Anda di halaman 1dari 53

Kuliah-….

EVALUASI INFRASTRUKTUR
PASCA BENCANA (2 SKS)

Disaster Damage Assessment

Sri Aminatun., ST., MT


Disaster Damage Assessment

1. Definisi
Disaster damage assessment adalah salah satu assessmen
yang lebih terfokus pada kerusakan struktur dan kerusakan
lingkungan akibat suatu bencana

Data-data yang dibutuhkan meliputi:


bencana yang terjadi, dampak bencana, daerah terdampak,
bagaimana kita sampai ke lokasi, apa jenis bantuan yang
diperlukan dll
2. Sasaran dari Damage Assessment :
1. Untuk mengetahui besarnya dampak, agar dapat segera
dilakukan operasi penyelamatan
2. Untuk membuat penilaian cepat (a rapid assessment)
dari daerah terdampak.
3. Untuk mengidentifikasi tingkat keparahan dan distribusi
kerusakannya
4. Untuk membuat detailed assessment sebagai pedoman
dalam rehabilitasi dan rekonstruksi.
5. Untuk mengidentifikasi kerusakan struktur pada daerah
terdampak agar bisa ditentukan langkah perkuatan
struktur yang tepat.
6. Untuk menilai/menaksir damage and losses akibat
bencana
3. Persyaratan dasar dalam Damage Assessment
1. Penilaian kerusakan dimulai dari daerah/desa ke tingkat
yang lebih tinggi.
2. Surveyor untuk penilaian kerusakan harus profesional,
jujur dan menguasai ilmu di bidang tersebut,
3. Penilaian harus dilakukan dalam sesuai dengan bentuk
standar dan mengikuti peraturan yang ada.
4. Tingkat kerusakan harus didefinisikan secara jelas sesuai
dengan persyaratan yang ada, dan surveyor tidak bisa
bebas menentukan sendiri.
5. Harga satuan yang digunakan dalam perhitungan kerugian
harus berdasarkan tarif yang ditetapkan oleh lembaga
berwenang setempat.
Beberapa hal penting dalam
Damage Assessment
 Survei dalam Damage Assessment agak berbeda dengan
Needs Assessment.
 Needs Assessment: pengumpulan data dapat digunakan
beberapa alat seperti observasi langsung, checklist,
kuesioner atau wawancara. Sumber data juga bervariasi,
mungkin dari otoritas lokal, polisi, informan dll
 Damage Assessment: Tingkat kerusakan fisik struktur
harus dinyatakan sesuai standar dan tidak dapat dengan
bebas diciptakan oleh surveyor. Dengan demikian,
surveyor adalah orang-orang tertentu yang memiliki
keahlian dan latar belakang ilmiah dalam struktur
bangunan.
Pakistan EQ 8 Oct 2005
Damage and Loss Assessment Gempa Yogya 2006
Macam – macam metode pengujian beton dan
baja tulangan

1. Pengujian palu beton (Schmidt Hammer Test)


2. Pengujian Cepat Rambat Gelombang Ultra
(Ultrasonic Pulse Velocity Test)
3. Pengujian Beton Inti (Core Drilled Test)
4. Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan
5. Uji Pembebanan (Loading Test)
Beban Uji Total = 0,85(1,2 Beban Mati + 1,6
Beban Hidup)
A. UJI KAPASITAS STRUKTUR BETON BERTULANG
DENGAN METODE NON DESTRUCTIVE TEST

1. Pengujian palu beton (Schmidt Hammer Test)

Hammer test yaitu


suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, metode ini akan
diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya
yang murah.

Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan)


pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan
dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu

Secara umum alat ini bisa digunakan untuk :


1. Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur.
2. Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.
Prinsip kerja Concrete Hammer/ Schmidt Hammer:
Hubungan Empirik dari Nilai Hammer Rebound dengan kuat tekan seperti
ditunjukkan pada grafik berikut :
1. Arah A (0 derajat)
2. Arah B (-90 derajat)
3. Arah C (90 derajat)
2. Pengujian Cepat Rambat Gelombang Ultra
(Ultrasonic Pulse Velocity Test)

Ultrasonic Pulse Veocity Test (UPVT) adalah


cara untuk memperkirakan kekerasan beton yang didasarkan pada hubungan
kecepatan gelombang UPV melalui media beton dengan kekuatan tekan beton
itu. (International Atomic Energy Agency, 2002).
Metode uji ultrasonic memiliki beberapa fungsi lain selain memperkirakan
mutu beton :
a. Mengetahui keseragaman kualitas beton
b. Mendeteksi kedalaman retak beton
c. Honeycomb atau void atau kerusakan lain pada beton
d. Modulus elastis beton
e. Mengetahui kualitas beton setelah umur beberapa tahun
f. Mengetahui kekuatan tekan beton
1). Metode Langsung (Direct Transmision)
yaitu dimana pengukuran dilakukan dengan cara receiver transducer dan
transmitter transducer diletakan saling berhadapan.
2). UPVT Metode Semi Direct
Metode semi langsung (Semi Direct) yaitu dimana receiver tranducer dan
transmitter tranducer diletakan pada posisi axial, satu bidang tegak lurus dan
satu bidang mendatar.
3). UPVT Metode Indirect
Metode tidak langsung (Indirect) yaitu dimana receiver transducer dan
transmitter receiver diletakkan dalam satu bidang datar.
METODE PENGUJIAN UPVT

Pengujian identifikasi kuat tekan beton dengan Ultrasonic Pulse Velocity Test
dilakukan dengan mengukur kecepatan gelombang ultrasonik di dalam beton
yang dihitung dengan rumus:

V=L/T

dimana
L adalah jarak antara transmitter dan receiver .
T adalah waktu yang ditempuh oleh gelombang di dalam beton.

Karena kedua parameter ini telah diukur maka kecepatan gelombang


dapat diketahui. Kuat tekan beton dapat dihitung dengan menggunakan
kurva hubungan antara kecepatan gelombang dan mutu beton
Grafik hubungan empirik antara velocity hasil UPVT dengan kuat tekan beton hasil
hasil uji tekan (crushing).
Uji Mutu Dan Integritas Beton Ultrasonic Pulse Velocity Test
B. UJI KAPASITAS STRUKTUR BETON BERTULANG
DENGAN METODE DESTRUCTIVE TEST

1. 3. Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan


Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah UTM (Universal Testing
Machine).

Tujuan adalah
untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja beton dan parameter lainnya. Pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu baja.
4). Pengujian Beton Inti (Core Drilled Test)

Untuk Memastikan/mengambil sample perkerasan / beton di lapangan


hingga dapat di ketahui karakteristik kombinasi beton/perkerasan dan
kepadatannya.
1 . Ukurlah ketebalan inti core/ sampel dengan sigmat/ jangka sorong dengan tiga sisi
maka di dapat:
T1 = tebal 1
T2 = tebal 2
T3 = tebal 3
2. Hitunglah tebal Rata rata inti core/sampel ( satuan cm)
Ketebalan rata rata = T1 + T2 + T3 / 3
3. Penimbangan inti core atau sampel kering ( satuan gram)
4. inti core/ sampel dimasukan ke dalam wadah perendaman selama 24 jam
5. Penimbangan inti core/sampel didalam air ( satuan gram)
6. inti core/sampel diangkat dan dikeringkan, dilap dengan kain sehingga kering
permukaan ( SSD ), kemudian di timbang ( satuan gram )
7. Hitunglah Volumenya ( satuan gram )
Volume = Berat dalam air – Berat SSD
8. Hitung Buld Density lapangan ( satuan gram/cm³ )
Buld density = Berat kering / Volume
9. Hitung Kepadatan Relatif ( % )
Kepadatan = Buld density lapangan / buld density JSD
5). Uji Pembebanan (Loading Test)

Tujuan uji pembebanan ( Loading Test)


adalah untuk mengetahui apakah bagian struktur (yang diuji) masih kuat
menahan beban kerja (working load) yang membebaninya.

Pengambilan beban sesuai yang disyaratkan di dalam SNI 03-2847-2002,


yaitu sebesar:

U = 85% x (1,4D+1,7L)

dimana
D adalah beban mati
L adalah beban hidup.
Uji beban dilaksanakan dengan 5 tahapan penambahan beban (loading) yang
sama yaitu: 20%U, 40%U, 60%U, 80%U dan 100%U atau setara dengan air
setinggi Ui% x 0.1 cm.
Pada setiap penambahan beban, besarnya lendutan yang terjadi pada
balok diukur.

Anda mungkin juga menyukai