Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM MENGENAI TRADING BINARY

OPTION MENGGUNAKAN PLATFORM QUOTEX OLEH DONI

SALMANAN DITINJAU DARI TEORI TUJUAN HUKUM

Nama : Angelos Gogo Siregar

NIM : 01659220123

Mata Kuliah : Teori Hukum dan Penemuan Hukum

Dosen : Dr. Patrice Rondonuwu, S.H., M.H

The Plaza Semanggi, Jl. Jend. Sudirman No.50, RT.1/RW.4, Karet

Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD NRI 1945) dengan tegas menyatakan bahwa Negara Republik

Indonesia adalah Negara Hukum (rechtstaat) yang menjamin tinggi

supremasi hukum harus tegak secara adil dan benar, transparan, tidak

sewenang-wenang serta tidak deskriminatif. Setiap orang di wilayah

Indonesia harus tunduk dan patuh hukum yang berlaku di Indonesia dan

tidak ada seseorangpun yang dapat kebal terhadap hukum. Segala tingkah

laku perbuatan yang dilakukan warga Indonesia harus didasari pada norma

hukum. Dalam hal bertindak tentunya memiliki konsekuensi sesuai dengan

hukum dan perundang-undangan di Negara Republik Indonesia.1

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan

berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik

Indonesia. Begitulah bunyi yang disebutkan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Sistem

peradilan pidana hakim sangat penting dalam penegakan hukum apalagi

1
Marwan Effendi, Kejaksaan Republik Indonesia Posisi dan Fungsinya dari Persepektif Hukum,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm 1

1
dihubungkan dengan penjatuhan sanksi pidana terhadap seseorang harus

didasarkan pada keadilan berlandasan hukum. Seperti yang dijelaskan

dalam Undang-undang nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman yang menyatakan semua putusan peradilan selain memuat

alasan dan dasar putusan tersebut memuat pula pasal tertentu dari peraturan

perundang-undangan atau sumber hukum tertulis yang dijadikan dasar

untuk mengadili. Selain itu dalam Pasal 5 Undang-undang nomor 48 tahun

2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan “bahwa hakim wajib

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan

yang hidup didalam masyarakat”

Montesquieu mendefinisikan kekuasaan kehakiman yang merdeka

yakni yang berdiri sendiri dan terlepas pada kekuasaan lembaga negara

lainnya. Menurutnya kekuasaan kehakiman yang dimaksud mengandung

kebenaran yang mana dalam praktiknya kehakiman harus berfungsi

sebagaimana seharusnya, berfungsi sewajarnya demi menegakkan hukum

dan keadilan serta untuk menjamin hak-hak setiap warga negaranya. 2

Hakim dalam menjatuhkan pemidanaan tentunya berdasarkan pada

ketentuan perundang-undangan, mempertimbangkan nilai-nilai

kemanusiaan, asas kemanfaatan, efektivitas dalam menjalankan

pemidanaan serta perubahan perilaku yang menimbulkan efek jera pasca

keluarnya dari lembaga kemasyarakatan.3

2
H. Pontang Moerad, Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana,
PT.Alumni, Bandung, 2012, hlm. 50.
3
Duwi Handoko, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Hawa dan Ahwa, Pekanbaru, 2015, hlm.9.

2
Dalam putusan hakim seyogyanya harus mencerminkan tujuan

hukum. Adapun yang telah disampaikan oleh Sudikno Mertokusumo bahwa

hukum yang berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia dalam

penegakannya harus memperhatikan 3 (tiga) unsur fundamental hukum,

antara lain: kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan

(Zweckmassigkeit) dan keadilan (Gerechtigkeit). 4 Idealnya, tiga dasar

tujuan hukum itu seyogyanya diusahakan dalam setiap putusan hukum,

Ketiga nilai dasar tujuan hukum itu diharapkan dapat terwujud secara

bersama-sama, tetapi manakala tidak mungkin, maka haruslah

diprioritaskan keadilannya dulu, barulah kemanfaatannya, dan terakhir

barulah kepastian hukumnya.”5

Kendati demikian, dalam praktik tidak mudah untuk dapat

menerapkan tujuan hukum tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus

yang saat ini sedang ramai diperbincangkan yakni putusan yang dijatuhkan

oleh hakim terhadap Doni Salmanan terkait aplikasi trading ilegal

menggunakan platform Quotex. Trading merupakan proses negosiasi harga

antar pembeli dengan penjual sampai pada akhirnya terjadi kesepakatan di

antara pembeli dengan penjual. Trading dapat disimpulkan sebagai

pertukaran barang dengan uang. Trading bertujuan untuk menghasilkan

uang dengan menjual aset pada harga yang lebih tinggi dari yang dibeli

sebelumnya, untuk menghasilkan keuntungan, para trader harus mengamati

4
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005, hlm. 160
5
Rusli Effendy, Achmad Ali, dan Poppy Andi Lolo, Teori Hukum Lembaga, Penerbitan Unhas,
Ujung Pandang, 1992, hlm. 72
harga dari waktu ke waktu dan memprediksi harga di masa depan. 6Adapun

jenis - jenis trading diantaranya:7

1. Trading forex adalah perdagangan kurs mata uang asing.

2. Trading saham adalah aktivitas jual beli saham dalam jangka

waktu tertentu, biasanya cukup singkat.

3. Trading binary option adalah sama seperti trading lainnya yaitu

aktivitasnya tak lepas dari jual beli, namun trading ini

dianggap sangat berisiko meskipun bisa juga menghasilkan

keuntungan yang besar. sering kali, trading binary ini adalah

penipuan.

4. Trading emas adalah tak jauh berbeda dengan trading forex dan

saham, hanya saja objek yang diperjualbelikan berupa emas.

5. Trading bitcoin adalah salah satu alternatif trading terbaru.

Objek dalam trading jenis ini tentu saja bitcoin

Dari kelima jenis trading tersebut yang paling beresiko terjadinya

tindak pidana penipuan adalah trading binary option. Presiden Komisioner

HFX Internasional Sutopo Widodo menjelaskan binary option merupakan

salah satu bentuk instrumen trading online di mana para trader memprediksi

atau menebak harga sebuah aset itu naik atau turun pada jangka waktu

tertentu. Secara umum, transaksi dalam binary option menggunakan aset

6
Fikri Fathurrachman dan Dian Alan Setiawan, 2022, Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku
Affiliator terhadap Korban Trading Binary Option Ditinjau dari UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Bandung Conference Series: Law Studies, Vol.2 No.2, hlm. 1012-1013
7
Ibid
forex atau indeks saham dalam praktiknya. Jika salah menebak, maka trader

akan rugi, dan penyedia layanan akan mendapat untung dari kerugian

trader.

Hal ini yang membuat trading binary option menjadi ilegal karena mirip

dengan perjudian. Saat ini aplikasi trading banyak yang illegal, BAPPEBTI

(Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Departemen

Perdagangan Republik Indonesia) bekerja sama dengan Kementrian

Komunikasi dan Informatika mencatat bahwa sudah ada 1.222 situs dan

aplikasi yang sudah diblokir sepanjang tahun 2021. Aplikasi tersebut

diblokir karena melakukan aktivitas permainan judi berkedok trading,

seperti aplikasi Binomo, IQ Option, Olymptrade, Quotex, dan banyak

aplikasi lainnya. Menurut Plt. Kepala BAPPEBTI Wisnu Wardhana,

Tindakan tegas itu dilakukan lembaganya agar memperkuat

perlindungan masyarakat dari bahaya investasi illegal yang merugikan.8

Pada kasus Doni salmanan dengan nomor perkara 576/Pid.Sus/2022 /PN

Blb, hakim memutuskan Doni terbukti dengan sengaja dan tanpa hak

menyebarkan berita bohong dan menyesatkan mengakibatkan kerugian

konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana dakwaan kesatu pertama

Penuntut Umum yakni pada Pasal 45A ayat 1 jo Pasal 28 ayat (1) UU Nomor

11 Tahun 2008 tentang ITE dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun

dan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah),

sedangkan terhadap tindak Pidana sebagaimana dalam dakwaan kedua

8
Ibid
Penuntut Umum yakni Pasal 3 dan Pasal 4 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang

TPPU. Hakim membebaskan terdakwa dari dakwaan kedua Penuntut

Umum tersebut.

Selain itu hal yang menjadi perhatian publik adalah hakim turut

mengembalikan aset-aset milik Doni Salmanan yang sebelumnya disita,

beberapa di antaranya yaitu uang, kendaraan dan sertifikat rumah. Menurut

hakim, aset yang didapatkan Doni Salmanan saat menjadi affiliator

aplikasi Quotex tersebut bukan merupakan hasil tindak pidana, pasalnya,

regulasi trading masih dikatakan belum jelas. Lebih lanjut lagi, hakim juga

tidak mewajibkan Doni Salmanan ntuk membayar ganti rugi dalam kasus

tersebut kepada para korban karena tidak terbukti bersalah terhadap Tindak

Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Berdasarkan kasus diatas dapat dipahami bahwa putusan yang

dijatuhkan hakim tidak mewujudkan tujuan hukum itu sendiri baik dari

prespektif keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Hukum yang

semula dimaksudkan untuk menjadi penjaga keadilan, kemanfaatan sosial,

dan kepastian hukum tidak lagi dapat dipenuhi secara utuh, karena dalam

hal ini unsur keadilanlah yang oleh masyarakat dirasa tidak lagi dipenuhi

atau diberikan oleh hakim dalam menegakkan hukum.

Atas dasar latar belakang pemikiran diatas, maka penulis kemudian

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Yuridis

Putusan Hakim mengenai Trading Binary Option Menggunakan


platform Quotex oleh Doni Salmanan Ditinjau Dari Teori Tujuan

Hukum”

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap perbuatan Doni

Salmanan yang melakukan trading binary option menggunakan platform

Quotex ditinjau dari teori tujuan hukum?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana bagi Doni Salmanan terhadap

korban trading binary option menggunakan platform Quotex ditinjau

dari teori tujuan hukum?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertanggungjawaban pidana Doni Salmanan yang melakukan trading

binary option menggunakan platform Quotex ditinjau dari teori tujuan

hukum

Berbicara mengenai pertanggungjawaban pidana dalam bahasa

inggris disebut sebagai responsibility, atau criminal liability. Konsep

pertanggungjawaban pidana sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal

hukum semata-mata melaikan juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau

kesusilaan umum yang dianut oleh suatu masyarakat atau kelompok-

kelompok dalam masyarakat, hal ini dilakukan agar pertanggungjawaban

pidana itu di cap dengan memenuhi keadilan.9

Dalam pertanggungjawaban pidana terdapat asas, yaitu tidak dapat

dipidana apabila tidak terdapat kesalahan (Geen straf zonder schuld; Actus

non facit reum nisi mens sir rea).10 Dapat diartikan bahwa seseorang dapat

dijatuhi pidana, maka seseorang tersebut tidak hanya telah melakukan

perbuatan pidana, melainkan juga terdapat unsur kesalahan dalam

perbuatannya dan juga seorang pelaku perbuatan pidana tersebut telah

memenuhi unsur kemampuan dalam bertanggungjawab. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dijatuhi pidana, apabila

9
Hanafi Amrani dan Mahrus Ali, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Perkembangan dan
Penerapan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm 16.
10
Moeljatno, Op.Cit., hlm.153.
memenuhi syarat-syarat dalam pertanggungjawaban pidana. Menurut

Moeljatno syarat-syarat dalam pertanggungjawaban adalah :11

a. Seseorang telah melakukan perbuatan pidana;

b. Dilihat kemampuan bertanggungjawab oleh seseorang yang telah

melakukan perbuatan pidana;

c. Adanya bentuk kesalahan, baik berupa kesengajaan atau kelalaian

dalam perbuatan pidana;

d. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf yang menghapuskan

pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku perbuatan pidana.

Kemudian, perbuatan yang dapat termasuk kedalam perbuatan

pidana, ialah apabila telah terbukti sebagai perbuatan pidana yang telah

diatur dalam peraturan perundang-undangan pidana. Di dalam perundang-

undangan hukum pidana dikenal suatu asas yaitu asas legalitas, yang

terdapat didalam Pasal 1 Ayat (1) KUHP, yaitu :12

“Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas ketentuan

perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.”

Pasal tersebut bermakna suatu perbuatan dapat dipidana

apabila telah ada peraturan yang mengatur sebelumnya tentang dapat atau

tidaknya suatu perbuatan dijatuhi pidana. Apabila seseorang telah

melakukan perbuatan pidana, maka ia hanya dapat diadili berdasarkan

peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku pada saat perbuatan

11
Ibid, hlm. 164.
12
Lihat Pasal 1 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
dilakukan. Sehingga perundang-undangan yang mengatur pidana tidak

berlaku surut atau mundur.

Melihat kasus doni salmanan, bahwa doni dituntut oleh penuntut

umum “dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan

menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi

Elektronik” dan perbuatan “menempatkan, mentransfer, mengalihkan,

membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke

luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat

berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan

Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dengan tujuan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan”,

sebagaimana dalam Dakwaan KESATU Alternatif Pertama melanggar

Pasal 45A ayat (1) jo Pasal 28 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik DAN Dakwaan KEDUA Alternatif Pertama melanggar Pasal 3

UURI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang.


Namun terhadap tuntutan penuntut umum tersebut hakim memutus

Doni salmanan telah terbukti melakukan tindak pidana yang dengan sengaja

dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang

mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. Perbuatan

Doni Salmanan sebagaimana diatur dan diancam pidana pada Pasal 45A

ayat (1) jo Pasal 28 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana

diubah dan ditambah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2016 tentang perubahan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan

begitu bahwa doni Salmanan hanya terbukti terhadap dakwaan kesatu

alternatif pertama saja sedangkan terhadap dakwaan kedua alternatif

pertama tidak.

Dalam hal ini hakim menilai bahwa regulasi mengenai pengaturan

trading dengan opsi binary option ini masih belum jelas pengaturannya dan

belum ada peraturan yang menyebutkan bahwa binary option dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana perjudian atau bukan dengan melihat

sistem permainannya yang lebih ke bisnis spekulasi dan Penuntut Umum

hanya mendasarkan pada Pasal 6 Peraturan Kepala Badan Pengawas

Perdagangan Berjangka Komoditi nomor : 83/ BAPPEBTI/ Per/ 06/ 2010

dimana pada pokoknya hanya bisa melarang promosi dan kegiatan

pelatihannya namun tidak bisa melarang orang-orang bertransaksi pada

trading binary opiton karena memang sampai saat ini trading binary option
termasuk platform QUOTEX masih ada dimasyarakat. Adapun mengenai

ketentuan Pasal 7 peraturan kepala bappebti tersebut hanya menyebutkan

akan mengenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila

melanggar Pasal 6 tapi tidak secara tegas menyebutkan ketentuan yang akan

diberlakukan apalagi faktanya regulasi mengenai binary option berikut

afiliatornya masih belum ada peraturan spesifik yang mengatur hal tersebut

Oleh sebab itu, karena belum ada regulasi yang tegas mengenai

trading binary option apakah masuk sebagai tindak pidana perjudian atau

tidak maka Majelis Hakim berpendapat bahwa masih terlalu prematur

untuk menyatakan hasil keuntungan Doni Salmanan selaku afiliator dari

trading QUOTEX tersebut diatas adalah hasil dari tindak pidana

dikarenakan terkait trading binary option masih belum jelas regulasinya

apakah masuk tindak pidana perjudian atau bukan apalagi sampai saat ini

faktanya masih banyak yang melakukan trading pada platform-platform

binary option termasuk juga orang yang memposisikan sebagai influencer

atau afiliator.

Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka

berkeyakinan bahwa unsur “Yang diketahui atau patut diduga merupakan

hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI

Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang” tidak secara sah menurut hukum terpenuhi

sehingga salah satu unsur Pasal dalam dakwaan Kedua Pertama tersebut

tidak terpenuhi maka Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkan unsur


selanjutnya dan Doni Salmanan haruslah dibebaskan dari dakwaan Kedua

Pertama Penuntut Umum

Berdasarkan teori pertanggungjawaban pidana maka Doni Salmanan

telah melakukan seuatu perbuatan pidana karena perbuatannya dengan

menyebarkan berita bohong/hoaks mengajak para korban melakukan

trading melalui applikasi Quotex di youtubenya telah melanggar undang-

undang. Apabila dikaji menggunakan teori asas kesalahan maka doni

salmanan mampu bertanggung jawab atas kasus yang menimpanya

dikarenakan beberapa faktor yaitu diantaranya sebagai berikut: 1) Adanya

unsur kesengajaan Pasal 18 KUHP menyebutkan bahwa “barang siapa

melakukan perbuatan dengan mengetahui dan menghendakinya, maka ia

melakukan perbuatan itu dengan sengaja” (Pasal 18 KUHP). Dalam

pengertian ini disebutkan bahwa kesengajaan diartikan sebagai :

“menghendaki dan mengetahui” (willens en wetens). Artinya, seseorang

yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja, harus menghendaki serta

menginsafi tindakan tersebut dan/ atau akibatnya. Jadi dapatlah dikatakan,

bahwa sengaja berarti menghendaki dan mengetahui apa yang dilakukan.

Orang yang melakukan perbuatan dengan sengaja menghendaki perbuatan

itu dan disamping itu mengetahui atau menyadari tentang apa yang

dilakukan itu dan akibat yang akan timbul daripadanya. Dari ketentuan

tersebut diatas, diketahui doni salmanan telah melakukan perbuatan

melawan hukum berupa tindak pidana penyebaran dokumen elektronik

berupa video YouTube yang berisikan informasi berita bohong dan


menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi

elektronik. Video yang disebar berisi promosi trading yang menjanjikan

keuntungan disertai peragaan oleh tersangka Doni Salmanan yang seolah-

olah sedang melakukan trading dan withdraw (penarikan) dengan hasil

keuntungan miliaran rupiah. Para korban yang tertarik dengan promosi

video tersebut melakukan transaksi elektronik seolah-olah melakukan

trading melalui applikasi Quotex yang akhirnya mengalami kerugian

materiel. Berdasarkan kronologi tersebut maka doni salmanan memenuhi

unsur dengan sengaja karena dirinya mengetahui perbuatan yang

dilakukanya adalah melawan hukum akan tetapi tetap melakukanya dengan

menipu banyak orang melalui akun youtubenya yaitu king salmanan dan

bertujuan untuk memperkaya dirinya sendiri

Berdasarkan Alasan pemaaf yang artinya menghapuskan kesalahan

yang dilakukan terdakwa. Perbuatan atau tindakan yang dilakukan terdakwa

sifatnya tetap melawan hukum, tetapi dia tidak dipidana atau dikenai.

Perbuatan yang dilakukan oleh doni salmanan telah memenuhi unsur

kesalahan karena adanya faktor dengan sengaja melakukan penipuan

terhadap masyarakat untuk menggunakan trading quotex yang merugikan

banyak orang serta melakukan pencucian uang melalui asset crypto untuk

menyembunyikan hasil dari tindak pidana penipuan tersebut, seperti yang

dikatakan oleh Ruslan Saleh bahwa tiada terdapat “alasan pemaaf”, yaitu

kemampuan bertanggungjawab, bentuk kehendak dengan sengaja atau alpa,

tiada terhapus keselahannya atau tiada terdapat alasan pemaaf, adalah


termasuk dalam pengertian kesalahan (schuld). Dari pernyataan ruslan

tersebut maka pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan dengan

sengaja atau alpa dimana dia mengetahui apa yang dilakukanya adalah

melanggar hukum namun tetap saja melakukan, maka tidak ada alasan

pemaaf dalam perbuatan tersebut

Tindakan yang dilakukan oleh doni salmanan tidak terdapat alasan

pembenar yang dapat menghapuskan perbuatanya, karena apa yang ia

lakukan telah merugikan banyak orang dengan melakukan penipuan.

Berdasarkan beberapan unsur mampu bertanggung jawab diatas maka bisa

disimpulkan bahwa doni salmanan dinyatakan mampu bertanggung jawab

karena telah memenuhi beberapa unsur kesalahan diantaranya: (1) Unsur

dengan sengaja (2) tidak ada paksaan (3) tidak ada alasan pemaaf, dan (4)

tidak ada alasan pembenar Unsur-unsur diatas, menunjukkan bahwa dengan

sengaja doni salmanan melakukan perbuatan melawan hukum akan tetapi

tetap melakukanya dengan menipu banyak orang melalui akun youtubenya

yaitu king salmanan dan bertujuan untuk memperkaya dirinya sendiri serta

melakukan tindakan pencucian uang untuk menyamarkan tindakanya

tersebut.

Hakim dalam kasus ini tidak sepenuhnya dapat disalahkan

bagaimanapun juga hakim terikat dengan sumpah yang mengharuskan

hakim menjalankan undang-undang dengan sebagaimana mestinya, bila

melihat hukum yang saat ini menjadi pedoman hakim khususnya ruang

lingkup hukum pidana, belum memberikan ruang hakim untuk melakukan


Interpretasi Undang-undang lebih tepatnya hakim terbelenggu dengan

Asas Nullum Crime Sine Lege Stricta, Pasal 1 ayat (1) KUHP,

mengatakan setiap perbuatan pidana yang dilakukan di Indonesia harus

didakwa dengan hukum yang berlaku. Disini dapat dilihat bahwa hakim

juga mempertimbangkan asas legalitas yang erat kaitannya dengan

kepastian hukum.

Kendati demikian, pada perkara Doni Salmanan yang hanya terbukti

terhadap perbuatan yang melanggar UU ITE sedangkan perbuatan TPPU

nya dibebaskan sebenarnya hakim dapat membentuk terobosan hukum baru.

Memang benar trading QUOTEX belum memiliki regulasi yang jelas

namun seperti apa yang disampaikan Gustav Radbruch mengemukakan tiga

nilai dasar tujuan hukum yang disebut “asas prioritas” bahwa tujuan hukum

“pertama-tama wajib memprioritaskan keadilan, disusul kemanfaatan dan

terakhir untuk kepastian hukum.” Idealnya, tiga dasar tujuan hukum itu

seyogyanya diusahakan agar dalam setiap putusan hukum, baik yang

dilakukan oleh hakim, oleh jaksa, oleh pengacara maupun aparat hukum

lainnya. Ketiga nilai dasar tujuan hukum itu diharapkan dapat terwujud

secara bersama-sama, tetapi manakala tidak mungkin, maka haruslah

diprioritaskan keadilannya dulu, barulah kemanfaatannya, dan terakhir

barulah kepastian hukumnya. Hanya dengan menerapkan asas prioritas ini,

sistem hukum kita dapat tetap bergerak dan terhindar dari konflik-intern

yang dapat menghancurkannya.13

13
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 73-74
Oleh karenanya hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam

masyarakat. Hakim sebagai pihak pemutus perkara sangat berperan

sebagai penentu masa depan hukum, karena setiap putusan hakim akan

menjadi pusat perhatian masyarakat. Hakim tidak hanya berperan

sebagai corong UU, tetapi hakim juga berperan sebagai penemu hukum

(rechtsvinding), sesuai dengan nilai - nilai budaya yang hidup di

masyarakat terutama nilai – nilai Pancasila. Sedangkan peranan hakim

dalam memutus perkara pidana yang dapat memenuhi rasa keadilan

masyarakat, dalam hal memutus perkara hakim mempunyai

kebebasan, sesuai dengan salah satu unsur Negara hukum yang

menyatakan bahwa bahwa adanya peradilan yang bebas dan tidak

memihak. Hakim selain memperhatikan ketentuan yang tertulis dalam

undang – undang juga memperhatikan hukum yang hidup dalam

masyarakat serta menggunakan hati nurani yaitu berdasarkan hakim dan

rasa keadilan masyarakat

Pada konteks ini UU Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa

hakim Indonesia bukanlah corong undang- undang semata. Melalui

penegasan normatif yang demikian, secara legal formal terbuka ruang

penemuan hukum oleh hakim. Kewenangan penemuan hukum dibuka untuk

memberikan penjelasan terhadap ketentuan undang-undang yang belum jelas

atau melengkapi pengaturan normatif yang tidak lengkap dan dimungkinkan

untuk mengisi kekosongan hukum dari suatu undang- undang. Ketidak-


lengkapan, ketidak-jelasan dan kekosongan hukum ini merupakan

konsekuensi dari sebuah realitas bahwa “teks” undang- undang yang tidak

selalu sempurna. Apalagi laju undang-undang yang statis dibandingkan

dengan perkembangan masyarakat maka sifatnya sebatas moment opname

sehingga harus di”kontekstualisasi”kan oleh hakim. Dalam hal ini hakim

harus menafsirkan dan atau menggali kandungan norma yang terdapat di

dalam undang-undang itu. 14 sehingga sesuai dengan perkembangan nilai

dan rasa keadilan masyarakat.

Jika hakim tidak diberikan kewenangan untuk melakukan penemuan

hukum maka kekosongan hukum yang terjadi akibat tidak sempurnanya

undang-undang tersebut akan dapat berubah menjadi kekacauan. 15 Oleh

karenanya dalam melakukan usaha pencapaian terhadap nilai- nilai

keadilan, hakim diberikan keleluasaan untuk melakukan penafsiran-

penafsiran, penemuan-penemuan hukum bahkan menurut aliran progresif

hakim dimungkinkan untuk melakukan penciptaan hukum jika kenyataan

telah mengharuskan itu.16 Dalam konteks yang demikian, muncul pemikiran

yang berpendapat bahwa adil tidaknya suatu undang-undang berada di

pundak hakim.17 Sehingga hakim dimungkinkan melakukan pembentukan

14
Luhut M.P. Pangaribuan, Lay Judges & Hakim Ad Hoc: Suatu Studi Teoritis mengenai Sistem
PeradilanPidana Indonesia, Fakultas Hukum Pasca Sarjana Universitas Indonesia & Papas Sinar
Sisanti, Jakarta, 2009, hlm. 188
15
Ansyahrul, Pemuliaan Peradilan: dari Dimensi Integritas Hakim, Pengawasan, dan Hukum
Acara, Mahkamah Agung, Jakarta, 2011, hlm. 134
16
Darmoko Yuti Witanto & Arya Putra Negara Kutawaringin, Diskresi Hakim: Sebuah
Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dalam Perkara-Perkara Pidana., Alfabeta,
Bandung, 2013, hlm. 26.
17
Ahmad Kamil, Filsafat Kebebasan Hakim, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2012, hlm. 211.
hukum yang selanjutnya dalam kondisi tertentu(diikuti secara konsisten oleh

hakim lain) dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber hukum formil.

Apabila hakim tidak menemukan hukum tertulis atau suatu peraturan

perundang-undangan belum jelas mengaturnya, hakim harus bertindak

berdasarkan insiatifnya sendiri menyelesaikan perkara tersebut. Hakim

harus berperan menentukan apa yang merupakan hukum, sekalipun

peraturan perundang-undangan belum jelas. 18 Dalam konteks ini, hakim

harus aktif berperan untuk menemukan hukum dan membentuk hukum baru

serta mengembangkan hukum.19

B. Pertanggungjawaban pidana bagi Doni Salmanan terhadap korban

trading binary option menggunakan platform Quotex ditinjau dari teori

tujuan hukum

Pertanggungjawaban atau yang dikenal dengan konsep liability

dalam segi dasar hukum, Roscoe Pound mengartikan bahwa

pertanggungjawaban pidana adalah sebagai suatu kewajiban untuk

membayar pembalasan yang akan diterima pelaku dari seseorang yang

telah dirugikan. Menurutnya juga bahwa pertanggungjawaban yang

dilakukan tersebut tidak hanya menyangkut masalah hukum semata akan

tetapi menyangkut juga masalah nilai - nilai moral atau kesusilaan yang

ada di suatu masyarakat.

18
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana: Perspektif Teoritis dan Praktik, Alumni, Bandung,
2012, hlm. 378
19
Idris, dkk. (Ed), Penemuan Hukum Nasional dan Internasional (dalam rangka Purna Bakti Prof.
Dr. Yudha Bhakti, SH., MH)., Fikahati Aneska, Bandung, 2012, hlm. 68.
Mengacu kepada Surat Kesepakatan Bersama (SKB) Pedoman

Kriteria Implementasi UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) antara

kementerian Kominfo, Kepolisian dan Kejaksaan RI terkait pedoman dalam

ITE, dimana dalam SKB tersebut dijelaskan mengenai Pasal 28 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,

akan tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut tentang pengertian konsumen dalam

undang-Undang tersebut, sehingga mengenai pengertian konsumen

dikembalikan kepada UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

Maka pengguna aplikasi QUOTEX yang memainkan trading di

aplikasi tersebut merupakan konsumen, karena dari pengertian konsumen

adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dari

pengertian konsumen tersebut, pengguna aplikasi QUOTEX masuk dalam

kategori konsumen jasa karena memanfaatkan layanan tersebut. Oleh

karenanya telah menimbulkan kerugian bagi korban, sesuai dengan data

yang dihimpun oleh PERKUMPULAN PAGUYUBAN KORBAN DONI

SALMANAN terdapat 142 (seratus empat puluh dua) korban yang telah

melaporkan kerugian pada tahap penyidikan

Kegiatan trader dalam hal ini para korban dari kasus Doni Salmanan

memprediksi atau menebak sebuah harga aset naik atau turun tersebut
sangatlah beresiko karena berakibat uang yang diinvestasikan akan

hilang. Secara tidak langsung trader telah masuk dalam permainan

perjudian. Dengan kata lain Binary option ini dapat dikatakan sebagai

investasi bodong karena menawarkan profit yang tidak realistis. Binary

option didesain seolah - olah menyerupai produk investasi yang sangat

mudah untuk meraup keuntungan. Bimary option memakai affiliator dan

influencer di media sosial sebagai media pemasarannya. Affiliator bisa

mendapatkan bagian hingga 80 persen dari setiap nasabah yang

mengalami kerugian.

Lebih jelasnya lagi para korban dalam hal ini juga para Pemohon

dari Binary Option Platform Quotex & Olymptrade melakukan trading

sebagaimana yang dipromosikan dan diarahkan oleh Doni Salmanan

melalui media sosial (youtube, telegram, Instagram dan lainnya) dengan

menyampaikan akan mendapatkan profit / keuntungan yang besar tanpa ada

kerugian jika bergabung melalui Binary Option Platform Quotex &

Olymptrade kemudian Doni Salmanan dan membuka kelas trading dengan

biaya yang berfariasi, kemudian mengajak Para Korban yang telah

bergabung di Group VIP Telegram milik Doni Salmanan untuk

menyampaikan materi-materi terkait dengan trading dan Doni ikut juga

melakukan trading bareng (trabar) Bersama dengan Para korban

Selanjutnya para korban mengikuti trabar (trading bareng) yang

dilakukan oleh Doni dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih besar dan juga Doni memberitahukan cara yang dilakukannya saat
trading dengan menadapatkan keuntungan dan kemudian Para Korban

mengikuti sesuai arahan dari Doni. Dengan waktu yang berbeda- beda yaitu

ada yang melakukan pada tahun 2019, 2020, 2021 dan awal tahun 2022

dengan harapan akan mendapatkan profit/keuntungan yang besar sesuai

yang disampaikan oleh Doni akan tetapi pada kenyataannya tidak

mendapatkan keuntungan malah kerugian besar yang dialami oleh Para

korban bahkan para korban sampai dengan menjual barang-barang berharga

dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan dan juga untuk

mengharapkan kembali modal yang telah habis, kemudian pada

kenyataannya hal tersebut tidak pernah tercapai

Berdasarkan ketentuan Pasal 98 ayat (1) KUHAP, berbunyi “Jika

Suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan

perkara pidana oleh pengadilan negeri menimbulkan kerugian bagi orang

lain, maka hakim ketua sidang atas permintaan orang itu dapat menetapkan

untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara

pidana itu.” Bahwa, lebih lanjut diatur dalam pasal 99 KUHAP, berbunyi:

(1)Apabila pihak yang dirugikan minta penggabungan perkara gugatannya

pada perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, maka

pengadilan negeri menimbang tentang kewenangannya untuk mengadili

gugatan tersebut, tentang kebenaran dasar gugatan dan tentang hukuman

penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan

tersebut.
(2)Kecuali dalam hal pengadilan negeri menyatakan tidak berwenang

mengadili gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 atau gugatan

dinyatakan tidak dapat diterima, putusan hakim hanya memuat tentang

penetapan hukum penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak

yang dirugikan.

(3)Putusan mengenai ganti kerugian dengan sendirinya mendapat kekuatan

tetap, apabila putusan pidananya juga mendapat kekuatan hukum tetap.

Bahwa karena perbuatan Doni Salmanan telah terbukti secara sah

dan meyakinkan telah melakukan perbuatan melawan hukum dan/atau

tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan diatas yang mengakibatkan kerugian yang besar bagi Para

Pemohon/Para Korban maka sudah sepantas dan selayaknya menurut

hukum untuk pengembalian kerugian dari hasil perbuatan tindak pidana

yang dilakukan oleh Doni Salmanan. Dalam hal ini penuntut umum pada

surat tuntutan sudah membuat permohonan restitusi atau penggabungan

ganti kerugian kepada Majelis hakim terkait kerugian yang dialami para

korban sebesar Rp.17.786.170.904,- (tujuh belas milyar tujuh ratus

delapan puluh enam juta seratus tujuh puluh ribu sembilan ratus

empat rupiah). Namun jauh dari harapan hakim memutus bahwa seluruh

asset i dikembalikan kepada Doni Salmanan dan Doni tidak wajib

mengganti kerugian para korban karena hakim memandang bahwa Doni

tidak terbukti melanggar TPPU sebagaimana yang dituntut oleh penuntut

umum.
Ditinjau dari perspektif tujuan hukum menurut Gustav Radbruch

“pertama-tama wajib memprioritaskan keadilan, disusul kemanfaatan dan

terakhir untuk kepastian hukum.” Idealnya, tiga dasar tujuan hukum itu

seyogyanya diusahakan agar dalam setiap putusan hukum. Ketiga nilai dasar

tujuan hukum itu diharapkan dapat terwujud secara bersama-sama, tetapi

manakala tidak mungkin, maka haruslah diprioritaskan keadilannya dulu,

barulah kemanfaatannya, dan terakhir barulah kepastian hukumnya. Hanya

dengan menerapkan asas prioritas ini, sistem hukum kita dapat tetap

bergerak dan terhindar dari konflik-intern yang dapat menghancurkannya.

Maka atas dasar tersebut hakim belum memenuhi apa yang cita-citakan dari

tujuan hukum berupa keadilan dan kebermanfaatan sebab dengan asset Doni

dikembalikan seluruhnya kepada Doni maka menutup peluang kerugian

yang dialami oleh para korban menjadi terganti.

Penekanan pada asas keadilan bahwa hakim dalam menjatuhkan

suatu putusan perlu untuk mempertimbangkan hukum yang hidup dalam

masyarakat yakni kebiasaan dan ketentuan hukum yang tidak tertulis.

Namun perlu diketahui bahwa rasa adil menurut individu dapat berbeda

dengan rasa adil menurut masyarakat ataupun sebaliknya. Sedangkan

penekanan terhadap asas kemanfaatan memperhatikan dari aspek ekonomi.

Hal tersebut didasarkan dari pemikiran bahwa hukum ada untuk manusia

sehingga tujuan daripada hukum harus berguna bagi seluruh masyarakat.

Oleh karenanya menurut Hapsoro Jayaningprang adanya kebebasan hakim

tidak membuatnya harus berlaku secara sebebas-bebasnya melainkan perlu


untuk memperhatikan batasan-batasan yang berlaku dalam Undang-undang.

Hakim diberikan kebebasan seluas-luasnya hanya untuk mencapai suatu

putusan yang berkeadilan dan menjadi Negara hukum.

Hakim adalah benteng terakhir, bila hakim hancur maka tidak

ada gunanya segala pranata dan sistem hukum walaupun sangat baik. Di

tangan hakim tempat keluarnya keadilan. Pada dasarnya dalam suatu negara

hukum (rechtstaat) seperti Indonesia, hakim dalam menegakkan hukum dan

keadilan merupakan salah satu sendi dasar yang pokok dan utama.20 Melalui

representasi hakim yang demikian, pemaknaan negara hukum ini tidak

diartikan sebagai supremasi undang-undang, tetapi yang dihendaki oleh

konstitusi adalah supremasi hukum. Dalam konteks ini sesuai dengan pasal

24 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menyatakan bahwa “Kekuasaan

Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”.

Termasuk dalam kategori kemerdekaan yang dimaksudkan adalah

kemerdekaan dalam hal memaknai nilai-nilai hukum dan rasa keadilan,

sehingga hakim Indonesia tidak mutlak terikat dengan undang-undang

(bukan corong undang-undang).

Kedudukan hakim Indonesia yang demikian tercermin secara

normatif dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa “Hakim dan Hakim

20
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Indonesia: Suatu Tinjauan Khusus terhadap Surat
Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, , 2012, hlm. 54.
Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan

rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Ketentuan ini harus diartikan

sebagai sebuah kewajiban bagi hakim karena hakim merupakan perumus


21
dan penggali nilai- nilai hukum yang hidup dikalangan rakyat.

Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada hukum atau perundang-undangan

yang sangat lengkap. Peraturan hukum yang tidak jelas harus dijelaskan, yang

tidak lengkap harus dilengkapi dengan jalan menemukan hukumnya agar

aturan hukumnya dapat diterapkan terhadap peristiwanya.22

21
Lilik Mulyadi, Op.Cit,, hlm. 378- 379.
22
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum: Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti dan
Berkeadilan, UII Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 50-51.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hakim memutus perbuatan Doni Salmanan mengenai trading melalui

applikasi Quotex memenuhi unsur-unsur yang dimaksudkan dalam pasal

45A ayat (1) jo Pasal 28 Ayat (1) UU ITE. Tujuan hukum berupa

kepastian hukum dipertimbangkan hakim dalam kasus ini mengingat

hakim mendasarkan Asas Nullum Crime Sine Lege Stricta atau sering

disebut asas legalitas (Pasal 1 ayat (1) KUHP) yang erat kaitannya

dengan kepastian hukum. Tuntutan penuntut umum mengenai TPPU

dipandang belum sesuai mengingat trading melalui applikasi Quotex

belum memiliki regulasi yang jelas sehingga Doni Salmanan dibebaskan

dari dakwaan mengenai TPPU.

2. Hakim memutus seluruh asset yang dimiliki Doni Salmanan

dikembalikan kepada Doni. Permohonan restitusi/ganti kerugian yang

dimohonkan oleh penuntut umum ditolak oleh hakim. Oleh sebab itu

Doni Salmanan tidak wajib mengganti kerugian. Tujuan hukum berupa

keadilan dalam hal ini tidak tercapai sebab kerugian yang dialami oleh

para korban tidak dapat diganti. Hakim dalam hal ini begitu condong

pada undang-undang dengan tidak mengindahkan apa yang menjadi

keadilan dalam nilai-nilai masyarakat.


B. Saran

1. Peranan hakim dalam penegakan hukum pidana, bahwa hakim sebagai

pihak pemutus perkara sangat berperan sebagai penentu masa depan

hukum, karena setiap putusan hakim akan menjadi pusat perhatian

masyarakat. Berdasarkan kasus Doni Salmanan sebaiknya hakim tidak

hanya berperan sebagai corong undang-undang, tetapi hakim juga

berperan sebagai penemu hukum (recht vinding), sesuai dengan nilai-

nilai budaya yang hidup di masyarakat terutama nilai-nilai Pancasila.

2. Peranan hakim dalam memutus perkara pidana yang dapat memenuhi

rasa keadilan masyarakat dalam kasus Doni Salmanan belum terwujud,

padahal dalam hal memutus suatu perkara hakim mempunyai

kebebasan, hal ini sesuai dengan salah satu unsur negara hukum yang

menyatakan, bahwa adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Hakim diharapkan selain memperhatikan ketentuan yang tertulis dalam

undang-undang juga menggunakan hati nurani berdasarkan keyakinan

hakim dan rasa keadilan masyarakat supaya tujuan hukum dapat

terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmad Kamil, “Filsafat Kebebasan Hakim”, Kencana Prenada Media,

Jakarta, 2012.

Ansyahrul, “Pemuliaan Peradilan: dari Dimensi Integritas Hakim,

Pengawasan, dan Hukum Acara”, Mahkamah Agung, Jakarta, 2011.

Bambang Sutiyoso, “Metode Penemuan Hukum: Upaya Mewujudkan Hukum

yang Pasti dan Berkeadilan”, UII Press, Yogyakarta, 2012.

Darmoko Yuti Witanto & Arya Putra Negara Kutawaringin, “ Diskresi

Hakim: Sebuah Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dalam

Perkara-Perkara Pidana”, Alfabeta, Bandung, 2013.

Duwi Handoko, “Kekuasaan Kehakiman di Indonesia”, Hawa dan Ahwa,

Pekanbaru, 2015.

Idris, dkk. (Ed), “Penemuan Hukum Nasional dan Internasional (dalam

rangka Purna Bakti Prof. Dr. Yudha Bhakti, SH., MH)”., Fikahati

Aneska, Bandung, 2012.

Lilik Mulyadi, “Bunga Rampai Hukum Pidana: Perspektif Teoritis dan

Praktik”, Alumni, Bandung, 2012.

______________, “Hukum Acara Pidana Indonesia: Suatu Tinjauan

Khusus terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan”,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012.

Luhut M.P. Pangaribuan, “Lay Judges & Hakim Ad Hoc: Suatu Studi

Teoritis mengenai Sistem PeradilanPidana Indonesia”, Fakultas

29
30

Hukum Pasca Sarjana Universitas Indonesia & Papas Sinar Sisanti,

Jakarta, 2009.

Marwan Effendi, “Kejaksaan Republik Indonesia Posisi dan Fungsinya

dari Persepektif Hukum”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Marwan Mas, “Pengantar Ilmu Hukum”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004.

Hanafi Amrani dan Mahrus Ali, “Sistem Pertanggung Jawaban Pidana

Perkembangan dan Penerapan”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,

2015.

H. Pontang Moerad, “Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan

Dalam Perkara Pidana”, PT.Alumni, Bandung, 2012.

Rusli Effendy, Achmad Ali, dan Poppy Andi Lolo “Teori Hukum

Lembaga”, Penerbitan Unhas, Ujung pandang, 1992

Sudikno Mertokusumo, “Mengenal Hukum Suatu Pengantar”, Liberty,

Yogyakarta, 2005.

B. Peraturan perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

C. Jurnal Ilmiah

Fikri Fathurrachman dan Dian Alan Setiawan, Pertanggungjawaban

Pidana Bagi Pelaku Affiliator terhadap Korban Trading Binary

Option Ditinjau dari UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan

Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, Bandung Conference Series: Law Studies, Vol.2 No.2,

Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai