Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MALUKU TENGAH
Jalan R. A. Kartini No. 13 Kel. Namaelo, Kec. Kota Masohi, Telepon : (0914)22862

JAWABAN TERGUGAT
DALAM PERKARA NO. 25/G/2021/PTUN.ABN
ANTARA
Hj. ASNELI (PENGGUGAT)
MELAWAN
KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MALUKU TENGAH
(TERGUGAT)

Masohi, 17 November 2021

Kepada:

Yth. Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara

Yang Memeriksa dan Mengadili

Perkara Nomor 25/G/2021/PTUN.ABN

di _

Ambon

Dengan hormat,

Sehubungan dengan Gugatan Penggugat yang diajukan oleh Hj. Asneli yang terdaftar dalam

Register Perkara Nomor : 25/G/2021/PTUN.ABN di Pengadilan Tata Usaha Negara Ambon,

dengan ini kami selaku kuasa Tergugat yaitu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Maluku

Tengah berdasarkan Surat Kuasa Nomor 660/SK-81.01.MP.02.01/IX/2021 tanggal 7 September

2021 mengajukan jawaban sebagai berikut:

I. DALAM EKSEPSI:

1. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat

kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh Tergugat sepanjang tidak merugikan

kepentingan Tergugat;

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 1


2. Eksepsi Error in Objecto

- Bahwa objek sengketa dalam perkara a quo bukan merupakan suatu “keputusan”

yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara seperti yang

disebutkan pada posita halaman 2 romawi I gugatan, melainkan surat hasil

pelaksanaan mediasi dalam bentuk surat pemberitahuan pengaduan atau mediasi

telah selesai;

- Bahwa sesuai Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara sudah jelas dinyatakan bahwa Keputusan Tata Usaha

Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata

usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan

final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;

- Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas perlu diketahui bahwa objek sengketa

perkara a quo nomor 1 (satu) yaitu surat pemberitahuan pengaduan atau mediasi

telah selesai bukan merupakan surat yang bersifat final karena masih bersifat

pemberitahuan artinya masih dapat diuji di tingkat yang lebih tinggi atau ditempuh

upaya administrasi lainnya.

II. DALAM POKOK PERKARA:

1. Bahwa Tergugat menolak semua dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat;

2. Bahwa segala hal yang disampaikan Tergugat dalam eksepsi di atas sepanjang

dibenarkan oleh hukum dan relevan dalam pokok perkara secara proposional, mohon

dianggap termuat kembali dalam pokok perkara;

3. Bahwa objek nomor 2 (dua) yang disengketakan merupakan produk hukum dari

Tergugat berupa Sertipikat Hak Milik Nomor 46/Namaelo atas nama P. Setiawan tanggal

27 Desember 1983, Gambar Situasi Nomor 61/MT/82 luas 565 m 2 diterbitkan

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 2


berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tkt I Propinsi Maluku tanggal 15

Nopember 1983 No. DA 391/42/HMB/Malteng/83;

4. Bahwa Sertipikat a quo yang dijadikan objek sengketa TUN telah diterbitkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Pokok

Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria jo.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;

5. Bahwa terhadap posita halaman 13 romawi IV angka 15, Tergugat menanggapinya

sebagai berikut:

- Bahwa dalam Mediasi I yang telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 02

Desember 2020 berdasarkan Surat Undangan Mediasi I Nomor MP.01.01/746-

81.01/XI/2020 tanggal 25 November 2020, tidak ada kesimpulan ataupun hasil

seperti yang disebutkan oleh Penggugat dalam positanya, dibuktikan dengan notulen

mediasi I tanggal 02 Desember 2020 No. 09/81.01.MP.01.02/XII/2020;

- Bahwa Sertipikat Nomor 46/Namaelo atas nama P. Setiawan ada dalam arsip Buku

Tanah yang dimiliki oleh Tergugat dan segala pencatatan terkait perbuatan hukum

atas Sertipikat tersebut juga tercatat dalam lembar Pendaftaran Peralihan Hak,

Pembebanan dan Pencatatan lainnya;

Dengan demikian, Penggugat keliru menyatakan bahwa sertipikat No. 46 atas nama P.

Setiawan tidak tercatat dalam buku Tanah Milik Tergugat karena tidak sesuai dengan

hasil mediasi maupun bukti fisik yang ada.

6. Bahwa terhadap posita halaman 15 romawi IV angka 22, Tergugat menanggapinya

sebagai berikut:

- Bahwa hasil pengukuran pengembalian batas yang dimohonkan Penggugat dan telah

terlaksana pada tanggal 2 Desember 2020 tidak terdapat tumpang tindih dikarenakan

pada saat pelaksanaan Pengembalian Batas tersebut, petugas ukur melaksanakan

pengukuran berdasarkan permohonan pemohon dan saat itu juga tidak mengetahui

bahwa objek pengukuran pengembalian batas ini merupakan locus sengketa;

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 3


- Bahwa pada saat pengukuran pengembalian batas tersebut, Sertipikat No. 46 belum

di GIM sehingga tidak terpetakan dalam sistem yang dimiliki oleh Tergugat;

- Bahwa pada saat pengukuran Pengembalian Batas untuk Sertipikat No. 46 atas nama

P. Setiawan, Pemohon menunjukkan lokasi tanah dan petugas ukur menyatakan

bahwa sebelumnya sudah pernah dilakukan Pengembalian Batas untuk sertipikat lain

di tanah tersebut pada bulan Desember 2020, oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa terdapat tumpang tindih sertipikat di tanah tersebut;

Dengan demikian, Penggugat telah keliru menyatakan bahwa pengukuran pengembalian

batas yang dilakukan oleh Tergugat pada tanggal 07 Januari 2021 terkesan mengada-ada

atau direkayasa.

7. Bahwa terhadap posita halaman 16 sampai dengan 17 romawi IV angka 27 sampai

dengan 30, Tergugat menanggapinya sebagai berikut:

- Bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan yang disebutkan oleh Penggugat

adalah keliru, dikarenakan ketentuan-ketentuan tersebut berlaku untuk pengukuran

dalam hal pendaftaran tanah untuk pertama kali;

- Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 9 dan 10 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dijelaskan bahwa :

Pasal 1 Ketentuan Umum

(9) Pendaftaran tanah secara sistematis adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran

tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.

(10) Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah pertama

kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau

bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.

- Bahwa Pengukuran Pengembalian Batas berbeda dengan Pengukuran Penetapan

Batas yang dilakukan pada proses pendaftaran tanah untuk pertama kali dikarenakan

pengukuran pengembalian batas dilakukan pada tanah yang telah memiliki sertipikat

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 4


dan dilakukan khususnya untuk menunjuk batas-batas tanah yang patoknya telah

hilang;

- Bahwa hasil dari Pengukuran Pengembalian Batas berupa Berita Acara

Pengembalian Batas dan tidak melalui tahapan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia

Ajudikasi seperti halnya proses pendaftaran tanah untuk pertama kali;

8. Bahwa berdasarkan kesimpulan dalam surat pemberitahuan pengaduan atau mediasi

telah selesai yang menyatakan bahwa:

“Berdasarkan hasil mediasi, analisis dan pertimbangan-pertimbangan terkait sengketa


ini, maka dengan ini Kantor Pertanahan Kabupaten Maluku Tengah menyatakan bahwa
mediasi sengketa tanah antara Hj. Asneli dengan Phollo Setiawan telah selesai dan
ditutup dengan hasil akhir menyatakan bahwa telah terjadi tumpang tindih sertipikat di
atas Sertipikat Hak Milik Nomor 46 atas nama P. Setiawan. Oleh karena itu, akan
dilakukan proses pembatalan Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor
00339/Namaelo atas nama Hj. Asneli. Apabila ada pihak yang berkeberatan dengan
hasil akhir mediasi tersebut, dipersilahkan untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan.”

Bahwa kesimpulan Tergugat tersebut didasarkan pada Pasal 35 Peraturan Menteri

Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan

yang mengatur tentang:

Pasal 35
Pembatalan Produk Hukum karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf a disebabkan:
a. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan hak atas tanah, pendaftaran hak dan
proses pemeliharaan data pendaftaran tanah;
b. Kesalahan dalam proses/prosedur pengukuran;
c. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat pengganti;
d. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat Hak Tanggungan;
e. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
f. Kesalahan subjek hak;
g. Kesalahan objek hak;
h. Kesalahan jenis hak;
i. Tumpang tindih hak atas tanah;
j. Tumpang tindih dengan kawasan hutan;
k. Kesalahan penetapan konsolidasi tanah;
l. Kesalahan penegasan tanah objek landreform;
m. Kesalahan dalam proses pemberian izin peralihan hak;
n. Kesalahan dalam proses penerbitan surat keputusan Pembatalan;
o. Terdapat putusan pengadilan pidana berkekuatan hukum tetap yang membuktikan
adanya tindak pidana pemalsuan, penipuan, penggelapan dan/atau perbuatan pidana
lainnya;
p. Terdapat dokumen atau data yang digunakan dalam proses penerbitan sertipikat
bukan produk instansi tersebut berdasarkan surat keterangan dari instansi yang
bersangkutan;

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 5


q. Terdapat putusan pengadilan yang dalam pertimbangan hukumnya terbukti terdapat
fakta adanya cacat dalam penerbitan produk hukum Kementerian dan/atau adanya
cacat dalam perbuatan hukum dalam peralihan hak tetapi dalam amar putusannya
tidak dinyatakan secara tegas.

Berdasarkan dasar hukum tersebut dan didasarkan hasil pengembalian batas yang

menyatakan adanya tumpang tindih maka Tergugat mengambil kesimpulan bahwa akan

dilakukan pembatalan produk hukum. Namun, perlu diketahui bahwa surat ini bersifat

pemberitahuan sehingga belum bersifat final dan tidak serta merta dengan

dikeluarkannya surat tersebut maka sertipikat akan langsung batal.

9. Bahwa proses pembatalan produk hukum telah diatur dalam Pasal 36 Peraturan

Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus

Pertanahan yang berbunyi :

Pasal 36

Usulan Pembatalan Produk Hukum karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (10 huruf a harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Surat permohonan atau surat pengaduan;

b. Fotokopi identitas pemohon yang dilegalisir dan kuasanya jika dikuasakan;

c. Asli surat kuasa jika dikuasakan;

d. Fotokopi bukti-bukti pemilikan/penguasaan atas tanah pemohon yang dilegalisir;

e. Dokumen data fisik dan data yuridis yang diusulkan pembatalan;

f. Dokumen hasil Penanganan; dan

g. Fotokopi dokumen pendukung lainnya yang dilegalisir yang menunjukkan atau

membuktikan adanya cacat administrasi dan/atau cacat yuridis.

Bahwa pada poin f pasal tersebut disebutkan salah satu syarat yang harus dilengkapi

adalah dokumen hasil penanganan, oleh karena itu jelas bahwa perlu dilakukan tahapan-

tahapan penanganan sengketa terlebih dahulu dan hal ini juga telah diatur dalam

ketentuan perundang-undangan tersebut.

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 6


Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan

Penyelesaian Kasus Pertanahan

(1) Penanganan Sengketa dan Konflik dilakukan melalui tahapan:

a. Pengkajian Kasus;

b. Gelar Awal;

c. Penelitian;

d. Ekspos Hasil Penelitian;

e. Rapat Koordinasi;

f. Gelar Akhir; dan

g. Penyelesaian Kasus.

(2) Penanganan Sengketa dan Konflik dilakukan dengan tahapan Penanganan secara

berurutan.

Bahwa dengan diaturnya ketentuan pasal-pasal tersebut maka proses pembatalan produk

hukum tidak serta merta dapat dilakukan hanya didasarkan pada surat pemberitahuan

pengaduan atau mediasi telah selesai, namun perlu dilakukan tahapan-tahapan sesuai

Pasal 6 tersebut. Perlu diketahui bahwa tahapan penanganan sengketa ini berbeda dengan

mediasi.

10. Bahwa terhadap Gugatan Penggugat yang belum atau tidak terjawab bukanlah Tergugat

mengakuinya, akan tetapi secara tegas menolak seluruh dalil gugatan tersebut;

Oleh sebab itu, Tergugat mohon kepada Majelis Hakim agar memberikan keputusan;

I. DALAM EKSEPSI

Menerima Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

II. DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya;

2. Menyatakan SAH dan telah sesuai prosedur yang berlaku terhadap :

Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 7


Jawaban Tergugat Perkara No. 25/G/2021/PTUN.ABN | 8

Anda mungkin juga menyukai