Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu produksi logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan logam.
Karena sifat kekerasan pada logam dapat digunakan untuk menentukan kualitas
suatu logam. Dalam pengujian kekerasan ada beberapa metode yang digunakan
antara lain:
a. Kekerasan goresan (stratch hardness)
Metode gores merupakan perhatian perhatian utama para ahli mineral.
Dengan mengukur kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain,
disusun berdasarkan kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain.
b. Kekerasan lekukan (identation hardness)
Metode ini sama dengan metode pada uji tekan untuk menentukan
kekerasannya dengan cara ditekan.
c. Kekerasan pantulan (rebound) atau kekerasan dinamik
Dengan metode ini, kekerasan suatu material dittentukan oleh alat
scleroscope yang mengukur tinggi pantukan suatu pemukul dengan berat
tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda
uji (Adawiyah, 2015).

Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak dilakukan dalam bidang
rekayasa. Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Dengan kata lain,
ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang mendapat pengaruh
pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat menganalisis
seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban
yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan tersebut
(ITERA, 2020)
Dalam dunia industri sering kali dibutuhkan bahan yang keras, tahan aus, karena
inilah berbagai macam pengujian dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui prosedur pengujian kekerasam,
cara pengunaan alat dengan benar, memahami karakteristik dan sifat mekanik
material yang didapat dari hasil pengujian serta mampu mengaplikasikannya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hardenbility
Hardenbility merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu material untuk dapat
dikeraskan dengan pembentukan martensite yang biasanya untuk metal baja.
Pembentukan martensite didasari pada proses pergeseran ataom yang
melibatkan penyusutan dari struktur kristal. Struktur martensite merupakan
konsekuensi langsung dari tegangan disekitar matriks yang timbul akibat
mekanisme geser. Dengan mengetahui hardenability baja dapat diketahui sifat-
sifat spesimen untuk dapat menentukan penggunaannya dengan tepat.

Kekerasan pada baja dapat dimodifikasi tanpa menambahkan unsur lain namun
dapat dengan perlakuan panas, karena pada proses tersebut terjadi peribahan
struktur pada baja. Pada penggunaan material sering kali dibutuhkan tingkat
kekerasan tinggi seperti baja (Adawiyah, 2015).

2.2 Uji Kekerasan


Uji kekerasan digunakan untu mengetahui kemapuan material terhadap
pembebanan dalam perubahan yang tetap. Benda uji akan mengalami
deformasi ketika gaya pembebanan tertentu diberikan pada benda uji. Kita
dapat menganalisis besarnya tingakt kekerasan bahan tersebut melalui
besarnya beban yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima
pembebanan tersebut.

Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui angka kekerasan atau tangkat


kekerasan logam tersebut. Metode pengujian kekerasan terdiri dari penekanan
goresan dan dinamik. Pengujian kekerasan dengan penekanan banyak
digunakan oleh idnustri permesinan karena prosesnya mudah dan cepat dalam
memperoleh angka kekeraasan logam jika dibandingkan dengan metode
lainnya. Pengujian kekerasan metode penekanan adalah dengan metode
Rockwell, Brineell, dan Vickers. Metode Brinell dan Vickers menitikberatkan
pada perhitungan kekuatan bahan terhadap setiap daya lusa penampang bidang
yang menerima pembebanan tersebut. Sedangkan metode Rockwell
menitikberatkan pada pengukuran kedalaman hasil penekanan atau penekan
(indentor) yang membentuk berkasnya (indentasi) pada benda uji (Subagia,
2015)

Dalam pengujian kekerasan ada standar-standar uji yang harus diperhatikan


yaitu;
a. ISO 6506 & ASTM E10 untuk Brinell
b. ISO 6507 & ASTM E92, E384 untuk Vickers
c. ISO 4545 & ASTM E384 untuk Knoop
d. ISO 6508 & ASTM E18 untuk Rockwell
e. Ball Indentation Test

2.3 Macam-Macam Pengujian Kekerasan


Terdapat berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain: Uji kekerasan
Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop, dan lain sebagainya. Dapat dilihat pada
gambar

Gambar 2. 1 Jenis-jenis pengujian kekerasan


Sumber: (Calister, 2007)
a. Pengujian Kekerasan Brinell
Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam
memakai bola baja yang dikeraskan yang ditekan dengan beban tertentu
oleh suatu gaya tekan secara statis ke dalam permukaan logam yang diuji
tanpa sentakan. Permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah
gaya tekan ditiadakan dan bola baja dikeluarkan dari bekas lekukan, maka
diameter paling atas dari lekukan tersebut diukur secara teliti (S, Firman, &
Sugeng, 2016).

Dalam pengujian ini, bola baja (indentor) ditekan terhadap permukaan


logam selama waktu tertentu (sesuai standar ASTM A57M) dan permukaan
hasil indentasi diukur. Beban (dalam kg) dibagi dengan luas (mm2) hasil
indentasi pada logam dalam HB .

Gambar 2. 2 Karakteristik Lekukan Uji Brinell


Sumber: Modul Pengujian Kekerasan

Dari gambar tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut:

𝑃
𝐵𝐻𝑁 = 𝜋𝐷 1 …………………………....(1)
[𝐷−{𝐷2 −𝑑 2 }2
2

Keterangan:
𝑃 = Beban yang diterapkan (kgf)
𝐷 = Diamter Identor (𝜇𝑚)
𝑑 = Diamter lekukan (𝜇𝑚)
Bobot uji kekerasan Brinell yang relatif tinggi memiliki keuntungan bahwa
ketidakrataan lokal terdistribusi. Selain itu, goresan dan kekasaran
permukaan mempengaruhi uji brinell lebih sedikit daripada uji kekerasan
lainnya. Di sisi lain, lekukan yang besar dapat mencegah penggunaan
pengujian ini pada spesimen kecil atau tipis atau bagian yang peka terhadap
tekanan di mana lekukan dapat menyebabkan kegagalan (failure). Metode
brinell sangat dianjurkan untuk material atau bahan uji yang bersifat
heterogen. Kelemahan dari metode Brinell adalah tidak dapat digunakan
pada benda yang tipis dan kecil dan butuh ketelitian saat mengukur diameter
lekukan hasil indentasi.

b. Pengujian Kekerasan Vickers


Uji kekerasan Vickers (Vickers hardness testing) merupakan metode
pengujian untuk mencari nilai kekerasan material padat. Pengujian ini
menggunakan piramida intan yang berfungsi untuk menekan benda uji
sehingga meninggalkan bekas berupa lekukan (indentasi).

Gambar 2. 3 Tipe-tipe lekukan piramid intan


Sumber; Modul Pengujian Kekerasan

Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan
tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik dengan
sudut puncak 136º ke permukaan logam yang akan diuji kekerasannya,
dimana permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih. Setelah gaya
tekan secara statis ini kemudian ditiadakan dan pyramid diamond
dikeluarkan dari bekas yang terjadi, maka diagonal segi empat bekas teratas
diukur secara teliti,yang digunakan sebagai kekerasan logam yang akan
diuji. Permukaan bekas merupakan segi empat karena pyramid merupakan
piramida sama sisi. Nilai kekerasan yang diperoleh disebut sebagai
kekerasan Vickers yang biasa disingkat dengan Hv atau HVN (Vickers
Hardness Number). Hal terpenting yang harus dipelajari dalam pengujian
Vickers adalah bagaimana menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam
hal memasang indentor pyramid diamond meletakkan specimen di
tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai, melihat dan mengukur
diagonal persegi empat teratas dari bekas yang terjadi seteliti mungkin
(Ikthiar, 2020)

Gambar 2. 4 Karakteristik Lekukan Uji Vickers


Sumber: Jurnal Teknik Perkapalan

Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas


permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran
mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut:.

𝜃
2 𝑃 𝑆𝑖𝑛 ( ) (1,854)𝑃
𝐻𝑉 = 2
= …………………………(2)
𝑑2 𝑑2

Keterangan:
P = Beban yang diterapkan (kgf)
𝜃 = Sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 136°
d = Panjang diagonal rata − rata (μm)

Karena jejak yang dibuat dengan penekan piramida serupa secara geometris
dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak
tergantung kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada
beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji vickers
berkisar antara 1 hingga 120 kg. tergantung pada kekerasan logam yang
akan diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode
vickers adalah:
1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini
sangat lamban.
2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati-hati
3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan
panjang diagonal.
Keunggulan uji Vickers adalah skala kekerasan yang konsisten dalam
rentang yang luas, dari sangat lunak dengan nilai 5 hingga nilai sangat keras
1500, karena lekukan intan sangat keras, disarankan saat menguji material
yang mengalami, dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses
case hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih keras
dan dapat dilakukan pada benda benda pada ketebalan 0,006 inci.
Kelemahan dari uji Vickers adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
menentukan kekerasannya, sehingga jarang digunakan untuk keperluan
rutin.
c. Pengujian Kekersan Rockwell
Pengujian rockwell mirip dengan pengujian brinell, yakni angka kekerasan
yang diperoleh merupakan fungsi derajat indentasi. Beban dan indentor
yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi pengujian. Berbeda
dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang digunakan lebih kecil
sehingga menghasilkan indentasi yang lebih kecil dan lebih halus. Banyak
digunakan di industri karena prosedurnya lebih cepat

Pengujian Rockwell merupakan proses pembentukan lekukan pada


permukaan logam memakai indentor atau penetrator yang ditekan dengan
beban tertentu. Pada pengujain rockwell angka kekerasan yang ditunjukkan
merupakan kombinasi antara beban dan indentor yang dipakai, maka perlu
diberikan awalan huruf pada angka kekerasan yang menunjukkan
kombinasi beban dan penumbuk tertentu untuk skala beban yang digunakan,
skala yang sering digunakan adalah A dengan beban 60 kgf, B beban 100
kgf, dan C beban 150 kgf. Pada pengujian kekerasan bahan dengan metode
Rockwell, kedalaman penetrasi permanen yang dihasilkan dari penerapan
dan pelepasan beban utama dipakai untuk menentukan angka kekerasan
Rockwell, dapat dilihat pada persamaan

𝐻𝑅 = 𝐸 − 𝑒………………………………..(3)
Keterangan:
E = Konstanta tergantung pada bentuk identor.
e = Perbedaan antara dalamnya penembusan,

Gambar 2. 5 Pengujian kekerasan Rockwell


Sumber: Jurnal Sains

Uji kekerasan Rockwell sering dipakai untuk material yang keras. Hal ini
disebabkan oleh sifat-sifatnya yaitu cepat, bebas dari kesalahan manusia,
mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang
diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil, sehingga bagian bagian yang
mendapatkan perlakuan panas yang lengkap, dapat diuji kekerasannya tanpa
menimbulkan kerusakan (Callister, 2000)

Metode Rockwell terdiri atas 2 kelompok yaitu metode uji Rockwell biasa
dan uji Rockwell superficial. Setiap jenis uji memiliki variasi pembebanan
minor hingga mayor dengan nilai yang berbeda. Metode ini melibatkan
pembebanan mulai dari beban minor hingga beban mayor. Pembebanan
dengan beban minor dilakukan untuk mengantisipasi permukaan spesimen
yang tidak bersih sehingga energi dari penekanan minor yang diberikan
diharapkan dapat diserap oleh kotoran-kotaran tersebut. Pembebanan
dengan beban mayor dilakukan untuk menguji kekerasan spesimen yang
sebenarnya. Pengujian dengan pembebanan semacam ini memberikan nilai
hasil pengukuran yang lebih akurat (ITERA, 2020).

Metode Rockwell juga menggunakan beragam indentor. Setiap indentor


dengan nilai pembebanan masing-masing dicantumkan dengan skala-skala
alfabet tertentu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Skala Rockwell dan huruf awalannya


Simbol Skala Indentor Beban Warna Dial
dan Huruf Penekanan
Awalan (kg)
Kelompok 1:
B Bola baja 1/6 inci 100 Merah
C Brale 150 Hitam
Kelompok 2 :
A Brale 60 Hitam
D Brale 100 Hitam
E Bola baja 1/8 inci 100 Merah
F Bola baja 1/16 inci 60 Merah
G Bola baja 1/16 Inci 150 Merah
H Bola baja 1/8 inci 60 Merah
K Bola baja 1/8 inci 150 Merah
Kelompok 3 :
L Bola baja ¼ inci 60 Merah
M Bola baja ¼ inci 100 Merah
P Bola baja ¼ inci 150 Merah
R Bola baja ½ inci 60 Merah
S Bola baja ½ inci 100 Merah
V Bola baja ½ inci 150 Merah
2.4 Deskripsi Mesin
Universal Hardness Tester merupakan mesin atau alat pengujian yang
berfungsi untuk menguji kekerasan pada suatu bahan atau material.

Gambar 2. 6 Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models


Sumber: Modul Pengujian Kekerasan

Universal Hardeness Tester digunakan dengan memberikan gaya tekan kepada


spesimen untuk melakukan indentasi, yang dimana hasil indentasi akan
menghasilkan lekukan yang berisi informasi mengenai kekerasan sebuah
spesimen.

Data yang dapat diperoleh dari Universal Hardeness Tester merupakan ukuran
diameter lekukan pada spesimen yang telah diberikan gaya tekan dan
mendapatkan bekas indentasi.

Mesin Universal Hardeness Tester memiliki komponen-komponen penting,


yaitu:
a. Upper Head
Pada atas mesin Universal Hardeness Tester memiliki mikroskop dengan
beberapa perbesaran berguna sebagai sebagai kamera untuk ditampilkan
pada layar komputer.
b. Adjustable Table’
Bagian ini adalah meja dimana spesimen uji ditaruh untuk dilakukan
penekanan ataupun pengamatan. Meja ini dapat disesuaikan ketinggiannya
dengan cara diputar
c. Komputer
Untuk mesin Universal Hardeness Tester terbaru biasanya sudah dilengkapi
dengan 1 set komputer lengkap dengan printer untuk mencetak hasil
pengujian. Jadi dalam komputer tersebut terdapat software yang sudah
terinstall dan segala hal yang dibutuhkan untuk mengatur proses pengujian
pada spesimen dapat diatur melewati komputer
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum modul Uji Tarik ini
antara lain sebagai berikut:
a. Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models

Gambar 3. 1 Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models


Sumber: Modul Pengujian Kekerasan

b. Metal Block

Gambar 3. 2 Metal Block Test Brinell (kiri), Rockwell (rengah) dan Vickers
(kanan)
Sumber: Modul Pengujian Kekerasan
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan permukaan benda kerja yakni dengan meratakan kedua
permukaan benda kerja menggunakan grinding polishing.
b. Menyiapkan perangkat komputer dan alat Universal Hardness Testing.
c. Menghidupkan PC, dan memastikan komputer siap.
d. Menghidupkan alat Universal Hardness Testing.
e. Membuka aplikasi Zwick Roell HD Indentec ZHµ.HD-S
f. Memilih menu Option > Preferences setelah menu terbuka
g. Menyesuaikan jenis material dan metode yang ingin digunakan
1. Vickers (HV) untuk praktikum ini menggunakan standard block dengan
pembebanan 10 kgf, perbesaran lens X10, menggunakan indentor
piramid.
2. Rockwell (HRC) untuk praktikum ini menggunakan standard block
dengan pembebanan 150 kgf, perbesaran lens X10, menggunakan
indentor brace
3. Brinell (HBW) untuk praktikum ini menggunakan standard block
dengan pembebanan 30 kgf, perbesaran lens X10, menggunakan
indentor brace dengan diameter 1 mm
h. Menyiapkan spesimen, perangkat PC dan alat siap.
i. Meletakkan spesimen pada meja spesimen dan atur fokus dengan cara
memutar meja spesimen.
j. Memilih menu Run > Free Test setelah kamera fokus, tunggu 10 detik,
dan hasil kekerasan muncul dan ulangi pengujian sampai tiga kali pada
tiga tempat berbeda.
k. Menghitung kekerasan di masing-masing titik dengan persamaan (1),
kemudian ambil rata-ratanya. Ulangi untuk metode yang lain
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


a. Hasil pengujian metode brinell
1. Foto indentasi

Gambar 3. 3 Hasil indentasi brinell

2. Lembar kerja

Tabel 4.1 Data uji brinell


Rata-
Jenis Beban D Nilai
No. Test d (mm) rata
Material (Kgf) (mm) BHN
BHN

Otomatis 1 0,447 181,179


182
HBW 30 181,179
1/30
Manual 1 0,447 181,179

3. Perhitungan
1. Pengukuran otomatis
𝑃 30
𝐵𝐻𝑁 = 1 = 1 = 181,179 BHN
𝜋𝐷 2 2 3,14 2 2 2
2
[𝐷−{𝐷 −𝑑 } 2
2
[1−{1 −0,447 }
2. Pengukuran manual
𝑃 30
𝐵𝐻𝑁 = 1 = 1 = 181,179 BHN
𝜋𝐷 2 2 2 3,14 2 2 2
2
[𝐷−{𝐷 −𝑑 } 2
[1−{1 −0,447 }

3. Rata-rata
162,86543+162,86543
∆𝐵𝐻𝑁 = 2
= 181,179 BHN

b. Hasil pengujian metode vickers


1. Foto indentasi

Gambar 3. 4 Hasil indentasi vickers

2. Lembar kerja

Tabel 4.2 Data uji vickers


Jenis Beban D Nilai Rata-
No. Test d (mm)
Material (Kgf) (mm) HV rata HV

Otomatis 1 0,254 287,370


287,3
10 285,133
HV 10
Manual 1 0,256 282,897

3. Perhitungan
a) Pengukuran otomatis
θ
2P Sin ( ) (1,854)10
2
𝐻𝑉 = = = 287,370 HV
𝑑2 0,254 2
b) Pengukuran manual
θ
2P Sin ( ) (1,854)10
2
𝐻𝑉 = = = 285,133 𝐻𝑉
𝑑2 0,2562

c) Rata-rata
287,370+282,897
∆𝐻𝑉 = = 285,133 𝐻𝑉
2
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis dan Pembahasan


a. Menurut data yang didapatkan dari kedua percobaan tersebut hasil sebagai
berikut. Pada penguji brinell yang menggunakan material 182 HBW 1/30
mendapatkan nilai yang sama pada pengukuran otomatis dan pengukuran
manualnya, yakni D = 1 mm, d = 0,447 mm dan nilai BHN yaitu sebesar
181,179 BHN dan rata-rata BHN sebesar 181,179 BHN.

Pada penguji vickers yang menggunakan material 287,3 HV 10 didapatkan


nilai pada pengukuran otomoatis yakni D = 1 mm, d = 0,254 mm kemudian
mendapatkan nilai HV sebesar 287,370 HV dan pada pengukuran manual
yaknik D = 1 mm, d = 0,256 mm sebesar 282,897 HV. Kedua metode
pengukuran memiliki rata-rata HV sebesar 285,133 HV.

b. Pengujian metode brinell memiliki indentasi berbentuk lingkaran, karena


indentornya berbentuk bola baja yang dilapisi tungsen. Sedangkan
pengujian metode vickers memiliki indentasi berbentuk belah ketupat atau
bujur sangkar, karena indentornya berbentuk piramid intan yang terbalik.

c. Kekerasan material umumnya berbanding lurus dengan kekuatan tariknya.


Artinya bila kekuatan tarik material tinggi maka kekerasannya juga tinggi.
Karena setiap meningkatnya kekuatan tarik, maka nilai kekerasan pada
spesimen juga akan meningkat.

d. Keuntungan dan kekurangan metode-metode uji


1. Brinell
Keuntungan: Sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan-
bahan uji yang bersifat heterogen
Kekurangan: Tidak dapat digunakan pada benda yang tipis dan kecil,
butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan indentasi
2. Vickers
Keuntungan: memiliki ketelitian yang baik, penekanan VHN tidak
bergantung kepada beban.
Kekurangan: Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena
pengujian ini sangat lamban, memerlukan persiapan benda uji, terdapat
pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang
diagonalnya.
3. Rockwell
Keuntungan: Proses pengujian yang lebih cepat, bebas dari kesalahan
manusia.
Kekurangan: tingkat ketelitian rendah, tidak stabil saat terkena
goncangan, penekanan beban tidak praktis.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:
a. Metode pengujian brinell lebih teliti dibandingkan metode pengujian
vickers
b. Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji
kekerasan dengan meotde vickers juga dapat mempengaruhi hasil kekerasan
material.
c. Metode pengujian vickers kurang cocok untuk material yang sangat keras,
karena dapat melakukan deformasi terhadap piramida intan alat uji

6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah:
a. Praktikan melihat langsung proses penekanan material.
b. Memberikan arahan secara struktur dan tidak melewati satupun prosedur
c. Praktikan dijelaskan lebih rinci dalam menggunakan alat praktikum dan
diberikan kesempatan untuk menggunakan alat praktikum
d. Mencoba spesimen uji yang lain
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. (2015). Pengaruh Beda Media Pendingin Pada Proses Hardening


Terhadap Kekerasan Baja Pegas Daun. Jurnal Poros Teknik, 3.
Callister, W. D. (2000). Materials Science And Engineering: An Introduction.
New York: John Wiley & Sons.
Ikthiar, A. R. (2020). Laporan Praktikum Material Teknik Uji Kekerasan Vickers
dan Rockwell. Jakarta: Universitas Pertamina.
ITERA, U. L. (2020). Modul Pengujian Kekerasan. Lampung Selatan:
Laboratorium Teknik Mesin.
S, G. R., Firman, M., & Sugeng, A. M. (2016). Analisa Uji Kekerasan Pada Poros
Baja ST 60 Dengan Media Pendingin Yang Berbeda. Jurnal Teknik Mesin
UNISKA, 22-23.
Subagia, I. D. (2015). Modul Praktikum Metalurgi. Badung: Universitas
Undayana.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai