PENDAHULUAN
Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak dilakukan dalam bidang
rekayasa. Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Dengan kata lain,
ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang mendapat pengaruh
pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat menganalisis
seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban
yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan tersebut
(ITERA, 2020)
Dalam dunia industri sering kali dibutuhkan bahan yang keras, tahan aus, karena
inilah berbagai macam pengujian dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
2.1 Hardenbility
Hardenbility merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu material untuk dapat
dikeraskan dengan pembentukan martensite yang biasanya untuk metal baja.
Pembentukan martensite didasari pada proses pergeseran ataom yang
melibatkan penyusutan dari struktur kristal. Struktur martensite merupakan
konsekuensi langsung dari tegangan disekitar matriks yang timbul akibat
mekanisme geser. Dengan mengetahui hardenability baja dapat diketahui sifat-
sifat spesimen untuk dapat menentukan penggunaannya dengan tepat.
Kekerasan pada baja dapat dimodifikasi tanpa menambahkan unsur lain namun
dapat dengan perlakuan panas, karena pada proses tersebut terjadi peribahan
struktur pada baja. Pada penggunaan material sering kali dibutuhkan tingkat
kekerasan tinggi seperti baja (Adawiyah, 2015).
𝑃
𝐵𝐻𝑁 = 𝜋𝐷 1 …………………………....(1)
[𝐷−{𝐷2 −𝑑 2 }2
2
Keterangan:
𝑃 = Beban yang diterapkan (kgf)
𝐷 = Diamter Identor (𝜇𝑚)
𝑑 = Diamter lekukan (𝜇𝑚)
Bobot uji kekerasan Brinell yang relatif tinggi memiliki keuntungan bahwa
ketidakrataan lokal terdistribusi. Selain itu, goresan dan kekasaran
permukaan mempengaruhi uji brinell lebih sedikit daripada uji kekerasan
lainnya. Di sisi lain, lekukan yang besar dapat mencegah penggunaan
pengujian ini pada spesimen kecil atau tipis atau bagian yang peka terhadap
tekanan di mana lekukan dapat menyebabkan kegagalan (failure). Metode
brinell sangat dianjurkan untuk material atau bahan uji yang bersifat
heterogen. Kelemahan dari metode Brinell adalah tidak dapat digunakan
pada benda yang tipis dan kecil dan butuh ketelitian saat mengukur diameter
lekukan hasil indentasi.
Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan
tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik dengan
sudut puncak 136º ke permukaan logam yang akan diuji kekerasannya,
dimana permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih. Setelah gaya
tekan secara statis ini kemudian ditiadakan dan pyramid diamond
dikeluarkan dari bekas yang terjadi, maka diagonal segi empat bekas teratas
diukur secara teliti,yang digunakan sebagai kekerasan logam yang akan
diuji. Permukaan bekas merupakan segi empat karena pyramid merupakan
piramida sama sisi. Nilai kekerasan yang diperoleh disebut sebagai
kekerasan Vickers yang biasa disingkat dengan Hv atau HVN (Vickers
Hardness Number). Hal terpenting yang harus dipelajari dalam pengujian
Vickers adalah bagaimana menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam
hal memasang indentor pyramid diamond meletakkan specimen di
tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai, melihat dan mengukur
diagonal persegi empat teratas dari bekas yang terjadi seteliti mungkin
(Ikthiar, 2020)
𝜃
2 𝑃 𝑆𝑖𝑛 ( ) (1,854)𝑃
𝐻𝑉 = 2
= …………………………(2)
𝑑2 𝑑2
Keterangan:
P = Beban yang diterapkan (kgf)
𝜃 = Sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 136°
d = Panjang diagonal rata − rata (μm)
Karena jejak yang dibuat dengan penekan piramida serupa secara geometris
dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak
tergantung kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada
beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji vickers
berkisar antara 1 hingga 120 kg. tergantung pada kekerasan logam yang
akan diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode
vickers adalah:
1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini
sangat lamban.
2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati-hati
3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan
panjang diagonal.
Keunggulan uji Vickers adalah skala kekerasan yang konsisten dalam
rentang yang luas, dari sangat lunak dengan nilai 5 hingga nilai sangat keras
1500, karena lekukan intan sangat keras, disarankan saat menguji material
yang mengalami, dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses
case hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih keras
dan dapat dilakukan pada benda benda pada ketebalan 0,006 inci.
Kelemahan dari uji Vickers adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
menentukan kekerasannya, sehingga jarang digunakan untuk keperluan
rutin.
c. Pengujian Kekersan Rockwell
Pengujian rockwell mirip dengan pengujian brinell, yakni angka kekerasan
yang diperoleh merupakan fungsi derajat indentasi. Beban dan indentor
yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi pengujian. Berbeda
dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang digunakan lebih kecil
sehingga menghasilkan indentasi yang lebih kecil dan lebih halus. Banyak
digunakan di industri karena prosedurnya lebih cepat
𝐻𝑅 = 𝐸 − 𝑒………………………………..(3)
Keterangan:
E = Konstanta tergantung pada bentuk identor.
e = Perbedaan antara dalamnya penembusan,
Uji kekerasan Rockwell sering dipakai untuk material yang keras. Hal ini
disebabkan oleh sifat-sifatnya yaitu cepat, bebas dari kesalahan manusia,
mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang
diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil, sehingga bagian bagian yang
mendapatkan perlakuan panas yang lengkap, dapat diuji kekerasannya tanpa
menimbulkan kerusakan (Callister, 2000)
Metode Rockwell terdiri atas 2 kelompok yaitu metode uji Rockwell biasa
dan uji Rockwell superficial. Setiap jenis uji memiliki variasi pembebanan
minor hingga mayor dengan nilai yang berbeda. Metode ini melibatkan
pembebanan mulai dari beban minor hingga beban mayor. Pembebanan
dengan beban minor dilakukan untuk mengantisipasi permukaan spesimen
yang tidak bersih sehingga energi dari penekanan minor yang diberikan
diharapkan dapat diserap oleh kotoran-kotaran tersebut. Pembebanan
dengan beban mayor dilakukan untuk menguji kekerasan spesimen yang
sebenarnya. Pengujian dengan pembebanan semacam ini memberikan nilai
hasil pengukuran yang lebih akurat (ITERA, 2020).
Data yang dapat diperoleh dari Universal Hardeness Tester merupakan ukuran
diameter lekukan pada spesimen yang telah diberikan gaya tekan dan
mendapatkan bekas indentasi.
b. Metal Block
Gambar 3. 2 Metal Block Test Brinell (kiri), Rockwell (rengah) dan Vickers
(kanan)
Sumber: Modul Pengujian Kekerasan
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan permukaan benda kerja yakni dengan meratakan kedua
permukaan benda kerja menggunakan grinding polishing.
b. Menyiapkan perangkat komputer dan alat Universal Hardness Testing.
c. Menghidupkan PC, dan memastikan komputer siap.
d. Menghidupkan alat Universal Hardness Testing.
e. Membuka aplikasi Zwick Roell HD Indentec ZHµ.HD-S
f. Memilih menu Option > Preferences setelah menu terbuka
g. Menyesuaikan jenis material dan metode yang ingin digunakan
1. Vickers (HV) untuk praktikum ini menggunakan standard block dengan
pembebanan 10 kgf, perbesaran lens X10, menggunakan indentor
piramid.
2. Rockwell (HRC) untuk praktikum ini menggunakan standard block
dengan pembebanan 150 kgf, perbesaran lens X10, menggunakan
indentor brace
3. Brinell (HBW) untuk praktikum ini menggunakan standard block
dengan pembebanan 30 kgf, perbesaran lens X10, menggunakan
indentor brace dengan diameter 1 mm
h. Menyiapkan spesimen, perangkat PC dan alat siap.
i. Meletakkan spesimen pada meja spesimen dan atur fokus dengan cara
memutar meja spesimen.
j. Memilih menu Run > Free Test setelah kamera fokus, tunggu 10 detik,
dan hasil kekerasan muncul dan ulangi pengujian sampai tiga kali pada
tiga tempat berbeda.
k. Menghitung kekerasan di masing-masing titik dengan persamaan (1),
kemudian ambil rata-ratanya. Ulangi untuk metode yang lain
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2. Lembar kerja
3. Perhitungan
1. Pengukuran otomatis
𝑃 30
𝐵𝐻𝑁 = 1 = 1 = 181,179 BHN
𝜋𝐷 2 2 3,14 2 2 2
2
[𝐷−{𝐷 −𝑑 } 2
2
[1−{1 −0,447 }
2. Pengukuran manual
𝑃 30
𝐵𝐻𝑁 = 1 = 1 = 181,179 BHN
𝜋𝐷 2 2 2 3,14 2 2 2
2
[𝐷−{𝐷 −𝑑 } 2
[1−{1 −0,447 }
3. Rata-rata
162,86543+162,86543
∆𝐵𝐻𝑁 = 2
= 181,179 BHN
2. Lembar kerja
3. Perhitungan
a) Pengukuran otomatis
θ
2P Sin ( ) (1,854)10
2
𝐻𝑉 = = = 287,370 HV
𝑑2 0,254 2
b) Pengukuran manual
θ
2P Sin ( ) (1,854)10
2
𝐻𝑉 = = = 285,133 𝐻𝑉
𝑑2 0,2562
c) Rata-rata
287,370+282,897
∆𝐻𝑉 = = 285,133 𝐻𝑉
2
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:
a. Metode pengujian brinell lebih teliti dibandingkan metode pengujian
vickers
b. Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji
kekerasan dengan meotde vickers juga dapat mempengaruhi hasil kekerasan
material.
c. Metode pengujian vickers kurang cocok untuk material yang sangat keras,
karena dapat melakukan deformasi terhadap piramida intan alat uji
6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah:
a. Praktikan melihat langsung proses penekanan material.
b. Memberikan arahan secara struktur dan tidak melewati satupun prosedur
c. Praktikan dijelaskan lebih rinci dalam menggunakan alat praktikum dan
diberikan kesempatan untuk menggunakan alat praktikum
d. Mencoba spesimen uji yang lain
DAFTAR PUSTAKA