JAWABAN TERGUGAT
DALAM PERKARA NO. 25/G/2021/PTUN.ABN
ANTARA
Hj. ASNELI (PENGGUGAT)
MELAWAN
KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MALUKU TENGAH
(TERGUGAT)
Kepada:
di _
Ambon
Dengan hormat,
Sehubungan dengan Gugatan Penggugat yang diajukan oleh Hj. Asneli yang terdaftar dalam
dengan ini kami selaku kuasa Tergugat yaitu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Maluku
I. DALAM EKSEPSI:
1. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat
kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh Tergugat sepanjang tidak merugikan
kepentingan Tergugat;
- Bahwa objek sengketa dalam perkara a quo bukan merupakan suatu “keputusan”
yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara seperti yang
telah selesai;
2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sudah jelas dinyatakan bahwa Keputusan Tata Usaha
Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;
- Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas perlu diketahui bahwa objek sengketa
perkara a quo nomor 1 (satu) yaitu surat pemberitahuan pengaduan atau mediasi
telah selesai bukan merupakan surat yang bersifat final karena masih bersifat
pemberitahuan artinya masih dapat diuji di tingkat yang lebih tinggi atau ditempuh
2. Bahwa segala hal yang disampaikan Tergugat dalam eksepsi di atas sepanjang
dibenarkan oleh hukum dan relevan dalam pokok perkara secara proposional, mohon
3. Bahwa objek nomor 2 (dua) yang disengketakan merupakan produk hukum dari
Tergugat berupa Sertipikat Hak Milik Nomor 46/Namaelo atas nama P. Setiawan tanggal
4. Bahwa Sertipikat a quo yang dijadikan objek sengketa TUN telah diterbitkan sesuai
Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria jo.
sebagai berikut:
- Bahwa dalam Mediasi I yang telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 02
seperti yang disebutkan oleh Penggugat dalam positanya, dibuktikan dengan notulen
- Bahwa Sertipikat Nomor 46/Namaelo atas nama P. Setiawan ada dalam arsip Buku
Tanah yang dimiliki oleh Tergugat dan segala pencatatan terkait perbuatan hukum
atas Sertipikat tersebut juga tercatat dalam lembar Pendaftaran Peralihan Hak,
Dengan demikian, Penggugat keliru menyatakan bahwa sertipikat No. 46 atas nama P.
Setiawan tidak tercatat dalam buku Tanah Milik Tergugat karena tidak sesuai dengan
sebagai berikut:
- Bahwa hasil pengukuran pengembalian batas yang dimohonkan Penggugat dan telah
terlaksana pada tanggal 2 Desember 2020 tidak terdapat tumpang tindih dikarenakan
pengukuran berdasarkan permohonan pemohon dan saat itu juga tidak mengetahui
di GIM sehingga tidak terpetakan dalam sistem yang dimiliki oleh Tergugat;
- Bahwa pada saat pengukuran Pengembalian Batas untuk Sertipikat No. 46 atas nama
bahwa sebelumnya sudah pernah dilakukan Pengembalian Batas untuk sertipikat lain
di tanah tersebut pada bulan Desember 2020, oleh karena itu dapat disimpulkan
batas yang dilakukan oleh Tergugat pada tanggal 07 Januari 2021 terkesan mengada-ada
atau direkayasa.
(9) Pendaftaran tanah secara sistematis adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran
tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
(10) Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah pertama
kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau
Batas yang dilakukan pada proses pendaftaran tanah untuk pertama kali dikarenakan
pengukuran pengembalian batas dilakukan pada tanah yang telah memiliki sertipikat
hilang;
Pengembalian Batas dan tidak melalui tahapan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia
Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Pasal 35
Pembatalan Produk Hukum karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf a disebabkan:
a. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan hak atas tanah, pendaftaran hak dan
proses pemeliharaan data pendaftaran tanah;
b. Kesalahan dalam proses/prosedur pengukuran;
c. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat pengganti;
d. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat Hak Tanggungan;
e. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
f. Kesalahan subjek hak;
g. Kesalahan objek hak;
h. Kesalahan jenis hak;
i. Tumpang tindih hak atas tanah;
j. Tumpang tindih dengan kawasan hutan;
k. Kesalahan penetapan konsolidasi tanah;
l. Kesalahan penegasan tanah objek landreform;
m. Kesalahan dalam proses pemberian izin peralihan hak;
n. Kesalahan dalam proses penerbitan surat keputusan Pembatalan;
o. Terdapat putusan pengadilan pidana berkekuatan hukum tetap yang membuktikan
adanya tindak pidana pemalsuan, penipuan, penggelapan dan/atau perbuatan pidana
lainnya;
p. Terdapat dokumen atau data yang digunakan dalam proses penerbitan sertipikat
bukan produk instansi tersebut berdasarkan surat keterangan dari instansi yang
bersangkutan;
Berdasarkan dasar hukum tersebut dan didasarkan hasil pengembalian batas yang
menyatakan adanya tumpang tindih maka Tergugat mengambil kesimpulan bahwa akan
dilakukan pembatalan produk hukum. Namun, perlu diketahui bahwa surat ini bersifat
pemberitahuan sehingga belum bersifat final dan tidak serta merta dengan
9. Bahwa proses pembatalan produk hukum telah diatur dalam Pasal 36 Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Pasal 36
Usulan Pembatalan Produk Hukum karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (10 huruf a harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Bahwa pada poin f pasal tersebut disebutkan salah satu syarat yang harus dilengkapi
adalah dokumen hasil penanganan, oleh karena itu jelas bahwa perlu dilakukan tahapan-
tahapan penanganan sengketa terlebih dahulu dan hal ini juga telah diatur dalam
a. Pengkajian Kasus;
b. Gelar Awal;
c. Penelitian;
e. Rapat Koordinasi;
g. Penyelesaian Kasus.
(2) Penanganan Sengketa dan Konflik dilakukan dengan tahapan Penanganan secara
berurutan.
Bahwa dengan diaturnya ketentuan pasal-pasal tersebut maka proses pembatalan produk
hukum tidak serta merta dapat dilakukan hanya didasarkan pada surat pemberitahuan
pengaduan atau mediasi telah selesai, namun perlu dilakukan tahapan-tahapan sesuai
Pasal 6 tersebut. Perlu diketahui bahwa tahapan penanganan sengketa ini berbeda dengan
mediasi.
10. Bahwa terhadap Gugatan Penggugat yang belum atau tidak terjawab bukanlah Tergugat
mengakuinya, akan tetapi secara tegas menolak seluruh dalil gugatan tersebut;
Oleh sebab itu, Tergugat mohon kepada Majelis Hakim agar memberikan keputusan;
I. DALAM EKSEPSI