UJI KEKERASAN
Oleh :
AJIS SAPUTRA
120170043
Asisten Praktikum
ANTONIO CARLO (119170065)
Pada suatu produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan
logam. Karena sifat kekerasan pada logam dapat digunakan untuk menentukan
kualitas suatu logam. Dalam pengujian kekerasan ada beberapa metode yang
digunakan antara lain :
a. Kekerasan goresan (stracth hardness)
b. Kekerasan lekukan (indentation hardness)
c. Kekerasan pantulan (rebound) atau kekerasan dinamik
Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak dilakukan dalam bidang
rekayasa. Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Dengan kata lain,
ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang mendapat pengaruh
pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat menganalisis
seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban
yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan tersebut.
Salah satu tujuan proses perlakuan panas pada baja adalah untuk pengerasan
(hardening), yaitu proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau diatas
daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat dinamakan quench,
(Djafrie, 1995). Akibat proses hardening pada baja, maka timbulnya kekerasan,
yang akan menaikkan kekerasan namun terkadang mengakibatkan baja menjadi
getas (britlle), terutama pada baja karbon rendah.
Hardness test merupakan uji NDT (Non Destructive test) dimana pada pengujian
ini dapat diketahui suatu nilai kekerasan pada sebuah material/spesimen uji. Cara
pengujian hardnes ini dilakukan dengan metode hardness vickers, rockwell dan
brinell. Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam
memakai bola baja yang dikeraskan kemudian ditekan dengan beban tertentu.
Cara pengujian Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola baja yang
terbuat dari baja krom yang telah dikeraskan dengan diameter tertentu oleh suatu
gaya tekan secara statis ke dalam permukaan logam yang diuji tanpa sentakan.
Permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan
ditiadakan dan bola baja dikeluarkan dari bekas lekukan, maka diameter paling
atas dari lekukan tersebut diukur secara teliti. Kekerasan ini disebut kekerasan
Brinell, yang biasa disingkat dengan HB atau BHN (Brinell Hardness Number).
Semakin keras logam yang diuji, maka semakin tinggi nilai HB. Beban
diterapkan pada waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur
dengan mikroskop, setelah beban dihilangkan. Permukaan harus relatif halus,
rata, bersih dari debu atau kerak.
Kekerasan merupakan salah satu metode yang lebih cepat dan lebih murah untuk
menentukan sifat mekanik suatu material. Kekerasan bukanlah konstanta fisika,
nilainya tidak hanya bergantung pada material yang diuji, namun juga
dipengaruhi oleh metode pengujiannya. Apabila metode pengujian yang
digunakan berbeda, maka hasil dari sifat mekanisnya pun akan berbeda. Ada
beberapa jenis kekerasan yaitu , Ball identation test (Brinell), Pyramida
identation (Vickers), Cone and ball identation test (Rockwell), Uji kekerasan
mikro atau knoop hardness. Metode ini dibedakan oleh Indentor dan beban uji
yang digunakan.
Pengujian Brinell merupakan jenis hardness test dengan cara menusuk atau
menekan spesimen menggunakan indenter berbentuk bola yang terbuat dari
baja yang sudah dikeraskan atau karbida tungsten. Indenter bola baja
digunakan untuk material yang memiliki kekerasan Brinell hingga 450 BHN.
Indentor bola karbida tungsten harus digunakan apabila material yang di uji
memiliki kekerasan Brinell antara 451-650 BHN. Pengujian yang standar
dilakukan dengan menggunakan diameter 10 mm bola baja atau karbida
tungsten dengan beban 3000 kgf untuk logam keras, beban 1500 kgf untuk
logam pertengahan, dan beban 500 kgf serta lebih rendah untuk material
lunak.
Uji kekerasan ini pertama kali digunakan oleh J.A Brinell pada tahun 1990.
Dalam pengujian ini, bola baja (indentor) ditekan terhadap permukaan logam
(datar, halus dan tidak berdebu) selama periode waktu tertentu (sesuai standar
ASTM) dan permukaan hasil indentasi diukur. Beban (dalam kg) dibagi
dengan luas (mm2) hasil indentasi pada logam dalam HB. Lihat ilustrasi pada
gambar 1.
Jejak penekanan yang relatif besar pada uji kekerasan brinell memberikan
keuntungan dalam membagikan secara pukul rata ketidak seragaman lokal.
Selain itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi oleh goresan dan kekasaran
permukaan dibandingkan uji kekerasan yang lain. Di sisi lain, jejak
penekanan yang besar ukurannya, dapat menghalangi pemakaian uji ini untuk
benda uji yang kecil atau tipis, atau pada bagian yang kritis terhadap tegangan
sehingga lekukan yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan (failure).
Nilai yang diperoleh akurat hingga nilai 1300 (setara dengan Brinell 850).
Indentor relatif tidak menjadi rata seperti pada Brinell. Beban yang digunakan
pada uji vickers antara 1 hingga 120 kgf. Perubahan beban relatif tidak
mempengaruhi hasil pengujian, penggunaan beban yang berbeda akan tetap
menghasilkan nilai yang sama untuk material yang sama.
Dimana:
P = Beban yang dierapkan (kgf)
θ = Sudut antara ermukan intan yng berhadapan 136o
d = Panjang diagonl rata-rata (µm)
1. 440 HV 30 artinya nilai Hardness 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 10-15 detik.
2. 440 HV 30/20 artinya nilai Hardness 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 20 detik.
Karena jejak yang dibuat dengan penekan piramida serupa secara geometris
dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak
tergantung kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada
beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji vickers
berkisar antara 1 hingga 120 kg. tergantung pada kekerasan logam yang akan
diuji.
Gambar 2.5 Tipe – tipe lekukan piramid intan (a) lekukan sempurna
(b) lekukan bantal jarum dan (c) lekukan berbentuk tong
Lekukan yang benar yang dibuat oleh penekan piramida intan harus
berbentuk bujur sangkar (gambar 2a). Lekukan bantal jarum (gambar 2b)
adalah akibat terjadinya penurunan logam di sekitar permukaan piramida
yang datar. Keadaan demikian terjadi pada logam-logam yang dilunakkan
dan mengakibatkan pengukuran panjang diagonal yang berlebihan. Lekukan
berbentuk tong (gambar 2c) akibat penimbunan ke atas logam-logam di
sekitar permukaan penekan tedapat pada logam-logam yang mengalami
proses pengerjaan dingin.
c. Pengujian Kekerasan Rockwell
Kekerasan Rockwell bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun
kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Nilai
keras Rockwell T adalah angka yang didapat dari perbedaan antara kedalaman
bekas penetrasi dari dua tahap pembebanan pada penetrator bola baja yang
mempunyai diameter 1,588 mm (1/16 in). Hal ini ditunjukkan oleh gambar
2.6. Berbeda dengan pengujian kekerasan dengan metode Vickers, bertujuan
menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material
terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri
berbentuk piramida seperti ditunjukkan pada gambar 2. Nilai keras mikro
Vickers adalah hasil bagi antara beban tekan statis maksimum dengan luas
bidang penetrator. L.I Heping et al, membandingkan kekerasan dua benda
yang memiliki ketebalan berbeda yaitu 0,23 mm dan 0,98 mm.
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan karena hasil
pengujian dapat langsung didapat dari gage yang ada pada mesin, uji ini dapat
mengantisipasi kesalahan manusia atau human error dengan cara pembacaan
langsung dari mesin. Dari hasil uji ini, dapat dibedakan perbedaan kekerasan
yang kecil pada baja yang diperkeras, dan ukuran lekukan yang kecil,
sehingga bagian yang mendapat perlakuan panas dapat diuji kekerasannya
tanpa menimbulkan kerusakan pada material tersebut.
Metode Rockwell terdiri atas 2 kelompok yaitu metode uji Rockwell biasa dan
uji Rockwell superficial. Setiap jenis uji memiliki variasi pembebanan minor
hingga mayor dengan nilai yang berbeda. Metode ini melibatkan pembebanan
mulai dari beban minor hingga beban mayor. Pembebanan dengan beban
minor dilakukan untuk mengantisipasi permukaan spesimen yang tidak bersih
sehingga energi dari penekanan minor yang diberikan diharapkan dapat
diserap oleh kotoran-kotaran tersebut. Pembebanan dengan beban mayor
dilakukan untuk menguji kekerasan spesimen yang sebenarnya. Pengujian
dengan pembebanan semacam ini memberikan nilai hasil pengukuran yang
lebih akurat.
H
K
Kelompok 3 :
L Bola Baja 1/4 Inchi 60 Merah
Bola Baja 1/4 Inchi 100 Merah
M Bola Baja 1/4 Inchi 150 Merah
Bola Baja 1/2 Inchi 60 Merah
P Bola Baja 1/2 Inchi 100 Merah
Bola Baja 1/2 Inchi 150 Merah
R
S
V
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat Dan Bahan
Adapun alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Universal
Hardness Tester beserta kelengkapannya
Gambar 3.1 Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models
Sedangkan bahan yang digunakan adalah metal block untuk pengujian Vickers,
Brinell dan Rockwell.
Gambar 3.2 Metal Block Test Brinell (kiri), Rockwell (tengah) dan Vickers
(kanan)
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada pengujian Kekerasan (Hardness) ini, kita menguji kekerasan suatu material
dengan menggunakan spesimen uji berupa Brinell, dan terdapat 3 metode
pendinginan yaitu Media Tanpa Perlakuan, Media Air dan Media Oli. Perbedaan
antara hasil uji dengan alat dan hasil uji dengan manual sangat berbeda, ini
dikarenakan pada hasil uji manual kurang teliti, berbeda dengan alat yang secara
otomatis dan jauh lebih teliti daripada hasil uji secara manual. Jadi uji kekerasan
(Hardness) dengan menggunakan alat lebih efektif daripada uji kekerasan secara
manual.
Pada praktikum kali ini, nilai rata-rata yang saya peroleh adalah sebagai berikut :
a. Metode Tanpa Perlakuan nilai rata-ratanya adalah 92,67
b. Metode Media Air nilai rata-ratanya adalah 161,610
c. Dan Metode Media Oli nilai rata-ratanya adalah 134,502
Dari data diatas, bisa disimpulkan bahwa hasil indentasi kekerasan (Hardness)
dengan Metode Air merupakan yang paling tinggi/lebih kuat, kemudian disusul
dengan Metode Oli dan yang terakhir adalah Metode Tanpa Perlakuan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum Heat Treatment ini adalah
sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan praktikum harus teliti dalam perlakuan sampel agar kita
dapatkan hasil yang maksimal.
b. Diharapkan memperhatikan waktu dan cara pengoperasian alat karena
kesalahan pengoperasian dapat menyebabkan data yang kita ambil tidak
maksimal.
c. Spesimen sebaiknya permukaanya halus dan rata, agar mudah untuk
pengujian.
d. Spesimen yang akan kita ukur diameternya melalui mikroskop pastikan
permukaannya halus sehingga mudah untuk kita menentukan diameter
cekungan dari cekungan yang kita uji.
e. Untuk percobaan pengujian kekerasan yang selanjutnya diharapkan
memperhatikan waktu dan cara pengoprerasian alat sebab kesalahan
pengoperasian dapat menyebabkan data yang kita ambil tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA