Tugas Uas Pengantar Filsafat
Tugas Uas Pengantar Filsafat
B/LH/2020/PNPBU
Tentang Pembakaran Hutan dan Lahan
A. Latar Belakang
PT. Kumai Sentosa mengalami kebakaran lahan dari Blok 31 sampai 41 seluas
kurang lebih 257 hektar berbatasan dengan Taman Nasional Tanjung Puting
menyebabkan pencemaran lingkungan. Adapun terdakwa dalam perkara ini adalah
perwakilan dari I Ketut Supastika Bin I Wayan Sukarda selaku Direktur Utama PT.
Kumai Sentosa.
Jaksa Penuntut Umum mengajukan dakwaan pada surat dakwaan dalam bentuk
dakwaan alternatif. Dakwaan alternatif yang pertama adalah berdasarkan Pasal 98 ayat
(1) jo Pasal 116 ayat (1) huruf a jo Pasal 119 huruf c UUPPLH yang memiliki unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Setiap orang;
2. Dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu air, baku mutur air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Dakwaan alternatif kedua adalah berdasarkan Pasal 99 ayat (1) jo Pasal 116
ayat (1) huruf a jo Pasal 119 huruf c UUPPLH yang memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Setiap orang;
2. Karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup.
Perbedaan dari kedua dakwaan alternatif terletak pada unsur kedua, di mana
dakwaan alternatif pertama menitikberatkan pada unsur kesengajaan sedangkan
dakwaan alternatif kedua menitikberatkan pada unsur kelalaian. Unsur pertama atau
unsur “setiap orang” dalam kedua dakwaan alternatif tersebut telah terpenuhi karena
subjek hukum tindak pidana dapat berupa orang perseorangan maupun korporasi yang
dalam hal ini subjek hukum tindak pidana dapat berupa orang perseorangan maupun
korporasi yang dalam hal ini subjek hukumnya adalah terdakwa korporasi PT. Kumai
Sentosa dengan perwakilan dari I Ketut Supastika Bin I Wayan Sukarda selaku
Direktur Utama.
1. Berdasarkan fakta persidangan bahwa Api berasal para saksi melihat Api
menyala diluar ring Blok 41 atau diseberang Boundries (parit batas antara lokasi
perusahaan dengan Taman Nasional Tanjung Puting).
2. Bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak dapat mengajukan bukti berupa hasil audit
yang menunjukkan kurangnya sarana dan prasarana pemadam api yang dimiliki
terdakwa korporasi.
3. Dari dakwaan alternatif pertama tersebut adalah hasil pemeriksaan keterangan
saksi tim pemadam dan petugas sekuriti PT. Kumai Sentosa yang telah
melakukan langkah antisipasi dan upaya pemadaman yang maksimal serta
laporan perhitungan kerugian yang dialami oleh terdakwa korporasi PT. Kumai
Sentosa yang menyimpulkan bahwa terdakwa korporasi adalah pihak yang
paling dirugikan dari peristiwa tersebut.
Hakim berpendapat bahwa tidak ada sama sekali kesengajaan, baik sebagai
maksud atau tujuan yang dilakukan oleh terdakwa korporasi untuk melakukan
pembakaran lahan, sehingga terdakwa korporasi dinyatakan tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah sebagaimana dakwaan alternatif pertama tersebut. Dalam
dakwaan alternatif kedua, unsur yang kedua menitikberatkan pada kelalaian (culpa),
di sini yang dimaksud dengan lalai adalah kurang hati-hati.
1. Bahwa seluruh perangkat pemadam api yang dimiliki oleh terdakwa korporasi
PT. Kumai Sentosa telah diperiksa dan sesuai dengan standar operasional dan
prosedur (SOP) yang ditetapkan perusahaan dan fakta tersebut membuktikan
bahwa peralatan pemadam kebakaran tersebut memadai untuk melakukan
pemadaman kebakaran lahan.
2. Keterangan saksi yang mengungkapkan bahwa saat kejadian tersebut angin
berhembus sangat kencang dari arah tenggara sehingga api tidak dapat
dikendalikan oleh tim pemadam PT. Kumai Sentosa meskipun alat pemadam
sudah memadai, sehingga Hakim berpendapat bahwa peristiwa tersebut
termasuk kategori bencana alam karena tidak mungkin bisa diatasi dengan
kemampuan manusia atau di luar ambang batas kemampuan manusia yang
disebut force majeure yang merupakan alasan hukum sebagai pengecualian
terjadinya akibat.