Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujan kekerasan suatu bahan sangatlah penting adanya, ini


dimaksudkan untuk mengetahui seberapa kuat benda tersebut menopang suatu
benda tertentu. Maka dari itu dilakukan pengujian terhadap bahan tersebut.
1. Untuk mengetahui seberapa kuat bahan tersebut dalam pukulan maupun
gaya gesekan
2. Tujuan mahasiswa dapat mengetahui seberapa keras bahan yang diujikan
3. Mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menahan benda.

1.2 Pengertian Kekerasan


Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap deformasi
permanen oleh penetrasi benda lain yang lebih keras. Kekerasan adalah
suatu sifat bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh unsur-unsur
paduannnya. Kekerasan suatu bahan merupakan sifat yang sangat penting,
karena kekerasan bahanlah yang menentukan dan menentukan ausnya.
Kekerasan suatu bahan dapat diukur dengan melakukan pengujian
dan akan dapat diketahui pengaruh berbagai garapan/pengerjaan panas
terhadap kekerasan bahan.
Dalam melakukan pengujian, suhu ruangan pengujian tak lepas
dari ketentuan, yakni berkisar antara 18 C.
Sebelum melakukan pengujian, benda kerja harus terlebih dahulu
dihaluskan permukaannya sehingga licin dan mengkilap dan bahan
pengerjaannya tidak boleh menimbulkan perubahan struktur logam yang akan
diuji.
Bentuk yang paling umum dalam pengujian kekerasan bahan
adalah menggunakan pembuat lekukan (Indentor) satandar yang ditekan pada
permukaan benda uji. Hasil lekukan yang terjadi memberikan harga
kekerasan.
Harga kekerasan tidak mempunyai standar atau skala yang mutlak,
oleh karena harga dengan dari suatu jenis pengujian memiliki skala tersendiri,

1
walaupun terdapat beberapa dengan dari skala yang satu dengan skala
lainnya.
Metode pengujian yang sering digunakan adalah:

1. Pengujian Brinnell
2. Pengujian Vickers
3. Pengujian Rockwell
4. Pengujian Pukul Takik
Pengujian Rockwell adalah pengujian yang paling sering
digunakan karena dengan metode ini harga kekerasan langsung dapat
dibaca.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat melakukan pengujian bahan
2. Dapat mengetahui harga kekerasan suatu bahan
3. Dapat membedakan kekerasan bahan antara sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan panas.
4. Dapat menentukan kekerasan bahan berdasarkan metode:
a. Brinnell
b. Vickers
c. Rockwell

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Metode Pengujian Kekerasan

Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 3 macam


metode pengujian kekerasan, yakni :
2.1 Metode Pengujian Brinnell
Pada pengujian Kekerasan Brinnell digunakan penetrator bola baja
yang dikeraskan. Bola baja tersebut ditekan ke permukaan benda uji selama
10 sampai 15 detik dengan menggunakan gaya standa. Setelah beban dan
bola baja diangkat, diameter lekukan yang terjadi diukur.
Angka kekerasan Brinnell diperoleh dari hasil pembagina antara
gaya yang digunakan untuk menekan dangan luas lekukan yang terjadi.

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛


Angka kekerasan Brinnell =
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛

Luas permukaan lekukan bola dapat dihitung dengan :


h = 0,5 . D - 0,5. √𝐷2 – d2
A= π. D. h
= 0,5. π. D ( D - √𝐷2 – d2 )

Dimana:
A= Luas permukaan lekukan (mm2)
D= Diameter penetrator bola baja (mm)
d = Diameter bekas penekanan bola baja.
h = Kedalaman penekanan bola baja.

Pada prinsinya, untuk harga F/D2 yang sama akan memberikan harga
kekerasan yang sama, tidak tergantung diameter bola baja yang digunakan. Oleh

3
karena itu, pengujian Brinnell tidak dapat digunakan untuk pengujian benda kerja
yang sangat keras atau sangat lunak.

Cara penulisan harga kekerasan Brinnell menggunakan simbol IIB


dilengkapi indeks yang menunjukkan kondisi pengujian dengan urutan sebagai
berikut :

- Diameter bola baja


- Beban
- Lama pembebanan
Contoh : 105 IIB 2,5/187,5/1,5
Berarti :

105 ------ menunjukkan kekerasan bahan

HB ------ menunukkan cara pengujinan menggunakan hardness brinnell

187,5 --- menunjukkan beban yang digunakan (kgl)

15 ------- lama pembebanan (detik)\

Kelebihan metoda Brinell :


Sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan-bahan uji yang
bersifat heterogen.
Kekurangan metoda Brinell :
Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi. Pengujian
bisa menyita waktu hingga 5 menit untuk setiap lekukan hasil indentasi, belum
termasuk persiapan dan perhitungannya.

Gambar 2.2 Metode Brinell


(http://kalogueloe.blogspot.com/)

4
2.2 Metode Pengujian Viekers
Pada pengujian metoda viekers digunakan penetrator berbentuk piramida
intan, dengan bidang dasar piramid merupakan bujur sangkar atau dan sudut
puncak antara dua bidang yang berhadapan 136.

Cara pengujian metoda ini sama dengan pengujian metoda brinell, hanya
saja lekukan yang terjadi diukur pada kedua diagonalnya. Lekukan yang terjadi
selalu berbanding lurus dengan beban, sehingga nilai kekerasan yang diperoleh
tidak tergantung pada besarannya beban penekan.

𝑑1+𝑑2
d= 2

A = 4 luas segitiga
𝑑√2
A= 4. 0,5.d √2.0,5. ( 4.𝑠𝑖𝑛68)
𝐹
A= 1,854

Jadi kekerasan Viekers:


𝐹 𝐹
= 𝑑2 / 1,854 = 1,854. 𝑑2

Beban yang lazim digunakan adalah 5 kgf, 1 kgf, 20,kgf, 30kgf, 50kgf, dan
100kgf.

2.3 Metode Pengujian Rockwell


Pada pengujian kekerasan Rockwell digunakan penetrator berbentuk bola
baja yang dikeraskan dengan diameter 1/16’. Untuk beban yang lunak, dan
kerucut intan dengan sudut puncak 120’’. Ujung kerucut dibulatkan dengan radius
0,2 mm untuk bebann yang keras.

Gaya awal sebesar F0= 10 kgf diperlukan supaya pengaruh depormasi


indentor yang elastis terhadap hasil pengujian yang minimal. Gaya lanjutan
digunakan untuk menekan indentor tersebut. Sehingga meningkatkan kedalaman
penetrasi indentor pada benda kerja. Kemudian selurah gaya dihilangkan dan
terdapat pengurangan kedalam penetrasi hal ini disebabkan depormasi bahan yang
diuji tidak seluruhnya bersifat plastis perbedaan kedalaman sebelum gaya
ditambah dan kedalaman akhir penetrasi indentor dapat ditentukan.

5
Beban standar yang digunakan adalah 100kgf untuk penetrator bola baja
dan 150kgf untuk penetrator kerucut intan.
Angka kekerasan Rockwell = E-e
Dimana:

- E= Konstanta yang ditentukan oleh bentuk indentor.


- E= 100 ----- untuk kerucut intan.
- E= 130 ----- untuk bola baja.
- E= tambahan penetrasi yang permanen.

Gambar 2.4 Pemberian beban tekan metode rockwell


(http://ujimaterial.weebly.com/uploads/orig.jpg)

Beban minor sebesar 10kgf diberikan dengan tujuan untuk


menyamaratakan semua permukaan benda uji. Dengan adanya sedikit
penekanan tersebut membuat material yang akan di uji tidak perlu di
persiapkan sehalus dan semengkilap mungkin, cukup bersih dan tidak
berkarat. perbedaan kedalaman hasil indentasi berdampak pada tingkat
kekerasan material. Semakin dalam indentasi semakin lunak material
yang kita uji. Skala yang umum dipakai dalam pengujian Rockwell
adalah:
1. HRa (Untuk material yang sangat keras).
2. HRb (Untuk material yang lunak). Identor berupa bola baja dengan
diameter 1/16 Inchi dan beban uji 100 Kgf.

6
3. HRc (Untuk material dengan kekerasan sedang). Identor berupa
Kerucut intan dengan sudut puncak 120 derajat dan beban uji
sebesar 150 kgf.

Gambar 2.4. Metode Kekerasan Rockwell


(http://ujimaterial.weebly.com/uploads/orig.jpg)

7
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Hardness Tester 2. Stopwatch

Gambar Handwheel Gambar Stopwatch


Sumber: Kamera Handphone Sumber: Pencaharian Google

2. Penggaris 4. Benda Uji

Gambar Penggaris Gambar Benda Uji Logam


Sumber: Pencaharian Google Sumber: Kamera Handphone

8
3. Kunci L

Gambar Kunci L
Sumber: Pencaharian Google

3.2 Perlengkapan Pengujian

1. Untuk pengujian Metode Brinnell


- Bahan : Steel
- Beban : 187,5 kgf
- Penetrator : Bola Baja
- Mesin : Precision Hardness Tester GNEHM OM 150

2. Untuk pengujian Metode Vickers


- Bahan : Steel
- Beban : 100 kgf
- Penetrator : Piramid Intan 136°
- Mesin : Precision Hardness Tester GNEHM OM 150

3. Untuk pengujian Metode Rockwell


- Bahan : Steel
- Beban : 100 kgf
- Penetrator : Bola Baja 1/16’’
- Mesin : Precision Hardness Tester GNEHM OM 150

3.3 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan dalam melakukan praktikum uji kekerasan


adalah :

9
3.3.1 Pengujian Kekerasan Brinell

a) Pasanglah benda uji pada dudukannya.


b) Pasanglah penetrator bola baja pada dudukannya, kencangkan mur
benam denagn kunci L.
c) Pilih beban yang sesuai diameter penetrator dan benda uji.
d) Pasanglah lensa pembesar sesuai kehendak, dengan cara membuka
tutup atas terlebih dahulu.
e) Pasang benda uji pada landasan dan kencangkan denagn cara memutar
handwheel.
f) Nyalakan lampu.
g) Berikan beban awal F0=10kgf dengan menggerakkan handle dari
posisi 1 ke posisi 2, selanjutnya ke posisi 3 secara perlahan.
h) Gerakan lagi handle dari posisi 3 ke posisi 4 dan tunggu beberapa
detik hingga jarum penunjuk skala diam (antara 10 s/d 15 detik)
i) Gerakkan kembali handle dari posisi 4 ke posisi 0.
j) Ukur diameter bekas lekukan yang terlihat pada kaca pembesar
denagn mistar yang pembesarannya sesuai denagn lensa yang
digunakan.
k) Ulangi langkah tersebut diatas minimal 5 kali.

3.3.2 Pengujian Kekerasan Vickers


Secara umum langkah kerja sama seperti pada pengujian brinnell,
hanya yang diukur adalah kedua diagonal bekas lekukan dan yang
dimasukkan kedalam rumus adalah diagonal rata-rata.
Hal yang harus diperhatikan:
a) Penetratornya berbentuk piramid intan dengan sudut puncak 136.
b) Beban yang digunakan 1,3,5 kgf. Dengan penambahan bandul pada
bagian belakang mesin, sedangkan 10,30,100 kgf tanpa tambahan
bandul
c) Untuk beban 1s/d 100 kgf, mula-mula handel diputar dari posisi 1 ke
posisi 2, selanjutnya ke posisi 3 secara perlahan-lahan (tidak sampai
ke posisi 4).

10
d) Untuk beban 30 s/d 100 kgf, handel diputar sampai ke posisi 4.
3.3.3 Pengujian Kekerasan Rockwell
a) Pasang landasan benda uji pada dudukannya.
b) Pasang penetrator bola baja 1/16’’ atau kerucut intan dengan sudut
puncak pada dudukannya, dan kencangkan dengan baut benam.
c) Pilih beban yang sesuai dengan penetrtornya (100kgf untuk bola
baja dan 150 kgh untuk kerucut intan)
d) Pasang benda uji pada landasannya kencangkan sedikit dengan
memutar handwhell
e) Berikan beban awal 10 kgf dengan menggerakkan handel dari
posisi 1 ke posisi 2.

3.4 Data Yang Sudah Diambil Dari Praktikum


3.4.1 Data Pengujian Brinnell

Diameter Harga Kekerasan Brinell


No
Bahan Beban Penetrator hasil
Percobaan
pengamatan Dari Tabel Dari Rumus
1 Steel 187,5 BB 2,5 0,52
2 Steel 187,5 BB 2,5 0,53
3 Steel 187,5 BB 2,5 0,56
Rata-rata 0,56
1 Steel 187,5 BB 2,5 0,52
2 Steel 187,5 BB 2,5 0,52
3 Steel 187,5 BB 2,5 0,57
Rata-rata 0,53
1 Steel 187,5 BB 2,5 0,53
2 Steel 187,5 BB 2,5 0,54
3 Steel 187,5 BB 2,5 0,55
Rata-rata 0,54
1 Steel 187,5 BB 2,5 0,55
2 Steel 187,5 BB 2,5 0,56
3 Steel 187,5 BB 2,5 0,53
Rata-rata 0,54
(Tabel 3.4.1 Data Pengamatan Hardness Brinell)

11
3.4.2 Data Pengujian Vickers

Diagonal Hasil Pengamanan Harga


Nomor
Bahan Beban P1 136° Kekerasan
Percobaan d1 d2 d rata-rata
Viekers
1 Steel 100 kgf P1 136° 0,54 0,58 0,56
2 Steel 100 kgf P1 136° 0,57 0,6 0,58
3 Steel 100 kgf P1 136° 0,56 0,64 0,6
Rata-rata 0,55 0,60 0,58
1 Steel 100 kgf P1 136° 0,62 0,56 0,59
2 Steel 100 kgf P1 136° 0,54 0,57 0,55
3 Steel 100 kgf P1 136° 0,50 0,60 0,55
Rata-rata 0,55 0,57 0,56
1 Steel 100 kgf P1 136° 0,55 0,62 0,58
2 Steel 100 kgf P1 136° 0,57 0,65 0,61
3 Steel 100 kgf P1 136° 0,53 0,65 0,59
Rata-rata 0,55 0,64 0,59
1 Steel 100 kgf P1 136° 0,57 0,62 0,59
2 Steel 100 kgf P1 136° 0,53 0,64 0,58
3 Steel 100 kgf P1 136° 0,60 0,65 0,62
Rata-rata 0,56 0,63 0,59
(Tabel 3.4.2 Data Pengamatan Hardness Vickers)

3.4.3 Data Pengujian Rockwell

Nomor Pengujian 1 2 3 4 5

Harga Kekerasan 101 101 104 104 98,1

Rata-rata 101,62

(Tabel 3.4.3 Data Pengamatan Hardness Rockwell)

12
BAB IV
PERHITUNGAN DATA KEKERASAN

4.1 Perhitungan Data

Gambar 4.1.1 Tabel Ukuran Metode Brinnell Uji Kekerasan

13
4.1.1 Perhitungan Data Metode Brinell

- Data hasil pengamatan dengan metode Pengujian Brinnell


1. Diameter pengamatan rata-rata yang pertama: 0,56
2. Diameter pengamatan rata-rata yang kedua : 0,53
3. Diameter pengamatan rata-rata yang ketiga : 0,54
4. Diameter pengamatan rata-rata yang keempat : 0,54

1. Perhitungan
Diketahui:
X1 (Range beban (F)) yang pertama dari diameter rata-rata Hasil
Pengamatan = 780
X2 (Range beban (F)) yang kedua dari diameter rata-rata Hasil Pengamatan
= 653
X=?
Y1 (Range diameter (Q)) yang pertama diantara diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan = 0,55
Y2 (Range diameter (Q)) yang kedua diantara diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan = 0,60
Y (Diameter) Rata-rata Hasil Pengamatan = 0,56

- Penyelesaian
(𝑋−𝑋1) (𝑌−𝑌1)
=
(𝑋2−𝑋1) (𝑌2−𝑌1)

(𝑋−780) (0,56−0,05)
=
(653−780) (0,60−0,55)

(𝑋−780) 0,01
=
−127 0,05

𝑋−780
= 0,2
−127

𝑋 − 780 = 0,2 (-127)

𝑋 = −25,4 + 780

14
X = -25,4 + 780

= 754,6

- Menurut Rumus

Diketahui:
Beban (F) = 187,5
Diameter Indentor (D) = Bola Baja 2,5
Diameter Rata-rata Hasil Pengamatan (d) = 0,56
𝜋 = 3,14
x=?
Penyelesaian:

2𝐹
X=
𝜋.𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑 2

2 x 187,5
=
3,14 x 2,5 (2,5− √2,52 −0,562 )

375
=
7,85 (2,5− √6,25−0,3136)

375
=
7,85 (2,5−2,43)

375
=
0,5495

= 682,4

2. Diameter hasil pengamatan 0,53 menurut tabel:


Diketahui:
X1 (Range beban (F) yang pertama dari diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 946
X2 (Range beban (F) yang pertama dari diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 780
X=?
Y1 (Range diameter (Q) yang pertama diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 0,50

15
Y2 ((Range diameter (Q) yang pertama diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 0,55
Y (Diameter Rata-rata Hail Pengamatan ) = 0,53
Penyelesaian:
(𝑋−𝑋1) (𝑌−𝑌1)
=
(𝑋2−𝑋1) (𝑌2−𝑌1)
(𝑋−945) (0,53−0,50)
=
(780−945) (1,55−0,50)
(𝑋−945) (0,03)
=
−165 (0,05)
(𝑋−945)
= 0,6
−165
𝑋 − 945 = 0,6 (−165)
X – 945 = - 99
X = -99 + 945
X = 846
- Menurut Rumus
Diketahui:
Beban (F) = 187,5
Diameter Indentor (D) = Bola Baja 2,5
Diameter Rata-rata hasil Pengamaatan (d) = 0,53
Π = 3,14
X=?
Penyelesaian:
2𝐹
X=
𝜋.𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑 2

2 x 187,5
=
3,14 x 2,5 (2,5− √2,52 −0,532

375
=
7,85 (2,5 √6,25−0,2809

375
=
7,85 (2,5−2,44)

375
=
0,446

16
= 840,80

Menurut Rumus

3. Diameter hasil pengamatan 0,54 menurut tabel:


Diketahui:
X1 (Range beban (F) yang pertama dari diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 946
X2 (Range beban (F) yang pertama dari diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 780
X=?
Y1 (Range diameter (Q) yang pertama diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 0,50
Y2 ((Range diameter (Q) yang pertama diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 0,55
Y (Diameter Rata-rata Hasil Pengamatan ) = 0,54

Penyelesaian:
(𝑋−𝑋1) (𝑌−𝑌1)
=
(𝑋2−𝑋1) (𝑌2−𝑌1)
(𝑋−946) (0,54−0,50)
=
(780−946) (0,55−0,50)
(𝑋−946) 0,04
=
−165 0,05

𝑥 − 946 = −165 (0,8)


X – 946 = -132
X = -132 + 946
X = 814
Menurut Rumus
Diketahui:
Beban (F) = 187,5
Diameter Indentor (D) = Bola Baja 2,5
Diameter Rata-rata hasil Pengamaatan (d) = 0,54
Π = 3,14

17
X=?
Penyelesaian:
2𝐹
X=
𝜋.𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑 2

2 x 187,5
=
3,14 x 2,5 (2,5− √2,52 −0,54 2

375
=
7,85 (2,5−2,4323)

375
=
0,46315

X = 809,67

4. Diameter hasil pengamatan 0,54 menurut tabel:


Diketahui:
X1 (Range beban (F) yang pertama dari diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 946
X2 (Range beban (F) yang pertama dari diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 780
X=?
Y1 (Range diameter (Q) yang pertama diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 0,50
Y2 ((Range diameter (Q) yang pertama diameter Rata-rata Hasil
Pengamatan ) = 0,55
Y (Diameter Rata-rata Hail Pengamatan ) = 0,54

Penyelesaian:
(𝑋−𝑋1) (𝑌−𝑌1)
=
(𝑋2−𝑋1) (𝑌2−𝑌1)
(𝑋−946) (0,54−0,50)
=
(780−946) (0,55−0,50)
(𝑋−946) 0,04
=
−165 0,05

𝑥 − 946 = −165 (0,8)


X – 946 = -132

18
X = -132 + 946
X = 814

Menurut Rumus
Diketahui:
Beban (F) = 187,5
Diameter Indentor (D) = Bola Baja 2,5
Diameter Rata-rata hasil Pengamatan (d) = 0,54
Π = 3,14
X=?
Penyelesaian:
2𝐹
X=
𝜋.𝐷 (𝐷− √𝐷2 −𝑑 2

2 x 187,5
=
3,14 x 2,5 (2,5− √2,52 −0,54 2

375
=
7,85 (2,5−2,4323)

375
=
0,46315

X = 809,67

Rata-rata Harga Kekerasan

Diketahui:

X = Rata-rata Kekerasan

𝜀x = Jumlah dari Rata-rata Per hitungan 4x Pengamatan Brinell

N = Jumlah

Penyelesaian:

𝜀x
𝒙=
𝑛
3142,54
=
4

19
= 785,635

No x x X-x (x – x ) 2

1 684,4 785,635 -103,235 10,657

2 840,80 785,635 55,165 3,043

3 809,67 785,635 24,035 577,68

4 809,67 785,635 24,035 577,68

𝜀 785,635 0 1169,06

(Tabel 4.1.1 Hasil Perhitungan Rumus Brinell)

Defenisi Standar
Diketahui:
Sx = Definisi Standar
Sx = Rata-rata definisi standar
𝜀 (𝑥. 𝒙)2 = Jumlah (lihat pada tabel 4.1.1)
𝑛 = Jumlah Pengamatan yang diujikan
Penyelesaian:
√𝜀(𝑥.𝒙 )2
Sx =
𝑛−1

√1169,06
=
4−1

√1169,06
=
3

= √389,6867

= 19,74

𝑆𝑥 19,74
Sx = = = 4,935
𝑛 4

Hasil Pengukuran
Diketahui:
X = Rata-rata pengamatan Brinnell
Sx = Definisi Standar

Penyelesain:

20
x ± Sx
Apabila negatif = x – Sx
= 785,635– 4,935= 780,7
Apabila positif = x + Sx
= 785,635+ 4,935= 790,57
Data yang masuk Range 2 buah presentasi data:
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑥 100%
=
𝑛
2 𝑥 100%
=
4
= 50%
Kesalahan Relatif
𝑆𝒙 𝑥 100%
=
𝒙
4,935 𝑥 100%
=
785,635

= 0,62 %

4.1.2 Perhitungan Data Metode Vickers

Rumus Perhitungan Vickers


𝜃
2 .𝑓 𝑆𝑖𝑛
2
HV =
𝑑2
2 .𝑓 𝑆𝑖𝑛 136°/2
=
𝑑2
2 .𝑓 𝑆𝑖𝑛 68° 2 ( 0,927)𝑓 1,854.𝑓
= = =
𝑑2 𝑑2 𝑑2
Keterangan:
HV = Hardness Vickers
F = Beban
𝜃 = Sudut antara Permukaan Intan 136°
d = Diameter Rata-rata hasil Pengamatan

Perhitungan diameter Rata-rata hasil pengamatan Pertama


Diketahui : - Beban (f) = 100
- Diameter Rata-rata hasil pengamatan (d) = 0,58
Penyelesaian :

21
1,854 𝑥 𝑓
HV =
𝑑2
1,854 𝑥 100
= (0,58)2
185,4
=
(0,336)

= 551,78

Perhitungan diameter Rata-rata hasil pengamatan Ke-dua


Diketahui : - Beban (f) = 100
- Diameter Rata-rata hasil pengamatan (d) = 0,56
Penyelesaian :
1,854 𝑥 𝑓
HV =
𝑑2
1,854 𝑥 100
= (0,56)2
185,4
=
0,313

= 592,33

Perhitungan diameter Rata-rata hasil pengamatan Ke-tiga


Diketahui : - Beban (f) = 100
- Diameter Rata-rata hasil pengamatan (d) = 0,59
Penyelesaian :
1,854 𝑥 𝑓
HV =
𝑑2
1,854 𝑥 100
= (0,59)2
185,4
=
0,348

= 532,75

Perhitungan diameter Rata-rata hasil pengamatan Ke-empat


Diketahui : - Beban (f) = 100
- Diameter Rata-rata hasil pengamatan (d) = 0,59
Penyelesaian :

22
1,854 𝑥 𝑓
HV =
𝑑2
1,854 𝑥 100
= (0,59)2
185,4
=
0,348

= 532,75

Rata-rata Harga Kekerasan


Diketahui : xv = Rata-rata Kekerasan Vickers
𝜀HV = Jumlah Pengamatan (lihat pada tabel)
n = Jumlah Pengamatan yang dilakukan
Penyelesaian :
𝜀HV
HV =
𝑛
2209,61
= = 552,40
4

No HV HV HV - HV (HV - HV) 2

1 551,78 552,40 -0,62 0,3844

2 592,33 552,40 39,93 1594,4

3 532,75 552,40 -19,65 386,12

4 532,75 552,40 -19,65 386,12

𝜀 2209,61 0,01 2367,02

(Tabel 4.1.2 Hasil Perhitungan Rumus Vickers)


Definisi Standar
Diketahui : - Sx = Rumus Definisi Standar
- 𝜀 (HV -HV)2 = Jumlah Hasil Pengamatan Vickers (lihat
pada tabel)
- n = Jumlah Pengamatan dilakukan
- Sx = Rata-rata defrasi standar

23
Penyelesaian:
√𝜀.(𝐻𝑉−𝑯𝑽 )2
Sx =
𝑛−1
√2367,02
=
4−1
√2367,02
=
3

= √789,0
= 28,08
Hasil Pengukuran
Diketahui: - HV = Rata-rata Pengamatan Vickers
- Sx = Defrasi standar
HV ± Sx
Apabila negatif = HV – Sx
= 552,40 – 28,08
= 524,32
Apabila positif = HV + Sx
= 552,40 + 28,08
= 580,48
Data yang masuk Range 2 buah, presentasi data:
𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒
= x 100%
𝑛
2
= 4 x 100%

= 50 %

Kesalahan Relatif
Diketahui:
- Sx = Rata-rata Standar
- Hv = Rata-rata Pengamatan Vickers
Penyelesaian:
𝑺𝒙
= x 100%
𝑯𝒗
28,08
= x 100%
552,40

= 0,050%

24
4.1.3 Perhitungan Data Metode Rockwell
Seperti pada data hasil praktikum pengujian Rockwell dengan
5 (lima) kali percobaan dengan data hasil pengujian Praktikum Rockwell,
maka dapat dihitung Rata-rata harga Kekerasan.
Diketahui:
HR = Rata-rata Pengamatan Rockwell
𝜀𝐻𝑅 = Jumlah Hasil Pengamatan Rockwell (lihat pada tabel)
𝑛 = Jumlah Pengamatan dilakukan
Penyelesaian :
𝜀HR
- HR = 𝑛
508,1
= 5

= 101,62

No HR HR HR - HR (HR - HR) 2

1 101 101,62 -0,62 0,3844

2 101 101,62 -0,62 0,3844

3 104 101,62 2,38 5,6644

4 104 101,62 2,38 5,6644

5 98,1 101,62 -3,52 12,3904

𝜀 508,1 0 24,488
(Tabel 4.1.3 Hasil Perhitungan Rumus Rockwell)

Defrasi Standar
Diketahui:
Sx = Defrasi Standar
𝜀(HR – HR)2 = Jumlah hasil pengamatan (lihat pada tabel)
Penyelesaian:
√𝜀 (𝐻𝑅−𝑯𝑹2
Sx =
𝑛−1
24,488
=√
4

25
= √6,122
= 2,474
𝑆𝑥
Sx =
𝑛
2,474
=
5

= 0,4948

Hasil Pengukuran
Diketahui:
HR = Rata-rata Pengamatan Rockwell = 101,62
Sx = Defrasi Standar = 2,474
Penyelesaian:
HR ± Sx
Apabila positif = HR + Sx
= 101,62 + 2,474
= 104,114
Apabila negatif = HR – Sx
= 101,62 - 2,474
= 99,166

Data yang masuk Range 3 Buah, presentasi data:


𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑥 100%
=
𝑛
3 𝑥 100%
=
5

= 60%
Kesalahan Relatif
𝑆𝑥 𝑥 100%
=
𝑯𝑹
2,474 𝑥 100%
=
101,62

26
= 24,3 %

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan uji kekerasan dengan tiga metode
Pengujian yaitu Brinell, Vickers, dan Rockwell maka didapatkan
kesimpulan akhir dari praktikum Uji Kekerasan, yaitu:
5.1.1 Metode Brinell
1. Rata-rata hasil kekerasannya
2. Devisi Hitung
3. Hasil pengukuran Positif
4. Hasil Pengukuran Negatif
5. Data yang masuk range 2 buah
6. Presentasi data
7. Kesalahan Relatif

5.1.2 Metode Vickers


1. Rata-rata hasil Kekerasan
2. Devisi Hitung
3. Hasil pengukuran Positif
4. Hasil Pengukuran Negatif
5. Data yang masuk range 2 Buah
6. Presentasi Data
7. Kesalahan Relatif

5.1.3 Metode Rockwell


1. Rata-rata Kekerasan
2. Devisi Hitung
3. Hasil Pengukuran Positif
4. Hasil Pengukuran Negatif
5. Data yang masuk range 3 Buah
6. Presentasi Data
7. Kesalahan Relatif

28
5.2 Saran-Saran

Dengan diadakannya pengujian Kekerasan bahan ini diharapkan


Mahasiswa dapat mengetahui beberapa nilai kekerasan suatu bahan dan
diharapkan yang akan digunakan sebagai konstruksi.
Pada laboratorium Praktik Uji Kekerasan, alat-alat atau mesin
yang digunakan untuk praktikum sangatlah minim. Sehingga praktikum
yang dilakukan tidak seefektif yang diharapkan.
Semoga Bapak atau Ibu yang bersangkutan diharapkan
mempertimbangkan Saran-saran yang kami sampaikan.

29
LAMPIRAN

Tabel 1

Hubungan antara penetrator dengan bahan-bahan digunakan untuk pengujian kekerasan metoda
brinnell.

Tabel 2

Untuk kekerasan Rockwell

30
Gambar Sebelum diuji Gambar Setelah diuji

Gambar Tabel Uji Kekerasan pada Mesin Albert Gnehm

31
DAFTAR PUSTAKA

Faisol, 2013. “Laporan uji kekerasan bab pendahuluan”. Dapat di unduh di


http://faisolafnan.blogspot.com/2013/04/laporan-uji-kekerasan-bab-i-
pendahuluan.html.Diakses pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 14.00 WIB

Yopi, 2013. ”Uji kekerasan material”. Dapat di unduh di http://yopiprayoga.


blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 17
Juni 2015 pukul 14.30 WIB.

Fauzan, 2013.”Pengujian keras brinell vickers”. Dapat di unduh di http:// kalogueloe.


blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers. html. Diakses pada
tanggal 17 Juni 2015 pukul 15.00 WIB.

Husni, 2009. “Uji kekerasan”. Dapat di unduh di http://belajarmetalurgi.


blogspot.com/2009/11/uji-kekerasan.html. Diakses pada tanggal 18 Juni 2015,
pukul 15.30 WIB.

Zuchry , 2012,. “Mekanika Teknik, Universitas Tadulako, Palu”. Dapat diunduh di


http:// eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf. Diakses pada
tanggal 18 juni 2015, pukul 16.00 WIB.

32

Anda mungkin juga menyukai