Anda di halaman 1dari 31

39

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengambilan Data


4.1.1 Profil Perusahaan
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang memiliki lima anak
perusahaan penghasil semen yang memainkan peranan sangat penting sebagai strategic
partner, maupun sebagai pendukung community development. Anak perusahaan
diharapkan mampu mendukung bisnis inti Semen Indonesia selaku holding company dan
memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk mencapai keunggulan kompetitif dan
perkembangan perusahaan secara terus menerus. Anak perusahaan PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk yang menghasilkan semen yaitu PT. Semen Tonasa (Persero) Tbk, PT.
Semen Padang (Persero) Tbk, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dan Thang Long Cement.

Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yaitu PT. Semen


Gresik (Persero) Tbk. PT. Semen Gresik merupakan salah satu anak perusahaan PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Agustus 1957.
Area pemasaran produk semen Gresik adalah wilayah Pulau Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi (sebagian) Pada awal pembentukannya, kapasitas terpasang PT. Semen Gresik
hanya mencapai 250.000 ton semen per tahun, dan pada tahun 2018 kapasitas yang
ditargetkan mencapai 16 juta ton/tahun. Kantor pusat PT. Semen Gresik terletak di
Kabupaten Gresik, Jawa Timur sedangkan Kabupaten Tuban dijadikan sebagai pabrik
semen.
40

4.1.2 Proses Produksi Semen


Berikut merupakan tahapan mengenai proses produksi semen yang terdapat pada
perusahaan Semen Indonesia Tbk.
a. Proses Penyiapan Bahan Baku
Umumnya proses penyiapan bahan baku ini menggunakan beberapa alat berat.
Bahan baku yang digunakan ialah bahan baku utama semen seperti clay (tanah liat)
dan limestone (batu kapur). Lokasi penambangan biasanya jauh dari lokasi pabrik.
Maka untuk beberapa pabrik menggunakan long belt conveyor untuk memindahkan
material tersebut. Namun sebelum dikirim ke proses penghancuran, material tersebut
disimpan pada surge bin. Ketika material dibutuhkan maka secara otomatis material
tersebut akan dikirim ke lokasi pabrik menuju crusher.
b. Proses Penghancuran (Crushing)
Alat utama untuk menghancurkan bahan baku adalah crusher. Bahan baku hasil
penambangan diangkut menggunakan dump truck dan kemudian dicurahkan ke
dalam hopper. Dimana fungsi dari hopper adalah sebagai alat penampung awal
untuk memasukaan ke dalam crusher. Crusher yang digunakan untuk
mengancurkan batu kapur terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama disebut
vibrator yang fungsinya untuk mengayak atau menyaring batu kapur sehingga batu
kapur yang ukurannya lebih kecil akan langsung jatuh menuju belt conveyor. Batu
kapur yang tertinggal akan secara langsung menuju bagian yang kedua, yaitu bagian
yang memiliki alat penghancur yang dinamakan hammer. Setelah mengalami
penghancuran, batu kapur tersebutakan jatuh menuju belt conveyor yang sama.
c. Penyimpanan dan Pengumpanan Bahan Baku
Setelah mengalami proses penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim menuju
tempat penyimpanan yaitu stock pile dengan menggunakan belt conveyor. Umumnya,
stock pile terdiri dari dua sisi yaitu sisi kanan dan kiri, jika pada bagian kanan sedang
digunakan sebagai proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher.
Begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan
tripper selain itu stock pile juga dilengkapi dengan reclaimer. Dimana reclaimer ini
berfungsi untuk memindahkan atau mengambil raw material dari stock pile ke belt
conveyor dengan kapasitas tertentu, sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini juga
berfungsi untuk menghomogenkan bahan baku yang akan dipindahkan ke belt
conveyor. Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor
41

menuju tempat penyimpanan kedua, yang biasa dikatakan merupakan awalan


masukan poses pembuatan semen, yaitu Bin. Pengumpulan bahan baku kedalam
sistem proses selanjutnya diatur oleh weight feeder, yang diletakkan tepat dibawah
bin. Prinsip kerja dari weight feeder ini adalah mengatur kecepatan scavenger
conveyor, yaitu alat untuk mengangkut material dengan panjang tertentu dan
mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scavenger
conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan
ke belt conveyor dan dikirim ke vertical roller mill untuk mengalami penggilingan
dan pengeringan. Pada belt conveyor terjadi pencampuran batu kapur, pasir silika,
pasir besi dan tanah liat.
d. Penggilingan dan Pengeringan Bahan Baku
Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan bahan baku
adalah raw mill. Media pengeringanya adalah udara panas yang berasal dari coller
dan pre-heater. Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai media pembawa bahan-
bahan yang telah halus menuju proses selanjutnya. Bahan baku masuk kedalam raw
mill pada bagian tengah (tempat penggilingan) sementara itu panas masuk kedalam
bagian bawahnya. Material yangsudah tergiling halus akan terbawa udara panas
keluar raw mill melalui bagian atas alat tersebut. Raw mill memiliki bagian yang
dinamakan classifier yang berfungsi untuk mengendalikan ukuran partikel yang
boleh keluar dari raw mill partikel dengan ukuran besar dikembalikan ke dalam raw
mill untuk mengalami penghalusan selanjutnya sampai ukuran partikel mencapai
ukuran yang diharapkan. Sementara itu partikel yang ukurannya telah memenuhi
kebutuhan akan terbawa udara panas menuju cyclone. Dimana cyclone ini berfungsi
untuk memisahkan antara partikel yang cukup halus dan partikel yang terlalu halus
seperti debu. Partikel yang cukup halus akan turun ke bagian bawah cyclone dan
dikirim ke blending silo untuk mengalami pengadukan dan homogenasi. Partikel
yang terlalu halus akan terbawa udara panas menuju electrostatic precipitator. Alat
ini berfungsi untuk menangkap debu-debu tersebut sehingga tidak lepas keudara.
Debu-debu yang tertangkap, di kumpulkan di dalam dust bin, sementara itu udara
akan keluar melalui stack.
e. Pencampuran (Blending)
Alat utama yang digunakan untuk mencampur dan menghomogenkan bahan baku
adalah blending silo, dengan media pengaduk adalah udara. Bahan baku masuk dari
42

bagian atas blending silo oleh karena itu alat transportasi yang digunakan untuk
mengirim bahan baku hasil penggilingan blending silo adalah bucket elevator dan
keluar dari bagian bawah blending silo dilakukan pada beberapa titik dengan jarak
tertentu, dan diatur denagn menggunakan valve yang sudah diatur waktu bukanya.
Proses pengeluaran dari beberapa titik dilakukan untuk memenuhi kehomogenan
bahan baku.
f. Pemanasan awal (Pre-heating)
Alat utama yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah
preheater sedangkan alat bantunya adalah kiln feed bin. Setelah mengalami
homogenasi di blending silo, material terlebih dahulu ditampung di dalam kiln feed
bin, bin ini merupakan tempat umpan yang akan masuk ke dalam preheater, Ada 4
tahap pemanasan yang dilakukan dalam preheater. Pertama hingga ketiga adalah
dipanaskan oleh angin panas dari kiln, namun yang ke empat adalah dibakar dengan
api dan juga digunakan teknik cyclone sehingga benar- benar terbakar sempurna
bahan bahan tersebut hingga suhu yang diinginkan sebelum masuk kiln adalah
mencapai 850-900°c. Output dari preheater ini adalah debu panas, karena titik didih
bahan bahan tersebut memang masih diatas suhu tersebut.
g. Proses pembakaran (Firring)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kiln adalah
alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan kemirinngan
tertentu. Dimana ujung satunya adalah tempat material masuk sedangkan ujung
lainnya adalah tempat terjadinya pembakaran bahan bakar. Material akan mengalami
pembakaran dari temperatur rendah ke temperatur tinggi. Debu panas dari preheater
yang mencapai 850- 900°c akan langsung masuk kiln. Di kiln akan disembur dengan
serbuk batu bara yang menyala dengan api hingga suhu bagian dalam kiln mencapai
1400-1500°C. Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses pembakaran
bahan bakarnya, tanur putar di lengkapi dengan gas analyzer. Gas analyzer ini
berfungs i untuk mengendalikan kadar O2, CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi
kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara bisa disesuaikan.
Didalam tanur putar terjadi proses kalsinasi, simntering, clinkering. Bahan bakar
dari kiln sendiri dihasilkan dari batu bara yang dihaluskan hingga menjadi bubuk
pada proses di coal mill.
43

h. Pendinginan (Cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah cooler. Cooler
ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran udara
pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker (clinker breaker). Setelah
proses pembentukan clinker selesai dilakukan dalam tanur putar, clinker tersebut
terlebih dahulu didinginkan didalam cooler sebelum disimpan didalam clinker silo.
Cooler yang digunakan menggunakan udara luar sebagai pendingin. Udara yang
keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai media pemanas pada raw mill, sebagai
pemasok udara panas pada kiln, dan sebagian lain di buang ke udara bebas. Proses
pendinginan ini sama seperti preheater yaitu di ulangi berkali kali hingga suhu
clinker menjadi sekitar 90- 100°C. Setelah didinginkan clinker dikirim menuju
clinker silo dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep pan conveyor.
Sebelum sampai di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat pendeteksi kapur
bebas, jika kandungan kapur bebas clinker melebihi batas yang diharapkan maka
clinker melebihi batas yang diharapkan maka clinker akan dipisahkan dan disimpan
dalam bin sendiri.
i. Proses Penggilingan Akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir dimana terjadinya pula
penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Alat ini berbentuk silinder
horizontal. Bagian dalam ball mill terbagi menjadi dua bagian untuk memisahkan
bola baja yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian utama diisi dengan bola-
bola baja yang berdiameter lebih besar dari pada bola-bola yang ada pada bagian
kedua. Prinsip penggunaan bola-bola baja dari ukuran yang besar ke ukuran yang
lebih kecil adalah bahwa ukuran bola-bola baja yang lebih kecil menyebabkan luas
kontak tumbukan antara bola-bola baja dengan material yang akan digiling akan
lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya akan lebih halus. Material yang
telah mengalami peenggilingan kemudian diangkut oleh bucket elevator menuju
separator. Sparator berfungsi untuk memisahkan semenyang ukuranya telah cukup
halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup halus dibawa udara
melalui cyclone kemudian disimpan didalam silo cement.
44

Untuk lebih memperjelas proses pembuatan semen secara kering dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 4.1 Proses Produksi Semen


45

4.1.3 Pengambilan Data FMEA


Berikut adalah tata letak pabrik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk plant Tuban yaitu :

Gambar 4.2 Tata Letak Pabrik PT. Semen Indonesia


Keterangan Gambar:

1. Limestone Crushing 13. Clinker Cooler

2. Clay Crushing 14. Clinker Storages

3. Clay Storages 15. Central Control Room

4. Limestone Storages 16. Gypsum/Trass Bin

5. Raw Material 17. Cement Finish Mill

6. Iron Silica Storages 18. Cement Storages Silo

7. Raw Mill 19. Cement Packing and Load Out

8. Electrostatic Precipitator 20. Masque

9. Coal mill 21. Dormitory

10. Blending silo 22. Central Office

11. Suspension Preheater 23. Utilitas


46

Pengambilan data dilakukan di Central office, section of maintenance planning PT.


Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban. Section of maintenance planning berfokus
untuk melakukan proses perawatan terhadap mesin serta peralatan. Salah satu cara yang
diterapkan perusahaan untuk melakukan manajemen perawatan mesin dan peralatan
proses produksi dengan menerapkan sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Penerapan sistem FMEA baru diterapkan tahun 2015 akhir hingga saat ini. Data yang
diperoleh dari record FMEA berupa data excel yang merupakan dokumentasi dari
penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) tahun 2017 dan 2018 yaitu:

Tabel 4.1 Total Failure Mode Record FMEA

No. Record Failure Mode/Tahun Tahun

1. 1 Failure Mode 2015

2. 149 Failure Mode 2016

3. 88 Failure Mode 2017

4. 10 Failure Mode (Jan-Ags) 2018

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa penerapan sistem Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) baru terlaksana di akhir tahun 2015. Namun ditahun berikutnya
banyak data failure mode yang terekam sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap
penerapan sistem fmea di setiap area kerja pada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
pabrik Tuban agar berjalan dengan efektif.
47

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Pengelompokkan Failure List
Data yang diperoleh berisikan failure list yang terdata pada sistem Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk Pabrik Tuban dengan mengelompokkan failure yang ada berdasarkan bagian area kerja sebagai berikut :
Tabel 4.2 Record Data Bagian Crusher

Area /
Categor Busines Equip Component / Failure Failure Failure Failure Current
S O D RPN
i s ment Function mode Effect Cause Cosequences Prev. Control
Service
Medium Crusher 244T Kabel drum Shaft vibrasi 8 Reducer Tripper Mati 6 Inspeksi 3 144
Tuban 4 R1 /Penggulung bending menyebabk cacat Rutin, Ganti
kabel power an bearing motor
motor rusak 0.75KW
High Crusher Stora Storage / Material Mencemari 7 Storage Mengganggu 8 Pembersihan 4 224
Tuban 2 ge BC Menampung Tumpah lingkungan kurang Kenyamanan lokasi
material keluar sekitar luas dan kerja dan
Altirnative storage tinggi kesehatan,
untuk butuh biaya
subtitusi dan tenaga
Bahan baku untuk
membersihka
n
48

Area /
Categor Busines Equip Component / Failure Failure Failure Failure Current
S O D RPN
i s ment Function mode Effect Cause Cosequences Prev. Control
Service
Medium Crusher 244T Rel Tripper / Rel rusak tripper stop 9 Rel terlalu Crusher stop 8 Modifikasi 5 360
Tuban 4 R1 jalur lintasan rendah, shaftGanti
tripper Roda aus, couplingRel
rel tidak diratakanreto
alignment rque baut
clamp
relInspeksi
rutin harian,
mingguan

High Crusher 252H LCD / LCD dan Tidak ada 5 Power Kualitas 8 Perbaikan 6 240
Tuban 2 P1 memberi info Keyboar Informasi Supply Mixpile Power
dari CCR ke d Error ke Loader Rusak Terganggu Supply
OP Loader
Untuk
Komposisi
Blok Clay
High CCT 469M Pemisah Sambung Belt Putus 6 Panas Tidak bisa 9 - Repair 3 162
S1 metal dari an Belt induksi memisahkan spacing belt
material sering magnet, metal
nglokop panas area

High Crusher 243B Belt Belt Belt sobek 7 kualitas Stop operasi 3 Fastener 7 147
Tuban 3 C3 Conveyor / Baru Material crusher scrapper
transport insert (70 kurang dilonggarkan
material M) rusak
49

Area /
Categor Busines Equip Component / Failure Failure Failure Failure Current
S O D RPN
i s ment Function mode Effect Cause Cosequences Prev. Control
Service
Medium Crusher 251S Storage Material Material B3 8 Dinding Image 8 Pembersihan 3 192
Tuban 1 S1 Bahan baku Sering mencemari Storage perusahaan by KPL
alternatif, tumpah lingkungan kurang terganggu
Menyimpan tinggi dan
Material B3 Beton
Rusak
High Crusher 234B Metal Metal Merusak 7 Material Alat transport 7 Tidak ada 5 245
Tuban 4 C2 Detector, Lolos ke Belt, bucket Logam stop pengendalian
Mendeteksi alat Asing
Logam asing transport tidak
yang terbawa terdeteksi
material

Medium CCT 469C Motor drive Bearing Motor 7 Base Plate Sizer stop 5 Regrease 3 105
R1M0 untuk sizer Motor Rusak Vibrasi rutin 3 bulan
2 Cepat sekali, check
aus vibrasi max 1
bulan sekali
50

Area /
Categor Busines Equip Component / Failure Failure Failure Failure Current
S O D RPN
i s ment Function mode Effect Cause Cosequences Prev. Control
Service
Medium Crusher 231C Bearing Tempara Limestone 7 Oli Stop operasi 7 Penggantian 4 196
Tuban 1 R2 Hammer, tur oil crusher mati sirkulasi Crusher type oil grade
Bantalan sirkulasi bearing lebih tinggi -
rotor. bearing hammer Modifikasi
hammer bocor cover seal.
panas Dan
92oC, Pemasangan
mematik Breather
an pada
100oC
High Crusher 243B Reducer, Oil Reducer 7 Seal Stop operasi 6 Ganti seal, 4 168
Tuban 3 C6 Mereduce reducer kehabisan kurang Crusher service di
putaran bocor oil, Belt presisi BM
motor stop
Medium Crusher 243B Balt Belt stop belt 7 Ada rol Stop operasi 7 Inspeksi rutin 5 245
Tuban 3 CA Conveyor Sobek conveyor, yang Crusher PMCR dan
Memanja material macet OPCR
ng 20 cm tumpah
pada 2
titik di
belt
51

Tabel 4.3 Record Data FMEA Bagian Produksi 1

Area /
Failure
Busine Equip Component / Failure Failure Failure Current RP
Categori S Cosequen O D
ss ment Function mode Effect Cause Prev. Control N
ces
Service
Medium Raw 331/2/3 Reducer Reducer Apron stop 9 lifetime Rawmill 3 Inspeksi dan 9 243
Mill AC1-2 mengubah macet lebih dari mati lubrikasi
Tuban putaran drive 20 tahun rutinPemberi
2 motor an grease
pada seal
Medium Raw 351BE Bucket Steelcord Belt bucket 9 lifetime Rawmill 4 Potong 8 288
Mill 2 Elevator / Sudah Putus stop, Sambung
Tuban Transfer Putus Kapasitas Belt bucket
1 material Kiln turun
product dari
Airslide ke
Silo.
High Raw 351BE reducer, korosi gear rusak 7 bucket Bucket 8 inspeksi 7 392
Mill 4 mengurangi sangat tidak berkala
Tuban ratio putaran jarang dapat
1 beroperasi beroperasi
sehingga
terjadi
kondesasi
dalam gear
box
52

Area /
Failure
Busine Equip Component / Failure Failure Failure Current RP
Categori S Cosequen O D
ss ment Function mode Effect Cause Prev. Control N
ces
Service
High Kiln 442KL Pondasi / Pondasi Vibrasi 8 Ada initial Kapasitas 7 Maintain 3 168
Tuban 1 Support retak saat torque crack yang turun operasi
2 untuk Kiln di atas 70 kemasukan menjadi torque kiln
drive persen oil. 80% dari dibawah 70
normal persen dan
capacity Menambah
support
antara
pondasi timur
dan barat

High Kiln 442FN Variable Nilai DC BUS 7 Drive stop 4 maintain 5 140
Tuban RMO0 Speed drive / kapasitansi undervolta Temperatur / Kiln temperature
2 1 Mengatur kapasitor ge e DC BUS slow down (Service AC,
kecepatan DC BUS capacitor Inspeksi
motor link terjadi >60oC VSD
deviasi > Pembersihan
10% ruangan)

High Raw 321RR reducer lifetime, kerusakan 7 lifetime Raw mill 9 inspeksi, 7 441
Mill 1 scrapper temperatur reducer, innerpart berhenti ganti oil bila
Tuban e reducer hampir operasi panas
1 panas & mendekati dan stock
suara kasar kerusakan umpan
gear kiln
tersendat
53

Area /
Failure
Busine Equip Component / Failure Failure Failure Current RP
Categori S Cosequen O D
ss ment Function mode Effect Cause Prev. Control N
ces
Service
High Raw 341RM bearing bearing vibrasi raw 8 lifetime Raw mill 7 inspeksi 7 392
Mill 1 grinding roll macet, seal mill, bearing (5 stop
Tuban & axle seal bocor pemakaian tahun), sal
1 do oli bocor dan
meningkat, pecah
kerusakan
tire & table

High Raw 352BE reducer reducer kerusakan 7 lifetime Kiln stop 8 inspeksi rutin 8 448
Mill 2 bucket panas, reducer over (sdh 8
Tuban suara kasar tahun), seal
2 bocor,
corosive
High Raw 341RM tools preasure hydraulic 7 kesalahan Tidak 8 pembersihan 7 392
Mill 1 hydarulic tak torque pemakaian, dapat dan
Tuban torque & tercapai, macet over melakuka perawatan
1 pump u/ assy tidak dapat preasure n tools
grinding roll berputar perbaikan

High Raw 331AC DC Drive 40 Motor stop Apron 7 Life time Rawmill 4 Ganti unit, 8 224
Mill 1 HP/ terbakar, conveyor lebih Stop service rutin,
Tuban Penggerak pendek inspeksi by
1 reducer IP
Apron
Conveyor
54

Area /
Failure
Busine Equip Component / Failure Failure Failure Current RP
Categori S Cosequen O D
ss ment Function mode Effect Cause Prev. Control N
ces
Service
High Kiln 441AN Gmu / gas GMU Error Tidak Bisa 7 Motherboar Kiln stop 4 IInspeksi dan 8 224
Tuban 1 monitoring Memonitor d Rusak Cleaning saat
1 unit analyzer ing Gas overhoul
Buang Serta
Burner penggantian
unit yang
rusak
High Raw 342RM maximator hose, preassure 5 lifetime Rawmill 6 perawatan 5 150
Mill 1 tools untuk connector tak tercapai (>10 tahun) stop berkala
Tuban repair bocor
2 reducer mill,
rocker arm,
grinding roll
dll
High Kiln 441CC Actuator / Pressure Cooler 7 Tidak bisa Kapasitas 6 5 210
Tuban 1 Penggerak rendah, berat melakukan Cooler
1 cooler Langkah cek kondisi berkurang
Actuator actuator
tidak tanpa
terpenuhi. mematikan
12 stroke/ kiln
mnt
menjadi 6
stroke/mnt
55

Area /
Failure
Busine Equip Component / Failure Failure Failure Current RP
Categori S Cosequen O D
ss ment Function mode Effect Cause Prev. Control N
ces
Service
High Kiln 470FN Venting / Flow Mematikan 7 kebocoran Stop 7 Check pada 6 294
Tuban 3 Sealing air rendah Atox mill Flexible produksi waktu atox
1 pressure dibawah 25 Joint pulverize, off
standar di mbar menguran
atas 38 mbar gi
kapasitas
kiln
High Kiln 443KL Superbolt Superbolt Maingear 9 misalignme Kiln stop 7 Inspeksi 7 441
Tuban 1 (16 EA)/ putus >4 lepas nt antara harian by
3 Pengikat EA di 1 shell kiln Operator,
maingear titik dan mingguan by
maingear PMKC
High Kiln 484PW Rotor / Alat Motor Suply 6 Gap Motor Kiln stop 5 Inspeksi 1 300
Tuban 01 timbang Trip/Overl Material Tidak Sama visula 0
4 material oad Pulvurize mingguan
pulvurize Terganggu
untuk
memenuhi
kebutuhan
operasi
56

Area /
Failure
Busine Equip Component / Failure Failure Failure Current RP
Categori S Cosequen O D
ss ment Function mode Effect Cause Prev. Control N
ces
Service
High Kiln 444FN Expansion Expansion Support, 7 Design Stop 8 Inspeksi 4 224
Tuban 01 Joint joint ducting Expansion Operasi mingguan,
4 downcomer / deformasi downcomer joint yang Penambalan
Sambungan rusak / terpasang
flexible antar colapse kurang
ducting sesuai

High Kiln 443FN Fan / Fan vibrasi Bearing 8 Pondasi Fan 6 Penguatan 3 144
Tuban F Menghasilka tinggi motor atau kurang kuat, stopped / baseplate
3 n udara bearing fan tidak ada kiln shut (pasang
untuk rusak vibration down penguat base
pendinginan damper interlocke plate)
cooler d Inspeksi
mingguan
(PML dan IP)

Medium Kiln 483FN Fan / Fan vibrasi Housing 7 Bearing Motor fan 6 Inspeksi rutin 3 126
Tuban 4 Mengalirkan tinggi bearing motor rusak stop - kiln mingguan
3 udara untuk motor stop
burner gun rusak
57

Tabel 4.4 Record Data FMEA Bagian Produksi 2


Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Prev.
ss nces Control
Service
Medium Finish 544B smartfill unit fill level penunjuka 6 kabel Feed rate 4 repair 4 96
Mill M1 / mendeteksi sensor rusak n tidak sensor berkuran support
Tuban volume akurat terkelupas g kabel,
2 material karena retorque fill
kompartemen support level sensor
ball mill sensor lepas

High Finish 523B Transportasi Bucket Bucket 6 Chain Bucket 6 Inspeksi 3 108
Mill E1 terakraw elongation alarm lifetime stop rutin 1 bulan
Tuban material line (original 3 sekali saat
3 mill 5 tahun) service rutin

High Finish 546B Bolt trunion / Bolt putus Material / 7 Deformasi Lingkun 8 Doubling 6 336
Mill M1 mengikat semen pada gan plate trunion
Tuban trunion bocor trunion kotor, dan Ganti
3 plate, Loss dimensi dan
Compartem cement material bolt
en 1 producti
overload on
58

Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Prev.
ss nces Control
Service
High Finish 20018 automation Automatio Finish 10 Komponen Shut 9 Service rutin 9 810
Mill 328 charger Charger Mill ABC sudah down dan inspeksi
Gresik kontrol finish sudah gresik obsolete finish
mill a b c obsolete dan tidak bisa mill A B
gresik tidak beroperasi C Gresik
menjamion
performance

High Finish SG- untuk loading excavator supply 9 life time Operasio 8 Melakukan 7 504
Mill 2301- material dari spare part material di nal finish inspeksi
Gresik FM storage ke obsolete finish mill mill
apron terganggu tidak
lancar
High Finish 547R Grinding Kualitas Blaine dan 5 penggunaan komplain 8 Meminimalk 6 240
Mill M01 Process dibawah mesh water spray pelangga an
Tuban standar dibawah tinggi lebih n penggunaan
4 standar dari 5000 waterspray
lt/mnt maks.
3000lt/mnt
(sebelumnya
diatas 5000
lt/mnt)
59

Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Prev.
ss nces Control
Service
High Finish 547R Grinding Kualitas Blaine dan 5 penggunaan komplain 8 meminimalk 6 240
Mill M01 Process dibawah mesh water spray pelangga an
Tuban standar dibawah tinggi lebih n penggunaan
4 standar dari 5000 waterspray
lt/mnt maks.
3000lt/mnt
(sebelumnya
diatas 5000
lt/mnt)
Low Finish 547F Booster Fan Penggunaan Power 4 efisiensi tagihan 3 mematikan 3 36
Mill N19 panas consumtio biaya dan listrik booster fan,
Tuban berlebih dan n tinggi substitusi tinggi tidak
4 kebutuhan panas ke dan memakai
panas untuk WHRPG pemenuh panas dari
WHRPG kurang an panas cooler kiln
kurang untuk
WHRPG
kurang
High Finish Finish Fan/Menarik Vibrasi Impeller 8 Mill Stop 8 Service 3 232
Mill Mill# Produk Tinggi Unbalance Terjadi Rutin
Gresik D White Coating Pembersihan
Cement dari pada Impeller
Cyclone impeller
Separator
60

Tabel 4.5 Record Data FMEA Bagian Packing

Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current Prev. D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Control
ss nces
Service
High Electric PLG PC dan Obsolete Tidak bisa 6 - software Terjadi 8 Reset rutin 3 144
al & Tuban software melakukan tidak kesalaha hampir tiap
Dcs 1-2 untuk Report report didukung n data hari
dan record produksi lagi - produksi
Produksi lifetime
Hardware.
High Electric ER3 Current Short Explosion 7 Obsolete Terjadi 5 Infeksi 7 245
al & (PAN Transformer Circuited (life time kesalaha Cleaning
Dcs EL >20 tahun) n data Check
MV produksi Termografi
301)
High Electric 442F Power Trafo short Coil/windi 8 High Shut 4 Inspeksi 6 192
al & N2 transformer/ circuit ng temperature down bulanan
Dcs menurunkan transforma , thermal
level tor rusak fault,
tegangan acidity
sebagai tinggi
supply
rectifier
ACS1000
High Electric ER16 Cable duct / kabel short Kiln 8 Panas di Kiln stop 6 Check 5 240
al & (SUB Tempat 1,2,3,4 kabel duct termografi
Dcs 4) Cable stop dan inspeksi
kabel duct
61

Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current Prev. D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Control
ss nces
Service
Medium Electric TM40 Mensupply Kandungan Akan 7 Kemungkin Kiln 6 Test DGA 6 252
al & 2_Tra Kebutuhan Gas Terjadi an adanya tuban 1 (Dissolve Gas
Dcs fo Power Listrik Acethylene Explotion flash over stop Analysis)
Distri Area Kiln Cukup di Internal pada kontak
busi Feet Tuban 1 Tinggi Trafo mekanik
ER4 tap changer
di internal
trafo
Kemungkin
an di
sebabkan
rusaknya
sambungan
antara coil
winding
trafo
menuju ke
kontak tap
changer.
Medium Electric 20019 kabel Kabel Power ke 9 Kabrl Area Ph 8 Cek visual 9 648
al Dan 572 power/suply banyak PH 2 - obsolote 2 dan jaringan kabel
Penunja power ke ph sambungan Pelabuhan dan banyak pelabuha
ng 2 - pelabuhan dan sudah Gresik sambungan n power
gresik obsolote Trip off
62

Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current Prev. D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Control
ss nces
Service
High Electric 50015 Vertical Performa Supply 7 Performa Stock 8 Dilakukan 8 448
al Dan 777 Turbine Pump Air dari Pump Air Service Rutin
Penunja Pump Bak Rendah bak Menurun Cepat
ng Tubanan Tubanan Habis
Terganggu
/Macet
High Electric Lift Transportasi Hasil Pergeraka 7 Bagian Orang 9 Pembenahan 8 504
al Dan Area Naik/Turun Temuan n, Pintu putus Naik ke Sementara
Penunja II-41 Orang dan Audit/Sertif Buka/Tutu & Miring Top Silo
ng Barang ikasi p Pintu Tergang
Berat gu

High Electric Lift Transportasi Hasil Peneranga 7 Penerangan Transpor 9 Pembenahan 8 504
al Dan Area Naik/turun Temuan n buruk, buruk, Apar t Sementara
Penunja II-61 Orang dan Audit/Sertif Apar tidak tidak ada, Orang/B
ng Barang ikasi ada, Emegency arang ke
Emegency door/Call/b lantai
door/Call/ ell buruk, atas/Top
bell buruk, Buffer silo
Buffer buruk tergangg
buruk u
63

Categori Area / Equip Component / Failure Failure S Failure Failure O Current Prev. D RPN
Busine ment Function mode Effect Cause Coseque Control
ss nces
Service
High Finish Finish Liner Shell Liner Shell Product 8 Tergerus Mill Stop 9 Monitoring 3 216
Mill Mill# Comparteme Aus Cement Oleh kondisi
Gresik A nt-2 menurun Material liner(didokum
Cement dan entasi), Cek
Grinding keausan
Ball secara
periodik,
High Electric Vibrat Menyaring Vibrating Coil sering 7 Mutu Coil Release 8 Cek Amper, 6 336
al Dan ing Product Screen Stop terbakar rendah, Packing AdJustmen
Penunja Scree Cement Specifikasi Machine Getaran
ng n sebelum tidak ada Stop
PM#5 masuk
Packing
Machine

Medium Packer PLC plc unit PLC sudah release 9 absolute Stop 9 service / 9 729
Gresik 50017 packer 3 & 4 absolute, packer release cleaning &
009 & gresik performa berhenti packer 3 conection
50017 tidak bisa total &4
040 dipastikan
64

4.2.2 Usability Testing


Dalam melakukan sebuah perbaikan sistem dari sistem awalan sampai sistem usulan yang
direkomendasikan perlu diuji untuk dapat mengetahui seberapa cocok sistem usulan tersebut
diterapkan. Untuk itu, perlu adanya usability testing terhadap perbaikan – perbaikan yang
diberikan. Usability testing bertujuan untuk mengetahui secara mendalam kepuasan user
terhadap suatu produk atau sistem yang baru dalam membantu mencapai tujuan yang
diinginkan oleh user. Pada kasus yang diteliti, berbagai perbaikan sistem yang diberikan
akan menjadi sebuah sistem baru yang utuh kemudian user memberikan penilian apakah
perbaikan sistem baru yang diberikan dapat berguna dan mempermudah user dalam
mengerjakannya. Adapun bentuk pertanyaan yang akan diajukan kepada user dalam
melakukan usability testing yaitu:

Tabel 4.6 Daftar Pertanyaan (Kuesioner) Usability Testing

No. Kategori Pertanyaan


Adanya New Form FMEA (NFF) membuat saya bekerja lebih
efektif
Adanya NFF membuat saya bekerja lebih produktif
1. Usefulness NFF sangat berguna bagi saya
NFF membuat saya lebih mudah dalam menyelesaikan tugas yang
saya kerjakan
Dengan adanya NFF mampu menghemat waktu dalam bekerja
NFF mudah ketika digunakan
NFF selalu berhasil dalam menentukan Nilai RPN dan Kategori
Ease for Mudah untuk diedit data yang salah pada NFF
2.
Use
NFF dapat digunakan tanpa Petunjuk Penggunaannya
Mudah digunakan bagi User yang Baru mengetahui NFF
Mudah dipelajari untuk menggunakan template NFF
Ease for Penggunaan NFF mudah untuk diingat
3.
Learning NFF sangat mudah digunakan
Pengguna cepat mahir dalam menggunakan NFF.
Saya merasa puas dengan NFF
4. Satisfaction NFF bekerja sebagaimana seharusnya
Saya rasa perusahaan memerlukan NFF
65

4.2.2.1 Hasil Wawancara New Template FMEA (NTF)


Setalah menentukan kategori – kategori untuk melakukan usability testing (Usefulness, Ease
for use, Ease for learning dan Satisfaction) maka langkah selanjutnya melakukan
wawancara kepada pengguna dengan memberikan NTF awalan dan NTF usulan. Berikut ini
merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan :

Tabel 4.7 Hasil Wawancara Usability Testing


No Narasumber Hasil Wawancara
1. Manager Section Hasil wawancara dengan Pak Eko Setiawan mengenai template
of Mainternance usulan (New Template FMEA) terbagi kedalam empat kategori
Planning yaitu usefulness, ease for use, use for learning dan satisfaction.
Untuk kategori usefulness Pak Eko Setiawan berpendapat
bahwa new template fmea secara tampilan dan content yang ada
dapat dikatakan lebih efektif karena selain adanya penambahan
kolom pewarnaan area kerja, juga terdapat penambahan kolom
frekuensi aktual dan frekuensi target untuk menyimpulakan
suatu failure efektif atau kurang efektif dalam menerapkan
FMEA. NTF sangat berguna karena selama ini tidak ada
frekuensi aktual dan frekuensi target sehingga dapat membantu
bagian pemeliharaan untuk bisa lebih waspada terhadap failure
yang kurang efektif. Dalam ease for use, penggunaan template
usulan juga sangat mudah karena ada kolom pewarnaan
otomatis untuk setiap area kerja kemudian dapat dikatakan
sangat mudah digunakan karena content yang ada lebih
tersistem (berurutan) terutama pada kolom nilai severity,
occurance dan detection. Kemudian pada template yang baru,
melakukan edit data juga tegolong mudah karena kolom kolom
penting saling terkoneksi contohnya jika ingin mengedit nilai
RPN.

Ease for learning, penggunaan NTF sangat mudah


untuk digunakan karena dengan adanya content kolom yang
saling terkoneksi mulai dari pewarnaan area otomatis,
penentuan nilai RPN dan juga penentuan efektif atau tidaknya
suatu failure akan memudahkan pengguna baik pengguna rutin
maupun pengguna awam. Penggunaan NTF juga mudah untuk
diingat karena selain adanya penambahan kolom baru, NTF
juga mengurutkan (didekatkan) kolom nilai severity, occurance
dan detection. Kemudian pemberian sample untuk pengguna
dirasa tidak perlu karena penggunaanya sudah cukup mudah
ditambah dengan adanya workshop singkat mengenai FMEA
tentu akan memudahkan user. Untuk kategori satisfaction,
tentunya dengan adanya NTF sangat memuaskan jika
dibandingkan dengan yang awal dikarenakan template usulan
66

No Narasumber Hasil Wawancara


selain memiliki tampilan yang sistematis namun juga sangat
membantu user dalam mengerjakan pendataan failure mode.

2. Kepala Regu Menurut pak Aris adanya new template fmea (NTF) membuat
FMEA pekerjaan bisa berjalan dengan efektif dan sangat berguna
karena template fmea yang baru terdapat beberapa
pengurangan kolom sehingga membuat pak aris tidak perlu
bingung (muter-muter) untuk mencari fill yang tidak perlu diisi.
Tempalte FMEA yang baru membuat lebih produktif yang
berarti akan banyak failure mode yang dicatat. Format FMEA
yang lama dengan NTF memiliki kegunaan yang sama namun
pada NFT dibuat lebih simple namun tetap mudah digunakan.
Penggunaan NFT juga memudahkan karena fill yang diisi lebih
sedikit dibandingkan dengan template yang lama. Untuk ease
for use dapat dikatakan mudah untuk digunakan dari yang
sebelumnya dan implementasi penggunaannya lebih efektif
dari yang lama karena kolom Frekuensi target dan aktual sudah
terkoneksi dan langsung keluar kesimpulan efektif atau kurang
efektif. Kemudian kategori ease for learning, NTF memang
mudah untuk dimengerti tetapi tetap perlu diberi contoh atau
sample pengisian (1 baris atau 2 baris) sehingga pengguna lain
yang baru memakai FMEA tetap bisa mengisi template yang
ada (bisa menyesuaikan). Dengan adanya NTF mampu
membuat pengguna cepat mahir namun tetap perlu diberi
sample pengisian agar user bisa memprediksi pengisian FMEA.

Untuk satisfaction. Pada NTF pengguna bisa langsung


menarik kesimpulan karena kolom Saverity, Detection dan
Occurance berdekatan jadi tidak perlu melihat banyak kolom
agar bisa mendapatkan summary-nya (Kesimpulan). Pak aris
merasa puas dengaan NTF karena cukup banyak perbaikan –
perbaikan fundamental yang dilakukan namun dengan catatan
penting yaitu user diberi sample 1 baris agar pengguna tidak
bingung atau salah dalam mengisi template FMEA.

3. Kepala Bagian Hasil wawancara dengan pak Rohmana mengenai template


Kerja Crusher usulan (New Tempalte FMEA) terbagi kedalam empat kategori
yaitu usefulness, ease for use, use for learning dan satisfaction.
Untuk kategori usefulness Pak Rohmana berpendapat bahwa
new template fmea sangat efektif dikarenakan adanya
penghilangan kolom menjadi lebih simple dan penggolongan
kategorinya lebih mudah dipaham sehingga dapat dikatakan
sangat efektif dan juga mampu menambah produktivitas dalam
mengisi data ke table FMEA. New template FMEA juga dapat
menghemat waktu dibandingan dengan template awal karena
fill yang harus diisi tidak telalu banyak dan kolom yang ada di
67

No Narasumber Hasil Wawancara


NTF langsung menunjukkan point – point apa saja yang harus
diisi. Kemudian untuk kategori ease for use, template usulan
lebih mudah untuk digunakan walaupun perbedaannya tidak
jauh namun dapat dikatakan lebih mudah digunakan karena ada
kategori yang dikurangi sehingga tidak membingungkan
pengguna. Kemudian untuk penambahan tabel frek. aktual dan
target tentu sangat membantu dalam memberikan informasi
kepada tim FMEA mengenai failure mana yang harus
diprioritaskan untuk diperbaiki dan membuat orang (Tim
FMEA) menjadi lebih waspada agar frekuensi aktual tidak
melebihi frekuensi target.

Ease for learning, untuk template FMEA yang baru


sangat mudah untuk dipahami terutama karena beberapa kolom
sudah saling terkoneksi seperti halnya kolom frekuensi target
dan frekuensi aktual. Kemudian bentuk template yang
sederhana membuat pengguna lebih mudah dalam mempelajari
walaupun tanpa bantuan petunjuk pengisian. Hal pendukung
lainnya karena adanya penambahan warna area kerja khusus
sangat membantu namun penggunaan kata area kerjanya perlu
untuk “dibakukan” (standar penamaan area kerja) karena
seringkali user menuliskan area kerja pelabuhan dengan
menggunakan kata bahasa inggris (port). Kemudian untuk
satisfaction, adanya template usulan cukup memuaskan
dibandingkan dengan template awal karena adanya beberapa
hal yang ditambahkan dan dikurangi sehingga template usulan
jauh menjadi lebih menarik dan mudah digunakan namun
koreksi yang perlu dilakukan yaitu perlu adanya standarisasi
penamaan area kerja.

4. Kepala Bagian Berdasarkan wawancara dengan Bu Eka Puspa Ningrum


Kerja Produksi I mengenai usability testing terhadap New Tempalte FMEA
(NTF) terbagi menjadi 4 kategori yaitu usefulness, ease for use,
ease for learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness,
Bu Eka berpendapat bahwa NTF cukup efektif namun tidak
jauh berbeda dalam hal isi kontennya, hanya saja untuk NTF
pengerjaannya bisa lebih cepat dan menghemat waktu
dikarenakan beberapa kolom yang ada sudah saling terkoneksi
terutama kolom pewarnaan area kerja. Kemudian untuk ease
for use, Bu Eka berpendapat bahwa NTF mudah dikerjakan
karena semua failure yang ada sudah disesuaikan dengan
masing – masing area kerja. NTF juga mudah digunakan
karena selain tampilannya yang cukup menarik dan bahkan
walaupun isi kontennya jauh lebih banyak, NTF juga dapat
dikerjakan dengan mudah. namun tetap perlu adanya petunjuk
68

No Narasumber Hasil Wawancara


atau pengertian dari setiap isi konten yang ada seperti misalnya
menunjukkan pengertian dari failure cause, effect dan lainnya.
Untuk kategori ease for learning, Bu Eka berpendapat
bahwa penggunaan NTF mudah dipahami dan mudah
dikerjakan oleh pengguna yang baru dengan catatan diberikan
penjelasan mengenai isi konten yang harus diisi serta diberikan
contoh pengisian NTF. Jika pengguna sudah bisa menggunakan
NTF maka untuk pengisiannya berikutnya, penggunan akan
lebih mahir untuk mengoperasikan NTF ini. Untuk kategori
satisfaction, Bu Eka berpendapat bahwa NTF cukup
memuaskan karena tampilan yang cukup menarik serta
penempatan isi konten sudah diterapkan secara urut. Namun Bu
Eka berharap NTF bisa segera diterapkan kedalam sebuah
aplikasi dismartphone guna membuat penerapan FMEA jauh
lebih efektif dan efisien.

5. Kepala Bagian Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak solihin mengenai


Kerja Produksi II perbaikan sistem yang dilakukan terhadap sistem FMEA
melalui template usulan (New Template FMEA) yang terbagi
kedalam empat kategori yaitu usefulness, ease for use, use for
learning dan satisfaction. Untuk kategori usefulness, Pak
Solihin berpendapat bahwa NTF memiliki kebergunaan yang
lebih banyak dibandingkan template awalan (sebelum). NTF
walaupun memiliki kolom yang cukup banyak dibandingkan
template awal namun waktu pengerjaan bisa lebih cepat karena
kolom yang ditampilkan mudah dimengerti sehingga record
failure yang diinput tentu akan lebih maksimal. Untuk kategori
ease for use, Pak Solihin berpendapat bahwa pengoperasian
NTF jauh lebih mudah dibandingkan dengan template usulan
karena isi konten sudah otomatis terhubung dengan jenis
failure contohnya seperti pewarnaan area kerja. Selain itu,
pengisian kolom ranking hingga kolom RPN juga berdekatan
sehingga memudahkan pengguna untuk memberikan penilaian
dan menentukan kesimpulan.

Untuk kategori ease for learning, Pak Solihin


berpendapat bahwa template yang baru sangat mudah untuk
dipahami karena adanya penamaan yang baku terhadap failure
mode dan area kerja. Kemudian adanya penambahan kolom
efektif atau kurang efektifnya FMEA juga membantu pengguna
agar bisa lebih mewanti wanti failure mode yang diambang
batas failure target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya untuk kategori satisfaction, Pak Solihin menilai
bahwa NTF berhasil memberikan perbaikan, baik dari isi
69

No Narasumber Hasil Wawancara


konten hingga meningkatkan kebergunaan template
sebelumnya.
6. Kepala Bagian Hasil wawancara dengan Pak Eko Budi Santoso mengenai
Kerja Packer template usulan (New Template FMEA) yang terbagi kedalam
empat kategori yaitu usefulness, ease for use, use for learning
dan satisfaction. Untuk kategori usefulness Pak Eko
berpendapat bahwa new template fmea sangat efektif karena
pengguna mudah membaca dengan cepat isi konten yang ada
dalam judul kolom dan juga NTF dapat menghemat waktu
pengerjaan dan cepat menentukan kesimpulan dikarenakan
kolom severity, occurance dan detection sudah didekatkan.
Dalam ease for use, penggunaan template usulan juga sangat
mudah karena dari pembacaannya saja sudah mudah dan
ditambah lagi dengan adanya penambahan warna khusus untuk
tingkatan kategori resiko pada failure berdasarkan nilai RPN.
Template baru tentu memudahkan pengguna dalam
mengerjakan dan mengoperasikannya namun tetap perlu ada
petunjuk penggunaan terutama pengisian template fmea untuk
new user. Tujuan adanya petunjuk penggunaan juga akan cepat
membuat user lebih mudah memahami template yang baru
terutama nilai S, O, D tidak perlu disingkat.

Ease for learning, pada new template fmea terdapat


kolom frekuensi target dan frekuensi aktual yang membantu
pengguna untuk selalu memonitror tiap failure yang terjadi agar
tidak melewati target yang sudah ditentukan. Walaupun new
template fmea berisi kolom judul konten lebih banyak dari
template awal namun pengguna justru lebih mudah memahami
isi konten yang harus diisi. Untuk kategori satisfaction, Pak
Eko berpendapat template baru sangat memuaskan baik dari
segi tampilan, isi konten, dan kemudahan dalam pengoperasian
template baru tersebut namun tetap perlu adanya penambahan
memberikan kepanjangan dari istilah – istilah yang ada contoh
S yaitu saverity, O yaitu occurance dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai