Anda di halaman 1dari 17

CARA DAN CONTOH UNTUK MENGERJAKAN MODUL

MATA KULIAH HUKUM LINGKUNGAN KELAS C


Dr. Siti Kotijah, S.H., M.H
=============================================
NAMA : Mutiara Dewi Safitri
KELAS :C
NIM : 2199016384
NPNA : 34
MATA KULIAH : Hukum Lingkungan
DOSEN PENGAMPU : Dr. Siti Kotijah, S.H., M.H.

MODUL 1
Produk Putusan Mahkamah Agung Inkrah (tidak ada upaya banding,
kasasi, dan peninjauan kembali/PK).

NAMA/NIM Mutiara Dewi Safitri / 2199016384


NO PUTUSAN Nomor 291/Pid.Sus/2014/PN.Smg
PERKARA Sengketa Lingkungan
TEMPAT PTUN/TINGKAT Pengadilan Negeri Semarang/ Tingkat Pertama
PERTAMA/BANDING/KASA
SI/PK
LINK GOOGLE DRIVE https://drive.google.com/file/d/1a-
dqWLz9DQnmGpC8xT3jUDXSYOzAmVKD/view?usp
=sharing

MODUL 2
Isian Produk Putusan Mahkamah Agung
Pelapor/penuntut Suparti, S.H
umum
Terlapor/terdakwa Onward Joko Prasetyo, S.H, Tempat tanggal lahir di
Semarang, beragama Islam, berjenis kelamin laki-laki,
kebangsaan Indonesia, pekerjaan Direktur PT. Jugiarto
makmur Abadi, bertempat tinggal di Srikaton Timur No.56
RT.05/RW.05 Kelurahan Purwoyono Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang
Perkara/Tempat Melakukan pengolahan limbah B3 tanpa izin berupa
minyak pelumas dan oli bekas
Peristiwa Hukum Bahwa terdakwa ONWARD JOKO PRASETYO,SH Bin
ABDUL ROSYID, selaku Direktur PT. JOGIARTO MAKMUR
ABADI, yang berkantor di Jl.Untung Suropati Semarang,
pada hari yang sudah tidak dapat diingat lagi dengan
pasti, sejak tanggal 28 Agustus 2013 sampai dengan
tanggal 18 Maret 2014, atau setidak-tidaknya antara
tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 bertempat di
Jl.Untung Suropati Semarang, setidak-tidaknya pada
suatu tempat lain yang masuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Semarang telah melakukan
pengelolaan limbah B3 tanpa izin yang dilakukan dengan
cara :
- terdakwa menjabat sebagai Direktur PT.
JOGIARTO MAKMUR ABADI atau yang sebelumnya
bernama UD. Jogiarto sejak tahun 28 Agustus
2013 sampai dengan tahun 2014 yang merupakan
milik terdakwa sejak tahun 2005 samapai tahun
2013.
- PT. JOGIARTO MAKMUR ABADI bergerak dalam
pengumpulan dan pemanfaatan limbah B3 solid
dan liquid untuk dijual dalam bentuk oli bekas dan
juga dalam bentuk bahan bakar alternatif.
- perijinan yang dimiliki terdakwa selaku direktur
PT.JOGIARTO MAKMUR ABADI adalah : SIUP, HO
dan perijinan lainya UPL - UKL berikut surat
rekomendasi UPL - UKL izin lingkungan atas
kegiatan pengumpulan dan penyimpanan oli bekas,
namun tidak memiliki ijin pengumpulan limbah B3.
- Dalam menjalankan operasional terdakwa selaku
direktur PT.JOGIARTO MAKMUR ABADI telah
menyuruh Karyawan saksi HENDRIK, DEDE, ABI
berkeliling ke bengkel motor / mobil dan
pabrikpabrik yang menghasilkan oli bekas sisa dari
penggantian oli untuk melihat jumlah dan kadar
airnya selanjutnya karyawan terdakwa membayar
uang muka pembelian setelah memperoleh
beberapa lokasi pembelian pada hari berikutnya
dilakukan pengambilan untuk dikumpulkan
digudang, atau ada juga pengepul yang datang
menawarkan limbah oli bekas ke gudang milik
PT.JOGIARTO MAKMUR ABADI , dengan cara yang
dilakukan oleh para pengepul oli bekas juga
hampir sama dengan cara pengumpulan oleh
karyawan terdakwa yaitu terdakwa menunjukan
buku dan rincian kegiatan pengumpulan limbah B3
oli bekas
- dalam 1 (satu) minggu PT.JOGIARTO MAKMUR
ABADI dapat mengumpulkan limbah B3 sejumlah
10.000 sampai dengan 12.000 liter limbah B3 oli
bekas, sedangkan Harga pembelian limbah B3
minyak pelumas bekas adalah Rp.2.700,- / liter (
dua ribu tujuh ratus rupiah per liter ) - Bahwa
Limbah B3 oli bekas tersebut ditampung pada bak
penampungan untuk selanjutnya dijual
- bahan bakar alternatif terbuat campuran dari
residu baik yang kental atau cair tersebut dengan
oli bekas murni, terdakwa membeli dari para kuli di
pelabuhan yang bertugas membersihkan dan
merawat kapal dengan cara terdakwa telpon
selanjutnya terdakwa perintahkan saksi HENDRIK,
DEDE, ABI untuk mengambil residu tersebut ,
untuk liquid CMO terdakwa memperoleh dari
karyawan terdakwa ataupun dari pembuat CMO
sendiri, untuk liquid sisa pembersihan mesin
diperoleh karyawan yang keliling mencari oli bekas.
- Oli bekas berikut residu (kental dan cair) tersebut
telah tercampur menjadi satu ketika proses
penyimpanan ditempat pengumpulan selanjutnya
dibuat berat jenis dikisaran angka 90 - 92, cara
mengukur berat jenis adalah mengukur dengan
alat pengukur berat jenis yang dibeli di toko kimia.
- terdakwa dalam melakukan pengelolaan limbah
B3 tanpa ada izin dari menteri
Hubungan Hukum Dalam ajuan gugatan yang diberikan kepada Pengadilan
Penggugat Negeri Semarang bahwa terdapat aktivitas pengolahan
limbah B3. Perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak
adanya izin dari pihak berwenang. Terdakwa hanya
memiliki SIUP, HO dan perijinan lainnya UPL-UKL berikut
surat rekomendasi UPL-UKL izin lingkungan atas kegiatan
pengumpulan dan penyimpanan oli bekas, namun tidak
memiliki ijin pengumpulan limbah B3.
Akibat Hukum/Unsur Didalam gugatan yang diajukan oleh penuntut umum,
Kerugian kegiatan pengolahan limbah B3 yang termasuk limbah
beracun dapat membahayakan kelangsungan hidup
manusia dan hayati.
Dasar Hukum Pasal 59 ayat (4), Pasal 102 dan pasal 116 Undang-
Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal 40 PP.No.18 tahun 1999 ayat (1) huruf a dan c
Dasar Menggugat Dasar menggugat dari pihak pemohon/ Suparti, S.H yaitu
selaku penuntut umum, di Jalan Untung Suropati
Semarang Berdasarkan Surat Pernyataan Keterangan Ijin
atas kegiatan pengumpulan dan penyimpanan oli bekas
yang dimiliki oleh PT. Jogiarto Makmur Abadi sebagai
pemilik obyek sengketa tersebut karena tidak memiliki izin
atas pengumpulan limbah B3.. Sebagaimana diketahui
bahwa dalam kegiatan tersebut seharusnya berdasarkan
Pasal 59 ayat (4) Undang-Undang Nomor No 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup,yang dimana pihak PT. Jagiarto Makmur Abadi
dalam melakukan pengelolaan limbah B3 wajib mendapat
izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya
MODUL 3
Kronologi kasus
Putusan No 291/Pid.Sus/2014/PN.Smg pada perkara ditingkat pertama, dengan
termohon Onward Joko Prasetyo, S.H dan pemohon Suparti, S.H Pokok perkara
pengolahan limbah B3 tanpa izin dengan tempat pengadilan dikabupaten Semarang,
Jawa Tengah. Dalam peristiwa ini, peristiwa hukumnya adalah Bahwa terdakwa
Onward Joko Prasetyo,S.H Bin Abdul Rosyid, selaku Direktur PT. Jogiarto Makmur
Abadi, yang berkantor di Jl.Untung Suropati Semarang, pada hari yang sudah tidak
dapat diingat lagi dengan pasti, sejak tanggal 28 Agustus 2013 sampai dengan
tanggal 18 Maret 2014, atau setidak-tidaknya antara tahun 2013 sampai dengan
tahun 2014 bertempat di Jl.Untung Suropati Semarang, setidak-tidaknya pada suatu
tempat lain yang masuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Semarang telah
melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin Untuk hubungan hukum ajuan gugatan
yang diberikan kepada Pengadilan Negeri Semarang bahwa terdapat aktivitas
pengolahan limbah B3. Perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak adanya izin dari
pihak berwenang. Terdakwa hanya memiliki SIUP, HO dan perijinan lainnya UPL-UKL
berikut surat rekomendasi UPL-UKL izin lingkungan atas kegiatan pengumpulan dan
penyimpanan oli bekas, namun tidak memiliki ijin pengumpulan limbah B3., dan
akibat hukum dalam gugatan yang diajukan oleh penuntut umum, kegiatan
pengolahan limbah B3 yang termasuk limbah beracun dapat membahayakan
kelangsungan hidup manusia dan hayati.yang menyebabkan unsur kerugian dapat
diuraikan sebagai berikut. Putusan ini berdasarkan atas dasar hukum UU No 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 59 ayat
(4), berbunyi “Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.”
Pasal 102, berbunyi “Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah)”.
pasal 116, berbunyi “(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh,
untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan
kepada: a. badan usaha; dan/atau b. orang yang memberi perintah untuk
melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin
kegiatan dalam tindak pidana tersebut. (2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan
hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja
badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin
dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan
secara sendiri atau bersama-sama”.
MODUL 4
Pengertian, istilah, bahasa, kamus, pendapat para ahli, dan peraturan
perundang-undangan.
1. Limbah adalah benda yang di buang baik berasal dari alam maupun dari
suatu kegiatan yang dikehendaki oleh makhluk hidup baik melalui proses
teknologi ataupun tidak dengan proses teknologi dan dianggap tidak memiliki
nilai guna serta nilai ekonomi secara langsung.1
2. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan
atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.2
Limbah B3 didefinisikan sebagai limbah padat atau kombinasi dari limbah
padat yang karena jumlah, konsentrasinya, sifat fisik, kimia maupun yang
bersifat infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan penyakit yang tidak
dapat pulih, yang substansinya dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia atau lingkungan dikarenakan pengelolaan yang tidak tepat, baik itu
penyimpanan, transportasi, ataupun dalam pembuangannya.3
3. Replik yaitu adalah jawaban penggugat dalam hal baik terulis maupun juga
lisan terhadap jawaban tergugat atas gugatannya. Replik diajukan oleh
penggugat untuk meneguhkan gugatannya tersebut, dengan cara
mematahkan berbagai alasan dalam penolakan yang dikemukakan tergugat di
dalam jawabannya. Replik adalah lanjutan dari suatu pemeriksaan dalam
perkara perdata di dalam pengadilan negeri setelah tergugat mengajukan
jawabannya. Replik ini berasal dari 2 kata yakni re (kembali) dan pliek
(menjawab), jadi dapat kita simpulkan bahwa replik berarti kembali
menjawab.4
4. Duplik yaitu adalah jawaban tergugat terhadap suatu replik yang diajukan
oleh penggugat. Sama juga halnya dengan replik, duplik ini juga bisa diajukan
baik dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk lisan. Duplik ini diajukan
oleh tergugat untuk meneguhkan jawabannya yang pada lazimnya berisi
suatu penolakan terhadap suatu gugatan pihak penggugat.5
5. Manifes adalah suatu dokumen dalam jasa angkutan yang berisi daftar kargo,
penumpang, awak kapal, pesawat udara atau kendaraan lainnya yang biasa
digunakan oleh bea cukai. Manifes biasanya digunakan oleh orang-orang
yang memiliki kepentingan untuk memastikan bahwa penumpang dan kargo
1
https://www.universaleco.id/blog/detail/pengertian-jenis-karakteristik-pengelolaan-limbah-di-indonesia/59
2
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
3
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9485/5.pdf?sequence=4&isAllowed=y
4
Ery Agus Priyono, Duplik Sebagai Upaya Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi Dalam Mempertahankan
Argumentasi Dalam Jawaban Atas Gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekovensi, volume 1 No. 1,
November 2018, Law Development & Justice Review : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, hlm. 104,
file:///C:/Users/hp/Downloads/3822-11398-1-SM.pdf
5
Ery Agus Priyono, Duplik Sebagai Upaya Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi Dalam Mempertahankan
Argumentasi Dalam Jawaban Atas Gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekovensi, volume 1 No. 1,
November 2018, Law Development & Justice Review : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, hlm. 104,
file:///C:/Users/hp/Downloads/3822-11398-1-SM.pdf
yang terdaftar telah berada di dalam transportasi tersebut dari awal
keberangkatan hingga sampai di tujuan.6

MODUL 5
Identifikasi peraturan perundang-undangan
Putusan No 91/Pid.Sus/2014/PN.Smg, ada beberapa aturan yang termuat antara
lain:
Pasal 59 ayat (4) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, berbunyi “Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat
izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.”7
Pasal 102 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, berbunyi “Setiap orang yang melakukan pengelolaan
limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”.8
pasal 116 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, berbunyi “(1) Apabila tindak pidana lingkungan
hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan
sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. badan usaha; dan/atau b. orang yang memberi
perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai
pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. (2) Apabila tindak pidana
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang
berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam
lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana
tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama”.9
Pasal 40 Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 ayat (1) huruf a yang berbunyi,
“pellyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dim/aillu penimbunan
limbah 83 wajib memiliki izin operasi dllri Kepala inslansi yang bertanggung jawab”
dan huruf c yang berbunyi, “pemanfaalan limbah B3 sebagai kegialan ulama wajib
memiliki izin pemanfaalan dar! instansi yang berwenang memberikan izin
pemanfaalan setelah mendapat rekomendasi dad KepaJa instansi yang bertanggung
jawab”.10

6
https://kamus.tokopedia.com/m/manifes/
7
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
8
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
9
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
10
Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
MODUL 6
Asas hukum
Menurut Belleford asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang
lebih umum. Asas hukum umum merupakan pengendapan dari hukum positif.
Scholten berpendapat bahwa asas hukum adalah kencenderungan-kecenderungan
yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum yang merupakan
sifat-sifat umum dengan keterbatasannya sebagai pembawaan hukum, tetapi tidak
boleh tidak harus ada. dapat disimpulkan bahwa asas hukum merupakan aturan
dasar dan prinsip-prinsip yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi
peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Asas hukum merupakan pikiran dasar
yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan konkret yang
terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang menjelma dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif
dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam
peraturan konkret tersebut.11 Ada beberapa asas yang menjadi pokok dari hukum
pidana dan hukum acara pidana, seperti :
1. Asas legalitas
Asas ini berkaitan dengan seseorang itu tidak dapat dikenakan suatu sanksi
pidana selama tindak kejahatan yang dilakukan itu tidak terdapat dalam KUHP
sebagaimana di jelaskan pasal 1 ayat (1) yang berbunyi :” tidak ada
perbuatan apapun yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana
perundang-undangan yang sudah dicantumkan.”
2. Asas teritorialitas
Asas ini sebenarnya berlaku pada hukum internasional karna asas ini sangat
penting untuk menghukum semua orang yang berada di Indonesia yang
melakukan tindak pidana yang dilakukan oleh orang tersebut baik dilakukan
di Indonesia maupun di luar. Akan tetapi asas ini berisi asas positif yang
dimana tempat berlaku seorang pidana itu berdiam diri. Sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 2 KUHP berbunyi :”ketentuan pidana dalam
perundang-undangan di indonesia diterapkan bagi setiap orang melakukan
tindak pidana di Indonesia.”Dan dalam pasal 3 KUHP juga berbunyi
:”ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap
orang yang diluar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalam
kendaraan air atau pesawat Indonesia.”
3. Asas personalitas
Asas ini membahas tentang KUHP terhadap orang-orang Indonesia yang
melakukan tindak pidana diluar negara Indonesia. Dalam hukum internasional
hukum ini disebut asas Personalitas. Akan tetapi hukum ini tergantung

11
https://www.jurnalhukum.com/asas-asas-hukum/
dengan perjanjian bilateral antar negara yang membolehkan untuk mengadili
tindak pidana tersebut sesui asal negaranya.
4. Asas perlindungan
Asas ini memberlakukan KUHP terhadap siapapun baik WNI ataupun warga
negara asing yang melakukan perbuatan tindak pidana diluar negara
Indonesia sepanjang erbuatan tersebut melanggar kepentingan negara
Indonesia.
5. Asas universal
Asas universalitas ini biasanya berkaitan dengan asas kemanusiaan, dalam
arti sipelaku tindak pidana ini akan dikenakan pidana yang berlaku dengan
tempat atau dimana ia berhenti seperti tindak pidana terorisme yang dimana
kasus ini telah melibatkan semua negara atau semua negara telah bersepakat
jika hal yang demikian itu merupakan tindak pidana
6. Asas tidak ada hukuman tanpa kesalahan
Asas ini mempunyai makna yang sama dengan makna asas Legalitas itu
sendiri sehingga asas ini dibekukan kedalam satu asas yang fundamental
yaitu menjadi asas Legalitas. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas
Kesalahan mengandung pengertian bahwa seseorang yang telah melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum pidana yang berlaku,
tidak dapat dipidana oleh karena ketiadaan kesalahan dalam perbuatannya
tersebut.12
Asas Hukum Tersirat :
Dalam putusan Nomor 291/Pid-Sus/2014/PN.Smg ini menggunakan asas legalitas.
Asas legalitas berkaitan dengan seseorang itu tidak dapat dikenakan suatu sanksi
pidana selama tindak kejahatan yang dilakukan itu tidak terdapat dalam KUHP.
Menurut pasal 1 ayat (1) KUHP asas legalitas terdiri 3 pokok diantaranya “Tidak ada
suatu perbuatan yang dapat dipidana (dihukum) apabila perbuatan tersebut tidak
diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan sebelumnya/terlebih dahulu, jadi
harus ada aturan yang mengaturnya sebelum orang tersebut melakukan
perbuatan”.13
Dalam putusan ini, penuntut umum mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Negeri Semarang bahwa tergugat telah melakukan pengolahan limbah B3 yang tidak
memiliki ijin dari pihak yang berwenang. Sesuai dengan putusan dihalaman 4,
dimana kegiatan tersebut sudah melanggar ketentuan dalam pasal 59 ayat (4)
undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan pasal 40 PP.No.18 tahun 1999 ayat (1) huruf a dan c.
Sehingga tergugat nantinya bisa terancam pidana pasal 102.

12
https://menuruthukum.com/2020/05/07/asas-asas-hukum-pidana/
13
Asas-Asas Hukum Pidana – Menurut Hukum
MODUL 7
Teori Hukum
Menurut Roeslan Saleh teori hukum adalah cabang ilmu pengetahuan hukum yang
mempelajari berbagai aspek teoritis maupun praktis dari hukum positif tertentu
secara tersendiri dan dalam keseluruhannya secara interdisipliner untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih baik, lebih jelas, dan lebih mendasar mengenai hukum
positif yang bersangkutan. Teori hukum adalah ilmu yang bersifat menerangkan
atau menjelaskan tentang hukum. Teori hukum merupakan bagian penting dari ilmu
hukum karena melalui teori-teori dapat mencerminkan perkembangan hukum dalam
masyarakat. Teori hukum adalah teorinya ilmu hukum. Dengan perkataan lain, ilmu
hukum adalah objek teori hukum. Teori hukum berhubungan dengan hukum pada
umumnya, bukan mengenai hukum di suatu tempat dan di suatu waktu seperti
halnya ilmu hukum.14
para ahli telah merumuskan beberapa teori mengenai pemidanaan, yang menjadi
dasar hokum dan tujuan dari pemidanaan yaitu :
1) Teori absolut
Teori absolut memandang bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas
kesalahan yang telah dilakukan, jadi berorientasi pada perbuatan dan terletak
pada kejahatan itu sendiri. Pemidanaan diberikan karena si pelaku harus
menerima sanksi itu demi kesalahannya
2) Teori relatif
Teori ini menganggap bahwa dasar dari pemidanaan itu adalah tujuan dari
pidana itu sendiri, karena pidana itu mempunyai tujuan tertentu. Menurut
teori ini sebagai dasar pidana itu ialah tujuan pokok, yaitu mempertahankan
ketertiban masyarakat
3) Teori gabungan
Teori ini mencakup kedua teori diatas, yaitu teori absolut (pembalasan) dan
teori relative (tujuan). Berdasarkan teori ini, pemidanaan didasarkan atas
pembalasan dan tujuan pidana itu sendiri. Karena itu, harus ada
keseimbangan antara pembalasan dengan tujuan pemberian pemidanaan
terhadap seseorang yang melakukan kejahatan, agar tercapai keadilan dan
kepuasan masyarakat.
4) Teori pembenaran pemidanaan terpadu
Dikarenakan tidak puas dengan berbagai teori yang ada, maka L. Packer
mengajukan teori pembenaran pemidanaan terpadu (Integrated Theori of
Kriminal Punisment). Menurut L. Packer, adanya ambiguistitas (arti ganda)
dalam pemidanaan, yaitu : “Pemidanaan itu perlu, tapi patut diselesaikan”.
Oleh karena itu, dalam menjatuhkan pidana diperlukan adanya syarat
kesalahan pelaku. Menurut Packer dalam penjatuhan pidana harus

14
Dr. Isharyanto, S.H.,M.Hum. Teori Hukum (suatu pengantar dengan Pendekatan Tematik). Hal.30-32
dipertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu : perbuatan melawan hukum, kesalahan
pelaku, dan sanksi pidana yang diancamkan.
Teori hukum tertulis :
Menurut putusan di halaman 14 yaitu “Menimbang, bahwa pidana yang dijatuhkan
dibawah ini bukanlah merupakan suatu balas dendam akan tetapi sifatnya sebagai
mendidik Terdakwa agar kelak setelah keluar dari penjara tidak akan mengulang
kembali dari kesalahan yang sama”
Dalam hal ini teori hukum yang digunakan adalah teori Relatif. Teori ini menganggap
bahwa pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi
sebagai sarana mencapai tujuan bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju
kesejahteraan.15 Berdasarkan teori ini, hukuman yang dijatuhkan untuk
melaksanakan maksud dan tujuan dari hukuman itu adalah memperbaiki
ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat kejahatan. Tujuan hukuman harus
dipandang ideal, selaindari itu, tujuan hukuman adalah untuk mencegahterjadinya
kejahatan yang sama.

Teori hukum tersirat :


Teori hukum yang digunakan adalah teori absolut, karena pada putusan Nomor
291/Pid-Sus/2014/PN.Smg terdakwa diberi sanksi pidana atas kesalahan yang telah
dilakukan. Pemidanaan ini diberikan karena terdakwa harus menerima sanksi itu atas
kesalahannya. Menurut teori ini, dasar hukuman harus dicari dari kejahatan itu
sendiri, karena kejahatan itu telah menimbulkan penderitaan bagi orang lain,
sebagai imbalannya (vergelding) si pelaku harus diberi penderitaan. Setiap
kejahatan harus diikuti dengan pidana, tidak boleh tidak, tanpa tawar menawar.16

MODUL 8
Konsep Hukum
Menurut Radbruch membedakan dua jenis konsep hukum yakni Konsep Yuridis
Relevan (legally relevant consept) dan Konsep Hukum Asli (genuine legal concepts).
Konsep hukum asli selanjutnya disebut sebagai Konsep Hukum. Konsep yuridis
relevan merupakan konsep komponen aturan hukum khususnya konsep yang
digunakan untuk memaparkan situasi fakta dalam kaitannya dengan ketentuan
undang-undang yang dijelaskan dengan interpretasi, misalnya konsep fakta seperti
benda membawa pergi atau mengambil, tujuan atau maksud (intensi). Sementara
Konsep Hukum (genuine legal concepts) adalah konsep konstruktif dan sistematis
yang digunakan untuk memahami sebuah aturan hukum (misalnya konsep hak,

15
Ayu efritadewi. Modul Hukum Pidana (Tanjungpinang : Umrah Press, 2020) hlm.8-9
https://law.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/MODUL-HUKUM-PIDANA.pdf
16
Ayu efritadewi. Modul Hukum Pidana (Tanjungpinang : Umrah Press, 2020) hlm.7
https://law.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/MODUL-HUKUM-PIDANA.pdf
kewajiban, hubungan hukum, lembaga hukum, perikatan, perkawinan, waris dan
jual beli) (Gustav Radbruch, 1950).17
Dalam putusan konsep hukum yang digunakan adalah konsep hukum yuridis
relevan. Konsep yuridis relevan merupakan konsep komponen aturan hukum
khususnya konsep yang digunakan untuk memaparkan situasi fakta dalam kaitannya
dengan ketentuan undang-undang yang dijelaskan dengan interpretasi, misalnya
konsep fakta seperti benda membawa pergi atau mengambil, tujuan atau maksud
(intensi).18 Pada putusan ini telah tercantum beberapa fakta yang dilakukan oleh
terdakwa sehingga juga ada ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya
juga.

MODUL 9
Penafsiran hukum
Penafsiran hukum (interpretasi) adalah sebuah pendekatan pada penemuan hukum
dalam hal peraturannya ada tetapi tidak jelas untuk dapat diterapkan pada
peristiwanya. Penafsiran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam hukum.
Penafsiran merupakan metode untuk memahami makna yang terkandung dalam
teks-teks hukum untuk dipakai dalam menyelesaikan kasus-kasus atau mengambil
keputusan atas hal-hal yang dihadapi secara konkrit.19 Macam-macam penafsiran
hukum menurut pendapat Utrecht :
a) Penafsiran menurut arti kata
Hakim wajib mencari arti kata dalam undang-undang dengan cara membuka
kamus bahasa atau meminta keterangan ahli bahasa. Kalaupun belum cukup,
hakim harus mempelajari kata tersebut dalam susunan kata-kata kalimat atau
hubungannya dengan peraturanperaturan lainnya. Cara penafsiran ini,
menurut Utrecht, yang pertama ditempuh atau usaha permulaan untuk
menafsirkan.20
b) Penafsiran historis
Bagi hakim, menurut Scolthen, makna penafsiran historis berdasarkan
kebutuhan praktik. Pada umumnya yang penting bagi hakim ialah mengetahui
maksud pembuat naskah hukum yang ditetapkan. Hukum bersifat dinamis
dan perkembangan hukum mengikuti perkembangan masyarakat. Oleh
karena itu, makna yang dapat diberikan kepada suatu kata dalam naskah
hukum positif sekarang berbeda dengan maknanya pada waktu ditetapkan.

17
Gustav Radbruch, “Legal Philosophy”, Koehler Verlag, Stuttgarrt, 1950, Hal. 148
18
Ani Purwati. METODE PENELITIAN HUKUM TEORI DAN PRAKTEK (Surabaya : CV. Jakad Media Publishing,
2020) hlm.12 http://eprints.uwp.ac.id/id/eprint/2819/1/Untitled%20buku%20bu%20ani.pdf
19
Afif khalid. Penafsiran Hukum oleh Hakim Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia. Volume VI Nomor 11,
Januari-Juni 2014.al-adl : jurnal hukum. Hlm 8. https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/aldli/article/view/196/189
20
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, disadur dan direvisi oleh Moh. Saleh Djindang, cet. XI, PT.
(Jakarta : Ichtiar Baru, 1983), hlm. 208
Oleh sebab itu pula, penafsiran menurut searah hakikatnya hanya merupakan
pedoman saja.
c) Penafsiran sistematis
Penafsiran sistematis merupakan penafsiran menurut sistem yang ada dalam
rumusan hukum itu sendiri (systematische interpretative). Penafsiran
sistematis juga dapat terjadi jika naskah hukum yang satu dan naskah hukum
yang lain, di mana keduanya mengatur hal yang sama, dihubungkan dan
dibandingkan satu sama lain.
d) Penafsiran sosiologis
Menurut Utrecht, setiap penafsiran undang-undang harus diakhiri dengan
penafsiran sosiologis agar keputusan hakim dibuat secara sungguh-sungguh
sesuai dengan keadaan yang ada dalam masyarakat. Utecht mengatakan
bahwa hukum merupakan gejala sosial, maka setiap peraturan memiliki tugas
sosial yaitu kepastian hukum dalam masyarakat. Tujuan sosial suatu
peraturan tidak senantiasa dapat dipahami dari kata-kata yang dirumuskan.
e) Penafsiran otentik
Penafsiran otentik ini sesuai dengan tafsir yang dinyatakan oleh pembuat
undang-undang (legislator) dalam undang-undang.
Dalam putusan Nomor 291/Pid-Sus/2014/PN.Smg ini menggunakan penafsiran
sistematis. Penafsiran sistematis juga dapat terjadi jika naskah hukum yang satu dan
naskah hukum yang lain, di mana keduanya mengatur hal yang sama, dihubungkan
dan dibandingkan satu sama lain.21 Karena dalam putusan tersebut pemidanaan
yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan yaitu melakukan kegiatan
pengolahan limbah B3 tanpa ijin yang tidak sesuai dengan pasl 59 ayat (4) undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa “Pengelolaan limbah B3 wajib
mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya”, dan pasal 40 PP.No.18 tahun 1999 ayat (1) huruf a dan c
sehingga dari pelanggaran tersebut terdakwa diancam pidana sesuai dengan pasal
102 undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yang dapat dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

MODUL 10
Fakta Hukum
• Bahwa sejak tahun 2005 Terdakwa telah membuat UD.Jogiarto dan
melakukan usaha pengelolaan limbah B.3 berupa minyak pelumas dan oli
bekas dengan cara mengumpulkan oli bekas yang dibeli dari tempat tempat
bengkel motor dan mobil, lalu dikumpulkan, setelah terkumpul lalu Terdakwa
menjual lagi ke PT.Alp Petro Industri (d/h PT. Agip Lubrindo Pratama).

21
https://media.neliti.com/media/publications/225122-penafsiran-hukum-oleh-hakim-dalam-sistem-
f0c52582.pdf
• Bahwa UD.Jogiarto pada tahun 2013 ditingkatkan menjadi PT.Jogiarto
Makmur Abadi dan yang menjadi direktur / pimpinan adalah Terdakwa
Onward Joko Prasetyo,SH. • Bahwa PT.Jogiarto Makmur Abadi tetap
melakukan usaha pengumpulan dan pemanfaatan limbah B.3 solid dan liquid
untuk dijual dalam bentuk oli bekas dan dalam bentuk bahan bakar alternatif.
• Bahwa dalam usahanya tersebut PT.Jogiato Makmur Abadi hanya memiliki izin
berupa izin Lingkungan, dan dokumen UKL-UPL No:660.1/1374/B.11/XII/2013
yang dikeluarkan dari Badan Lingkungan Hidup Kodya Semarang ;
• Bahwa apabila suatu badan usaha atau perseorangan melakukan suatu usaha
Pengelolaan Limbah B.3 wajib mendapatkan izin dari Menteri, Gubernur, atau
Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, sesuai ketentuan pasal 59
ayat 4 UU NOMOR 32 tahun 2009 ;
• Bahwa PT.Jogiarto Makmur Abadi dalam melakukan usahanya tersebut belum
mempunyai izin yang sah dari instansi yang berwenang dalam hal ini Menteri
Lingkungan Hidup RI.
• Bahwa izin Lingkungan dan dokumen UPL-UKL yang dikeluarkan Badan
Lingkungan Hidup Kodya Semarang bukan merupakan izin yang sah sesuai
dengan ketentuan pasal 40 PP.No.18 tahun 999 ayat (1) huruf a dan c

MODUL 11
Analisa sesuai dengan kemampuan dan semesternya
Berdasarkan putusan Nomor 291/Pid-Sus/2014/PN.Smg, diketahui hakim
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa setelah terbukti adanya unsur tindak pidana
dengan diancam pidana berdasarkan pasal 102 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup “Setiap orang yang
melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”. Namun menurut analisis
saya seharusnya juga memperhatikan pasal 69,pasal 105 jo106 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 105 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa “Setiap orang yang memasukkan
limbah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah)”.
Pasal 106 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa “Setiap orang yang memasukkan
limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).”
Adapun ketentuan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :
(1) Setiap orang dilarang:
a) melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
b) memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c) memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d) memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e) membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f) membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g) melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h) melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i) menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;
dan/atau
j) memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
Karena PT. Jogiarto Makmur Abadi yang dalam melakukan operasional tidak
memiliki izin pengumpulan limbah B3

MODUL 12
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Dari Putusan Nomor 291/Pid-Sus/2014/PN.Smg dapat disimpulkan bahwa sanksi
pidana yang diterapkan bagi pelaku dari tindak pidana yang melakukan pengolahan
limbah B3 tanpa ijin sudah di atur dalam pasal 102 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun
sanksi pidana yang didapat adalah dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah. Untuk tindak pidana yang telah dilakukan oleh, untuk, atau atas
nama badan usaha dan/atau perusahaan maka berdasarkan ketentuan yang ada
dalam pasal 116 Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup.
Tuntutan pidana dan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada orang yang berotoritas
untuk memberikan tindakan dan berposisi sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana itu. Penerapan sanksi pidana dalam putusan ini dinilai terlalu meringankan
bagi terdakwa, hal tersebut ditinjau dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan
Teori pemidanaan yang menyangut dengan kesalahan yang dilakukan oleh PT.
Jogiarto Makmur Abadi sebagai penanggung jawab. Terdakwa hanya diadili dengan
pasal 102 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai
perbuatan setelah melakukan pengolahan limbah B3 di daerah lingkungan PT.
Jogiarto Makmur Abadi. Dimana seharusnya memperhatikan pasal 59 ayat 4, pasal
102 jo 116 bahwa pengelolaan limbah B3 tanpa izin sudah dilarang oleh Undang-
Undang. Dan saat melakukan pengolahan limbah B3 PT. JOGIARTO MAKMUR ABADI
belum memiliki izin pengumpulan limbah B3.

Saran :
1. Didalam menjatuhkan pidana hakim harus lebih berani dan berkenan
menggali lebih dalam lagi suatu perkara untuk mencari alasan serta fakta
yang ada dalam mengurus suatu perkara, agar penerapan sanksi pidana bisa
lebih optimal sehingga dapat menaklukan permasalahan yang terjadi di
perusahan indonesia yang industrinya menghasilkan limbah B3

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ayu Efritadewi, 2020, Buku Modul Hukum Pidana, Umrah Press:
Tanjungpinang.
Ani Purwati, 2020, Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek, CV.
Jakad Media Publishing : Surabaya.
Dr. Isharyanto, S.H.,M.Hum. Teori Hukum (suatu pengantar dengan
Pendekatan Tematik).
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, disadur dan direvisi oleh
Moh. Saleh Djindang, cet. XI, PT. (Jakarta : Ichtiar Baru, 1983).
Gustav Radbruch, “Legal Philosophy”, Koehler Verlag, Stuttgarrt, 1950.
B. Jurnal
Ery Agus Priyono, Duplik Sebagai Upaya Tergugat Konvensi/Penggugat
Rekonvensi Dalam Mempertahankan Argumentasi Dalam Jawaban Atas
Gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekovensi, volume 1 No. 1,
November 2018, Law Development & Justice Review : Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, hlm. 104, file:///C:/Users/hp/Downloads/3822-11398-
1-SM.pdf
Afif khalid. Penafsiran Hukum oleh Hakim Dalam Sistem Peradilan Di
Indonesia. Volume VI Nomor 11, Januari-Juni 2014. al-adl : jurnal hukum.
Hlm 8. https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/aldli/article/view/196/189
C. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun
D. Putusan MA
Putusan Nomor 291/Pid-Sus/2014/PN.Smg
E. Website
https://kamus.tokopedia.com/m/manifes/ (diakses pada tanggal 13 April 2022
jam 16.00)
Asas-Asas Hukum Pidana – Menurut Hukum (diakses pada tanggal 16 April
2022 jam 13.21)
https://media.neliti.com/media/publications/225122-penafsiran-hukum-oleh-
hakim-dalam-sistem-f0c52582.pdf (diakses pada tanggal 17 April 2022 jam
15.12)
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9485/5.pdf?sequence=4
&isAllowed=y (diakses pada tanggal 18 April 2022 jam 21.12)
https://www.universaleco.id/blog/detail/pengertian-jenis-
karakteristik-pengelolaan-limbah-di-indonesia/59 (diakses pada
tanggal 18 april 2022 jam 21.17)
https://www.jurnalhukum.com/asas-asas-hukum/ (diakses pada
tanggal 18 April 2022 jam 21.22)
https://menuruthukum.com/2020/05/07/asas-asas-hukum-
pidana/ (diakses pada tanggal 18 April 2022 jam 21.32)
BIODATA

Nama : Mutiara Dewi Safitri


Tempat / Tanggal lahir : Jember, 06 Juni 2001
Nama ayah : Muchtar
Nama ibu : Painten
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Cita-cita : Pegawai BUMN (banker)
Prestasi : 161 cm
Berat Badan : 40 kg
Nama instagram : mutiiiarrra
Email : Mutiaradewi402@gmail.com

Pendidikan Formal
Pendidikan Tahun Lulus
1) TK Al-Hidayah Kauman Ambulu Jember 2006/2007

2) MIMA 29 Miftahul Ulum Kauman Ambulu 2008/2013


Jember
3) SMPN 1 Ambulu Jember 2013/2016
4) SMA BIMA Ambulu Jember 2016/2019

Jember, 17 April 2022

Mutiara Dewi Safitri

Anda mungkin juga menyukai