LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH :
PRAKTEK PENGUJIAN BAHAN LOGAM I
JOB PRAKTEK :
UJI KEKERASAN
Praktikan :
NAMA : Muhammad Kholil Rahman
NIM : 34121040
KELAS : 1B - D3 TEKNIK MESIN
KELOMPOK : III
1. Arti Kekerasan
2
(Baja lunak) 5. Apatit Ca5(PO4)3 (F,Cl)
6. Ortoklas KalSi3O8
7. Kwarsa SiO2
8. Topas Al2SiO4 (F, OH)
(Baja dikeraskan) 9. Korundum (Al2O3)
(Logam keras) 10 Intan C
Cara ini kurang teliti karena nilai kekerasan suatu bahan tidak dapat ditentukan
secara pasti, tetapi hanya bisa dapat diketahui bahan A lebih keras dari bahan B
2. Cara Dinamik
3. Cara Penekanan
Cara ini dikenal dan digunakan secara umum karena nilai kekerasannya
sudah dapat diketahui. Metode pengujian kekerasan dengan cara penekanan ada
3 metode yaitu metode Brinell, metode Vickers, dan metode Rockwell.
3. Metode Brinell
Tujuan dari cara ini adalah untuk menguji kekerasan bahan logam besi,
logam bukan besi, dan besi tuang.
Pada cara ini dilakukan dengan jalan menekankan bola baja kepada permukaan
benda uji yang licin dengan beban tertentu, maka permukaan benda uji akan ada
bekas penekanan berupa sebagian dari bidang bola. Dengan mengukur bekas
penekanan tersebut, maka kekerasan Brinell (HB) adalah:
HB = BEBAN (F)
Luas bidang bola penekanan (A)
3
Gambar 2.1 Penekanan metode Brinell dengan bola (Ball)
π
D (D−√ D2−d 2 )
Luas bidang bola bekas penekanan (A) = 2
F
π
D( D− √ D 2 −d 2 )
HB = 2
4. Metode Vickers
Pengujian cara Vickers dapat dipakai untuk menguji kekerasan hampir
semua jenis bahan baik itu bahan yang lunak dan yang sudah dikeraskan, yang
paling cocok adalah untuk bahan yang tipis, terutama untuk bahan yang
dikeraskan permukaan.
Cara kerja pengujian Vickers hampir sama dengan pengujian Brinell,
sebagai penekan dipakai intan yang berbentuk piramida dengan sudut puncak
4
1360. Pada permukaan benda uji akan terjadi bekas penekanan berbentuk
piramida. Setelah diagonal bekas penekanan diukur, maka harga kekerasannya
adalah :
5. Metode Rockwell
Berlainan dengan cara Bhinell, Vickers, pengujian cara Rockwell
didasarkan pada kedalaman masuknya penekanan pada bahan yang diuji, makin
keras bahan makin dangkal masuknya penekanan dan sebaliknya makin lunak
bahan, makin dalam masuknya penekanan.
5
Kedalaman masuknya penekanan itulah yang menunjukkan nilai
kekerasan bahan dan ditunjukkan langsung pada petunjuk (dial), sehingga tidak
ada pengukuran bekas penekanan seperti cara Brinell dan Vickers. Nilai
kekerasan dapat langsung dibaca pada dial, setelah beban utama dilepaskan dan
beban awal masih menahan beban.
Pada metode Rockwell, sebuah benda pendesak ditekankan dalam 2
tingkat pada benda kerja yang dikerjakan licin seperti gambar berikut:
6
III. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian kekerasan bahan adalah :
1. Mesin Affri Hardness Tester dan kelengkapannya
2. Kunci L
3. Grinding Speeciment
4. Profil Proyektor
5. Lap kasar dan lap halus
7
IV. LANGKAH KERJA
1) Persiapan Sampel
1. Ratakan permukaan sampel dan permukaan
kedua sisinya harus paralel
2. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
akurat polis atau amplas salah satu sisi
permukaan sampel yang akan diuji. Usahakan
rata dan mengkilat. (Kekasaran permukaan
sampel yang paling baik Ra < 0,3 µm/N5).
3. Bersihkan sampel dari gemuk, oli, debu dan
kotoran lainnya
4. Jangan melakukan pengujian jika langkah 1
sampai 3 belum dilakukan karena beresiko dan
dapat merusak penetrator.
Gambar 4.1 Persiapan
Sampel
2) Pemilihan Beban Pengujian
Sebelum melakukan pengujian tentukan terlebih dahulu metode pengujian dan
beban penetrasi pengujian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kenali jenis material yang akan diuji kekerasannya (misalnya baja st 37, baja
dikeraskan, aluminium dll)
2. Tentukan metode pengujian kekerasan yang akan digunakan (misalnya skala
pembacaan metode Brinell)
3. Tentukan jenis penetrator yang akan digunakan (misalnya Ball Ø 5 mm)
4. Pilih beban pengujian yang akan digunakan berdasarkan tabel pemrograman
(lihat lampiran A)
3) Pengujian Kekerasan Sampel
Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Setting Beban
Senting beban yang telah pilih dengan menggunakan kunci L (5) pada
bagian skala beban uji (3)
8
Gambar 4.2 Skala beban uji
2. Pasang Penetrator yang akan digunakan
3. Pasang Landasan
a. Pilih landasan yang akan digunakan sesuai dengan bentuk
sampel yang akan diuji
b. Pasang landasan pada dudukan
9
Gambar 4.5 Switch in
sehingga tampak nilai toleransi tertinggi Hi:80 dan nilai toleransi terendah Hi:
50. Jika tidak tampak pada layar maka tekan tombol
Untuk menyimpan dan kembali ke skala orginal tekan
f. Setting waktu pengujian/penekanan dengan menekan
tombol
sampai tampak Tmr. 2.0
Untuk memilih waktu terbaik tekan dan selanjutnya tekan
Catatan:
Untuk pengujian dengan metode Rockwell waktu penetrasi 4 detik ± 2 detik
5. Letakkan sampel diatas landasan.
10
6. Putar keatas handwheel (26) hingga sampel benda uji bersentuhan dengan
penetrator. Perhatikan layar display (12) terlihat tanda
(a) (b)
Gambar 4.7
(a) Handwheel berputar keatas; (b) Permukaan sampel bersentuhan penetrator
10. Untuk pengukuran kekerasan dengan metode Vickers hasilnya tidak dapat
terbaca langsung pada layar display. Sehingga untu mengetahui kekerasannya
maka ukur diameter penekanan d1 pada posisi sumbu x, dan d 2 pada posisi
11
sumbu y dengan menggunakan profil proyektor atau mikroskop yang tersedia.
Selanjutnya hitung kekerasan HV dengan menggunakan rumus.
11. Setelah semua pengujian selesai tekan tombol switch off
12. Tekan tombol power in
13. Untuk pengukuran kekerasan dengan metode Brinell disamping kekerasan dapat
terbaca langsung pada layar display juga tetap dilakukan pengukuran diameter
bekas penetrasi (d1 dan d2) pada profil proyektor. Selajutnya hitung kekerasannya
dengan menggunakan rumus.
4) Langkah Kerja Pengoperasian Profil Proyektor
1. Letakkan benda kerja yang akan diukur diatas stage gelas.
2. Hidupkan profil proyektor dengan mengatur posisi panel di “ON” pada kode
“MAIN”
3. Fokuskan benda kerja sehingga tercapai hasil bayangan benda yang paling jelas
pada layar proyeksi.
4. Luruskan salah satu garis silang pada layar proyeksi dengan salah satu titik
puncak sampel yang akan diukur.
5. Atur head mikrometer pada posisi nol, dengan memutar baut.
6. Gerakkan mikro stage kearah sumbu x sesuai arah jarak yang diukur, sampai
sumbu vertukal tepat berada pada titik puncak ulir yang diukur.
7. Hasil pengukuran jarak dapat dibaca dari angka pada head mikrometer.
12
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.2. Data Hasil Pengujian Metode Brinell Untuk Material Aluminium
Waktu Beban Kekerasan
No. Dia. Penetrator
(detik) (Kgf) (N) (HB)
1. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 47,5
2. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 50,4
3. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 51,3
4. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 55,0
5. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 55,2
Rata-rata 51,88
13
Tabel 6.3. Data Hasil Pengujian Metode Brinell Untuk Material Tembaga
Tabel 6.4. Data Hasil Pengujian Metode Brinell Untuk Material Kuningan
Waktu Beban Kekerasan
No. Dia. Penetrator
(detik) (Kgf) (N) (HB)
1. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 96,2
2. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 102,0
3. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 106,5
4. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 114,8
5. Ball Ø 5 mm 10s 125 1226,25 119,5
Rata-rata 107,8
14
TABEL PENGAMATAN UJI KEKERASAN
Tabel 6.2. Data Hasil Pengujian Metode Rockwell Untuk Material Aluminium
Waktu Beban Kekerasan
No. Dia. Penetrator
(detik) (Kgf) (N) (HB)
1. Diamond 120 10 60 588 29,0
2. Diamond 120 10 60 588 56,4
3. Diamond 120 10 60 588 55,3
4. Diamond 120 10 60 588 59,0
5. Diamond 120 10 60 588 57,6
Rata-rata 51,46
15
Tabel 6.7. Data Hasil Pengujian Metode Rockwell Untuk Material Tembaga
Waktu Beban Kekerasan
No. Dia. Penetrator
(detik) (Kgf) (N) (HB)
1. Diamond 120 10 60 588 44,2
2. Diamond 120 10 60 588 45,6
3. Diamond 120 10 60 588 38,3
4. Diamond 120 10 60 588 10,1
5. Diamond 120 10 60 588 45,5
Rata-rata 36,74
Tabel 6.8. Data Hasil Pengujian Metode Rockwell Untuk Material Kuningan
Waktu Beban Kekerasan
No. Dia. Penetrator
(detik) (Kgf) (N) (HB)
1. Diamond 120 10 60 588 50,4
2. Diamond 120 10 60 588 51,8
3. Diamond 120 10 60 588 55,6
4. Diamond 120 10 60 588 56,6
5. Diamond 120 10 60 588 54,5
Rata-rata 53,78
16
2. Tabel Data Pengamatan Dengan Pembacaan diameter pada mikroskop
atau profil proyektor
17
Tabel 6.11 Data Pengujian Brinell untuk Kuningan
No. D F t d1 d2 D Ket.
(mm) (Kg) (s) (mm) (mm) (mm)
1. 5 125 10 1,12 1,11 1,115
2. 5 125 10 1,12 1,11 1,115
3. 5 125 10 1,12 1,11 1,115
4. 5 125 10 1,12 1,11 1,115
5. 5 125 10 1,12 1,11 1,115
d rata-rata = 1,115
18
TABEL PENGAMATAN UJI KEKERASAN
19
Tabel 6.15 Data Pengujian Vickers untuk Kuningan
No. D F T d1 d2 D Ket.
(mm) (Kg) (s) (mm) (mm) (mm)
1. Diamond 136˚ 981 10 1,05 1,03 1,04
2. Diamond 136˚ 981 10 1,05 1,03 1,04
3. Diamond 136˚ 981 10 1,05 1,03 1,04
4. Diamond 136˚ 981 10 1,05 1,03 1,04
5. Diamond 136˚ 981 10 1,05 1,03 1,04
d rata-rata = 1,04
20
VI. ANALISA DATA
1. Metode Brinell
F
π
D( D− √ D 2 −d 2 )
Kekerasan Brinell (HB) adalah : HB = 2
Keterangan : HB = nilai kekerasan menurut metode Brinell (Kg/mm2)
F = gaya desakan (Kg)
D = diameter bola penekanan (mm2)
d = diameter segmen bola (mm)
Material D F d HB
(mm2) (Kg) (mm) (Kg/mm2)
ST-37 5 125 0,822 234,170
Aluminium 5 125 0,90 194,189
Kuningan 5 125 1,115 126,377
Tembaga 5 125 0,455 758,265
21
2. Metode Vickers
F
Kekerasan Vickers (HV) adalah = HV = A
F
HV=
d2
Keterangan :
HV = nilai kekerasan menurut metode Vickers (Kg/mm2)
F = Gaya desakan (Kg)
A= luas segemen bola dalam dari desakan (mm2)
d = diagonal bekas penekanan ( d rata rata)
Material F d HV
(Kg) (mm) (Kg/mm2)
ST – 37 981 0,88 1266,78
Aluminium 981 1,055 881,38
Kuningan 981 1,04 906,98
Tembaga 981 0,64 2395,01
22
VII. GRAFIK (HASIL ANALISA DATA)
Grafik Rata-rata
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
ST-37 Aluminium Kuningan Tembaga
23
VIII. PEMBAHASAN
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahasilkan data kekuatan
material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Ketika material ditarik dengan beban tarik yang besarnya melebihi batas
luluhnya, maka material tersebut akan mengalami pertambahan panjang sifatnya
tetap. Pertambahan panjang material ini apabila dibagi dengan panjang awal
menghasilkan perpanjangan atau elongation yang disimbolkan dengan e. Pada
saat beban tarik dikenakan pada spesimen melebihi batas luluhnya, maka
perpanjangan yang terjadi pada material adalah perpanjangan totalnya. Besarnya
perpanjangan total merupakam hasil penjumlahan antara perpanjangan plastis
dengan perpanjangan elastis.
Apabila tegangan yang diberikan terhadap spesimen melebihi batas
luluhnya, maka pergerakan dislokasi ini akan mencapai permukaan. Pergerakan
dislokasi hingga mencapai permukaan inilah yang dinamakan deformasi plastis.
Deformasi plastis inilah yang menyebabkan pertambahan panjang pada
spesimen bersifat tetap. Apabila besarnya tegangan yang diberikan terhadap
spesimen mencapai titik maksimum.
Pada praktikum pengujian tarik ini digunakan empat jenis material, yaitu
baja karbon, kuningan, tembaga, dan aluminium. Pada saat dilakukan pengujian,
maka didapatkan data-data seperti: batas proporsional, batas elastisitas, batas
ulur, batas maksimum, dan titik patah.
Untuk mendapatkan nilai dari dari data diatas, maka dapat diperoleh
seperti cara berikut.
24
1. Tegangan pada batas proporsional, batas elastisitas, batas ulur (yield), tegangan
tarik maksimum, dan batas patah (breaking limit) pada analisa data dan table
analisa data didapatkan dengan menggunakan persamaan berikut.
F
σ= ( N m m−2)
A0
2
π . D0
A0 = ( Nmm¿¿−2)¿
4
2. Regangan
Li −L
ε= o
L0
∆ L=Li−L0
3. Modulus elastisitas
σρ
E= ( Nmm¿¿−2)¿
ερ
Li−L
e= 0
×100 %
L0
A i−A
r= 0
×100 %
A0
25
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
1) SARAN
26
Sebelum melakukan pengujian, sebaiknya memahami langkah kerja,
metode uji kekerasan yang akan digunakan, serta mengetahui jenis material
yanga akan diuji coba. Sebelum melakukan uji kekerasan, permukaan pada
material tersebut harus rata dan halus agar lebih mudah dalam proses pengujian.
27
X. DAFTAR PUSTAKA
28
XI. TUGAS
1) Pertanyaan
1. Jelaskan tujuan pengujian kekerasan !
2. Sebutkan alat-alat yang digunakan dalam pengujian kekerasan dan
jelaskan fungsi serta cara pemakainnya ?
3. Sebutkan langkah-langkah pengujian dan keselamatan kerja pada
pengujian kekerasan ?
4. Jelaskan pengertian dari kekerasan !
5. Sebutkan perbedaan pengujian kekerasan dengan Brinnel, Vickers, dan
Rockwell.?
6. Sebutkan keuntungan dan kerugian dari ketiga metode pengujian
kekerasan ?
* Pertanyaan 1, 2, 3, dan 4 dijawab sebelum dan 5, dan 6 setelah melakukan
pengujian.
Jawaban
1. Tujuan pengujian kekerasan untuk menguji kekerasan dari suatu material, karena
dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat
mekanis suatu material. Meskipun hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah
tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu
material.
29
c. Memulai pemrograman tekan tombol
d. Setting Skala Pembacaan
Untuk memilih skala pembacaan yang tekan tombol
sampai diperoleh skala pembacaan yang akan
digunakan (misalnya skala pembacaan metode Brinell HB10)
e. Setting toleransi dengan menekan tombol
sehingga tampak nilai toleransi tertinggi Hi:80 dan nilai toleransi terendah
Hi: 50. Jika tidak tampak pada layar maka tekan tombol
Untuk menyimpan dan kembali ke skala orginal tekan
f. Setting waktu pengujian/penekanan dengan menekan tombol
sampai tampak Tmr. 2.0
Untuk memilih waktu terbaik tekan
dan selanjutnya tekan
b) Kunci L digunakan untuk melepaskan atau mengencangkan baut yang
kepalanya menjorok ke dalam. Cara pakainya, pas kan kunci L dengan kepala
baut putar ke kiri untuk mengencangkan dan kanan jika ingin mengendurkan.
c) Grinding Speeciment digunakan untuk mengasa ataupun menggerus benda
kerja dengan tujuan atau kebutuhan tertentu cara penggunaannya dengan
menggunakan kertas gosok dengan tingkat grid tertentu dengan dialiri air
sampai permukaan specimen tersebut halus.
d) Profil Proyektor digunakan untuk pengukuran sudut dan alat, cara
penggunaannya :
7. Material diletakkan pada bidang uji
8. Cahaya proyektor dinyalakan untuk mendapatkan bayangan material pada
display lensa proyektor
9. Tingkat dari focus ditentukan sehingga didapatkan bayangan yang jelas untuk
diukur.
e) Lap kasar dan lap halus digunakan untuk membuat permukaan benda yang
kasar menjadi lebih halus dengan cara menggosokkan permukaan kasarnya ke
permukaan suatu bahan atau benda.
30
3. Langkah langkah pengujian dan keselamatan kerja
Langkah – langkah
a. Persiapan Sampel
1. Ratakan permukaan sampel dan permukaan kedua sisinya harus paralel
2. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat polis atau amplas salah satu
sisi permukaan sampel yang akan diuji. Usahakan rata dan mengkilat.
(Kekasaran permukaan sampel yang paling baik Ra < 0,3 µm/N5).
3. Bersihkan sampel dari gemuk, oli, debu dan kotoran lainnya
4. Jangan melakukan pengujian jika langkah 1sampai 3 belum dilakukan karena
beresiko dan dapat merusak penetrator.
3. Pasang Landasan
31
Pilih landasan yang akan digunakan sesuai dengan bentuk sampel yang akan
diuji, Pasang landasan pada dudukan Pemrograman Mesin Affri Hardness
Tester.
4. Letakkan sampel diatas landasan
Hindari permukaan sampel yang tidak paralel dengan permukaan landasan akibat
adanya debu dan kotoran lainnya pada permukaan landasan.
5. Putar keatas handwheel (26) hingga sampel benda uji bersentuhan dengan
penetrator. Perhatikan layar display (12) terlihat tanda → ←
(a) (b)
Gambar 4.8. Hasil Pengujian Kekerasan (64,5) terbaca pada layar display
32
9. Untuk pengukuran kekerasan dengan metode Vickers hasilnya tidak dapat
terbaca langsung pada layar display. Sehingga untu mengetahui kekerasannya
maka ukur diameter penekanan d1 pada posisi sumbu x, dan d2 pada posisi
sumbu y dengan menggunakan profil proyektor atau mikroskop yang tersedia.
Selanjutnya hitung kekerasan HV dengan menggunakan rumus.
10. Setelah semua pengujian selesai tekan tombol switch off .
11. Tekan tombol power in.
12. Untuk pengukuran kekerasan dengan metode Brinell disamping kekerasan
dapat terbaca langsung pada layar display juga tetap dilakukan pengukuran
diameter bekas penetrasi (d1 dan d2) pada profil proyektor. Selajutnya hitung
kekerasannya dengan menggunakan rumus.
Keselamatan Kerja :
d) Bersihkan mesin Affri Hardness Tester dan simpan dengan rapi seluruh
kelengkapannya pada tempatnya masing-masing setelah melakukan pengujian.
33
Diameter kudu dihitung dua kali pada sudut tegak lurus yang berbeda,
kemudian dirata-ratakan.
- Metode Vickers
Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan piramida
intan yang saling berhadapan adalah 1360. Nilai ini dipilih karena
mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antar
diameter lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan brinell.
- Metode Rockwell
Pengujian kekerasan Rockwell merupakan salah satu pengujian kekerasan
yang mulai banyak digunakan hal ini dikarenakan pengujian kekerasan
Rockwell yang : sederhana, cepat, tidak memerlukan mikroskop untuk
mengukur jejak, dan relatif tidak merusak. Pengujian
kekerasan Rockwell dilaksanakan dengan cara menekan permukaan
spesimen (benda uji) dengan suatu indentor. Penekanan indentor ke dalam
benda uji dilakukan dengan menerapkan beban pendahuluan (beban
minor), kemudian ditambah dengan beban utama (beban mayor), lalu
beban utama dilepaskan sedangkan beban minor masih dipertahankan
6. Keuntungan dan kerugian menggunakan metode Brinnel, Rockwell dan
Vickers.
a) Metode Brinnel
Keuntungan : Sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan-
bahan uji yang bersifat heterogen.
Kerugian :
- Tidak dapat digunakan pada benda yang tipis dan kecil.
- Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi.
b) Metode Vickers
Keuntungan :
- Dianjurkan untuk pengujian material yang sudah di proses case
hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih keras.
34
- Tidak merusak karena hasil indentasi sangat kecil, dan biasanya bahan uji
bisa dipakai kembali
Kerugian :
- Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini
sangat lamban.
- Memerlukan persiapan permukaan benda uji.
- Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi.
c) Metode Rockwell
Keuntungan : Mampu digunakan untuk bahan yang sangat keras. Bisa
dipakai untuk batu gerinda hingga plastik. Cocok untuk semua material
yang keras dan bahkan lunak.
Kerugian : Tingkat ketelitian rendah.
35
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran A. Tabel Pemrograman
HRA Rockwell HRA Diamont 120° 10 60 588,6 Cemented steel > 0,7 mm
HRB Rockwell HRB Ball 1/16” 10 100 981 Soft steel and non ferrous metals
HRC Rockwell HRC Diamond 120° 10 150 1471,5 Hardened steel> 1,2 mm
HRD Rockwell HRD Diamond 120° 10 100 981 Hardened steel> 1 mm
HRE Rockwell HRE Ball 1/8” 10 100 981 Soft steel and non ferrous metals
HRF Rockwell HRF Ball 1/16” 10 60 588,6 Soft steel and non ferrous metals
HRG Rockwell HRG Ball 1/16” 10 150 1471,5 Soft steel and non ferrous metals
HRL Rockwell HRL Ball 1/4” 10 60 588,6 Plastic
HRM Rockwell HRM Ball 1/4” 10 100 981 Plastic
HR15N Rockwell S HRN(15) Diamond 120° 3 15 147 Hardened steel > 0,2 mm
HR30N Rockwell S HRN(30) Diamond 120° 3 30 294 Hardened steel > 0,35 mm
HR45N Rockwell S HRN(45) Diamond 120° 3 45 441 Hardened steel > 0,5 mm
HR15T Rockwell S HRT(15) Ball Ø 1/16” 3 15 147 All soft metals > 0,2 mm
HR30T Rockwell S HRT(30) Ball Ø 1/16” 3 30 294 All soft metals > 0,35 mm
HR45T Rockwell S HRT(45) Ball Ø 1/16” 3 45 441 All soft metals > 0,5 mm
HBT 5(1) Brinell HBTW 5 Ball Ø 5 mm 10 125 1226,25 Light alloy, bronze copper
HBT 5(2) Brinell HBTW 5 Ball Ø 2,5 mm 10 31,25 306,54 Light alloy, bronze copper
HBT10(1) Brinell HBTW 10 Ball Ø 2,5 mm 10 62,5 613,12 Light alloy, bronze copper
HBT30(1) Brinell HBTWc 30 Ball Ø 2,5 mm 10 187,5 1839,37 Cast Iron
HBT30(2) Brinell HBTWcs 30 Ball Ø 2,5 mm 10 187,5 1839,37 Carbon steel
HBT30(3) Brinell HBTWs 30 Ball Ø 2,5 mm 10 187,5 1839,37 Steel
HV30<HRA Rockwell- HV30~HRA Diamond 120° 10 60 588.6 Cemented steel > 0,7 mm
Vickers
36
PROGRAMMING TABLE for microscope reading
HB30 Brinell HB30 Ball Ø 2,5 mm 10 187,5 1839,37 Cast iron
HB:30 Brinell HB30 Ball Ø 2,5 mm 10 187,5 1839,37 Carbon steel
HB10 Brinell HB10 Ball Ø 2,5 mm 10 62,5 613,12 Light alloy, bronze copper
HV3 Vickers HV3 Diamond 136° 10 60 588,6 Cemented steel > 0,7 mm
HV15 Vickers HV15 Diamond 136° 10 100 981 Soft steel & non ferrous metals
HV45 Vickers HV45 Diamond 136° 10 150 1471,5 Hardened steel > 2 mm
HV10 Vickers HV10 Diamond 136° 10 100 981 Hardened steel > 1 mm
HV60 Vickers HV60 Diamond 136° 10 100 981 Soft steel & non ferrous metals
HV100\ Vickers HV100 Diamond 136° 10 60 588,6 Soft steel & non ferrous
metals
37