Anda di halaman 1dari 44

DESTRUCTIVE TESTING

UJI KEKERASAN (Hardness Test)


HARDNESS TEST

Tujuan Pengujian kekerasan : Untuk mengetahui kekerasan suatu material.


Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan bahan/material terhadap
deformasi plastis yang biasanya dilaksanakan dengan cara penetrasi sehingga
menghasilkan jejak atau lekukan pada permukaan benda yang diuji.
Pengujian kekerasan juga bisa dilakukan di lapangan dengan menggunakan
mesin uji kekerasan yang portable. Alat portable ini tidak merusak material
yang di uji akan tetapi mempunyai kelemahan untuk mesin uji kekerasan yg
portable biasanya minimum ketebalan yg dipersyaratkan terlalu tinggi/tebal.
Jadi tidak akurat untuk digunakan pada material yg tipis.

Pengujian kekerasan ada 3 type /methode :


1. BRINELL
2. VICKERS
3. ROCKWELL
HARDNESS TEST

Standard /test method Pengujian kekerasan :


I. ISO STANDARD:
1. Brinell : ISO 6506 - 1 : 2014 : Metalic materials- Brinnell hardness
test – part 1 : Test methode
2. Vickers : ISO 6507 – 1 : 2018 : Metalic materials- Vicker hardness
test - part 1 : Test methode
3. Rockwell : ISO 6508 – 1 : 2016 : Metalic materials- Rockwell Hardness
test – part 1 : Test methode
II. ASTM STANDARD:
1. ASTM E10 : Standard Test Method For Brinell Hardness Of Metallic
Materials
2. ASTM E92 : Standard Test Methods For Vickers Hardness And Knoop
Hardness Of Metallic Materials
3. ASTM E18 : Standard Test Methods for Rockwell Hardness of Metallic
Materials
HARDNESS TEST
Mesin Uji Kekerasan UnPortable (Location Laboratorium/Workshop)

UHT (Universal Hardness Tester) Automatic UHT (Universal Hardness Tester) Manual
HARDNESS TEST
Mesin Uji Kekerasan Portable
III. UJI KEKERASAN

1. BRINELL
Pengujian kekerasan bahan dengan metode Brinell merupakan salah satu
metode pengujian kekerasan yang banyak dipakai. Uji kekerasan Brinell
dilakukan dengan cara menekankan sebuah bola baja pada permukaan benda
uji (spesimen) dengan gaya atau beban, serta dengan periode waktu tertentu
(biasanya 10 - 15 detik).
Hasil dari penekanan indentor atau penetrator yang berupa bola baja yang
dikeraskan ini adalah jejak atau lekukan berbentuk tembereng bola pada
permukaan spesimen.

Selanjutnya untuk mendapatkan nilai kekerasan dari benda uji, diameter jejak
tersebut diukur dengan menggunakan sebuah miroskop.
Pengukuran dilakukan pada dua buah diameter yang saling tegak lurus atau
membentuk sudut siku-siku (90°), yang diambil rata-ratanya.
HARDNESS TEST

1. BRINELL
PRINSIP PENGUJIAN BRINELL
Angka kekerasan brinell (Brinell Hardness Number) dapat di peroleh dengan
Mengunakan rumus :

1. P : Test Force (Kg)


2. D : Diameter Penetrator(mm)
3. d : diameter indentation(mm)
HARDNESS TEST
1. BRINELL

Indentor dan Beban Uji


Diameter bola indentor brinell yang sering digunakan 10 mm, 5 mm, 2,5 mm
atau 1 mm.
Untuk menguji material yang lebih keras, maka dapat digunakan bola tungsten
karbida (tungsten carbide) sebagai pengganti bola baja. Ukuran diameter bola
indentor yang dipilih disesuaikan dengan ketebalan dan perkiraan kekerasan
dari benda uji.
Rentang beban uji yang dapat digunakan pada pengujian kekerasan Brinell
adalah 1 hingga 3000 kgf.
Waktu penerapan beban /Holding time :
1. 10 sampai 15 detik untuk untuk besi dan baja
2. Sedikitnya 30 detik untuk logam-logam yang lebih lunak.
HARDNESS TEST

1. BRINELL
Perbandingan Beban dan Diameter Bola Indentor :
Jika perbandingan beban (P) dengan diameter kuadrat bola (D²) dibuat konstan, maka
akan didapat angka kekerasan Brinell yang sama bila diukur dengan parameter standar
(indentor bola berdiameter 10 mm dan beban 3000 kgf).
Oleh karena itu, untuk logam besi dan baja dapat dipilih besarnya beban dan diameter
bola dengan menggunakan perbandingan P/D² = 30 sebagai berikut,
HARDNESS TEST
1. BRINELL

Untuk paduan tembaga dan aluminium keras perbandingannya adalah P/D² = 15.
Misal pada pengujian paduan aluminium keras digunakan indentor bola
berdiameter 5 mm, maka besarnya beban uji dapat ditentukan sebagai berikut :

P/D² = 15
P/5² = 15
P/25 = 15
P = 25 × 15 = 375 kgf

Sedangkan untuk paduan tembaga dan aluminium lunak perbandingannya


menjadi P/D2 = 5. Sementara untuk logam timbal dan logam lunak lainnya,
dapat diambil nilai perbandingan yang lebih kecil.
HARDNESS TEST
1. BRINELL
Penulisan Angka Kekerasan Brinell

Dalam penulisan laporan hasil pengujian kekerasan Brinell sering dijumpai huruf HBS atau
HBW. Huruf HBS merupakan singkatan dari kekerasan Brinell dengan indentor bola baja
(Steel ball), sedangkan huruf HBW merupakan singkatan dari kekerasan Brinell dengan
bola wolfram/Tungsten karbida.
Contoh penulisan penunjukan angka kekerasan Brinell adalah seperti berikut :

125 HBS 5/750/30, di mana

"125" : Menunjukkan angka kekerasan Brinell


"HBS" : Artinya pengujian Brinell dengan menggunakan indentor bola baja
"5" : Artinya diameter bola dalam milimeter
"750" : Merupakan besarnya gaya atau beban yang diterapkan dalam satuan kgf,
"30" : Adalah lamanya waktu penerapan beban.
HARDNESS TEST
1. BRINELL

Keuntungan dan Kekurangan


Pengujian kekerasan bahan dengan metode Brinell memilki beberapa kelebihan dan
kekurangan sbb :
Keuntungan :
▪ Dapat digunakan untuk menguji material yang tidak homogen.
▪ Permukaan benda uji tidak perlu sehalus mungkin
▪ Ukuran jejak relatif besar

Kekurangan :
▪ Perlu ketelitian untuk mengukur jejak.
▪ Proses pengujian lebih lama dibanding rockwell
▪ Tidak dapat menguji bahan yang tipis
HARDNESS TEST
1. BRINELL

SAMPLE UJI /TEST SPECIMEN

1. Permukaan sample uji harus halus dan rata, bebas dari oxide scale, benda asing khususnya
minyak (oli), benda uji harus memiliki permukaan akhir yang lekukannya memungkinkan
pengukuran yang akurat dari diameter indentasi.

2. Preparasi sample uji harus dilakukan sedemikian rupa pada perubahan permukanan, seperti
perlakuan panas / dingin yang berlebihan harus diminimalisir.

3. Tebal benda uji setidaknya 8 (delapan) kali dalam identasi. Hubungan antara diameter
indenter dan tebal benda uji tertera pada table 1(satu).

4. Deformasi yang kelihatan dibalik benda uji mengindikasikan benda uji tipis.
HARDNESS TEST

1. BRINELL

1. PROSEDUR PENGUJIAN

1. Secara umum pengujian dilakukan pada temperature ruang dengan range 10 °C


sampai 35 °C.

2. Besar gaya (force) untuk uji mengacu pada table - 2, rasio besar gaya dan
diameter indenter yang lain (selain ditabel) boleh digunakan asal ada perjanjian
khusus.

3. Untuk pengujian kekerasan pada area yang besar/ luas, diameter yang
digunakan untuk melakukan test semakin besar semakin baik.

4. Benda uji harus diletakan pada tempat yg mempunyai penopang yg rigid,


permukaan benda uji yang terkena contact harus bebas dari material lain (scale,
oli, kotoran, dan lain-lain). Dan yang terpenting benda uji harus terletak kokoh
pada anvil sehingga tidak terjadi pergeseran waktu pengujian.
HARDNESS TEST

1. BRINELL

7. Waktu dari awal pemberian gaya sampai dengan waktu uji penuh tercapai
tidak boleh kurang dari 2 detik dan tidak boleh lebih dari 8 detik (untuk
mesin manual).

8. Waktu untuk indentasi (Holding time) 10 sampai 15 detik, dan untuk material
tertentu, dimana waktu yang dibutuhkan lebih panjang, harus diterapkan
toleransi waktu (± 2 detik).

9. Jarak dari tepi benda uji ke masing-masing tengah diameter indentasi harus
2.5 kali besar indentasi.
HARDNESS TEST

2.Vickers
HARDNESS TEST
2. VICKERS
Standar Pengujian Vickers
Standar pengujian kekerasan Vickers secara lengkap diuraikan di dalam standar-standar
berikut,

ASTM E92 : Metode standar pengujian kekerasan Vickers untuk bahan


logam.
ASTM E384 : Metode pengujian standar kekerasanmikro material
ISO 6507-1 : Bahan logam - Pengujian kekerasan Vickers - Bagian 1 -
Metode pengujian.
ISO 6507-2 : Bahan logam - Pengujian kekerasan Vickers - Bagian 2-
Verifikasi dan kalibrasi mesin uji.
ISO 6507-3 : Bahan logam - Pengujian kekerasan Vickers - Bagian 3 -
Kalibrasi balok referensi.
ISO 6507-4 : Bahan logam - Pengujian kekerasan Vickers - Bagian 4 -
Tabel nilai kekerasan.
HARDNESS TEST
2. VICKERS
Metode pengujian kekerasan Vickers dilaksanakan dengan cara menekan benda
uji atau spesimen dengan indentor intan yang berbentuk piramida dengan alas
segi empat dan besar sudut dari permukaan-permukaan yang berhadapan 136°.
Penekanan oleh indentor akan menghasilkan suatu jejak atau lekukan pada
permukaan benda uji.
1. PRINSIP PENGUJIAN VICKER

P : Test Force
d : Diagonal
HARDNESS TEST
2. VICKERS
Rentang beban ujj yang digunakan pada pengujian kekerasan Vickers berkisar antara 1 kgf
sampaj 120 kgf, dan beban uji yang umum digunakan adalah 5, 10, 30 dan 50 kgf.
Sedangkan waktu penerapan beban uji (dwell time) standar biasanya dilaksanakan
selama 10 -15 detik.

Berbeda dengan pengujian kekerasan Brinell dan pengujian kekerasan Rockwell yang
menggunakan lebih dari satu jenis atau ukuran indentor, pengujian kekerasan Vickers
hanya menggunakan satu jenis indentor, yaitu indentor intan berbentuk piramid yang
dapat digunakan untuk menguji hampir semua jenis logam mulai dari yang lunak hingga
yang keras.
Ada beberapa jenis mesin yang digunakan untuk melaksanakan pengujian kekerasan
Vickers, seperti mesin Vickers dengan tenaga hidrolik, mesin Vickers mekanis, mesin
Vickers digital, mesin Vickers semi otomatis, dan mesin Vickers otomatis penuh.

Indentor Intan Bermata piramid(Vickers)


HARDNESS TEST
2. VICKERS
Rentang beban ujj yang digunakan pada pengujian kekerasan Vickers berkisar antara 1 kgf
sampaj 120 kgf, dan beban uji yang umum digunakan adalah 5, 10, 30 dan 50 kgf.
Sedangkan waktu penerapan beban uji (dwell time) standar biasanya dilaksanakan
selama 10 -15 detik.

Berbeda dengan pengujian kekerasan Brinell dan pengujian kekerasan Rockwell yang
menggunakan lebih dari satu jenis atau ukuran indentor, pengujian kekerasan Vickers
hanya menggunakan satu jenis indentor, yaitu indentor intan berbentuk piramid yang
dapat digunakan untuk menguji hampir semua jenis logam mulai dari yang lunak hingga
yang keras.
Pada umumnya ada 3 jenis bentuk jejak (lekukan) yang dihasilkan oleh penekanan
indentor, yaitu bentuk persegi sempurna, bentuk bantal dan jejak berbentuk tong
HARDNESS TEST
2. VICKERS
Penulisan angka kekerasan Vickers
Cara penulisan kekerasan Vickers biasanya ditulis dalam bentuk angka yang diikuti
dengan huruf HV (Hardness Vickers) dan besarnya beban uji.
Contoh :
186 HV 30, artinya :
186 : Angka kekerasan material yang diuji adalah 186,
30 : Beban uji yang digunakan adalah 30 kgf,

Lamanya waktu penerapan beban (dwell time) adalah 10 -15 detik.


Bila waktu penerapan beban tidak terletak antara 10 -15 detik, maka waktu penerapan
beban ujinya harus dicantumkan.

Contoh : 472 HV 50/20, artinya angka kekerasan benda uji adalah 472, besar beban uji
yang diterapkan 50 kgf, dan lamanya waktu penerapan beban adalah 20 detik.
HARDNESS TEST
2. VICKERS
Contoh tabel kekerasan vickers dari berbagai jenis material :
HARDNESS TEST
2. VICKERS
Keuntungan dan kekurangan pengujian kekerasan Vickers
Keuntungan :
▪ Menggunakan hanya satu jenis indentor untuk menguji material yang lunak hingga yang keras
▪ Pembacaan ukuran jejak dapat dilakukan lebih akurat.
▪ Dapat digunakan untuk pengujian yang memerlukan jarak dekat antar titik (cth pada hasil lasan)
. Jenis pengujian yang relatif tidak merusak.
▪ Metode Vickers dapat digunakan pada hampir semua logam.

Kekurangan :
▪ Secara keseluruhan, waktu pelaksanaan pengujian lama.
▪ Memerlukan pengukuran diagonal jejak secara optik.
▪ Permukaan benda uji harus dipersiapkan dengan baik

Kekerasan mikro Vickers :


Selain untuk pengujian kekerasan makro, metode Vickers dapat juga digunakan untuk melaksanakan
pengujian kekerasan mikro (Vickers microhardeness test). Rentang beban uji yang digunakan pada
pengujian kekerasan mikro Vickers ini adalah kecil, yaitu antara 1 gf hingga 1000 gf (1 kgf). Pengujian
kekerasan mikro Vickers sangat cocok diterapkan pada bahan yang tipis, lapisan dari benda uji yang
permukaannya dikeraskan, keramik, dan komposit.
HARDNESS TEST

2. VICKERS
BENDA UJI /TEST SPECIMEN
1. Permukaan benda uji harus halus dan rata, bebas dari oxide scale, benda
asing khususnya minyak (oli), benda uji harus memiliki permukaan akhir
yang lekukannya memungkinkan pengukuran yang akurat dari diameter
indentasi.
2. Preparasi benda uji harus dilakukan sedemikian rupa pada perubahan
permukanan, seperti perlakuan panas / dingin yang berlebihan harus
diminimalisir.
3. Tebal benda uji setidaknya 1.5 kali panjang diagonal indentasi, dan tidak
boleh ada deformasi yang kelihatan dibalik permukaan benda uji.
4. Untuk test piece yang luas permukaanya kecil atau tidak beraturan boleh
mengunakan support tambahan.
HARDNESS TEST
2. VICKERS
PROSEDUR PENGUJIAN

1. Secara umum pengujian dilakukan pada temperature ruang dengan range 10 °C


sampai 35 °C.
2. Besar gaya pengujian (test force ) telah di rekomendasikan pada tabel 1 (satu)
3. Benda uji harus diletakan pada tempat yg mempunyai penopang yg rigid,
permukaan support harus bebas dan bersih dari material lain (scale, oli, kotoran
dll). Dan yang terpenting benda uji harus terletak kokoh pada anvil sehingga
tidak terjadi pergeseran waktu pengujian.
4. Arahkan indenter hingga menyentuh permukaan benda uji, dan beri gaya tegak
lurus permukaan tanpa hentakan dan getaran hingga mencapai nilai yang
ditentukan.
5. Waktu dari awal pemberian gaya sampai dengan waktu uji penuh tercapai tidak
boleh kurang dari 2 detik dan tidak boleh lebih dari 8 detik. Untuk force yang
rendah dan uji micro hardness, maximum waktu tidak boleh lebih dari 10 detik.
Dan kecepatan untuk force yang rendah dan uji micro hardness tidak boleh lebih
dari 0.2 mm/detik.
HARDNESS TEST
2. VICKERS
PROSEDUR PENGUJIAN
6. Durasi test force harus 10 detik – 15 detik, kecuali pengetesan pada material yang
waktunya tergantung dari properties, untuk pengetesan ini durasi yang lebih panjang
di ijinkan dan durasi ini harus khusus sebagai bagian dari design kekerasan.
7. Jarak antara tengah indentasi dan tepi benda uji setidaknya 2.5 kali panjang
diagonal indentasi (Untuk cash steel, copper dan cooper alloys, ) dan setidaknya 3
kali panjang diagonal indentasi (untuk light metals, lead dan tin dan alloy paduanya)
8. Jarak antara dua pusat indentasi yang berdekatan setidaknya 3 (tiga ) kalipanjang
diagonal indentasi (untuk Steel, copper dan cooper alloys), dan 6 (enam) kali (untuk
light metals, lead dan tin dan alloy paduanya). Dan jika dua indentasi yang berdekatan
berbeda ukuran, space harus di ambil dari panjang diagonal yang lebih besar.
9. Untuk permukaan yang flat/rata perbedaan antara panjang diagonal dua indentasi
tidak boleh lebih dari 5 %, dan jika lebih harus di catat didalam laporan.
10. Pembesaran harus digunakan sehingga diagonal dapat dibesarkan lebih dari 25 % ,
tapi kurang dari 75 % daerah baca
HARDNESS TEST

3.Rockwell
HARDNESS TEST

 Standar pengujian kekerasan Rockwell


 Ada beberapa standar untuk pengujian kekerasan Rockwell :
1. ASTM E 18 - 2000, Standar Metode pengujian kekerasan Rockwell
reguler dan Rockwell superficial untuk bahan metalik.
2. ASTM E 110 - 82, Standar metode pengujian kekerasan indentasi bahan-
bahan metalik dengan mesin uji kekerasan portable.
3. ASTM E 140 - 97, Standar tabel konversi kekerasan logam
4. ISO 6508 - 1, Bahan-bahan metalik - Pengujian kekerasan Rockwell
(skala A, B, C, D, F, G, H, K, N, T) : Metode pengujian
5. ISO 6508 - 2, Bahan-bahan metalik - Pengujian kekerasan Rockwell
(skala A, B, C, D, E, F, G, H, K, N, T) : Verifikasi mesin-mesin uji
6. ISO 6508 - 3, Bahan-bahan metalik - Pengujian kekerasan Rockwell
(skala A, B, C, D, E, F, G, H, K, N, T) : Kalibrasi balok-balok referensi
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Pengujian kekerasan Rockwell merupakan salah satu pengujian kekerasan bahan yang banyak
digunakan, hal ini dikarenakan pengujian kekerasan Rockwell yang : sederhana, cepat, tidak
memerlukan mikroskop untuk mengukur jejak, dan relatif tidak merusak.
Pengujian kekerasan Rockwell dilaksanakan dengan cara menekan permukaan spesimen (benda uji)
dengan suatu indentor. Penekanan indentor ke dalam benda uji dilakukan dengan menerapkan beban
pendahuluan (beban minor), kemudian ditambah dengan beban utama (beban mayor), lalu beban
utama dilepaskan sedangkan beban minor masih dipertahankan.

Besarnya beban minor ini adalah 10 kgf sedangkan besarnya beban utama biasanya adalah 50 kgf, 90
kgf, atau 140 kgf. Penerapan beban minor pada hakekatnya dimaksudkan untuk membantu
mendudukan indentor di dalam benda uji (spesimen) dan menghilangkan pengaruh dari
penyimpangan permukaan sehingga menciptakan permukaan spesimen yang siap untuk menerima
beban utama. Dengan demikian permukaan benda uji tidak perlu dibuat dengan sehalus dan selicin
mungkin

Prinsip Kerja Rockwell :


HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Indentor
Ada dua jenis indentor yang digunakan pada pengujian kekerasan Rockwell,
yaitu intan berbentuk kerucut yang memiliki sudut puncak 120° di mana bagian
ujungnya sedikit dibulatkan dengan jari-jari 0,2 mm dan indentor bola yang
terbuat dari baja yang dikeraskan atau dari tungsten karbida yang memiliki
diameter 1/16", 1/8", 1/4", dan diameter 1/2". Indentor kerucut intan sering
disebut juga sebagai 'Brale.

Indentor kerucut intan pada umumnya digunakan


untuk menguji material-material yang keras.
Sementara indentor bola baja sering digunakan
untuk menguji kekerasan material-material
yang lebih lunak.
Sketch Indentor Intan & Bola
Rockwell
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Skala kekerasan Rockwell

Pada pengujian kekerasan material dengan metode Rockwell dikenal ada


beberapa skala, misalnya skala B yang biasanya diaplikasikan pada
material yang lunak, seperti paduan-paduan tembaga, paduan aluminium
dan baja lunak, dengan menggunakan indentor bola baja berdiameter 1/16"
dan beban total sebesar 100 kgf.

Sedangkan skala C diaplikasikan untuk material-material yang lebih keras,


seperti besi tuang, dan banyak paduan-paduan baja yang memakai kerucut
intan sebagai indentornya dengan beban total sampai 150 kgf.
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Tabel 1. di bawah ini memperlihatkan berbagai skala pada pengujian kekerasan Rockwell
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Tabel 2. Aplikasi Khas skala kekerasan Rockwell
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Tabel 3. Rentang Skala kekerasan rockwell yang di anjurkan
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Berbeda dengan pengujian kekerasan Brinell dan Vickers yang mengukur luas dari jejak, pada pengujian
kekerasan Rockwell yang diukur adalah kedalaman jejak hasil penetrasi indentor. Dalam hal ini, seberapa jauh
indentor bergerak turun secara vertikal ketika melakukan penetrasi.
Skala pada jam ukur (dial gage) mesin Rockwell terdiri dari 100 pembagian, masing-masing pembagian sama
dengan kedalaman penetrasi sejauh 0,002 mm.
Pada pengujian kekerasan bahan dengan metode Rockwell, kedalaman penetrasi permanen yang dihasilkan
dari penerapan dan pelepasan beban utama dipakai untuk menentukan angka kekerasan Rockwell, sebagai
berikut:

HR = E - e
Di mana,
E = konstanta dengan nilai 100 untuk indentor intan dan 130 untuk indentor bola.
e = kedalaman penetrasi permanen karena beban utama (F1) diukur
dengan satuan 0,002 mm. Jadi, e = h/0,002

Misalnya pada pengujian digunakan indentor intan dengan kedalaman penetrasi (h) = 0,082 mm, maka angka
kekerasan Rockwell adalah :

HR = 100 - (0,082 : 0,002)


= 100 - 41 = 59 HR

Untuk kedalaman penetrasi yang sama jika digunakan indentor bola menjadi,
HR = 130 - (0,082 : 0,002)
= 130 - 41 = 89 HR
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Di dalam prakteknya angka kekerasan Rockwell dapat dibaca langsung pada jam ukur
(dial gage), atau ditampilkan pada layar jika menggunakan mesin pengujian kekerasan
Rockwell digital

Keterangan :
F0 = beban pendahuluan (beban minor)
F1 = beban utama (beban mayor)
a = kedalaman penetrasi oleh beban minor
b = kedalaman penetrasi oleh beban total (F0 + F1)
e = kedalaman penetrasi setelah beban utama dilepaskan
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
Cara penulisan nilai kekerasan Rockwell :
Dengan menulis angka kekerasannya lalu diikuti dengan huruf HR
yang artinya kekerasan Rockwell (Hardness Rockwell) dan
pembubuhan nama skala yang digunakan dalam pengujian, seperti
HRA untuk penggunaan skala A, HRB untuk penggunaan skala B dan
seterusnya.
Sebagai contoh 32 HRC artinya :
'32' merupakan angka kekerasan Rockwell dan 'HRC' artinya
pengujian dilaksanakan pada skala C dari pengujian kekerasan
Rockwell.
Semakin tinggi angka pada setiap skala berarti semakin keras
material yang diuji.
HARDNESS TEST

Rockwell Superficial
Pengujian kekerasan Rockwell dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengujian kekerasan Rockwell
reguler (standar) dan pengujian kekerasan Rockwell superficial. Mesin pengujian kekerasan Rockwell
superficial beroperasi dengan cara yang sama dengan mesin pengujian kekerasan Rockwell reguler.
Demikian juga indentor yang digunakan pada Rocwell superficial sama seperti indentor pada Rockwell
reguler.
Rockwell superficial pada umumnya digunakan untuk menguji bahan-bahan yang tipis, permukaan
atau benda dengan pengerasan kulit (case hardening), komponen-komponen yang kecil atau benda-
benda yang tidak bisa diuji dengan pengujian Rockwell reguler.
Pengujian kekerasan Rockwell superficial menggunakan beban pendahuluan (beban minor) yang lebih
kecil, yaitu hanya 3 kgf dan beban total yang juga lebih kecil daripada Rockwell reguler, yaitu 15 kgf, 30
kgf, atau 45 kgf.
Cara penulisan nilai kekerasan Rockwell superficial adalah dengan menulis angka yang diikuti dengan
huruf 'T' atau huruf 'N'. Sebagai contoh, 22 HR 15T, dalam contoh ini '22' merupakan angka kekerasan
material uji, huruf 'HR' artinya kekerasan Rockwell, '15' artinya beban uji yang digunakan adalah 15 kgf,
dan huruf 'T' berarti indentor yang dipakai pada Rockwell superficial adalah indentor bola dengan
diameter 1/16".
Apabila digunakan kerucut intan sebagai indentornya, maka dipakai huruf 'N' sebagai pengganti huruf
'T'.
Seperti yang telah diterangkan di atas, pada skala T dipakai indentor bola berdiameter 1/16". Untuk
indentor bola, selain skala T, ada juga skala W untuk indentor bola berdiameter 1/8", skala X untuk
indentor bola berdiameter 1/4", dan skala Y untuk indentor bola berdiameter 1/2".
Tabel di bawah memperlihatkan skala-skala pada Rockwell superficial, dengan jenis indentor yang
dipakai, beban minor dan beban total yang diterapkan dan aplikasi khas dari skala-skala tersebut.
HARDNESS TEST

Tabel 4. Skala pada Rockwell superficial dan pemakaiannya


HARDNESS TEST

SAMPLE UJI /TEST SPECIMEN


1. Permukaan benda uji harus halus dan rata, bebas dari. oxide scale, benda
asing khususnya bebas dari minyak (oli). kecuali di tentukan dalam
standard material.

2. Preparasi sample uji harus dilakukan sedemikian rupa pada perubahan


permukanan, seperti perlakuan panas / dingin yang berlebihan harus
diminimalisir.

3. Tebal sample uji setidaknya 10 kali permanent dalamnya indentasi untuk


indenter kerucut dan 15 kali untuk indenter ball, kecuali ini dapat
didemonstrasikan jika mengunakan test piece yang lebih tipis tidak
menimbulkan efek dari nilai pengukuran kekerasan
HARDNESS TEST
3. ROCKWELL
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Secara umum pengujian dilakukan pada temperature ruang dengan range 10 °C
ampai 35 °C.
2. Benda uji harus diletakan pada tempat yg mempunyai penopang yg rigid,
permukaan sample uji di tempatkan tegak lurus dengan indenter dan gaya untuk
menghindari perpindahan benda uji.
3. Sebelum memulai pengetesan berulang ulang , atau jika telah lebih dari 24 jam
sejak pengetesan terakhir, dan setelah ada pergantian maupun penempatan
kembali indenter atau test piece support, ini harus dipastikan indenter maupun
test piece support terletak dengan baik pada mesin uji. Dan 2 pembacaan
pertama setelah pengantian harus diperhatikan.
4. Sample uji bentuk cylindrical harus diletakan pada support yang sesuai,
contohnya V-block steel dengan Rockwell hardness setidaknya 60 HRC. perlu
diperhatikan seperti dudukan yang benar, bearing, dan alignment dari indenter,
test piece, centering V-Block dan specimen holder dari mesin uji.
HARDNESS TEST

3. ROCKWELL
PROSEDUR PENGUJIAN

5. Pengecualian untuk material yang menunjukkan aliran/curahan plastic berlebihan


(indentasi menjalar) selama aplikasi total test force, di butuhkan perhatian yang khusus
sejak indenter menekan. Ketika material memerlukan durasi total force lebih dari 6 detik
ikuti dengan toleransi, ketetapan ini harus secara khusus pada specifikasi produk. Dalam
hal ini actual tambahan durasi total force harus dilaporkan pada hasil uji ( contoh : 65
HRFW, 10 detik).
6. Nilai kekerasan Rockwell berasal dari dalamnya indentasi permanent (h) yang mengunakan
formula pada table 1 (satu), dan biasanya bisa dibaca langsung dari system pengukuran.
7. Penurunan nilai kekerasan Rockwell diilustrasikan pada gambar - 1.
8. Selama pengetesan peralatan uji harus dilindungi dari goncangan dan getaran.
9. Jarak antara dua pusat indentasi yang berdekatan ke tepi test piece harus sedikitnya 2.5
diameter indentasi (tapi tidak kurang dari 2 mm).
10. Jarak dari pusat indentasi ke tepi test piece setidaknya 2.5 kali diameter indentasi ( tapi
tidak boleh kurang dari 1 mm)
HARDNESS TEST

3. ROCKWELL
Kelebihan dan kekurangan pengujian kekerasan Rockwell

Kelebihan :
1. Nilai kekerasan benda uji dapat dibaca langsung pada jam ukur (dial gage).
2. Proses pengujian dilaksanakan dengan cepat
3. Tidak memerlukan mikroskop untuk mengukur jejak (lekukan)
4. Pengujian yang relatif tidak merusak.
5. Sangat cocok untuk menguji produk-produk dalam jumlah banyak.

Kekurangan :
1 . Tingkat ketelitian tidak selalu akurat
2. Lokasi pengujian pada spesimen harus bebas pencemaran (minyak, kerak, -
zat-zat asing dan lain-lain).
3. Tidak stabil jika mesin uji terkena goncangan.

Anda mungkin juga menyukai