Disusun Oleh :
Ariyan Putra
17509134008
Kelas B1
E. Langkah Kerja :
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir dan amplas kasar, sehingga
kedua bidang permukaan tersebut sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan amplas.
3. Sentuhkan benda kerja pada indentor dengan memutar piringan searah jarum jam sampai
jarum besar pada skala berputar 21/2 kali dan jarum kecil menunjuk pada angka 3. Jika terasa
berat, jangan dipaksakan tetapi harus diputar balik dan diulangi.
4. Lepaskan handel ke depan secara perlahan-lahan. Jangan menekan handel ke bawah, tetapi
biarkanlah handel bergerak sendiri turun ke bawah. Jarum besar pada skala akan bergerak
seiring dengan turunnya handel ke bawah. Tunggu hingga jarum besar pada skala berhenti
dengan sendirinya.
5. Tunggu selama 30 detik dari saat berhentinya jarum, kemudian gerakkan handel ke atas
secara perlahan-lahan sampai maksimal.
6. Lepaskan benda kerja dengan memutar piringan berlawanan arah jarum jam.
9. Hitung kekerasan di masing-masing titik dengan persamaan (1), kemudian ambil reratanya.
F. Data-data pengamatan
Alat uji kekerasan = universal hardness tester dan sistem uji = brinell. Indentor = bola
baja d = 5 mm Beban penekanan = 250 kg (2452 N)
G. Pembahasan
𝑷 𝟐𝑷
BHN = 𝝅𝑫 =
( )(𝑫−√𝑫𝟐 +𝒅𝟐 (𝝅𝑫)(𝑫−√𝑫𝟐 +𝒅𝟐 )
𝟐
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik kami menggunakan 3 bahan logam yaitu baja, kuningan dan
alumunium, kami dapat menyimpulkan bahwa setiap bahan yang kami uji memiliki tingkat
kekerasan dan kekuatan masing-masing, yang paling kuat adalah baja, lalu di bawahnya ada
kuningan dan yang terakhir adalah alumunium.
I. Saran
Gunakanlah alat dengan hati-hati dan sebagaimana mestinya, karena saat kami melaksanakan
praktek alat yang kami gunakan untuk melihat ukuran memiliki goresan-goresan yang
membuat garis ukuran tidak terlihat.
LEMBAR KERJA 2 :
F. Langkah Kerja :
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir dan amplas kasar,
sehingga kedua bidang permukaan tersebut sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan amplas.
3. Sentuhkan benda kerja pada indentor dengan memutar piringan searah jarum jam
sampai jarum besar pada skala berputar 21/2 kali dan jarum kecil menunjuk pada angka
3. Jika terasa berat, jangan dipaksakan tetapi harus diputar balik dan diulangi.
4. Lepaskan handel ke depan secara perlahan-lahan. Jangan menekan handel ke bawah,
tetapi biarkanlah handel bergerak sendiri turun ke bawah. Jarum besar pada skala akan
bergerak seiring dengan turunnya handel ke bawah. Tunggu hingga jarum besar pada
skala berhenti dengan sendirinya.
5. Tunggu selama 30 detik dari saat berhentinya jarum, kemudian gerakkan handel ke
atas secara perlahan-lahan sampai maksimal.
6. Lepaskan benda kerja dengan memutar piringan berlawanan arah jarum jam.
F. Data-data pengamatan
universal hardness tester dan sistem uji = pengujian kekerasan vickers. Indentor = piramida
intan bersudut 136o Beban penekanan = 60 kg (588 N)
Diagonal Diagonal Harga
Harga
Uji Bahan indentasi indentasi rata- kekerasan
kekerasan
ke (mm) rata = (d1+d2)/2 Vickers rata-
Vickers
d1 d2 (mm) rata (kg/mm2)
(kg/mm2)
1. Alumunium 1,6 1,6 1,6 43,45
1,6 1,6 1,6 43,45 43,45
2.
1,6 1,6 1,6 43,45
3.
1. Kuningan 1 1 1 111,24
1 1 1 111,24 111,24
2.
1 1 1 111,24
3.
1. Baja 0,3 0,4 0,35 908,08
0,3 0,3 0,3 123,6 534,85
2.
0,4 0,4 0,4 695,25
3.
G. Pembahasan
Cara pengukuran pada brinel dan vickers hampir sama, yang menjadi pembedanya adalah
pada penekan yang digunakan, pada vickers ini kita menggunakan Tipe-tipe lekukan piramid
intan yang kita berikan kepada benda uji.
Ada cara menghitung ukurannya adalah
𝒅𝟏+𝒅𝟐
Vhn = 𝟐
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum uji material menggunakan sistem uji vickers kami menyimpulkan bahwa
kekerasan tiap bahan uji kami yaitu baja, kuningan dan alumunium memiliki tingkat kekerasan
yang berbeda. Bisa dilihat pada tabel hasil uji yang kami lakukan, bahwa baja adalah material
uji kami yang paling keras dibandingkan dengan kuningan dan alumunium, menyusul yang
paling keras adalah kuningan dan yang terakhir adalah alumunium.
I. Saran
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang presisi dari sistem uji ini, disarankan untuk
menggunakan alat ukur dan indikator piramida yang berkondisi baik.
LEMBAR KERJA 3 :
3. Menentukan harga kekerasan suatu bahan dengan metode Brinell Palu Poldy.
E. Langkah Kerja :
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir dan amplas kasar,
sehingga kedua bidang permukaan tersebut sejajar.
b. Haluskan dan bersihkan permukaan benda kerja menggunakan amplas.
3. Pasangkan benda uji standar pada alat uji kekerasan Brinell Palu Poldy.
4. Letakkan benda kerja pada landasan (ragum) kemudian tempelkan indentor dari alat
uji di atas benda kerja.
5. Berikan gaya pemukulan menggunakan palu sehingga indentor akan membuat
bekas indentasi pada benda uji standar dan benda kerja.
6. Lepaskan benda uji standar dari alat uji dan ukur diameter indentasi pada benda uji
standar dan benda kerja menggunakan kaca pembesar berskala. Catatlah hasilnya.
7. Ulangi langkah kerja 3 sampai 6 sebanyak tiga kali pada tiga tempat berbeda pada
benda kerja dan benda uji standar.
8. Hitunglah harga kekerasan masing-masing pengukuran dengan persamaan (4) dan (5).
9. Ambil rerata harga kekerasan benda kerja yang telah diperoleh dari perhitungan.
F. Data-data pengamatan
Alat uji kekerasan = alat uji brinel dan palu poldy dan sistem uji = brinell
palu poldy, indentor = bola baja D = 10 mm
Bahan Uji HB1 (kg/mm2) d1 (mm) d2 (mm) HB2 (kg/mm2) Rata-rata HB2
ke (kg/mm2)
G. Pembahasan
𝟐𝑷 𝟐𝑷
HB1 = dan HB2 = lalu disubstitusikan menjadi
(𝝅𝑫)(𝑫−√𝑫𝟐 +𝒅𝟐 ) (𝝅𝑫)(𝑫−√𝑫𝟐 +𝒅𝟐 )
(𝑫−√𝑫𝟐 +𝒅𝟐 )
HB2 = x HB
(𝑫−√𝑫𝟐 +𝒅𝟐 )
Persamaan ini digunakan untuk mendapatkan nilai kekerasan benda uji pada pengujian
kekerasan brinell palu poldy. Karena di dalam pengujian kekerasan brinel palu poldy
dilakukan tanpa adanya pengaruh dari gaya(gaya tidak diperhitungkan). Dalam pengujian
kekerasan brinel palu poldy ini menggunakan dua bahan yaitu bahan standart dan bahan
uji.
H. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian kekerasan brinel palu poldy ini kami mendapat
kesimpulan bahwa dari 3 benda uji kami yaitu baja, kuningan dan alumunium, baja
merupakan bahan uji dengan tingkat kekerasan paling tinggi yaitu memiliki rata-rata
397,322 kg/mm2 , selanjutnya adalah kuningan dengan rata-rata 235,6067 kg/mm2 dan
alumunium yang terakhir dengan rat-rata 78,0133 kg/mm2.
I. Saran
Saat melakukan pemukulan pada praktikum uji kekekrasan brinel palu poldy ini
disarankan untuk menggunakan kekuatan yang sedang saja, yaitu tidak terlalu keras
maupun terlalu pelan, dan dalam melakukan pengujian ini harus hati-hati.
Lembar Kerja 4
A. Topik Praktikum: pengujian geser
B. Tujuan: setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat:
1. Mepersiapka bahan dan perlengkapa pengujian geser
2. Melakukan pengujian geser
3. Menghitung dan menentukan tegangan geser bahan
4. Menganalisa bentuk patahan geser.
C. Bahan : baja lunak,aluminium,dan kuningan
D. Alat dan Kelengkapan :
1. Universal testing machine beserta kelengkapan untuk uji geser
2. Jangka sorong dan gergaji
3. Modul,lembar kerja,dan alat tulis
E. Langkah kerja
1. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran dan jenis
bahannya
2. Periksalah keadaan mesin serta peralatan yang digunakan
3. Putar switch untama pada posisi ‘I”,switch terletak pada bagian belakang mesin
dalam switch gear cabinet
4. Hidupkan mesin dengan menekan tombol “ON”
5. Aturlah posisi katup pada kedudukan closed
6. Putar krab pengatur pada posisi menutup (putar kekanan agak kencang) atau pada
posisi “I”
7. Atur kedudukan koplinh atau lever dalam keadaan netral (nol) dengan cara memutar
mikro controling
8. Tentukan piringan beban/load sesuai dengan bahan benda kerja yang akan diuji
9. Pasang perangkat bantu untuk pengujian geser. Masukkan benda kerja pada lubang
pisau penggeser
10. Mulailah pengujian dengan perlahan lahan sambil memutar micro controling
kekanan
11. Amati pertambahan gaya pada skala indikator dan catat gaya tertinggi yang dicapai
12. Setelah benda kerja patah,amati dan gambar bentuk patah gesernya
13. Hitung kekuatan geser benda kerja
F. Data-data pengamatan:
G. Pembahasan
1. Dari hasil percobaan material baja mempunyai diameter 8 mm dengan luas
penampang sebesar 50,24 mm mendapakant beban tunggal yang diberikan 15.300
N. sehingga menghasilkan sebuah kekuatan geser sebesar 366,2420 N/mm2
2. Dari hasil percobaan material kuningan mempunyai diameter 8,30 mm dengan
luas penampang sebesar 34, 07865 mm mendapatkan beban tunggal yang
diberikan yaitu 12.300 N. sehingga menghasilkan kekuatan geser sebesar
282,9212 N/mm2
3. Dari hasil percobaan material alumunium mempunyai diameter 8,25 mm dengan
luas penampang 53,429061 mm mendapatkan beban tunggal yang diberikan
yaitu 10.700 N. sehingga menghasilkan kekuatan geser sebesar 200,2655 N/mm2
H. Kesimpulan
dari hasil diatas dapat disimpulakn bahwa baja merupakan material yang paling kuat
karena menghasilkan kekuatan geser sebesar 366,2420 N/mm2 . setelah itu kuningan
dan yang terakhir yaitu alumunium yang mempunyai nilai kekuatan geser terkecil.
I. Saran
Dalam setiap pengujian benda kerja harus dilakukan sesuai dengan SOP yang ada
sehingga mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja . serta berhati terhadap
mesin yang diopersikan karena beresiko terjepit.
LEMBAR KERJA 5 :
F. Langkah kerja
G. Data Pengamatan
Tebal = 2,2 mm
H. Pembahasan
I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami laksanakan kami dapat menyimpulkan bahwa
Rata-rata kekerasan bahan plat eyzer adalah 1297,3516 N/mm2
Rata-rata hubungan antara B dan HB kekerasan bahan plat eyzer adalah 0,249
J. Saran
Ketika melaksanakan praktikum alangkah lebih baikya bila didampingi oleh instruktur
atau asisten instruktur yang mampu memberikan gambaran dan arahan mengenai hal-hal
yang perlu diperhatikan pada saat praktikum.
LEMBAR KERJA 6 :
A. Hari dan Tanggal Praktikum: ……………………………
B. Topik Praktikum : Pengujian tarik baja karbon rendah
C. Tujuan : Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat:
1. Mempersiapkan bahan dan perlengkapan uji tarik.
2. Melakukan pengujian tarik.
3. Membuat kurva tegangan regangan hasil pengujian tarik.
4. Menentukan tegangan tarik maksimum, tegangan luluh, dan tegangan patah.
5. Menentukan modulus elastisitas bahan.
6. Menentukan regangan elastis dan regangan plastis.
D. Bahan : Plat baja karbon rendah
E. Alat dan Perlengkapan :
1. Universal Testing Machine beserta kelengkapannya.
2. Jangka sorong.
3. Mistar, palu.
4. Modul, lembar kerja dan alat tulis.
F. Langkah Kerja
1. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran benda kerja
(panjang, panjang ukur, lebar, dan tebal mula-mula) serta jenis bahannya.
2. Periksalah keadaan mesin serta peralatan yang digunakan.
3. Putar switch utama pada posisi “1”, switch terletak pada bagian belakang mesin dalam
switch gear cabinet.
4. Hidupkan mesin dengan menekan tombol “ON”.
5. Aturlah posisi katup pada kedudukan closed.
6. Putarlah kran pengatur pada posisi menutup (putar ke kanan agak kencang) atau pada
posisi “1”.
7. Aturlah kedudukan kopling atau lever dalam keadaan netral (nol) dengan cara memutar
micro controller.
8. Tentukan piringan beban/load sesuai dengan bahan benda kerja yang akan diuji.
9. Jepit ujung benda kerja bagian atas pada grip chuck. Aturlah skala perpanjangan pada
posisi nol (dengan kopling lever). Jepit ujung benda kerja bagian bawah (tentukan
ukuran panjangnya) dengan cara mengatur kedudukan chuck bagian bawah. Setel jarum
indikator pada posisi nol (dengan catatan tidak ada beban).
10. Mulailah pengujian dengan perlahan-lahan sambil memutar micro controller ke kanan
(dapat dilihat pada skala dial).
11. Baca dan catatlah pertambahan gaya pada skala indikator untuk setiap pertambahan
panjang 2 mm.
12. Setelah benda kerja patah, ukurlah panjang ukur benda kerja setelah patah, tebal dan
lebar pada patahan.
13. Susunlah tabel pengujian dan gambarlah grafik hubungan tegangan dan regangan.
G. Data-Data Pengamatan.
Batas proporsional σp(proportional limit). Titik di mana penerapan hukum Hooke masih
bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas
proporsional sama dengan batas elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation). Perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan
semula. Pada Gambar 3 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress). Tegangan maksimum sebelum bahan
memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress). Tegangan rata-rata daerah landing sebelum
benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield
stress), maka yang dimaksud adalah tegangan mekanis pada titik ini.
Regangan luluh εy(yield strain). Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase
deformasi plastis.
Regangan elastis εe(elastic strain). Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan.
Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis εp (plastic strain). Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain). Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastic
(εT = εe+εp).Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan
yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum (UTS, Ultimate Tensile Strength). Pada Gambar 3 ditunjukkan
dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength). Pada Gambar 3 ditunjukkan dengan titik D,
merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.
I. Kesimpulan
dari hasil percobaan Tarik diatas disimpulkan bahwa material dari baja karbon rendah
mempunyai sifat ulet, elastis sehingga mempunyai grafik seperti apa yang telah
digambarkan dibawah. Jadi cocok buat untuk membuat keonstruksi yang banyak
mengalami pergerakan.
.
J. Saran
Hendaknya dilakukan pengujian pada bahan lain (selain baja karbon rendah) agar kita
dapat membandingkan tingkat kekuatan tarik dari masing masing bahan.
LEMBAR KERJA 7 :
A. Hari dan Tanggal Praktikum:
2. Jangka sorong.
F. Langkah Kerja
1. Siapkan dan periksalah benda kerja. Catatlah ukuran benda kerja dan jenis bahannya.
2. Buatlah alur (takik) pada benda kerja, tepat pada bagian tengah dengan ukuran yang
sudah ditentukan menggunakan notching machine. Pengukuran alur menggunakan
notch gauge.
3. Ukurlah panjang, diameter dan kedalaman takiknya.
5. Bukalah “triggers”.
9. Tarik “the spring loaded pin” sambil menghentakkan pada knop pelepas pada “triggers”,
sampai “outer tup” dan “inner tup” berayun.
10. Bacalah pada dial, besar energi yang diserap oleh batang uji (satuan dalam mKg).
G. Data-Data Pengamatan.
N Bahan Panjan Diamete Tebal Energi Luas Ketangguha
o benda g (p r penampan yang penampang n impak
kerja mm) (D mm) g (h mm) disera patah (mm2) charpy
p (E (mkg/ mm2)
mkg)
1 Baja 44,5 7,9 5,8 5,5 54,6226617 0,1007
5
2 alumuniu 44,5 7,8 6,20 0,6 18,8777 0,0318
m
3 Kuningan 44,6 8 6,15 2,2 41,408 0,0532
Data hasil uji impak:
H. Pembahasan:
Ketika pengujian impak ini, benda uji yang digunakan adalah benda uji berbentuk silinder
pejal dengan diameter 8 mm dan panjang 5 mm. Di tengah benda uji dibuat alur takikan 2,25
mm, dengan kedalaman yang diukur dengan indikator pengukur kedalaman. Benda kerja yang
telah patah karena pengujian lalu diukur luas penampang patahnya.
𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒑𝒂𝒕𝒂𝒉
Untuk mencari kekuatan impak charpy (KI) = 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒏𝒂𝒎𝒑𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒕𝒂𝒉 (mkg/mm2)
I. Kesimpulan:
Dari hasil praktikum pengujian impak charpy, dapat kami simpulkan bahwa dari ketiga bahan
uji kami,yaitu baja, kuningan dan alumunium, memiliki tingkat liat dan ketangguhan yang
berbeda-beda. Dari data yang kami peroleh kami dapat mengetahui bahwa ayng paling baik
adalah baja, kemudian alumunium dan kuningan dengan nilai masing-masing, baja = 0,1007
mkg/mm2 , alumunium=0,0532 mkg/mm2 dan kuningan=18,8777 mkg/mm2
J. Saran:
Dalam pengujian impak ini, kehati-hatian sangat dianjurkan karena terdapat lebih banyak
potensi kecelakaan kerja yang dapat terjadi seperti terjepit alat kerja, terkena lemparan benda
kerja atau alat kerja pengujian yang rusak.
LEMBAR KERJA 9 :
2. Gergaji, kikir, kertas ampelas no. 150, 240, 600, 800, dan 1000.
3. Mesin polishing, media pemoles (autosol atau green stone), kain majun dan alat pengering.
5. Larutan etsa yang sesuai dengan jenis logam yang akan diperiksa dan alkohol.
F. Langkah Kerja :
3. Siapkan cetakan untuk mencetak benda kerja dalam resin. Letakkan benda kerja dalam
cetakan. Campurkan resin dengan hardener, kemudian tuangkan ke dalam cetakan.
4. Setelah resin mengeras, lepaskan resin berikut benda kerja di dalamnya dari cetakan.
5. Haluskan permukan benda yang hendak diperiksa menggunakan kertas ampelas secara
bertahap mulai dari ampelas nomor 150, 240, 600, 800, dan terakhir nomor 1000. Arah
pengampelasan harus saling silang dengan arah pengampelasan sebelumnya.
Permukaan atas dan bawah harus sejajar.
6. Poles permukaan yang hendak diperiksa pada kain majun menggunakan media pemoles
autosol atau green stone. Bersihkan setelah dipoles.
7. Lakukan pengetsaan menggunakan larutan yang sesuai dengan mencelupkan benda
kerja atau menetesi pada permukaannya selama beberapa detik sampai permukaan
benda kerja berubah.
8. Cuci dengan air dan sabun serta alkohol. Keringkan dengan pengering.
9. Periksa sturktur mikronya di bawah mikroskop optik dengan skala perbesaran 10, 40,
dan 100 kali.
10. Gambarlah struktur mikro yang tampak.
G. Data-Data Pengamatan
H. Pembahasan
Dalam melakukan pemeriksaan mikro kami melakukan beberapa hal sebelum dilihat
menggunakan mikroskop. Yaitu membersihkan bahan menggunakan amplas terlebih dahulu,
lalu bahan diberi pemoles yaitu autosol dan dilanjut ditetesi dengan larutan NaCl. Sebelum
akhirnya dibersihkan dengan majun dan dilanjutkan dengan pemeriksaan struktur mikro bahan
uji.
Setelah kami melakukan praktikum pemeriksaan mikro pada baja karbon tinggi, kami
memperolah data hampir sama dengan literatur yaitu baja karbon tinggi memiliki kadar karbon
lebih dari 0,5%. Karena memiliki kadar karbon tinggi, kekerasan baja karbon tinggi melebihi
kekerasan baja karbon lainnya. Sementara itu pada alumunium kami memperoleh gambar
bentuknya menyerupai gumpalan-gumpalan, daerah terang adalah unsur alumunium dan
daerah gelap adalah unsur paduan. Yang selanjutnya besi cor putih memiliki kekerasan yang
cukup tinggi dibanding besi cor yang lain.
I. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan mikro yang kami lakukan kami dapat menyimpulkan
bahwa struktur mikro dipengaruhi oleh paduan bahan apa saja yang ada dari bahan yang ada
di dalam suatu bahan campuran. Struktur mikro juga dapat berbeda hasilnya bila benda uji
yang digunakan kotor.
J. Saran
Sebelum melakukan pemeriksaan lebih baik benar-benar dipastikan bahwa benda uji sudah
bersih dari kotoran, agar hasil yang didapat tidak berbeda jauh.
LEMBAR KERJA 10 :
F. Langkah kerja :
1. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran dan jenis
bahannya.
3. Putar switch utama pada posisi “1”, switch terletak pada bagian belakang mesin
dalam switch gear cabinet.
4. Hidupkan mesin dengan menekan tombol “ON”.
6. Putarlah kran pengatur pada posisi menutup (putar ke kanan agak kencang) atau
pada posisi “1”.
7. Aturlah kedudukan kopling atau lever dalam keadaan netral (nol) dengan cara
memutar micro controling
8. Tentukan piringan beban/load sesuai dengan bahan benda kerja yang akan diuji.
9. Pasang perangkat bantu untuk pengujian geser. Masukkan benda kerja pada
lubang pisau penggeser.
10. Mulailah pengujian dengan perlahan-lahan sambil memutar micro controling ke
kanan
11. Amati pertambahan gaya pada skala indikator dan catat gaya tertinggi yang
dicapai.
12. Setelah benda kerja patah, amati dan gambar bentuk patah gesernya.
G. Data-Data Pengamatan :
No Bahan benda Beban geser Diameter Luas Kekuatan Gambar
kerja tunggal (N) (mm) penampang geser patahan
(mm2) (N/mm2) geser
1 Baja 18700 7,95 49,614 376,910
2 Kuningan 4200 5,95 27,791 751,128
3 Alumunium 12000 7,95 49,95 241,868
H. Pembahasan :
Dalam pelaksanaan pengujian geser ini kami menggunakan 3 bahan uji yaitu baja,
kuningan dan alumunium, dengan hasil sebagai berikut :
1. Baja
Diameter = 7,95 mm
2. Kuningan
Diameter = 5,95 mm
3. Alumunium
Diameter = 7,95 mm
Beban geser tunggal = 12000 N
𝟒𝑷
rumus perhitungan kekuatan geser = σ = 𝝅𝑫𝟐
I. Kesimpulan :
Setelah melakukan pengujian geser dan mendapat hasil pengujian dapat disimpulkan
bahwa dalam pengujian baja merupakan bahan uji dengan kekuatan geser terbesar
dengan nilai 376,910 (N/mm2), kemudian kuningan dengan nilai 751,128 (N/mm2)
dan alumunium dengan nilai 241,868 (N/mm2)
J. Saran
Ketekunan dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam pengujian geser ini, tak lupa aspek
K3 juga perlu diperhatikan.