Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

HARDNESS TEST

Disusun Oleh :

Febriananda Yoga Pratama (0721040001)


Rizha Agustian Dwi Susanto (0721040002)
Ramadhan Syahrul Noviyanto (0721040003)
Syahrir Abror (0721040004)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN

JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan bahan merupakan suatu cara untuk mengetahui
keadaan dari suatu bahan, dengan menggunakan metode-metode yang ada
dalam tata cara untuk mengetahui retak atau cacat dari suatu bahan.Metode
NDT (Non Destructive Test) merupakan metode yang mudah dilakukan
untuk mengetahui cacat atau retakan yang ada pada
suatu bahan benda uji. Dengan metode NDT benda uji yang diteliti lebih
mudah diketahui cacat atau retakannya yang ada pada permukaannya.
Kekerasan merupakan istilah yang sulit didefinisikan secara tepat,
setiap bidang ilmu dapat memberikan definisinya sendiri-sendiri sesuai
dengan persepsi dan keperluannya. Ada beberapa cara pengujian
kekerasan yang standar untuk menguji kekerasan logam yaitu; pengujian
Brinell, Rockwell, Vickers, dll. Pada d asamya pengujian kekerasan
dilakukan dengan menekankan sebuah indenter yang lebih keras sifatnya
dari bahan uji dengan beban dan jangka waktu tertentu (10-15 detik),
bekas tapak tekan pada permukaan benda uji diukur untuk menentukan
nilai kekerasan dengan cara gaya tekan dibagi luas tapak tekan. Ada
pengujian yang nilai kekerasan langsung dapat dilihat pada dial indicator.
Pengujian Brinell merupakan pengujian kekerasan dengan cara menusuk
atau menekan spesimen menggunakan indenter berbentuk bola yang
terbuat dari baja yang sudah dikeraskan atau karbida tungsten n. Indenter
bola baja digunakan untuk material yang memiliki kekerasan Brinell
hingga 450 BHN. Indenter bola karbida tungsten harus digunakan apabila
material yang di uji memiliki kekerasan Brinell antara 451-650 BHN.
Pengujian yang standar dilakukan dengan menggunakan diameter 10 mm
bola baja atau karbida tungsten dengan beban 3000 kgf untuk logam keras,
beban 1500 kgf untuk logam pertengahan, dan beban 500 kgf serta lebih
rendah untuk material lunak. Indenter selain diameter 10 mm bisa
digunakan, misal 5 mm, 2,5 mm dan 1 mm. Jika menggunakan diameter
indenter selain 10 mm maka beban harus disesuaikan mengikuti p/D2 =
konstan. Nilai konstanta tergantung pada material yang di uji, 30 untuk
baja dan paduannya, 10 untuk tembaga dan paduannya dan 5 untuk
aluminium dan paduannya.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Kemampuan mengetahui perbedaan masing-masing metode uji
kekerasan dan pengaplikasiannya.
2. Kemampuan mengkonversi nilai kekerasan dari satu metode ke metode
lainnya.
3. Kemampuan Menyusun dan menganalisa hasil uji laporan.
1.3 Manfaat prakikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan metode uji kekerasan dan
pengaplikasiannya.
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara mengkonversi dari satu metode ke
metode lainnya.
3. Mahasiswa mampu Menyusun dan menganalisa hasil uji laporannya.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

Pada dasamya pengujian kekerasan dilakukan dengan menekankan


sebuah indenter yang lebih keras sifatnya dari bahan uji dengan beban dan
jangka waktu tertentu (10-15 detik), bekas tapak tekan pada permukaan
benda uji diukur untuk menentukan nilai kekerasan dengan cara gaya tekan
dibagi luas tapak tekan. Ada pengujian yang nilai kekerasan langsung
dapat dilihat pada dial indicator.

Ada beberapa cara pengujian kekerasan yang standar untuk menguji


kekerasan logam yaitu; pengujian Brinell, Rockwell, Vickers, dll

1. Pengujian kekerasan Brinell


Pengujian Brinell merupakan pengujian kekerasan dengan cara menusuk
atau menekan spesimen menggunakan indenter berbentuk bola yang
terbuat dari baja yang sudah dikeraskan atau karbida tungsten. Indenter
bola baja digunakan untuk material yang memiliki kekerasan Brinell
hingga 450 BHN. Indenter bola karbida tungsten harus digunakan apabila
material yang di uji memiliki kekerasan Brinell antara 451-650 BHN.
Pengujian yang standar dilakukan dengan menggunakan diameter 10 mm
bola baja atau karbida tungsten dengan beban 3000 kgf untuk logam keras,
beban 1500 kgf untuk logam pertengahan, dan beban 500 kgf serta lebih
rendah untuk material lunak.
2. Pengujian kekerasan Rockwell
Pengujian kekerasan Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers. Pada
uji kekerasan Rockwell tidak melakukan pengukuran tapak tekan secara
manual, pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan langsung
menunjukkan nilai kekerasan dari bahan yang diuji, nilai ini dapat dilihat
pada dial indicator. Nilai kekerasan yang diperoleh berhubungan terbalik
dengan kedalaman identasi.
3. Pengujian kekerasan Vickers
Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji brinell, perbedaannya
penggunaan indenter intan yang berbentuk piramid beralas bujur sangkar
dan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan 136o . Pengukuran
diagonal segi empat lebih akurat dibandingkan pengukuran pada
lingkaran. Pengujian ini dapat dilakukan untuk spesimen tipis hingga
0,006 inci. Nilai kekerasan yang diperoleh akurat hingga nilai 1300 (setara
dengan Brinell 850). Indenter relatif tidak menjadi rata seperti pada
Brinell.

2.2 Metode Pengujian Kekerasan

Berdasarkan pengaplikasiannya, metode pengujian kekerasan


benda uji sebagai berikuct:

1. Pengujian Kekerasan Brinell


Pengujian Brinell merupakan pengujian kekerasan dengan cara
menusuk atau menekan spesimen menggunakan indenter berbentuk
bola yang terbuat dari baja yang sudah dikeraskan atau karbida
tungsten. Indenter bola baja digunakan untuk material yang memiliki
kekerasan Brinell hingga 450 BHN. Indenter bola karbida tungsten
harus digunakan apabila material yang di uji memiliki kekerasan
Brinell antara 451-650 BHN. Pengujian yang standar dilakukan dengan
menggunakan diameter 10 mm bola baja atau karbida tungsten dengan
beban 3000 kgf untuk logam keras, beban 1500 kgf untuk logam
pertengahan, dan beban 500 kgf serta lebih rendah untuk material
lunak. Indenter selain diameter 10 mm bisa digunakan, misal 5 mm,
2,5 mm dan 1 mm. Jik a menggunakan diameter indenter selain 10 mm
maka beban harus disesuaikan mengikuti formula 𝑃 𝐷2 = konstan.
Nilai konstanta tergantung pada material yang di uji, 30 untuk baja dan
paduannya, 10 untuk tembaga dan paduannya dan 5 untuk aluminium
dan paduannya.
Gambar 1. Prinsip uji Brinell

Nilai kekerasan Brinell (BHN/HBW/HBS) dapat dihitung sebagai;


2 F kgf
HBW =
πD( D−√ D2−d 2 )
F = gaya tekan (kgf)
D = diameter indenter (mm)
d = diameter indentasi (mm)

HBW berarti hardness brinell dengan indenter karbida tungsten. Jika


indenter yang digunakan bola baja (steel ball) maka kekerasan
dinyatakan dengan HBS. Atau secara umum biasanya dinyatakan
dengan BHN.
Penulisan nilai kekerasan brinell harus diikuti dengan simbol HBW
atau HBS. dan jika diameter indenter dan beban yang digunakan tidak
standar maka harus diikuti oleh kondisi pengujian yang meliputi
diameter indenter yang digunakan, beban dan dwell time, jika waktu
yang digunakan saat pembebanan di luar 10-15 detik.
Contoh:
220 HBW artinya nilai kekerasan brinell 220 dengan indenter 10
mm beban 3000 kgf dwell time 10-15 detik.
350 HBW 5/750 artinya nilai kekerasan brinell 350 dengan
indenter 5 mm beban 750 kgf dwell time 10-15 detik.
600 HBW 1/30/20 artinya nilai kekerasan brinell 600 dengan
indenter 1 mm beban 30 kgf dwell time 20 detik

Keterbatasan uji Brinell

 Mengukur material yang sangat keras. Indenter bola dapat mengalami


deformasi yang berlebihan
 Mengukur kekerasan spesimen tipis. Indentasi dapat lebih besar dari
pada tebal spesimen
 Mengukur material yang dikeraskan permukaan. Indentasi dapat
menusuk lebih dalam dari pada tebal permukaan yang dikeraskan
sehingga pengukuran menjadi tidak valid sebab mengakibatkan
pengukuran bagian dalam yang lunak juga

2. Pengujian kekerasan Rockwell

Pengujian kekerasan Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers.


Pada uji kekerasan Rockwell tidak melakukan pengukuran tapak tekan
secara manual, pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan langsung
menunjukkan nilai kekerasan dari bahan yang diuji, nilai ini dapat dilihat
pada dial indicator. Nilai kekerasan yang diperoleh berhubungan terbalik
dengan kedalaman identasi.

Indenter yang digunakan adalah bola baja yang diperkeras berukuran


1/16 in dan 1/8 in serta kerucut intan bersudut 120° dengan ujung bulat
diberi nama brale. Pada operasi pengujian, Beban minor diterapkan
sebesar 10 kgf yang menyebabkan identasi awal dan menempatkan
identer pada posisi yang akurat untuk penekanan. Dial ditempatkan pada
skala tanda set nol. Selanjutnya, pemberian beban utama (major) yang
berbeda besarannya tergantung pada skala rockwell yang digunakan lihat
Tabel 1. Rockwell skala A digunakan untuk logam yang sangat keras.
Rockwell skala B digunakan untuk menguji material dengan kekerasan
medium. Skala B memiliki nilai 0 – 100. Nilai kekerasan diatas 100
memberikan hasil pengujian yang kurang valid sebab kemungkinan
indentor telah menjadi rata. Rockwell skala C digunakan untuk menguji
material dengan kekerasan tinggi yaitu diatas B100. Baja paling keras
memiliki nilai C70. Skala C digunakan pada C20 ke atas.

Gambar 2. Prinsip uji Rockwell

Skala Rockwell dibagi atas 100 bagian. Setiap bagian atau nilai kekerasan
setara dengan 0,002 mm indentasi. Angka B55 dan B60 memliki perbedaan
kedalaman indentasi sebesar 5 x 0,002 mm atau 0,01 mm
3. Pengujian kekerasan Vickers
Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji brinell,
perbedaannya penggunaan indenter intan yang berbentuk piramid
beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara dua sisi yang
berhadapan 136o . Pengukuran diagonal segi empat lebih akurat
dibandingkan pengukuran pada lingkaran. Pengujian ini dapat
dilakukan untuk spesimen tipis hingga 0,006 inci. Nilai kekerasan yang
diperoleh akurat hingga nilai 1300 (setara dengan Brinell 850).
Indenter relatif tidak menjadi rata seperti pada Brinell.
Beban yang digunakan pada uji vickers antara 1 hingga 120 kgf.
Perubahan beban relatif tidak mempengaruhi hasil pengujian,
penggunaan beban yang b erbeda akan tetap menghasilkan nilai
kekerasan yang sama untuk material yang sama. Nilai kekerasan
Vickers dapat dihitung dengan persasmaan

HV =
2 Psin ( α2 ) =1.8544 P/d 2
2
d

Dimana:
HV = Hardness Vickers
P = Beban (kgf)
α = sudut 2 sisi yang berhadapan pada indentor
d = diagonal indentasi rata-rata (mm)

Penulisan nilai kekerasan vickers harus diikuti akhiran yang


menunjukkan gaya yang digunakan dan durasi pembebanan jika waktu
yang digunakan diluar 10-15 detik. Contoh penulisan nilai kekerasan
vickers; 440 HV 30 artinya nilai kekerasan 440 dengan beban 30 kgf
dan durasi pembebanan 10-15 detik 440 HV 30/20 artinya nilai
kekerasan 440 dengan beban 30 kgf dan durasi pembebanan 20 detik
2.3 Perbandingan Metode Uji Kekerasan

Berikut adalah perbandingan metode uji brinell, vickers dan rockwell :

 Ketebalan spesimen minim 6 mm untuk brinell standar dan 1,5 mm untuk


rockwell dan vickers.
 Brinell standar mengakibatkan bekas indentasi cukup besar sehingga tidak
digunakan untuk finished product, Rockwell dan vickers meninggalkan
bekas yang kecil.
 Rockwell indentasinya kecil tidak baik digunakan pada bahan yang tidak
homogen misal besi car kelabu, karena ada bagian yang keras dan lunak.
 Brinell tidak menuntut kehalusan permukaan yang tinggi, cukup dengan
gerinda kasar.
 Brinell dan Vickers pengukuran dilakukan manual, memungkinkan
terjadinya kesalahan ukur
 Vickers dapat digunakan untuk material lunak hingga keras, namun
sensitif terhadap kekasaran pennukaan.
 Brinell terbatas pada logam dengan kekerasan maksimal 650 BHN

Semua metode uji kekerasan mengharuskan permukaan benda uji yang paralel dan
dapat ditumpu dengan baik pada anvil atau tumpuan. Jarak minimal antar
indentasi pada pennukaan benda uji minimal 3 x diameter atau diagonal tapak
tekan, sedangkan jarak minimum indentasi dengan tepi benda uji adalah 2,5 kali
diameter atau diagonal tapak tekan.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pengujian
kekerasan adalah sebagai berikut :

3.2 Langkah Kerja


Berikut ini adalah langkah langkah pengujian kekerasan :
1. Identifikasi benda uji
2. Ratakan pennukaan benda uji dan poles permukaan hingga
halus menggunakan mesin poles
3. Jika benda uji berupa sambungan las, lakukan proses esta
untuk menampilkan daerah las, HAZ dan base metal
4. Pada mesin uji universal, pasang indenter yang sesuai untuk
metode tertentu, pada mesin uji yang khusus untuk metode
tertentu indenter sudah terpasang permanen
5. Pada mesin uji universal pilih mode uji yang diinginkan, brinell
vickers atau rockwell.
6. Pilih beban yang akan digunakan sesuai metode uji
7. atur durasi waktu pembebanan pada menu, jika menggunakan
mesin universal manual durasi waktu pakai stopwatch
8. Lctakkan bcnda uji di atas anvil/landasan/ragum penjepit benda
9. Naikkan anvil hingga pennukaan benda uji menyentuh ujung
indenter
10. Lepaskan tuas beban selama waktu yang sudah ditentukan (10 -
15 detik)
11. Tarik tuas beban ke posisi awal dan turunkan anvil
12. Ganti posisi indenter dengan lensa untuk melihat dan mengukur
bekas tapak tekan
13. Hitung nilai kekerasan
14. lsilah lembar kerja yang telah disediakan
15. Bersihkan semua peralatan setelah digunakan
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Praktikum yang telah kelompok kami lakukan maka


dapat disimpulkan :
REFERENSI

1) ASME 2017 Section V Article 7

2) ASME Boiler & Pressure Vessel Code Section VIII Div. 1

3) Wing Hendroprasetyo, M.Eng. (2011), Hand Out Magnetic Particle Testing,


Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya

4) Document No. IK-MT-LUB-PPNS

5) Budi Prasojo, ST (2002), Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS-ITS

6) Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin


FTI, ITS

7) Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr, (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai