Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uji bending pada suatu material dilakukan dengan menggunakan beban dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai modulus elastisitas pada uji
bending dan uji tarik atau uji tarik atau uji tekan akan mengalami sedikit
perbedaan meskipun spesimennya sama. Hal itu disebabkan karena modulus
elastisitas pada uji tarik atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik atau
arah tekan. Sedangkan pada uji bending, modulus elastisitasnya berada pada dua
arah, yaitu arah tarik dan arah tekan. Dalam bending biasanya terdapat beban
direct stress dan tranverse shear.

Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang mengalami jenis
pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk material logam yang
berbentuk pelat mengacu pada ASTM E pengujian bending dilakukan khusus
untuk material yang getas, karena material yang getas tidak cocok digunakan
untuk uji tarik. Bentuk spesimen uji tarik terlalu rentan untuk material getas.
Selain itu grip pada uji tarik dapat membuat material getas patah terlebih dahulu.
Oleh karena itu pengujian bending ini perlu dilakukan. Contoh nyata dari beban
yang mengalami bending sendiri yaitu jembatan penyebrangan, meja, kursi,
chassis mobil, excavator, dan lain-lain

Pengujian untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis material (Mechanical


Properties) tergantung dari jenis material yang akan dilakukan pengujian.
Sementara ini ada beberapa jenis material yang dapat dijadikan acuan, yaitu
material logam, keramik, komposit dan polimer. Selain itu sasaran penggunaan
dari material tersebut juga akan mempengaruhi jenis pengujian yang akan
dilakukan

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan modulus elastisitas material dan
kekuatan flexural material dengan metode 3 point.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Uji Bending


Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara ditekan untuk
mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan material terhadap ketahanan
lengkung. Proses pengujian bending memiliki dua macam pengujiaj yaitu, 3 point
bending dan 4 point bending. (ITERA, 2020)
a. Metode Three Point Bending
Metode three point bending, spesimen atau benda dikenai beban pada satu
titik yaitu tepat pada bagian tengah batang (½ L). Pada metode ini material
harus tepat berada di ½ L, agar mendapatkan momen maksimum karena saat
mecari σ dibutuhkan momen maksimum tersebut. Berikut ini adalah ilustrasi
dari pengujian kekuatan bending dengan Metode Three Point Bending
.

Gambar 2. 1 Contoh Pengujuan Bending Three Point


Sumber: Modul Praktikum Uji tarik
Akibat pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan,
sedangkan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Karena tidak
mampu menahan beban yang diterima, spesimen tersebut akan patah, hal
tersebut mengakibatkan kegagalan pada pengujian komposit. Kekuatan lentur
pada sisi bagian atas sama nilai dengan kekuatan lentur pada sisi bagian
bawah. Sehingga kekuatan lentur (flexural strength) dapat dirumuskan
sebagai berikut (ITERA, 2020):

𝐹𝐿 1
𝑀𝑟 × ℎ
𝜎𝑓𝑙𝑒𝑥𝑢𝑟𝑎𝑙 = = 1
4 2
……………………….…….(1)
𝐼 𝑏×ℎ3
12

12 𝐹𝐿ℎ
𝜎𝑓𝑙𝑒𝑥𝑢𝑟𝑎𝑙 = ………….………………….…..(2)
8𝑏ℎ3

3 𝐹𝐿
𝜎𝑓𝑙𝑒𝑥𝑢𝑟𝑎𝑙 = 2𝑏ℎ2……………….…………………(3)

Keterangan:
𝜎 = Flexural stress
𝐹 = Force/Load
𝐿 = Panjang Span/Support span
𝑏 = Lebar/Width
ℎ = Tebal/Depth (mm)

b. Metode Four Point Bending


Metode four point bending hanya berbeda Metode four point bending
merupakan metode menekan yang dimana ada 4 titik yang menekan spesimen,
titik-titik tersebut berada dua titik di atas dan 2 titik dibawah (Fakhrin, 2019)
Gambar 2. 2 Metode Four Point Bending
Sumber: https://smartlib.umri.ac.id/assets/uploads/files/9f6f0-13-bab-ii.pdf

Untuk melalakukan uji bending ada faktor dan aspek yang harus diperhatikan,
dipertimbangkan dan dimengerti, yaitu:
a. Tekanan
Tekanan adalah perbandingan gaya yang terjadi dengan luasan benda yang
dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi dipengaruhi oleh dimensi benda
yang diuji. Dimensi mempengaruhi tekanan yang terjadi, karena semakin
besar dimensi benda uji yang digunakan, maka semakin besar pula gaya yang
terjadi. Selaim itu alat penekan yang digunakan menggunakan sistem hidrolik.
Hal lain yang mempengaruhi besar tekanan adalah luas penampang yang
digunakan, maka daya pompa harus lebih besar dari daya yang dibutuhkan.
Dan motor harus bisa melebihi daya pompa, perhitungan tekanan (Soelarso &
Tahara, 1983):

𝐹
𝑝 = 𝐴………………………….………...(4)

Keterangan:
𝑘𝑔𝑓
𝑝 = Tekanan (𝑒𝑖𝑛2 )

𝐹 = Gaya/beban (𝑘𝑔𝑓)
𝐴 = Luas Penampang (𝑚2 )

𝑃×𝑄
𝑝= …………………………….…….(5)
600
Keterangan:
𝑝 = Tekanan (𝑏𝑎𝑟)
𝑃 = Daya (𝑘𝑤)
𝑄 = Laju aliran (1/𝑚𝑖𝑛)

b. Titik Pada Pembebanan


Titik pada pembebanan pada pengujian dapat mempengaruhi data yang
diperoleh. Dalam pengujian bending, nilai momen yang digunakan adalah
nilai momen maksimum yang terjadi pada spesimen. Momen maksimum
terjadi pada jarak tertentu pada spesimen. Oleh karena itu titik yang menjadi
sasaran pembebanan haruslah titik dimana terjadinya momen maksimum pada
spesimen agar momen yang didapatkan adalah momen maksimum (Aulia,
2016).
c. Jarak Tumpuan
Jarak tumpuan yang digunakan haruslah sesuai dengan standar, tidak terlalu
jauh dan tidak terlalu dekat. Jarak tumpuan yang terlalu dekat dapat
menyebabkan defleksi yang dapat terjadi terbatas karena bagian bawah
spesimen telah lebih dahulu menabrak bagian mesin. Jarak tumpuan yang
terlalu jauh dapat memakan waktu lama.

2.2 Benda Uji


Benda uji adalah sesuatu benda yang diuji kekuatan lengkungannya dengan
menggunakan alat uji bending. Jenis material uji yang digunakan sebagai benda
uji sangatlah berpengaruh dalam pengujian bending, karena tiap jenis material
memiliki kekuatan lengkung yang berbeda-beda yang nantinya berpengaruh
terhadap hasil uji bending itu sendiri.

Benda uji yang sudah teruji menggunakan alat uji bending memiliki perbedaan
dalam kemampuan kekuatan atau tegangan lengkung (𝜎), lenturan atau defleksi
(𝛿) sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut defleksi dan elastisitas (E).
Berdasarkan data yang didapatkan setelah pengujian, maka kegunaan benda atau
material bisa ditentukan.

2.3 Kekuatan Flexural


Kekuatan flexural adalah ukuran dari ketahanan terhadap patahan ketika suatu
benda ditekuk (Mu'afida, 2016). Pengukuran kekuatan yang terjadi pada
spesimen dilakukan melalui persamaan beriku (Hibbeler, 2008)

𝑀.𝑐
𝜎= …………………………………….…(6)
𝐼

Keterangan:
𝜎 = Kekuatan (𝑃𝑎)
𝑀 = Momen lentur pada penampang melintang yang ditinjau (𝑁𝑚)
𝑐 = Jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau (𝑚)
𝐼 = Momen inersia penampang

Untuk spesimen yang memiliki penampang berupa segi empat, maka tegangan
normal maksimumnya adalah:

𝑃𝐿 ℎ
( )( )
𝜎= 4 2
𝑏ℎ3
……………….….…………………(7)
( )
12

Keterangan:
𝑃 = Beban yang bekerja (𝑁)
𝐿 = Panjang spesimen (𝑚)
𝑏 = Lebar spesimen (𝑚)
ℎ = Tebal spesimen (𝑚)

2.4 Fenomena Yang Terjadi Saat Uji Bending


a. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen ketika beban pada
bendanya dilepas dan tidak akan kembali kebentuk semua (Edi, 2001). Sebuah
plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap akan mengalami
deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi elastis sampai pada
kondisi tertentu bahan akan mengalami deformasi plastis. Pada awal
pembebanan bahan di bawah kekuatan luluh bahan akan kembali kebentuk
semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan. Peningkatan beban melebihi
kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan aliran
deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula

Gambar 2. 3 Kurva Stress-Strain


Sumber: http://eprints.ums.ac.id/15211/2/BAB_II.pdf

b. Strain Hardening
Strain hardening adalah fenomena yang terjadi pada material ketika pengujian
bending, fenomena ini menyebabkan material tersebut menjadi lebih keras
dan kuat ketika mengalami deformasi plastis

2.5 Mesin Uji (Universal Testing Machine)


Universal Testing Machine (UTM) merupakan mesin atau alat pengujian yang
berfungsi untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan suatu bahan atau
material. Universal Testing Machine, mesin pengujian ini telah terbukti bahwa ia
dapat melakukan tarik banyak standar dan tes kompresi pada bahan, komponen,
dan struktur.

Gambar 2. 4 Universal Testing Machine


(Sumber; Modul Praktikum Uji Bending)

Universal Testing Machine (UTM) digunakan dengan memberikan gaya tekan


atau gaya tarik kepada terhadap bahan yang diujikan. Untuk melaksanakan
pengujian tekan atau tarik terhadap material, kita memerlukan benda uji. Benda
yang akan dilakukan pengujian itu dipasang pada mesin penguji dengan gaya
tekan dan gaya tarik yang akan semakin bertambah besar akhirnya menekan dan
menarik pada batang tersebut, maka batang ini akan menjadi pendek atau
panjang.

Universal Testing Machine (UTM) akan memberikan informasi mengenai


seberapa besar pengukuran yang akan diuji terhadap bahan sehingga standarisasi
yang diinginkan dapat tercapai dengan sempurna. Universal Testing
Machine dapat menguji bahan atau material padat, seperti plastik,
logam,besi,alumunium, kayu, tali, benang, dan kertas. Parameter yang
dihasilkan Universal Testing Machine baik untuk uji tarik maupun uji tekan
adalah modulus elastisitas (Modulus Young), menghasilkan kekuatan (yield
strength), kuat maximum tekan/tarik (Ultimate Strength), kekuatan putus (Break
strength), menghasilkan regangan (yield strain), regangan di titik maksimum
tekan/tarik (Ultimate Utrain), regangan putus (Break strain atau Elongation at
Break).

Data yang langsung diperoleh dari Universal Testing Machine ini adalah
perubahan panjang sampel terhadap setiap besar gaya yang diberikan. Hasil ini
akan dikonversikan ke dalam bentuk grafik strain-strength. Data awal inilah yang
kemudian dianalisa lebih lanjut menggunakan komputer untuk mendapatkan
parameter-parameter yang sebelumnya telah didapatkan. Mesin UTM memiliki
komponen-komponen penting, yaitu:
a. Upper Cross Head
Bagian atas dari mesin UTM, pada bagian ini terdapat pencekam atau grip
untuk menahan material ketika ditarik. Bagian ini juga dapat bergerak naik
dan turun menyesuaikan dari kebutuhan.
b. Jarak untuk spesimen uji
Jarak ini berfungsi sebagai tempat spesimen uji tarik, panjang jarak ini
menyesuaikan dari pajang material uji tarik. Meskipun sudah ditentukan oleh
standard atau code minimal panjang spesimen uji tarik namun panjang dari
spesimen yang akan diuji dari pihak pelanggan terkadang berbeda beda.
c. Movable Cross Head
Bagian yang dapat berpindah pindah, bisa digerakkan ke atas atau ke bawah
sesuai dengan panjang spesimen. Untuk bagian atas sebagai pencekam
spesimen, sedangkan jika digunakan untuk mencekam mandril saat uji
bending digunakan yang bagian bawah.
d. Meja
Meja ini digunakan sebagai peletakkan mataras uji bending, jadi harus
dipastikan meja ini sangat kuat dan mampu menahan tekanan saat uji bending
berlangsung.
e. Indikator beban
Kita dapat mengetahui besar beban yang kita berikan dari load indicator,
untuk jenis indikator beban ini bervariasi ada yang sudah digital dan juga ada
yang masih analog tergantung dari mesinnya.
f. Speed Control
Berfungsi untuk mengatur kecepatan penurunan dan kecepatan saat
mengangkat pencekam.
g. Komputer
Untuk mesin UTM terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan 1 set komputer
lengkap dengan printer untuk mencetak hasil pengujian. Jadi dalam komputer
tersebut terdapat software yang sudah terinstall dan conect dengan mesin
UTM, dari software tersebut menghasilkan out put dari hasil pengujian tidak
dapat dirubah atau sesuai dengan hasil pengujian. Selain untuk mencetak
komputer tersebut dapat digunakan untuk memasukkan variable atau dimensi
material yang diuji seperti tebal dan lebar material sertajenis material.
h. Extensometer
Digunakan untuk mengukur perubahan panjang material saat dilakukan uji
tarik.
i. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur perubahan panjang material saat dilakukan uji
tarik dan digunakan untuk mengukur spesimen sebelum pemasangan ke mesin
uji

Gambar 2. 5 Gambar Bagian-Bagian Mesin UTM


Sumber: https://www.pengelasan.net/universal-testing-machine/
Pada layar monitor atau display dari mesin kita dapat mengatur besar beban yang
kita berikan, biasanya disesuaikan dengan jenis material dan tebal material yang
diuji. Kemudian beban tersebut akan menjadi gaya tarik untuk tensile test dan
nick break, sedangkan untuk bending test akan berubah menjadi gaya tekan.
Setelah beban diberikan tunggu hingga material putus untuk uji tarik dan nick
break, sedangkan untuk uji bending material harus membentuk radius 180 derajat,
namun jika sebelum 180 derajat material sudah patah maka uji bending dapat
dihentikan dan hasilnya dapat dipastikan jika material dinyatakan ditolak atau
rejected (Achmadi, 2021)

Beberapa bagian alat yang digunakan dalam pengujian UTM sebagai adalah:
a. Load Cell
Load cell dapat disebut sebagai jantungnya mesin UTM, karena ini adalah
sensor pengukur pada beban/benda yang mana alat ini akan menentukan
tingkatan akurasi pada hasil akhir pengujian. Load cell juga membutuhkan
waktu kalibrasi yang tepat sesuai dengan frekuensi penggunaan-nya.
b. Rangka mesin/load frame
Rangka pada mesin merupakan salah faktor yang akan menjadi pertimbangan
besar pada saat kapasitas beban maksimum untuk UTM. Umumnya, UTM
diklarifikasikan mejadi 2 kategori berdasarkan pada kapasitas pada bingkai .
c. Universal Testing Machine Single Column & Double Column
Mesin UTM dengan kolom ganda memiliki Max Load Capacity yang lebih
baik dibandingkan dengan mesin dengan kolom tunggal.
d. Rentang Ekstensi
Eksistensi maksimum yang dapat disediakan oleh mesin UTM disebut dengan
rentang eksistensi. Beberapa pengujian yang dilakukan membutuhkan ekstensi
mesin agar lebih dapat bergantung pada properti perpanjangan pada sampel,
sementara itu, pengujian lain juga dapat digunakan dengan menggunakan
ekstensi yang lebih rendah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan sebagai berikut yang dimana alatnya adalah alat yang akan
digunakan pada praktikum kali ini:
a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250R (250𝑘𝑁)

Gambar 3. 1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250R


Sumber: Modul Praktikum Uji Bending

b. Jangka Sorong

Gambar 3. 2 Jangka Sorong


c. Spesimen Uji Bending
Gambar 3. 3 Spesimen Uji Bending dengan bahan Triplek

3.2 Prosedur Penggunaan Alat


Adapun prosedur penggunaan alat pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan menghidupkan saklar MCB
2 unit pada panel.
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada power pack dan mesin UTM.
c. Memutar switch on pada TestControl II dan memastikan lampu bewarna
kuning.
d. Menghidupkan PC dan memastikan PC terhubung dengan UTM.
e. Kemudian membuka aplikasi TextXpert III.

Gambar 3. 4 Tampilan Aplikasi TextXpert III


Sumber: Modul Praltikum Uji Tarik

f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up dan kunci pada Power
Pack ON.
g. Menekan tombol ON pada TestControl IIi.
h. Membuka menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flowchart jika tanpa
Extensometer. Apabila menggunakan Extensometer, maka arahkan garis
panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.

Gambar 3. 5 Tampilan Menu SET UP TESTING SYSTEM


Sumber: Modul Praktikum Uji Bending

i. Memasang sampel dengan mengatur crosshead menggunakan remote


crosshead.
j. Memasang sampel dimulai dari bagian atas dahulu, kemudian untuk
mencengkram material gunakan remote power pack dan sesuaikan tekanan
(bar) dengan spesimen, kemudian baru tekan grip bawah. Kemudian
memastikan grip sebelah kanan atas dan bawah rata dan sejajar.
k. Memastikan pemasangan posisi spesimen tegak lurus untuk menghindari
spesimen lepas atau slip.
l. Pada saat penekanan spesimen, tekan tombol sambil tidak berbunyi lagi.
m. Menu Configure Test berisi tentang flowchart,
1) Start Position
2) Pre-Load
3) Spesimen Data
4) Test
5) End of Test
6) Result
7) Break Investigation
8) Action after the test
9) Measurement value storage
10) Control Parameter
11) Parameter for the report
12) Report
13) Export Interface
n. Melakukan RUN TEST pada aplikasi.
o. Memulai pengujian dengan memutar kunci pada TestControl II dari Setup ke
Test, kemudian tekan Start, setelah spesimen patah tekan Stop.
p. EXPORT TEST DATA untuk mengambil data hasil pengujian.
q. Melepaskan spesimen setelah pengujian selesai, lalu mematikan komputer.
r. Mematikan Power Pack dan putar saklar di TestControl II ke OFF
s. Kemudian menurunkan 2 unit MCB
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


a. Lembar Kerja
Spesifikasi mesin yang digunakan pada praktikum kalo ini adalah:

Tabel 4.1 Spesifikasi Mesin


Spesifikasi Mesin
Mesin : Universal Testing Machine
Merk/Type : Zwick Roell
Serial : Z250SR
Number
Beban : 250 kN
Skala
Penuh
Test Speed :- mm/min
Grip to : 64 mm
Grip
Material : Triplek Bentuk :Pelat Spesifikasi:-
Uji

b. Data Spesimen
Spesimen yang digunakan pada praktikum kali ini adalah triplek.
1. Spesimen 1
𝐿0 = 99,45 𝑚𝑚
𝑏0 = 15,30 𝑚𝑚
𝑎0 = 3,95 𝑚𝑚

2. Spesimen 2
𝐿0 = 100,65 𝑚𝑚
𝑏0 = 15,55 𝑚𝑚
𝑎0 = 4 𝑚𝑚

Gambar 4. 1 Gambar spesimen sesudah patah

4.2 Pengolahan Data Spesimen 1


a. Pehitungan
1. Fluxural Stress
3 𝐹𝐿 3 × 80,288 × 70
𝜎𝑓𝑙𝑒𝑥𝑢𝑟𝑎𝑙 = = = 65.048 𝑀𝑃𝑎
2𝑏ℎ2 2 × 14,4 × 32
2. Fluxural Strain
𝜎𝑓 600 × 13 × 3
𝜀𝑓 = 2
%= % = 5,71289 %
𝐿 642
3. Modulus Elastisitas
65,048
𝐸= = 11,38618 𝑀𝑃𝑎
5,71289
4. Grafik Force vs Defleksi
Gambar 4. 2 Grafik Force terhadap Defleksi

5. Grafik Stress vs Strain

Gambar 4. 3 Grafik Stress terhadap Strain

4.3 Pengolahan Data Spesimen 2


a. Perhitungan
1. Fluxural Stress
3 𝐹𝐿 3 × 88,692 × 70
𝜎𝑓𝑙𝑒𝑥𝑢𝑟𝑎𝑙 = = = 71.856 𝑀𝑃𝑎
2𝑏ℎ2 2 × 14,4 × 32
2. Fluxural Strain
𝜎𝑓 600 × 10,061 × 3
𝜀𝑓 = % = % = 4,42133 %
𝐿2 642
3. Modulus Elastisitas
71,856
𝐸= = 16,25212 𝑀𝑃𝑎
4,42133

4. Grafik Force terhadap Defleksi

Gambar 4. 4 Grafik Force terhadap Defleksi


5. Grafik Stress terhadap Strain

Gambar 4. 5 Grafik Stress terhadap Strain


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa dan Pembahasan


Spesimen 1 memiliki fluxural stress sebesar 65.048 MPa, fkuxural strain sebesar
5,71289 %. Spesimen 1 juga memiliki modulus elastisitas sebesar 11,38618 MPa.
Lalu untuk grafik spesimen 1 memiliki masa deformasi elastis dan plastis yang
cukup panjang serta area yield yang luas serta memiliki keuletan yang tinggi.

Sedangkan spesimen 2 memiliki fluxural stress sebesar 71.856 MPa, fluxural


strain sebesar 4,42133 %. Spesimen 2 juga memiliki modulus elastisitas sebesar
16,25212 MPa. Lalu untuk grafik spesimen 2 memiliki masa elastisitas elastis dan
plastis yang cukup panjang serta area yield yang luas serta memiliki keuletan
yang tinggi.

Kedua spesimen memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan serta memiliki
sifat-sifat mekanik yang sama, Kedua spesimen mengalami retak, karena grafik
tidak mengalami penurunan yang signifikan setelah patah yang dimana berarti
material tidak patah.

Pada kedua grafik juga ditunjukkan naik perlahan, kemudian turun dan naik lagi
yang dimana disitu adalah area deformasi elastisitas hingga. Lalu grafik bergerak
naik sampai pada suatu titik beban diangkat, grafik berhenti tertulis.
Dilihat dari data percobaan kedua spesimen, dapat dilihat bahwa spesimen 2 dapat
menahan beban lebih besar dibandingkan spesimen 1 karena memiliki kekuatan
flexural dan modulus elastisitas yang lebih besar dari spesimen satu.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:
a. Modulus elastisitas pada spesimen 1 adalah 11,38618 MPa dan modulus
elastisitas pada spesimen 2 adalah 16,25212 MPa.
b. Kekuatan pada spesimen 1 adalah 65.048 MPa dan kekuatan pada spesimen
2 adalah 71.856 MPa.
c. Fenomena yang terjadi pada spesimen uji tekan jika dilihat dari kurva uji, bisa
dilihat bahwa spesimen memiliki keuletan yang tinggi dan juga bisa dilihat
bahwa spesimen mengalami patah ulet

6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini dan untuk praktikum seterusnya adalah:
a. Praktikan dijelaskan lebih rinci dalam menggunakan alat praktikum dan
diberikan kesempatan untuk menggunakan alat praktikum.
b. Praktikan diberikan waktu berdiskusi secara berkelompok setelah melakukan
observasi.
c. Memberikan kebebasan terhadap praktikan memilih spesimen yang akan diuji
d. Memberikan arahan secara struktur dan tidak melewati satupun prosedur
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, C. J. (2016). Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji


Lentur dan Kekakuan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Edi, J. (2001). Analisis Perubahan Ketebalan Pada Komponen Produk. Semarang:
UMS.
Hibbeler, R. C. (2008). Mechanics of Material. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Mesin, L. T. (2020). Modul Praktikum Uji Bending. Lampung Selatan: UPT
Laboratorium Material Institut Teknologi Sumatera.
Mu'afida, T. (2016). Laporan Resmi Praktikum Rekayasa Bahan P2-Percobaan
Polimer Termoplastik dan Termoset. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Soelarso, & Tahara, H. (1983). Pumps and Compressor. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai