BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penjadwalan (scheduling) merupakan salah satu kegiatan penting dalam
perusahaan. Dalam suatu perusahaan industri, penjadwalan diperlukan dalam
mengalokasikan tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses,
jenis produk, pembelian material, dan sebagainya. Dalam suatu lembaga
pendidikan, penjadwalan diperlukan untuk mengalokasikan ruang kelas, peralatan
mengajar, tenaga pengajar, staf administrasi, pendaftaran penerimaan mahasiswa
baru dan sebagainya. Demikian pula dalam kegiatan perhotelan, penjadwalan
diperlukan dalam pengaturan kamar hotel, ruang seminar/resepsi, menu makanan,
ataupun acara entertainment. Terlepas dari jenis perusahaannya, setiap perusahaan
perlu untuk melakukan penjadwalan sebaik mungkin agar memperoleh utilitasi
maksimum dari sumber daya produksi dan aset lain yang dimiliki.
Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi.
Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun
tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi. Dalam hierarki pengambilan keputusan,
penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya operasi.
Berbagai teknik juga dapat diterapkan untuk penjadwalan. Teknik yang
digunakan tergantung dari volume produksi, variasi produk, keadaan operasi, dan
kompleksitas dari pekerjaan sendiri.
Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu
langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas,
tenaga kerja, dan peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan
berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan
dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang
akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka batasan
masalah yang akan diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menghitung estimasi waktu proses dengan menggunakan
model penugasan agar biaya dan waktu yang digunakan seminimal
mungkin.
2. Bagaimana metode pengurutan pekerjaan menurut aturan pengambilan
keputusan FCFS, SPT, LPT, EDD, Critical Ratio, Slack Time.
3. Bagaimana menghitung makespan dan menggambarkan urutan
penjadwalan dengan menggunakan SPT, LPT, dan EDD.
4. Bagaimana menggunakan Aturan Johnson untuk menemukan urutan
optimal dalam penjadwalan.
5. Bagaimana menggunakan teknik Branch and Bound untuk menentukan
urutan optimal dalam penjadwalan.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan menggunakan model penugasan untuk mendapatkan biaya
dan waktu yang seminimal mungkin.
2. Mengetahui dan menggunakan metode pengurutan pekerjaan menurut
aturan pengambilan keputusan FCFS, SPT, LPT, EDD, Critical Ratio, dan
Slack Time.
3. Mengetahui dan menggunakan perhitungan Makespan dan penggambaran
urutan penjadwalan dengan menggunakan SPT, LPT, dan EDD.
4. Mengetahui dan menggunakan aturan Johnson untuk menemukan urutan
optimal dalam penjadwalan.
5. Mengetahui dan menggunakan teknik Branch and Bound untuk
menemukan urutan optimal dalam penjadwalan.
D. Metode Praktikum
1. Asisten memberikan pengarahan tentang modul Scheduling.
2. Asisten memberikan soal-soal tentang Scheduling yang kemudian
diselesaikan oleh praktikan sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
disusun ke dalam betuk laporan sesuai dengan format yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Output
Jadwal Terperici tentang:
Input Keterampilan --- Pembebanan Pesanan
Kebutuhan Kapasitas dari: Peralatan -------- Urut-urutan Pesanan
1. Pesanan yang diterima Bahan baku----- Expediting Pesanan
2. Permintaan Jangka Dll---------------
Pendek Updating dan Kontrol
Ukuran Kinerja
E. Kriteria Penjadwalan
a. Adil (fairness)
Adalah proses-proses yang diperlakukan sama, yaitu mendapat jatah
waktu pemroses yang sama dan tak ada proses yang tak kebagian layanan
pemroses sehingga mengalami kekurangan waktu.
b. Efisiensi (eficiency)
Efisiensi atau utilisasi pemroses dihitung dengan perbandingan (rasio)
waktu sibuk pemroses.
c. Waktu tanggap (response time)
Waktu tanggap berbeda untuk :
1. Sistem interaktif didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan dari saat
karakter terakhir dari perintah dimasukkan atau transaksi sampai hasil
pertama muncul di layar.Waktu tanggap ini disebut terminal response
time.
2. Sistem waktu nyata didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian
(internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang
dimaksud dieksekusi, disebut event response time.
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 7
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
3. Turn around time Adalah waktu yang dihabiskan dari saat program
atau job mulai masuk ke system sampai proses diselesaikan sistem.
Waktu yang dimaksud adalah waktu yang dihabiskan di dalam sistem,
diekspresikan sebagai penjumlah waktu eksekusi (waktu pelayanan
job) dan waktu menunggu, yaitu : Turn arround time = waktu eksekusi
+ waktu menunggu.
4. Throughput Adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan dalam satu
unit waktu. Cara untuk mengekspresikan throughput adalah dengan
jumlah job pemakai yang dapat dieksekusi dalam satu unit/interval
waktu.
F. Teknik-Teknik Penjadwalan
Terdapat beberapa metode penjadwalan yang sering
digunakan, antara lain:
1. Penjadwalan Maju / Forward Scheduling
(prioritas EDD/earliest due date)
Dalam penjadwalan maju (forward scheduling), pekerjaan di mulai
seawal mungkin sehingga pekerjaan selesai sebelum batas waktu yang
dijanjikan (due date). Penjadwalan maju memiliki konsekuensi terjadinya
akumulasi persediaan sampai hasil pekerjaan itu diperlukan pada pusat kerja
berikutnya. Teknik ini mengasumsikan bahwa pengadaan material dan
operasi di mulai segera setelah pesanan diterima. Penjadwalan dilakukan atas
setiap kegiatan operasi secara berurutan dari awal hingga seluruh kegiatan
operasi selesai. Penjadwalan maju banyak digunakan dalam perusahaan di
mana operasi dibuat berdasarkan pesanan dan pengiriman dilakukan segera
setelah pekerjaan selesai.
Metode ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain sering
mengalami keterlambatan/tardiness penyelesaian produk (waktu penyelesaian
> due date), selain itu dampak dari penerapan metode ini adalah
earliness/terlalu cepat (waktu penyelesaian < due date) sehingga sering terjadi
penumpukkan produk jadi di gudang (inventory cost tinggi).
G. Jenis-Jenis Penjadwalan
Jenis dari penjadwalan produksi akan sangat bergantung pada hal-hal
sebagai berikut :
1. Jumlah job yang akan dijadwalkan.
2. Jumlah mesin yang dapat digunakan.
3. Ukuran dari keberhasilan pelaksanaan penjadwalan.
4. Cara job datang.
5. Jenis aliran proses produksi.
b. Loading
Penjadwalan total jam atau banyaknya pekerjaan yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran kasar kapan pesanan dapat
dikirim atau apa sajakah kapasitas telah terlewati. Pendekatan yang
sering dipakai dalam loading :
1. Gantt chart (bagan Gantt)
Diagram Gantt membantu menggambarkan penggunaan
sumber daya seperti pusat pekerjaan dan lembur. Dengan kata lain,
Gantt chart adalah tampilan visual yang sangat berguna dalam
melihat pembebanan mesin dan penjadwalan operasi produksi.
Bagan Gantt merupakan alat bantu yang berguna dalam
pembebanan pada produksi dengan volume rendah. Bagan ini
membantu menunjukkan beban dan waktu kosong dari beberapa
bagian atau mesin. Apabila suatu beban kerja memiliki kelebihan
beban, kita bisa memindahkan sementara sebagian dari personel
pusat kerja yang bebannya kurang penuh kepada pusat kerja yang
Contoh:
Jika suatu fasilitas memiliki tiga mesin yaitu A,B,C dan tiga
pekerjaan yang harus diselesaikan masing-masing mesin yang
berbeda pada waktu yang bersamaan, apabila table biayanya
adalah sebagai berikut, berapa biaya total yang paling optimal ?
2. Lini Proses
Faktor penting dan patut diperhatikan dalam waktu peralihan :bagaimana
caranya mengurangi waktu peralihan agar mendekati nol. Kepentingan
pertama dari line proses adalah enemukan lot yang ekonomis dengan biaya
terkecil. Contoh produk yang dihasilkan melalui line process :
a. penyejuk ruangan
b. Kulkas
c. Microwave
d. Ban
e. mass produk.
I. Strategi penjadwalan
Terdapat dua strategi penjadwalan, yaitu :
a. Penjadwalan nonpreemptive (run to completion)
Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka pemroses tidak dapat
diambil alih oleh proses lain sampai proses itu selesai.
b. Penjadwalan preemptive
Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka pemroses dapat diambil
alih proses lain, sehingga proses disela sebelum selesai dan harus
dilanjutkan menunggu jatah waktu pemroses tiba kembali pada proses itu.
Berguna pada sistem dimana proses-proses yang mendapat
perhatian/tanggapan pemroses
secara cepat, misalnya :
1. Pada sistem realtime, kehilangan interupsi (tidak layani segera) dapat
berakibat fatal.
2. Pada sistem interaktif, agar dapat menjamin waktu tanggap yang
memadai. Penjadwalan secara preemptive baik tetapi harus dibayar
mahal. Peralihan proses memerlukan overhead (banyak tabel yang
dikelola). Supaya efektif, banyak proses harus berada di memori utama
sehingga proses-proses tersebut dapat segera running begitu
diperlukan. Menyimpan banyak proses tak running benar-benar di
memori utama merupakan suatu overhead tersendiri.
J. Pembebanan Pekerjaan
K. Rasio Kritis
Critical ratios dihitung melalui pembagian waktu yang tersisa (banyaknya jam
atau hari kerja diantara sekarang dan dua date atau tanggal dibutuhkan) dengan
kerja yang tersisa (total set-up, run, wait, move and queen times), yaitu:
CR > 1,0 berarti job mempunyai beberapa Slack Time
CR < 1,0 berarti job must be expected
L. Aturan Johnson
1. Pengurutan Pekerjaan melalui dua pusat kerja
Apabila terdapat N pekerjaan yang harus dikerjakan pada 2 pusat kerja
dalam urutan yang sama, maka kasus ini disebut Masalah (N/2 problem).
Salah satu tujuan yang hendak dicapai manajemen produksi disini adalah
mengatur urutan pekerjaan yang dapat meminimalkan total waktu
penyelesaian seluruh pekerjaan. Metode yang banyak digunakan untuk
meminimalkan waktu proses atau waktu kosong dalam masalah N/2 adalah
metode Johnson (Johnson’s rule).
Contoh penerapan.
Terdapat 6 pekerjaan yang akan diurutkan melalui operasi dua
tahap, yaitu melalui pusat I lebih dulu kemudian dilanjutkan di pusat II.
Data waktu proses dari masing-masing pekerjaan itu sebagai berikut.
Waktu Proses (jam)
Pekerjaan
Pusat I Pusat II
A 5 5
B 4 3
C 14 9
D 2 6
E 8 11
F 11 12
D B
D A B
D E A B
D E F C A B
0 2 10 21 35 40 44
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 23
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Waktu
Pusat I D E F C A B
Pusat II D E F C A B
Waktu 0 2 8 10 21 33 35 44 49 52
Total waktu kosong untuk Pusat kerja II sebesar 6 jam. Waktu kosong itu
terjadi karena fasilitas di Pusat II sudah kosong, tetapi belum dapat
digunakan untuk memproses pekerjaan berikutnya karena pekerjaan yang
bersangkutan masih dikerjakan di Pusat I. Waktu kosong tersebut adalah
waktu kosong minimal yang mungkin. Metode Johnson akan memberikan
urutan pekerjaan dengan waktu kosong terkecil dari berbagai alternative
urutan pekerjaan lainnya.
a. Waktu proses terpendek pada Pusat kerja I harus lebih lama dari proses
terpanjang di Pusat kerja II.
b. Waktu proses terpendek pada Pusat kerja III harus lebih lama dari proses
terpanjang di Pusat kerja II
Contoh 1
Terdapat tiga pekerjaan , A, B dan C, yang masing-masing akan dip roses
melalui tiga pusat kerja. Waktu proses ketiga pekerjaan itu di masing-
masing pusat kerja sebagai berikut.
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 24
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Waktu proses terpendek dari Pusat kerja I adalah 5 jam, Sedangkan dari
Pusat kerja III adalah 3 jam. Waktu Proses terlama dari Pusat kerja II adalah
6 Jam. Masalah ini tidak dapat diselesaikan karena kondisi yang diisyaratkan
tidak terpenuhi.Baik proses terpendek di Pusat I (5) maupun Pusat III (4)
masih lebih kecil dari waktu proses terpanjang di Pusat II (6).
Contoh 2
Terdapat tiga pekerjaan D, E, dan F, yang akan diproses melalui tiga pusat
kerja yang sama sebagaimana data dalam tabel berikut. Ketiga pekerjaan
tersebut dapat diurutkan menggunakan pendekatan metode Johnson karena
waktu proses ketiga pekerjaan itu memenuhi kondisi yang di persyaratkan,
yaitu waktu proses terpendek di pusat I(7) lebih lama daripada waktu proses
terpanjang di Pusat II(6).
Pusat 1 7 12 8
Pusat 2 5 4
Pusat 3 9 5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
M. Aturan Slack
Contoh Kasus:
Pekerjaan A B C D E F G H
1
Waktu Proses (Jam) 5 8 6 3 10 7 3
4
1 1 4
Batas Waktu (Due date) 10 25 20 45 50
5 5 0
Pekerjaan A B C D E F G H
1
Waktu Proses 5 8 6 3 10 7 3
4
1 1 4
Batas Waktu (Due date) 10 25 20 45 50
5 5 0
1 2
Kelonggaran (Slack) 2 9 22 10 38 47
0 6
Pekerjaan B C A E D F G H
Waktu Proses 8 6 5 10 3 14 7 3
Saat Selesai 8 14 1 29 32 46 53 56
Mulai K=1
K= m + 1
selesai
2. Penjadwalan Paralel
Pada penjadwalan prosesor jamak paralel, setiap pekerjaan hanya perlu
memasuki salah satu prosesor. Situasi ini dapat di gambarkan seperti di
bawah
Prosesor 1
n pekerjaan
Prosesor 2
Prosesor 3
Prosesor ,,
Prosesor m
Contoh Kasus:
Diketahui ada tiga prosesor paralel yang akan mengerjakan sepuluh pekerjaan,
dan waktu prosesnya terlihat pada Tabel berikut. Bebankan pekerjaan-pekerjaan
itu di ketiga prosesor.
Tabel 6 Contoh pekerjaan dan waktu prosesnya
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 30
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Pekerjaan i A B C D E F G H I J
Waktu Proses t 5 6 3 8 7 2 3 5 4 2
Mesin 3 3 5 7
Mesin 2 2 4 6
Mesin 1 2 3 5
0 2 4 6 8 10 12 14 16
O. Kriteria Penjadwalan
Adapun Kriteria Penjadwalan adalah sebagai berikut :
1. Rata-rata waktu alir (Mean Flow Time)
2. Makespan, yaitu total waktu proses yang di butuhkan untuk menyelesaikan
suatu kumpulan job.
3. Rata-rata kelambatan (Mean Tardiness)
4. Jumlah job yang terlambat
5. Jumlah mesin yang menganggur
6. Jumlah persediaan
aktual adalah waktu yang diperlukan suatu order di shop mulai dari suatu
release hingga due date order.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
A. Pengumpulan Data
1. Bhallz Clothing Co. adalah industry pakaian yang menjalankan operasi
perusahaannya dengan strategi efektif dan efisien. Industri ini memiliki
enam mesin dengan enam jenis pekerjaan yang harus diselesaikan (lihat
tabel).
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 45 30 35 48 54 76
A12 35 66 50 36 38 68
A13 49 33 48 78 42 49
A14 79 51 66 48 35 38
A15 63 29 49 50 65 42
A16 61 80 62 42 64 35
Jika Anda adalah konsultan Yang Disewa perusahaan ini untuk menentukan
penjadwalan pekerjaan kemesin dengan waktu seminimal mungkin,
berikanlah solusi alternative terbaik untuk kasus ini!
JOB A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21
Processing 8 7 9 8 9 8 6 4 8 17
Time
Due Date 26 19 20 25 20 25 29 24 26 20
4. Bhallz Clothing Co. menggunakan data dibawah ini sebagai input aturan
Johnson untuk menggambarkan urutan penjadwalan seri yang optimal.
Waktu proses pada setiap pekerjaan adalah dalam satuan jam. Berikan
penyelesaian penjadwalan dengan aturan Johnson tersebut!
JOB
Processor A12 A13 A14 A15 A16 A17 AI8
P1 9 7 7 6 8 8 9
P2 6 8 9 9 9 9 9
P3 8 9 8 11 8 17 6
B. Pengolahan Data
1. Penjadawalan pekerjaan
a. Mengurangkan semua nilai dengan nilai terkecil pada tiap-tiap baris
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 45 30 35 48 54 76
A12 35 66 50 36 38 68
A13 49 33 48 78 42 49
A14 79 51 66 48 35 38
A15 63 29 49 50 65 42
A16 61 80 62 42 64 35
b. Kolom RA3 dan RA 4 belum optimal sehingga semua nilai pada kolom
tersebut dikurangkan dengan nilai pada kolom tersebut
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 15 0 5 18 24 46
A12 0 31 15 1 3 33
A13 16 0 15 45 9 16
A14 44 16 31 13 0 3
A15 34 0 20 21 36 13
A16 26 45 27 7 29 0
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 15 0 0 17 24 46
A12 0 31 10 0 3 33
A13 16 0 10 44 9 16
A14 44 16 26 12 0 3
A15 34 0 15 20 36 13
A16 26 45 22 6 29 0
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 9 0 0 11 24 46
A12 0 37 16 0 9 33
A13 10 0 10 38 9 16
A14 38 16 26 6 0 3
A15 28 0 15 14 36 13
A16 20 45 22 0 29 0
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 6 0 0 8 24 43
A12 0 33 13 0 6 33
A13 7 0 10 35 9 13
A14 35 16 26 3 0 0
A15 25 0 15 11 36 10
A16 20 45 22 0 29 0
f. Kondisin optimal akan dicapai apabila semua nilai di luar garis
dikurangkan dengan angka terkecil din luar garis
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 0 0 0 2 18 37
A12 0 39 19 0 6 33
A13 1 0 10 29 3 7
A14 35 22 32 3 0 0
A15 19 0 15 5 30 4
A16 20 51 28 0 29 0
JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 0 1 0 2 18 37
A12 0 40 20 0 6 33
A13 0 0 10 28 2 6
A14 35 23 32 3 0 0
A15 18 0 15 4 29 3
A16 20 52 29 0 29 0
h. Karena jumlah garis yang meliput semua sel dengan nilai nol
sudah sama dengan jumlah baris (kolom), pemecahan sudah
optimal. Selanjutnya dilakukan penugasan dengan membagi tiap
jenis pekerjaan pada sel-sel yang bernilai nol, satu mesin untuk
setiap jenis pekerjaan. Sehingga diperoleh kesimpulan penugasan
sebagai berikut :
A 19 4
A 18 6
A 13 7
A 12 8
A 15 8
A 17 8
A 20 8
A 14 9
A 16 9
A 21 17
Sehingga pembagian pekerjaan pada masing-masing prosessor adalah
sebagai berikut :
Processor 4 8 9
Processor 3 7 8
Processor 2 6 8 17
Iqbal
Processor Ismail
1 4 (D 221 807 031 ) 9 Schedulling 40
0 5 10 15 20 25 30 35
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
A 21 17
A 14 9
A 16 9
A 12 8
A 15 8
A 17 8
A 20 8
A 13 7
A 18 6
A 19 4
Processor 4 8 7
Processor 3 9 8
Processor 2 9 8 4
Processor 1 17 8 6
0 5 10 15 20 25 30 35
Processor 4 20 26
Processor 3 20 25
Processor 2 20 25 29
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
- U/ Processor 1
Pekerjaa Waktu Complectio Jadwal Kelambatan
n Proses n Time selesai
A 13 7 7 19 -12
A 19 4 11 24 -13
A 20 8 19 26 -7
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 1
- U/ Processor 2
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 2
- Untuk Processor 3
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 3
- U/ Processor 4
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 4
3. Sequencing Dengan Metode FCFS, SPT, LPT, EDD & Critical Racio
a. Metode FCFS
A12 16 16 22 0
A13 18 34 29 5
A14 19 53 20 33
A15 18 71 24 47
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 44
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
A16 7 78 25 53
A17 11 89 26 63
A18 19 108 23 85
Jumlah 108 449 286
b. Metode SPT
A16 7 7 25 0
A17 11 18 26 0
A12 16 34 22 12
A13 18 52 29 23
A15 18 70 24 46
A14 19 89 20 69
A18 19 108 23 85
c. Metode LPT
A14 19 19 20 0
A18 19 38 23 15
A13 18 56 29 27
A15 18 74 24 50
A12 16 90 22 68
A17 11 101 26 75
A16 7 108 25 83
Jumlah 108 486 318
d. Metode EDD
A14 19 19 20 0
A12 16 35 22 13
A18 19 54 23 31
A15 18 72 24 48
A16 7 79 25 54
A17 11 90 26 64
A13 18 108 29 79
Jumlah 108 457 289
25−3
Untuk Pekerjaan A 16= =3,14
7
26−3
Untuk Pekerjaan A 17= =2,09
11
23−3
Untuk Pekerjaan A 18= =1,05
19
JOB
Processor A12 A13 A14 A15 A16 A17 AI8
P1 9 7 7 6 8 8 9
P2 6 8 9 9 9 9 9
P3 8 9 8 11 8 17 6
A15-A13-A14-A16-A17-A12-A18
JOB K=1
t1,1 = ti,2 t1,2 = ti,2
A 15 6 11
A 13 7 9
A 14 7 8
A 16 8 8
A 17 8 17
A 12 9 15
AA 18 9 6
P3 11 9 8 8 17 8 6
P2 9 8 9 9 9 6 9
P1 6 7 7 8 8 9 9
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
JOB K=2
t1,1 = ti 1+ ti,2 t1,2 = ti,2+ ti,3
A 13 15 17
A 15 15 20
A 14 16 17
A 16 17 17
A 17 17 26
A 18 18 15
A 12 15 14
P3 9 11 8 8 17 6 8
P2 8 9 9 9 9 9 6
P1 7 6 7 8 8 9 9
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat ditemukan adanya perbedaan-
perbedaan yang cukup signifikan dalam penggunaan metode-metode dalam
penjadwalan untuk menentukan penjadwalan serta pembebanan pekerjaan yang
efektif dan efisien.
Pada pengolahan data awal (pembebanan pekerjaan), dapat dilihat adanya metode
pembebanan pekerjaan yang efektif dimana waktu kerja minimum tiap-tiap
pekerjaan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan digunakan sehingga
diperoleh pembebanan pekrjaan yang efektif. Dari hasil pengolahan data di atas,
disimpulkan bahwa cara paling efektif untuk pembebanan pekerjaan adalah
sebagai berikut :
Dengan metode yang sama, juga dapat diketahui waktu penyelesaian mesin rata-
rata, utilisasi mesin, jumlah rata-rata pekerjaan dalam system dan rata-rata
keterlambatan. Berikut adalah perbandingan beberapa metode dalam pengolahan
data sebelumnya :
Metode Waktu Utilisasi Jumlah rata- Rata-rata
penyelesaian mesin (%) rata keterlambatan
rata-rata pekerjaan (hari)
(hari) dalam system
(job)
FCFS 65 17 6 13
SPT 54 28 4 34
LPT 70 22 5 46
EDD 66 23 5 42
Rasio Kritis 70 23 5 42
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode FCFS
(First come first servive), dapat dicapai keterlambatan paling sedikit yaitu 13 hari.
Ini menandakan bahwa metode FCFS dalam kasus ini merupakan metode yang
efektif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penjadwalan (Schedulling) didefinisikan sebagai proses pengalokasian
serangkaian sumber daya dalam perusahaan untuk melakukan sekumpulan
tugas dalam jangka waktu tertentu.
2. Elemen-elemen system penjadwalan berupa input, output, batasan-batasan
dan variable keputusan.
3. Terdapat berbagai metode dalam melakukan penjadwalan yaitu :
a. Short Processing Time
b. Long Processing Time (LPT)
c. Earliest Due Date (EDD)
d. First Come First Serve (FCFS)
e. Aturan Jhonson
f. Diagram Gantt
4. Output Schedulling berupa Pembebanan (Scheduling), Pengurutan
(Sequencing), Prioritas Job (Dispaching), Pengendalian Kinerja
Penjadwalan, Up-Dating Jadwal
B. Saran
1. Pengadaan kerja sama laboratorium PTI dengan perusahaan-perusahaan
dalam kaitannya dengan studi system produksi khususnya dengan system
penjadwalan (scheduling)
2. Pembuatan regulasi serta SOP dalam pelaksanaan praktikum Perancangan
Teknik Industri III sehingga proses praktiku m dapat berjalan secara
kompetitif dengan praktikum-praktikum yang selama ini telah
dilaksanakan oleh universitas-universitas terkemuka di Indonesia
LAMPIRAN