Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

MODUL IV.2, IV.4, DAN V

PERCOBAAN SLUMP, PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI


BETON DI LABORATORIUM, DAN PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN
BETON

KELOMPOK 4 SIPIL REGULER 2019 :

Alya Syifa Izdhihar 1906301791

Farhan Hafizh 1906301835

Nadiva Rizka Tiara Paibudi 1906301974

Fikrian Fajar Muhammad 1906378702

Ruben Agustinus Chesin 1906378854

Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 29 November 2020


Asisten : Delima Nurjulita
Tanggal Disetujui :
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
PERCOBAAN SLUMP, PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI
BETON DI LABORATORIUM, DAN PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN
BETON

I. Tujuan
Percobaan Slump bertujuan untuk menentukan slump beton. Slump
merupakan ukuran kekentalan/plastisitas dan kohesif dari beton segar. Percobaan
pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium melingkupi prosedur
untuk pembuatan dan perawatan benda uji beton dalam laboratorium di bawah
pengawasan yang akurat terhadap material dan kondisi uji menggunakan beton
yang dapat dipadatkan dengan pemadatan atau penggetaran. Percobaan
pemeriksaan kekuatan tekan beton bertujuan untuk menentukan kekuatan beton
berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat (cured) di laboratorium. Kekuatan
tekan beton adalah beban per satuan luas yang menyebabkan beton hancur.

II. Pengolahan Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan slump adalah tinggi cetakan dengan
tinggi rata-rata benda uji untuk mendapatkan besar slump.
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑐𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 = 30 𝑐𝑚 − 15 𝑐𝑚 = 𝟏𝟓 𝒄𝒎
Data yang didapatkan di percobaan pemeriksaan kekuatan tekan beton
adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh beton. Dengan data luas
penampang, praktikan mendapatkan kekuatan tekan beton di hari ke-28.
1 2 1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 = 𝜋𝑑 = 𝜋 × 152 = 𝟏𝟕𝟔, 𝟔𝟑 𝒄𝒎𝟐
4 4
𝑃 100452 𝑘𝑔𝑓
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 = =
𝐴 176,63 𝑐𝑚2
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 = 𝟓𝟔𝟖, 𝟕𝟑 𝒌𝒈𝒇/𝒄𝒎𝟐 = 𝟓𝟓, 𝟕𝟗𝟐 𝑴𝑷𝒂
Tabel 1. Kekuatan “Beton Kuat Tekan Awal Tinggi” di berbagai umur
Umur Rasio Kuat Kuat Tekan
(Hari) Tekan Kgf/cm2 MPa
3 0,55 312,80 30,69
7 0,75 426,55 41,84
14 0,90 511,86 50,21
21 0,95 540,29 53,00
28 1,00 568,73 55,79
90 1,15 654,04 64,16
365 1,20 682,48 66,95

III. Analisis
1. Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan tiga percobaan,
yaitu percobaan slump (IV.2), pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium (IV.4), dan pemeriksaan kekuatan tekan beton (V).
Percobaan Slump bertujuan untuk menentukan slump beton. Slump
merupakan ukuran kekentalan/plastisitas dan kohesif dari beton segar. Dalam
percobaan ini, praktikan membutuhkan cetakan kerucut dengan tinggi 30
untuk membentuk campuran beton, tongkat pemadat untuk memadatkan
campuran beton di dalam cetakan, mistar untuk mengukur ketinggian
campuran, dan pelat logam untuk alas. Mulanya praktikan akan membasahi
cetakan dan pelat dengan kain basah. Cetakan diletakan di atas pelat dan diisi
dengan campuran beton dalam 3 lapis yang sama besar. Tiap lapis dipadatkan
menggunakan tongkat sebanyak 25 kali agar kadar udara berkurang sehingga
cetakan dapat berisi campuran beton lebih banyak. Ratakan jika sudah penuh
dan balik cetakan. Slump diukur dari perbedaan ketinggian cetakan dengan
ketinggian benda uji setelah dilepas dari cetakan.
Percobaan pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium,
praktikan pada mulanya sudah melakukan percobaan perhitungan campuran
beton (IV.1) guna mendapatkan kuantitas komposisi beton yang akan
digunakan yang akan digunakan pada praktikum kali ini. Setelah itu, praktikan
akan menyiapkan cetakan sehari sebelum pencetakan. Cetakan beton
diminyaki degan oli atau gemuk agar mudah saat membuka cetakan. Praktikan
kemudian menyiapkan bahan-bahan seperti agregat halus, agregat kasar,
semen, serta air sesuai dengan perhitungan mix design. Semen dan agregat
halus kemudian dimasukkan ke bak pengaduk dan diaduk hingga merata. Lalu
praktikan menambahkan agregat kasar dan diaduk dengan menambahkan air
sedikit demi sedikit hingga semuanya merata. Praktikan kemudian memeriksa
apakah slump dari campuran beton telah sesuai dengan yang dikehendaki. Jika
belum, praktikan menambahkan agregat, semen, atau air sehingga hasilnya
sesuai.
Campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan dalam tiga lapis. Tiap
lapis dipadatkan dengan ditusuk sebanyak 25 kali secara merata. Tongkat
penusuk tidak boleh mengenai dasar cetakan karena akan membuat rongga
udara. Ketuk sisi-sisi cetakan hingga rongga-rongga bekas tusukan terisi
campuran, kemudian diratakan dan ditutup dengan bahan kedap serta tahan
karat.
Campuran beton didiamkan selama 24 jam penuh kemudian
dikeluarkan dari cetakan. Kemudian beton yang telah jadi dimasukkan ke
dalam air untuk proses curing dengan tujuan menjaga suhu beton. Jika suhu
beton terlalu panas, maka dapat muncul retakan yang menyebabkan kekuatan
beton berkurang. Beton direndam untuk jangka waktu tertentu. Setelah curing
dilakukan, beton harus diekspos ke udara terbuka selama 24 jam agar tidak
lembab dan ketahanan kuat tekan yang maksimal. Curing umumnya dilakukan
selama 28 hari penuh dan pengeringan selama satu hari sebelum tes kuat tekan
beton dilakukan. Minimumnya, curing dilakukan selama 7 hari karena beton
telah mencapai sekitar 75% kekuatan optimum dari hari ke-28. Setelah 28 hari,
peningkatan kekuatan beton tidak terlalu signifikan.
Percobaan kekuatan tekan beton memiliki tujuan untuk menentukan
kekuatan beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat (cured) di
laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah beban per satuan luas yang
menyebabkan beton hancur. Mulanya praktikan membutuhkan cetakan beton
berbentuk silinder, tongkat pemadat untuk memadatkan campuran beton ke
dalam cetakan, bak pengaduk beton atau mesin pengaduk untuk mencampur
semua material, timbangan untuk menimbang berat tiap material, mesin tekan
untuk menguji benda uji, satu set alat pelapis untuk melapisi beton, dan
peralatan tambahan lainnya seperti ember, sekop, dan sendok perata.
Praktikan mengeluarkan benda uji dari proses curing satu hari sebelum
pengujian dan dibersihkan dengan kain lembab. Pada benda uji silinder,
praktikan melapisi permukaan atas dan bawahnya secara tegak lurus
menggunakan mortar belerang yang telah dilelehkan. Biarkan mortar
mengering hingga kurang lebih satu jam. Pelapisan ini bertujuan untuk
mendistribusikan gaya pembebanan secara merata pada permukaan yang
tegak lurus.
Benda uji diletakkan dalam mesin tekan secara sentris dan diberikan
beban konstan sebesar 2 hingga 4 kg/cm2 per detik. Pengujian dilakukan
hingga benda uji hancur kemudian catat besar beban tersebut.

2. Analisis Hasil
Dari percobaan slump, didapatkan besar slump ini sebesar 15 cm atau
150 mm. Hasil ini jauh melebihi target slump di percobaan mix design modul
IV.1 yang sebesar 100 mm. Kemungkinan penyebab dari slump yang terlalu
besar adalah praktikan salah menimbang kuantitas air dalam campuran beton
sehingga campuran beton menjadi lebih workable. Hal ini fatal karena beton
yang terlalu banyak air menyebabkan daya tahan kuat tekannya berkurang.
Sedangkan dalam percobaan IV.1, beton diperuntukkan sebagai struktur
kolom yang menahan beban vertikal yang besar.
Dari percobaan kekuatan tekan beton, didapatkan kuat beton tekan pada
hari ke-28 yaitu sebesar 568,73 kgf/cm2 atau 55,792 MPa. Nilai ini jauh
melampaui target pada percobaan IV.1, yaitu 35 MPa. Dari besar kuat tekan
di hari ke-28, praktikan bisa mendapatkan besar kuat tekan di hari lain juga
dengan menggunakan rasio kuat tekan. Dari Tabel 1, dapat dilihat kuat tekan
beton naik secara signifikan di minggu pertama, sekitar 75% kekuatan hari ke-
28. Setelah hari ke-28, peningkatan beton tidak signifikan dan trivial karena
laju hidrasi menjadi sangat lambat seterlah hari ke-28. Pengujian di hari ke-28
memberikan kuat tekan optimum dengan faktor keamanan yang cukup.
Dalam pengujian kuat tekan beton, terdapat perbedaan dalam laju
pemberian beban. Dalam ASTM C 39 mengenai metode pengujian standar
untuk spesimen beton silinder, laju pemberian beban adalah 0,14—0,34 MPa/s
(1,43—3,47 kg/cm2/s). Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam
hasil pengukuran kuat tekan karena jika laju pemberian di atas batas yang
ditetapkan ASTM C 39, kuat tekan beton dapat bertambah sebanyak 20%.

3. Analisis Kesalahan
Dalam melakukan percobaan ini, sangat dimungkinkan terjadinya
kesalahan baik oleh praktikan maupun faktor dari alat atau lainnya. Kesalahan
yang terjadi adalah
a. Praktikan mungkin kurang teliti dalam menimbang dan mengukur
kuantitas komposisi bahan yang digunakan sehingga hasil
percobaan tidak sepenuhnya menunjukkan yang seharusnya.
b. Mungkin terdapat ketidakmurnian dalam bahan yang digunakan
sehingga mempengaruhi besar slump dan kekuatan tekan beton.
c. Agregat halus dan kasar yang digunakan mungkin tidak 100%
memenuhi spesifikasi yang dikehendaki, mulai dari ukuran, specific
gravity, atau gradasinya. Hal ini mempengaruhi hasil beton karena
berbeda dari perhitungan mix design.
d. Saat proses penusukan, praktikan mungkin tidak menusuk secara
merata atau mengenai dasar cetakan yang menyebabkan rongga
udara bertambah.

IV. Kesimpulan
Dari percobaan, pengolahan data, dan analisis praktikum percobaan
pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium yang telah dilakukan,
praktikan dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu
1. Semakin besar slump pada campuran beton, semakin mudah unutk
dikerjakan campuran tersebut namun kekuatan beton akan semakin
rendah.
2. Slump pada campuran beton uji tidak memenuhi standar ACI 211.1-91
dalam perhitungan mix design untuk kolom yang maksimal sebesar 100
mm. Campuran uji memiliki slump sebesar 150 mm yang dapat
menyebabkan kuat kolom berkurang.
3. Curing dilakukan untuk menjaga suhu beton agar tidak terlalu tinggi.
Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan retakan pada beton
kekuatannya berkurang.
4. Setelah curing dilakukan, beton harus didiamkan di udara terbuka
selama 24 jam penuh sehingga tidak lembab dan ketahanan kuat
tekannya maksimal.
5. Mutu beton melebihi yang diharapkan dengan indikasi kuat tekannya
55,792 MPa yang melebihi target 35 MPa. Sehingga mutu beton tidak
sesuai dengan peruntukkannya.

V. Referensi
American Concrete Institute Committee. (2002). ACI 211.1-91 Standard Practice
for Selecting Proprtions for Normal, Heavyweight, and Mass Concrete.
ASTM Internasional. (2019). ASTM C 192/192M Standards Practice for Making
and Curing Concrete Test Specimens in the Laboratory. West
Conshohocken, PA
Badan Standarisasi Nasional (BSN). (1998). SNI 03-4431-1998 Metode
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan.
Departemen Teknik Sipil UI. (2008). Pedoman Praktikum: PEMERIKSAAN
BAHAN BETON DAN MUTU BETON. Depok, Jawa Barat.
Plevris, Vagelis. (2016). Re: How to calculate pace rate for flexural strength of
concrete beam?. Retrieved from: https://www.researchgate.net/post/How-
to-calculate-pace-rate-for-flexural-strength-of-concrete-
beam/56a348f56307d9e3df8b45d4/citation/download.
VI. Lampiran
Hasil Uji Slump

Hasil Uji Tekan Beton Umur 28 hari

Anda mungkin juga menyukai