkret, konflik, atau kasus yang
hukumnya. Maka dari itu, dalam penemuan hukum yang penting adalah
248
Sudikno Mertokusumo, Loc. Cit.
148
memperluas arti suatu peraturan dengan tidak hanya bertitik tolak pada
parameter baku mutu air limbah cair secara periodik sekurangnya sekali
249
Ibid., hlm. 91
250
Lihat Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 344/Pid.Sus/2013/PT.Bdg hlm. 17
149
melalui kantor BLH Banjar, (2) menyalurkan air limbah log pond dari
limbah cair ke Balai Besar Bahan Barang Teknik di Bandung dan (3)
Maka dari itu, ketiga tindakan yang dijatuhkan dalam amar putusan
surat yang berisi sanksi administrasi yang nyatanya tidak dipatuhi oleh
mutu air limbah cair secara periodik sekurangnya sekali dalam sebulan
perintah kedua yakni menyalurkan air limbah log pond dari rotary ke
parameter baku mutu limbah cair, produksi dan atau bahan baku
251
Lihat Putusan Nomor 113/Pid.B/LH/2016/PN.Pwk hlm. 95
152
ini adalah merupakan politik hukum pro natura (pro lingkungan hidup)
atas merupakan hal yang sangat baik dan perlu diterapkan dalam
252
Ibid., hlm. 88
153