Anda di halaman 1dari 4

Nama : Salfa Septiana Nikmatulloh

Npm : 2121020283

Prodi/Kelas : Hukum Tata Negara (H)

Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara

UTS

PUTUSAN

NOMOR : 55/G/2022/PTUN.PBR

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan Acar Biasa menjatuhkan Putusan
dengan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana terurai di bawah ini, dalam perkara antara :

1. SAKDIA, sebagai penggugat 1

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 100/TR-PEM/68/2022 tanggal 19 Oktober 2022,


memberikan kuasa kepada :

1. BINTANG SIANPAR,SH
2. JORI ANGGIAT MARADONG, SH

Keduanya berkewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Advokat, beralamat Kantor Advokat


dan Konsultan Hukum BINTANG SIANPAR dan REKAN Jalan Kaharuddin Nasution No. 90 D
Pekanbaru-Riau, domisili elektronik bintangsianparsh@gmail.com.

Selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

MELAWAN

1. LURAH TUAN NEGERI, sebagai tergugat 1


2. CAMAT TENAYAN RAYA, sebagai tergugat 2
3. ANITA, sebagai tergugat 2 intervensi

Berdasarkan Surat Kuasa KHUSUS Nomor: 100/TR-PEM/001/2022 tanggal 19 Oktober 2022,


memberikan kuasa kepada :
1. PNS pada Kantor Kecamatan Tenayan Raya beralamat Jalan Budi Luhur No. 1 Kulim
Tenayan Raya, Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Propinsi Riau,
domisili elektronik.
2. Warga negara Indonesia, pekerjaan Advokat, beralamat kantor pada Law Office
NURIMAN dan Associates Jalan Selais No. 8RT 04 RW 02, Kelurahan Tangkerang
Barat, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.

Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan secara elektronik tanggal 6


Oktober 2022 yang diterima Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada
tanggal Oktober 2022 dengan Register Perkara Nomor: 55/G/2022/PTUN.PBR;

Menimbang bahwa gugatan Penggugat a qou telah diperbaiki melalui Pemeriksaan


Persiapan dan diterima oleh Majelis Hakim melalui persidangan elektronik (e-Court) pada
tanggal 16 November 2022, adapun uraian-uraian Gugatan ini sebagai berikut :

Objek Gugatan Sebagai Sengketa Tanah Tata Usaha Negara:

Surat Pernyataan Ganti Rugi Tanah Register No : 141/TN/590/VVI/2021 tanggal 25


Agustus 2021 dan Register No : 1036/590/TR/2021 tanggal 20 September 2021, Luas 4.
661M(Empat Ribu Enam Ratus Enam Puluh Satu Meter Persegi ) Atas nama ANITA.

Dari sedikit ulasan diatas dapat ditarik beberapa point penting terhadap Objek Gugatan
Sengkete Tanah dalam putusan PTUN :

Pokok Permasalahan ;

Penggugat telah mengajukan gugatan kepada Wahab dan Anita selaku tergugat karena
diduga menjual tanah seluas 4.661m2 tanpa sepengetahuan dan seizin Penggugat, Bahwa
Penggugat telah memiliki dan menguasai tanahnya sejak akhir tahun 1980 an dimana tanah
tersebut berasal daripeninggalan Alm. Suaminya dan ketika suaminya telah meninggal dunia
tanah tersebut tetap dimiliki oleh PENGGUGAT, dan pada akhir-akhir ini pada saat anak-
anaknya mau menguasai tanah objek sengketa pada saat itulah mulai diketahui bahwa diatas
tanah tersebut telah terbit objek sengketa. Objek Sengketa diterbitkan oleh TERGUGAT I
pada tanggal 25 Agustus 2021 dan diterbitkan oleh TERGUGAT II pada tanggal 20
September 2021 hal itu diketahui oleh PENGGUGAT melalui keluarga dan anak-anaknya
pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2022, sehingga sangat merugikan PENGGUGAT secara
individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi PENGGUGAT yaitu Kerugian
Materil yang tidak sedikit.
Permasalahan HAN Yang ditemukan dalam Putusan Tata Usaha Negara NOMOR :
55/G/2022/PTUN.PBR

Surat Pernyataan Ganti Rugi Tanah Register No : 141/TN/590/VIII/2021 tanggal 25 Agustus


2021 dan Register No: 1036/590/TR/2021 tanggal 20 September 2021, Luas 4.661M2 atas nama
Anita tidak sesuai Standar Operasional Prosedur(SOP), dimana bahwa pada saat penerbitan
objek perkara masing-masing pihak tidak turun ke lapangan dan tidak disertai Surat Perintah
Tugas, sehingga Penerbitan Surat Pernyataan ganti rugi tanah menjadi cacat hukum atau tidak
sah, yang kemudian menjadi perdebatan dengan terbitnya objek sengketa tersebut sehingga
Penggugat melalui kuasa hukumnya membuat surat ke Pemerintah Kota Pekanbaru yaitu mohon
penundaan pembayaran Ganti Rugi Tanah, pengaturan tata letak tanah di jalan 70 atas nama
ANITA, Karena kebetulan tanah penggugat tersebut akan diganti rugi oleh Pemerintah Kota
Pekanbaru, untuk pembuatan Waduk di Objek sengketa diatas Tanah Penggugat, dan surat
tersebut adalah sebagai sanggahan Administratif atas terbitnya Objek Sengketa diatas tanah
Penggugat. Dengan keluarnya objek perkara aquo, mengakibatkan kerugian bagi penggugat
karena tidak dapat menggunakan haknya sebagai pemilik tanah yang sah, karena tanah
penggugat telah dikuasai oleh pihak lain tanpa hak.

Penerbitan objek sengketa tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN dan pada pasal 3 Bab III Yaitu Azas
Umum Penyelenggaraan Negara yang di singkat AUPB, dan azas yang dilanggar tersebut
adalah :

1. Bahwa penjelasan Pasal 3 Angka 1 adalah tentang ASAS KEPASTIAN HUKUM. Adapun
Asas kepastian hukum yang dilanggar oleh Tergugat I dan Tergugat II adalah, pada saat
sebelum menerbitkan objek sengketa bahwa tim tidak turun ke lapangan untuk melakukan
pengukuran dan tidak disertai adanya Surat Perintah Tugas dan juga tidak mengundang para
sempadan sehingga Surat Pernyataan Ganti Rugi Tanah tersebut cacat hukum karena tidak
sesuai dengan prosedur yang sebenarnya.

2. Bahwa Penjelasan Pasal 3 Angka 4 tentang ASAS KETERBUKAAN. Bahwa Asas


Keterbukaan, pada saat penerbitan objek sengketa yaitu Surat Pernyataan Ganti Rugi Tanah
No. Register 141/TN/590/VIII/2021 tanggal 25 Agustus 2021 dan No. Register :
1036/590/TR/2021 tanggal 20 September 2021 Aparat Kelurahan Tuah Negeri tidak terbuka
pada saat pengukuran objek sengketa karena yang menandatangani batas sempadan bukan
orang yang berhak dan tertutup dan kapan penndatanganan objek sengketa tidak diketahui
dengan pasti.

Selain itu, Penerbitan Objek sengketa sudah tidak sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang berlaku di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru dan sudah
bertentangan dengan Pasal 52 Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan dimana syarat sahnya keputusan Pejabat Tata Usaha Negara harus dibuat sesuai
dengan prosedur dan substansi yang sesuai dengan objek keputusan.

Didalam kasus sengketa tanah ini menimbulkan kerugian bagi masyarakat, seperti masyarakat
yang biasanya menggunakan tanah ini sebagai lahan untuk berkebun lalu ketika sengketa tanah
terjadi masyarakat dan Ibu Sakdiah selaku penggugat tidak dapat memanfaatkan tanahnya secara
optimal karena tanah penggugat telah dikuasai oleh pihak lain tanpa haknya.

Sebagai subjek hukum dalam permasalahan Sengketa Tanah antara Ibu Sakdiah, Lurah Tuan
Negeri, Camat Tanayan Raya dan Anita yang dapat dilakukan melalui langkah-langkah hukum
untuk menyelesaian masalah tersebut, antara lain :

1. Melakukan penyelesaian masalah sengketa tanah secara damai, Ibu Sakdiah dan para
tergugat dapat melakukan mediasi atau konsilasi supaya masalah tersebut dapat
diselesaikan secara kekeluargaan selain itu juga membantu menghindari proses
pengadilan yang panjang dan biaya yang cukup mahal.
2. Melakukan gugatan perdata ke pengadilan , jika penyelesaian melalui konsultasi atau
mediasi tidak berhasil, pihak yang terkena dapat mengajukan gugatan perdata ke
pengadilan. Di persidangan pengadilan, pihak yang terkena harus mengajukan argumen
dan bukti untuk membuktikan pembelaan mereka.
3. Melakukan banding, jika salah satu diantara pihak tidak puas dengan keputusan
pengadilan mereka dapat mengajukan banding ke pengadilan tinggi atau pengadilan
banding untuk mengajukan argumen tentang mengapa keputusan sebelumnya salah atau
tidak adil.

Berdasarkan permasalahan diatas, dapat disimpulkan bahwa Surat Pernyataan Ganti Rugi
Tanah Register No: 141/TN/590/VIII/2021 tanggal 25 Agustus 2021 dan Register No:
1036/590/TR/2021 tanggal 20 September 2021, Luas 4.661M2 atas nama Anita tidak sesuai
Standar Operasional Prosedur(SOP) yang kemudian menuai kontrversi atau perdebatan, yang
didalamnya terdapat Pelanggaran Perundang-undangan dan Azas Umum Penyelenggaraan
Negara atau (AUPB) seperti asas kepastian hukum dan asas keterbukaan. Dengan adanya objek
sengketa ini juga merugikan masyarakat. Subjek hukum yang terdampak oleh objek sengketa ini
dapat menyelesaikan melalui langkah hukum seperti melakukan penyelesaian masalah secara
mediasi atau konsilasi, melakukan gugatan perdata ke pengadilan atau melakukan banding.

Anda mungkin juga menyukai