Anda di halaman 1dari 56

Laboratorium Perancangan Teknik Industri III

Jurusan Mesin Fakultas Teknik


Universitas Hasanuddin

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penjadwalan (scheduling) merupakan salah satu kegiatan penting dalam
perusahaan. Dalam suatu perusahaan industri, penjadwalan diperlukan dalam
mengalokasikan tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses,
jenis produk, pembelian material, dan sebagainya. Dalam suatu lembaga
pendidikan, penjadwalan diperlukan untuk mengalokasikan ruang kelas, peralatan
mengajar, tenaga pengajar, staf administrasi, pendaftaran penerimaan mahasiswa
baru dan sebagainya. Demikian pula dalam kegiatan perhotelan, penjadwalan
diperlukan dalam pengaturan kamar hotel, ruang seminar/resepsi, menu makanan,
ataupun acara entertainment. Terlepas dari jenis perusahaannya, setiap perusahaan
perlu untuk melakukan penjadwalan sebaik mungkin agar memperoleh utilitasi
maksimum dari sumber daya produksi dan aset lain yang dimiliki.
Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi.
Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun
tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi. Dalam hierarki pengambilan keputusan,
penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya operasi.
Berbagai teknik juga dapat diterapkan untuk penjadwalan. Teknik yang
digunakan tergantung dari volume produksi, variasi produk, keadaan operasi, dan
kompleksitas dari pekerjaan sendiri.
Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu
langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas,
tenaga kerja, dan peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan
berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan
dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang
akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 1


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka batasan
masalah yang akan diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menghitung estimasi waktu proses dengan menggunakan
model penugasan agar biaya dan waktu yang digunakan seminimal
mungkin.
2. Bagaimana metode pengurutan pekerjaan menurut aturan pengambilan
keputusan FCFS, SPT, LPT, EDD, Critical Ratio, Slack Time.
3. Bagaimana menghitung makespan dan menggambarkan urutan
penjadwalan dengan menggunakan SPT, LPT, dan EDD.
4. Bagaimana menggunakan Aturan Johnson untuk menemukan urutan
optimal dalam penjadwalan.
5. Bagaimana menggunakan teknik Branch and Bound untuk menentukan
urutan optimal dalam penjadwalan.

C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan menggunakan model penugasan untuk mendapatkan biaya
dan waktu yang seminimal mungkin.
2. Mengetahui dan menggunakan metode pengurutan pekerjaan menurut
aturan pengambilan keputusan FCFS, SPT, LPT, EDD, Critical Ratio, dan
Slack Time.
3. Mengetahui dan menggunakan perhitungan Makespan dan penggambaran
urutan penjadwalan dengan menggunakan SPT, LPT, dan EDD.
4. Mengetahui dan menggunakan aturan Johnson untuk menemukan urutan
optimal dalam penjadwalan.
5. Mengetahui dan menggunakan teknik Branch and Bound untuk
menemukan urutan optimal dalam penjadwalan.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 2


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

D. Metode Praktikum
1. Asisten memberikan pengarahan tentang modul Scheduling.
2. Asisten memberikan soal-soal tentang Scheduling yang kemudian
diselesaikan oleh praktikan sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
disusun ke dalam betuk laporan sesuai dengan format yang ada.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 3


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Penjadwalan


Penjadwalan produksi didefinisikan sebagai proses pengalokasian
serangkaian sumber daya dalam perusahaan untuk melakukan sekumpulan
tugas dalam jangka waktu tertentu. Penjadwalan merupakan alat ukur yang
baik bagi perencanaan agregat. Penjadwalan merupakan pengaturan waktu
dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan
fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi. Dalam
hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir
sebelum dimulainya operasi.
Penjadwalan dimulai dengan perencanaan kapasitas yang meliputi
fasilitas dan penguasaan terhadap mesin, kemudian jadwal induk membagi
rencana kasar dan membuat jadwal keseluruhan untuk output.
Beberapa tujuan dari aktivitas Penjadwalan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu
tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas
dapat meningkat.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah
pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumberdaya yang ada
masih mengerjakan tugas yang lain.
3. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas
waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalti cost (biaya
kelambatan).
4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas
pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya
yang mahal dapat dihindari.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 4


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

B. Input Sistem Penjadwalan


Pekerjaan-pekerjaan yang berupa alokasi kapasitas untuk order-order,
penugasan prioritas job, dan pengendalian jadwal produksi membutuhkan
informasi terperinci, dimana informasi-informasi tersebut akan menyatakan
input dari sistem penjadwalan.

C. Output Sistem Penjadwalan


1. Pembebanan (Scheduling)
Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-
order yang diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia.
Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas-
fasilitas, operator-operator, dan peralatan tertentu.
2. Pengurutan (Sequencing)
Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order mana yang
diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses
banyak job.
3. Prioritas Job (Dispaching)
Dispaching merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang
diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.
4. Pengendalian Kinerja Penjadwalan, dilakukan dengan :
a. Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu.
b. Mengatur kembali urut-urutan, misalnya: expediting order-order yang
jauh dibelakang atau mempunyai prioritas utama.
5. Up-Dating Jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang
terjadi dengan merevisi prioritas-prioritas.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 5


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

D. Elemen – Elemen Sistem Penjadwalan


Berikut elemen-elemen input-output, prioritas-prioritas dan ukuran
kinerja dari system penjadwalan akan tampak sebagai berikut :

Pembatas Variabel Keputusan


1. Ketersediaan Kapasitas Jangka Panjag 1. Ukuran Workforce Harian
2.Ketersediaan Persediaan Pengaman 2. Tingkat Produksi Harian
3.Kebutuhan Perawatan 3. Penugasan Pesanan
4.Pembatas Urt-urutan 4. Prioitas Urut-urutan

Output
Jadwal Terperici tentang:
Input Keterampilan ---  Pembebanan Pesanan
Kebutuhan Kapasitas dari: Peralatan --------  Urut-urutan Pesanan
1. Pesanan yang diterima Bahan baku-----  Expediting Pesanan
2. Permintaan Jangka Dll---------------
Pendek  Updating dan Kontrol

Ukuran Kinerja

Gambar 1 Eelemen-elemen input output, prioritas-prioritas dan ukuran


kinerja dari sistem penjadwalan

Proses penjadwalan produksi membutuhkan tiga informasi dasar untuk


setiap order, yaitu :
1. Processing time (tt) atau waktu proses, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
memberikan nilai tambah pada order i.
2. Ready time (ri) atau saat siap, yaitu saat paling awal order i dapat diproses
oleh mesin
3. Due date (di) atau saat kirim, yaitu saat pengiriman order kepada konsumen.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 6


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

E. Kriteria Penjadwalan

`Adapun Kriteria Penjadwalan adalah sebagai berikut :


1. Rata-rata waktu alir (Mean Flow Time).
2. Makespan, yaitu total waktu proses yang di butuhkan untuk menyelesaikan
suatu kumpulan job.
3. Rata-rata kelambatan (Mean Tardiness)
4. Jumlah job yang terlambat
5. Jumlah mesin yang menganggur
6. Jumlah persediaan

Selain itu, kriteria untuk mengukur dan optimasi kinerja penjadwalan


adalah sebagai berikut:

a. Adil (fairness)
Adalah proses-proses yang diperlakukan sama, yaitu mendapat jatah
waktu pemroses yang sama dan tak ada proses yang tak kebagian layanan
pemroses sehingga mengalami kekurangan waktu.
b. Efisiensi (eficiency)
Efisiensi atau utilisasi pemroses dihitung dengan perbandingan (rasio)
waktu sibuk pemroses.
c. Waktu tanggap (response time)
Waktu tanggap berbeda untuk :
1. Sistem interaktif didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan dari saat
karakter terakhir dari perintah dimasukkan atau transaksi sampai hasil
pertama muncul di layar.Waktu tanggap ini disebut terminal response
time.
2. Sistem waktu nyata didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian
(internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang
dimaksud dieksekusi, disebut event response time.
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 7
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

3. Turn around time Adalah waktu yang dihabiskan dari saat program
atau job mulai masuk ke system sampai proses diselesaikan sistem.
Waktu yang dimaksud adalah waktu yang dihabiskan di dalam sistem,
diekspresikan sebagai penjumlah waktu eksekusi (waktu pelayanan
job) dan waktu menunggu, yaitu : Turn arround time = waktu eksekusi
+ waktu menunggu.
4. Throughput Adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan dalam satu
unit waktu. Cara untuk mengekspresikan throughput adalah dengan
jumlah job pemakai yang dapat dieksekusi dalam satu unit/interval
waktu.

Kriteria-kriteria tersebut saling bergantung dan dapat pula saling


bertentangan dimungkinkan optimasi semua kriteria secara simultan.
Contoh : untuk memberi waktu tanggap kecil memerlukan penjadwalan
yang sering beralih ke antara proses-proses itu.Cara ini meningkatkan
overhead sistem dan mengurangi throughput. Oleh karena itu dalam
menentukan kebijaksanaan perancangan penjadwalan sebaiknya
melibatkan kompromi diantara kebutuhan-kebutuhan yang saling
bertentangan. Kompromi ini bergantung sifat dan penggunaan sistem
komputer. Sasaran penjadwalan berdasarkan kriteria-kriteria optimasi
tersebut :
a. Menjamin tiap proses mendapat pelayanan dari pemroses yang adil
b. Menjaga agar pemroses tetap dalam keadaan sibuk sehingga efisiensi
mencapai maksimum. Pengertian sibuk adalah pemroses tidak
menganggur, termasuk waktu yang dihabiskan untuk mengeksekusi
program pemakai dan sistem operasi.
c. Meminimalkan waktu tanggap.
d. Meminimalkan turn arround time.
e. Memaksimalkan jumlah job yang diproses persatu interval waktu.Lebih
besar angka throughput, lebih banyak kerja yang dilakukan system.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 8


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

F. Teknik-Teknik Penjadwalan
Terdapat beberapa metode penjadwalan yang sering
digunakan, antara lain:
1. Penjadwalan Maju / Forward Scheduling
(prioritas EDD/earliest due date)
Dalam penjadwalan maju (forward scheduling), pekerjaan di mulai
seawal mungkin sehingga pekerjaan selesai sebelum batas waktu yang
dijanjikan (due date). Penjadwalan maju memiliki konsekuensi terjadinya
akumulasi persediaan sampai hasil pekerjaan itu diperlukan pada pusat kerja
berikutnya. Teknik ini mengasumsikan bahwa pengadaan material dan
operasi di mulai segera setelah pesanan diterima. Penjadwalan dilakukan atas
setiap kegiatan operasi secara berurutan dari awal hingga seluruh kegiatan
operasi selesai. Penjadwalan maju banyak digunakan dalam perusahaan di
mana operasi dibuat berdasarkan pesanan dan pengiriman dilakukan segera
setelah pekerjaan selesai.
Metode ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain sering
mengalami keterlambatan/tardiness penyelesaian produk (waktu penyelesaian
> due date), selain itu dampak dari penerapan metode ini adalah
earliness/terlalu cepat (waktu penyelesaian < due date) sehingga sering terjadi
penumpukkan produk jadi di gudang (inventory cost tinggi).

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 9


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Gambar 2 Forward Scheduling


2. Penjadwalan Mundur / Backward Scheduling
( Prioritas LDD / Last Due Date)
Penjadwalan mundur (backward scheduling), berlawanan dengan
penjadwalan maju, kegiatan operasi yang terakhir dijadwalkan lebih dulu,
yang selanjutnya secara berturut-turut ditentukan jadwal untuk kegiatan
sebelumnya satu per satu secara mundur. Akhirnya, dengan mengetahui
waktu tenggang (lead time), dalam pengadaan barang dapat ditentukan
kapan saat dimulainya operasi.
Melalui penugasan pekerjaan selambat mungkin, metode ini dapat
meminimalkan persediaan karena pekerjaan baru selesai pada saat pekerjaan
itu diperlukan pada stasiun kerja berikutnya. Namun, penggunaan metode
ini harus disertai dengan perencanaan dan estimasi waktu tenggang yang
akurat, tidak terjadi break down selama proses ataupun perubahan due date
yang lebih cepat.
Jika dibandingkan dengan metode forward scheduling, metode ini lebih
efektif karena suatu job akan diselesaikan tepat pada waktunya sehingga
dapat meminimasi terjadinya tardiness dan earliness. Tetapi salah satu
kekurangan dari metode ini adalah ada kemungkinan terjadinya infeasible
time, yaitu waktu pengerjaan/release time proses ke-n < waktu order masuk.
Banyak alternative yang dapat dilakukan jika terjadi infeasible time, antara
lain: melakukan subkontrak untuk proses yang infeasible time, melakukan
lembur, dan melakukan pendistribusian beban kerja.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 10


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Gambar 3 Backward Scheduling

G. Jenis-Jenis Penjadwalan
Jenis dari penjadwalan produksi akan sangat bergantung pada hal-hal
sebagai berikut :
1. Jumlah job yang akan dijadwalkan.
2. Jumlah mesin yang dapat digunakan.
3. Ukuran dari keberhasilan pelaksanaan penjadwalan.
4. Cara job datang.
5. Jenis aliran proses produksi.

Terdapat 3 jenis/tipe penjadwal berada secara bersama-sama pada sistem


operasi yang kompleks, yaitu:
a. Penjadwal Jangka Pendek (Short Term Scheduller)
Bertugas menjadwalkan alokasi pemroses di antara proses-proses
ready di memori utama. Penjadwalan dijalankan setiap terjadi pengalihan
proses untuk memilih proses berikutnya yang harus dijalankan.
Penjadwalan jangka pendek sangat penting sekali bagi perushaan karena:
1. Dengan penjadwalan yang efektif, perusahaan dapat menggunakan
asetnya dan menghasilkan kapasitas investasi yang lebih besar dan
sebaliknya mengurangi biaya.
2. Penjadwalan menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait dan
memberikan waktu pengiriman yang lebih cepat dan dengan demikian
pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih baik.
3. Dengan menggunakan konsep penjadwalan jangka pendek maka
keunggulan kompetitif dengan pengiriman dapat diandalkan.

b. Penjadwal Jangka Menengah (Medium Term Scheduller)


Setelah eksekusi selama suatu waktu, proses mungkin menunda
sebuah eksekusi karena membuat permintaan layanan masukan/keluaran

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 11


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

atau memanggil suatu system call. Proses-proses tertunda tidak dapat


membuat suatu kemajuan menuju selesai sampai kondisi-kondisi yang
menyebabkan tertunda dihilangkan. Agar ruang memori dapat
bermanfaat, maka proses dipindah dari memori utama ke memori
sekunder agar tersedia ruang untuk proses-proses lain. Kapasitas memori
utama terbatas untuk sejumlah proses aktif. Aktivitas pemindahan proses
yang tertunda dari memori utama ke memori sekunder disebut swapping.
Proses-proses mempunyai kepentingan kecil saat itu sebagai proses yang
tertunda. Tetapi, begitu kondisi yang membuatnya tertunda hilang dan
proses dimasukkan kembali ke memori utama dan ready.

c. Penjadwal Jangka Panjang (Long Term Scheduller)


Penjadwal ini bekerja terhadap antrian batch dan memilih batch
berikutnya yang harus dieksekusi. Batch biasanya adalah proses-proses
dengan penggunaan sumber daya yang intensif (yaitu waktu pemroses,
memori, perangkat masukan/keluaran), program-program ini berprioritas
rendah, digunakan sebagai pengisi (agar pemroses sibuk) selama periode
aktivitas job-job interaktif rendah.
Sasaran penjadwalan berdasarkan tipe-tipe penjadwalan :
1. Memaksimumkan kinerja untuk memenuhi satu kumpulan kriteria
yang diharapkan.
2. Mengendalikan transisi dari suspended to ready (keadaan suspend ke
ready)dari proses-proses swapping.
3. Memberi keseimbangan job-job campuran.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 12


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Gambar 4 Sistem dan sasaran penjadwalan

H. Jenis Penjadwalan Menurut Proses


1. Intermitten
Yaitu proses penjadwalan yang terputus-putus.
Persoalan penjadwalan intermitten ini adalah bagaimana mengelola
antrean-antrean pekerjaan. Penjadwalan proses intermitten dalam pabrik,
mirip dengan sistem Material Requirement Planning (MRP). Kegiatan
tergolong dalam operasi intermitten :
a. Pabrik
b. Rumah sakit
c. Kantor
d. Sekolah
Karakteristik Intermitten Process :
1. Setiap titik yang mengalir, mempunyai banyak titik awal dan akhir,
tidak bersambungan.
2. Aliran tak teratur disebabkan oleh tata letak proses menurut kelompok
mesin atau keahlian dalam pusat kerja.
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 13
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Jenis Penjadwalan Operasi dalam Intermitten Process, ada 3 bagian besar


jenis penjadwalan operasi, yaitu:
a. Input-Output Control
Input terlalu sedikit menyebabkan pemanfaaatan mesin rendah,
tenaga kerja menganggur, dan biaya per unit yang tinggi. Proses input-
output control ini dengan mudah digambarkan seperti analogi
hidraulika.

Gambar 5 Bagan Input-output control

b. Loading
Penjadwalan total jam atau banyaknya pekerjaan yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran kasar kapan pesanan dapat
dikirim atau apa sajakah kapasitas telah terlewati. Pendekatan yang
sering dipakai dalam loading :
1. Gantt chart (bagan Gantt)
Diagram Gantt membantu menggambarkan penggunaan
sumber daya seperti pusat pekerjaan dan lembur. Dengan kata lain,
Gantt chart adalah tampilan visual yang sangat berguna dalam
melihat pembebanan mesin dan penjadwalan operasi produksi.
Bagan Gantt merupakan alat bantu yang berguna dalam
pembebanan pada produksi dengan volume rendah. Bagan ini
membantu menunjukkan beban dan waktu kosong dari beberapa
bagian atau mesin. Apabila suatu beban kerja memiliki kelebihan
beban, kita bisa memindahkan sementara sebagian dari personel
pusat kerja yang bebannya kurang penuh kepada pusat kerja yang

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 14


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

bebannya penuh tadi, atau memindahkan sebagian pekerjaan dari


pusat kerja yang bebannya penuh kepada pusat kerja lain yang
bebannya kurang penuh. Secara umum Gantt chart ini ditunjukkan
pada gambar berikut ini:

Gambar 6 Contoh penggunaan Gantt Chart

Keuntungan menggunakan Gantt chart:


a. Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat
bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan
proyek.
b. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan
kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan.
c. Bila digabungkan dengan metoda lain dapat dipakai pada saat
pelaporan.  
Kelemahan Gantt chart :
1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan
antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit
untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh
keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan
proyek.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 15


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

2. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan


bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat
bagan balok baru.

2. Metode penugasan (assignment method)

Metode Penugasan melibatkan penugasan suatu pekerjaan


atas suatu sumber daya.
Ada empat langkah yang bisa diikuti yaitu:
a. Angka pada tiap baris dikurangi dengan angka yang terkecil
pada baris yang bersangkutan, periksa pada angka yang
nilainya nol apakah sudah optimal atau belum. Dikatakan
optimal apabila angka nol ada titiap baris dan kolom yang
berbeda, jika belum optimal maka lakukan hal yang sama tetapi
pada tiap kolom.
b. Jika langkah 1 belum optimal maka lakukan langkah 2 dengan
cara buat garis vertical dan horizontal yang melewati angka
nol, cari angka paling kecil yang tidak tetutup oleh garis
tersebut.
c. Kurangkan angka terkecil pada angka yang tidak tertutup garis
yang nilainya belum nol dan tambahkan pada angka yang
tertutup baik oleh garis vertical maupun horizontal. Periksa
sudah optimal atau belum
d. Jika belum optimal maka langkah 3 perlu diulang terus sampai
hasilnya optimal.

Contoh:
Jika suatu fasilitas memiliki tiga mesin yaitu A,B,C dan tiga
pekerjaan yang harus diselesaikan masing-masing mesin yang
berbeda pada waktu yang bersamaan, apabila table biayanya
adalah sebagai berikut, berapa biaya total yang paling optimal ?

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 16


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Ket: biaya dalam satuan juta rupiah


Penyelesaian:

Hasil belum optimal maka:

Hasil belum optimal maka

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 17


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Sudah optimal karena sudah ada angka 0 yang berbeda pada


kolom dan baris yang beda

Maka Mesin C mengerjakan pekerjaan Xi biayanya 6


Mesin B mengerjakan pekerjaan Yi biayanya 10
Mesin A mengerjakan pekerjaan Zi biayanya 9
Sehingga total biaya uyang optimal adalah Rp 25.000.000,-
c. Sequencing
Pengurutan (Sequencing) merupakan penugasan tentang order-
order mana yang harus diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu
fasilitas harus memroses banyak job. Terdapat beberapa aturan dalam
pengurutan pekerjaan. Setiap urutan mempunyai pengaruh yang
berbeda, baik terhadap kecepatan selesainya pekerjaan maupun
terhadap faktor lain (seperti tingkat rata-rata persediaan, biaya set-up,
dan rata-rata keterlambatan pekerjaan). Urutan yang dipilih tentu harus
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa aturan prioritas yang umum sebagai berikut :
1. FCFS (First Come First Serve), pekerjaan yang datang lebih awal
pada suatu pusat kerja akan dikerjakan lebih dulu. Aturan ini
banyak digunakan pada bank, supermarket, dan kantor pos.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 18


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

2. SPT (Shortest Processing Time), pekerjaan yang paling cepat


selesainya mendapat prioritas pertama untuk dikerjakan lebih dulu.
Cara ini biasa diterapkan pada perusahaan perakitan atau jasa.
3. LPT (Longest Processing Time), Pekerjaan yang mempunyai
waktu proses terpanjang yang dipilih terlebih dahulu.
4. EDD (Earliest Due Date), pekerjaan yang harus selesai lebih awal
dikerjakan lebih dulu.
5. CR (Critical Ratio), dihitung melalui pembagian waktu yang
tersisa (banyaknya hari kerja antara sekarang dan due date) dengan
kerja (manufacturing time) yang tersisa (total setup, run, wait,
move, and queue times).

2. Lini Proses
Faktor penting dan patut diperhatikan dalam waktu peralihan :bagaimana
caranya mengurangi waktu peralihan agar mendekati nol. Kepentingan
pertama dari line proses adalah enemukan lot yang ekonomis dengan biaya
terkecil. Contoh produk yang dihasilkan melalui line process :
a. penyejuk ruangan
b. Kulkas
c. Microwave
d. Ban
e. mass produk.
I. Strategi penjadwalan
Terdapat dua strategi penjadwalan, yaitu :
a. Penjadwalan nonpreemptive (run to completion)
Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka pemroses tidak dapat
diambil alih oleh proses lain sampai proses itu selesai.
b. Penjadwalan preemptive
Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka pemroses dapat diambil
alih proses lain, sehingga proses disela sebelum selesai dan harus

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 19


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

dilanjutkan menunggu jatah waktu pemroses tiba kembali pada proses itu.
Berguna pada sistem dimana proses-proses yang mendapat
perhatian/tanggapan pemroses
secara cepat, misalnya :
1. Pada sistem realtime, kehilangan interupsi (tidak layani segera) dapat
berakibat fatal.
2. Pada sistem interaktif, agar dapat menjamin waktu tanggap yang
memadai. Penjadwalan secara preemptive baik tetapi harus dibayar
mahal. Peralihan proses memerlukan overhead (banyak tabel yang
dikelola). Supaya efektif, banyak proses harus berada di memori utama
sehingga proses-proses tersebut dapat segera running begitu
diperlukan. Menyimpan banyak proses tak running benar-benar di
memori utama merupakan suatu overhead tersendiri.

Gambar 7 Tipe-tipe penjadwalan dikaitkan dengan diagram state

J. Pembebanan Pekerjaan

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 20


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order


yang diterima/ diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan
dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas-fasilitas, operator-
operator, dan peralatan tertentu.
Pembebanan (Loading) berkaitan dengan penugasan pekerjaan kepada
pusat-pusat kerja tertentu sehingga biaya proses, waktu kosong, atau pemenuhan
waktu dapat dilakukan seminimal mungkin. Jika suatu tugas hanya di proses di
suatu pusat kerja tertentu, pembebanan bukan merupakan masalah. Akan tetapi,
jika terdapat beberapa pekerjaan yang akan diproses dan terdapat sejumlah pusat
kerja yang mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan itu, maka timbul masalah
pembebanan. Dalam hal ini kita memerlukan suatu cara untuk
membaginpekerjaan itu kepada pusat-pusat kerja. Ada beberapa pendekatan yang
sering dipakai, yaitu Gantt Chart (Bagan Gantt) dan metode penugasan
(Assignment Method).

K. Rasio Kritis
Critical ratios dihitung melalui pembagian waktu yang tersisa (banyaknya jam
atau hari kerja diantara sekarang dan dua date atau tanggal dibutuhkan) dengan
kerja yang tersisa (total set-up, run, wait, move and queen times), yaitu:
CR > 1,0 berarti job mempunyai beberapa Slack Time
CR < 1,0 berarti job must be expected

L. Aturan Johnson
1. Pengurutan Pekerjaan melalui dua pusat kerja
Apabila terdapat N pekerjaan yang harus dikerjakan pada 2 pusat kerja
dalam urutan yang sama, maka kasus ini disebut Masalah (N/2 problem).
Salah satu tujuan yang hendak dicapai manajemen produksi disini adalah
mengatur urutan pekerjaan yang dapat meminimalkan total waktu
penyelesaian seluruh pekerjaan. Metode yang banyak digunakan untuk

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 21


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

meminimalkan waktu proses atau waktu kosong dalam masalah N/2 adalah
metode Johnson (Johnson’s rule).

Prosedur metode Johnson sebagai berikut.


a. Susun daftar pekerjaan beserta waktu prosesnya untuk setiap pusat
kerja.
b. Pilih pekerjaan dengan waktu terpendek. Jika pekerjaan itu berada pada
pusat pertama, urutkan pekerjaan itu di awal. Namun, jika waktu
terpendek berada pada pusat kedua, urutkan pekerjaan di akhir.
c. Lakukan pengurutan lebih lanjut pada pekerjaan yang lain sampai
selesai.

Contoh penerapan.
Terdapat 6 pekerjaan yang akan diurutkan melalui operasi dua
tahap, yaitu melalui pusat I lebih dulu kemudian dilanjutkan di pusat II.
Data waktu proses dari masing-masing pekerjaan itu sebagai berikut.
Waktu Proses (jam)
Pekerjaan
Pusat I Pusat II
A 5 5
B 4 3
C 14 9
D 2 6
E 8 11
F 11 12

Dengan menggunakan metode Johnson, penyelesaian pengurutan


pekerjaannya sebagai berikut.

1. Pekerjaan dengan waktu terpendek adalah D selama 2 jam pada Pusat I,


maka D ditempatkan di urutan pertama.
2. Pekerjaan dengan urutan terpendek berikutnya adalah B selama 3 jam
pada Pusat II, maka B ditempatkan di urutan terakhir, diperoleh:

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 22


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

D B

3. Waktu terpendek berikutnya adalah A selama 5 jam, baik untuk Pusat I


maupun Pusat II. secara sembarang, pilih mengurutkannya ke belakang
sebelum B, diperoleh:

D A B

4.Waktu terpendek berikutnya adalah E selama 6 jam untuk Pusat I,


urutkan ke depan setelah D, diperoleh:

D E A B

5.Waktu C mempunyai waktu terpendek berikutnya, selama 9 jam untuk


Pusat II. Oleh karena itu, C ditempatkan di urutan sebelum A. Tinggal
satu pekerjaan yang tersisa, yaitu F, tempatnya ada di urutan ketiga
setelah E, sehingga diperoleh:

D E F C A B

Diagram urutan penugasan dan jadwal waktunya secara lengkap


ditunjukkan pada gambar berikut ini.

0 2 10 21 35 40 44
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 23
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Waktu

Pusat I D E F C A B
 
Pusat II   D E F   C A B
Waktu 0 2 8 10 21 33 35 44 49 52

Gambar 10 Diagram urutan penugasan


Keterangan:

Waktu kosong saat selesainya pekerjaan

Total waktu kosong untuk Pusat kerja II sebesar 6 jam. Waktu kosong itu
terjadi karena fasilitas di Pusat II sudah kosong, tetapi belum dapat
digunakan untuk memproses pekerjaan berikutnya karena pekerjaan yang
bersangkutan masih dikerjakan di Pusat I. Waktu kosong tersebut adalah
waktu kosong minimal yang mungkin. Metode Johnson akan memberikan
urutan pekerjaan dengan waktu kosong terkecil dari berbagai alternative
urutan pekerjaan lainnya.

2. Pengurutan Pekerjaan melalui tiga pusat kerja


Untuk situasi dimana beberapa pekerjaan menggunakan tiga pusat
kerja yang sama, masalah pengurutannya menjadi lebih kompleks. Dalam
hal ini, metode Johnson masih bisa diterapkan jika memenuhi paling tidak
salah satu kondisi berikut ini.

a. Waktu proses terpendek pada Pusat kerja I harus lebih lama dari proses
terpanjang di Pusat kerja II.
b. Waktu proses terpendek pada Pusat kerja III harus lebih lama dari proses
terpanjang di Pusat kerja II
Contoh 1
Terdapat tiga pekerjaan , A, B dan C, yang masing-masing akan dip roses
melalui tiga pusat kerja. Waktu proses ketiga pekerjaan itu di masing-
masing pusat kerja sebagai berikut.
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 24
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Tabel 1 Waktu proses pekerjaan


Waktu proses ( jam )
Pekerjaan
pusat I pusat II pusat III
A 7 4 4
B 6 5 8
C 5 6 9

Waktu proses terpendek dari Pusat kerja I adalah 5 jam, Sedangkan dari
Pusat kerja III adalah 3 jam. Waktu Proses terlama dari Pusat kerja II adalah
6 Jam. Masalah ini tidak dapat diselesaikan karena kondisi yang diisyaratkan
tidak terpenuhi.Baik proses terpendek di Pusat I (5) maupun Pusat III (4)
masih lebih kecil dari waktu proses terpanjang di Pusat II (6).
Contoh 2
Terdapat tiga pekerjaan D, E, dan F, yang akan diproses melalui tiga pusat
kerja yang sama sebagaimana data dalam tabel berikut. Ketiga pekerjaan
tersebut dapat diurutkan menggunakan pendekatan metode Johnson karena
waktu proses ketiga pekerjaan itu memenuhi kondisi yang di persyaratkan,
yaitu waktu proses terpendek di pusat I(7) lebih lama daripada waktu proses
terpanjang di Pusat II(6).

Tabel 2 Waktu proses pekerjaan

Pekerjaan Waktu proses ( jam )


pusat I pusat II pusat III
D 8 4 5
E 12 6 10
F 7 5 9

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 25


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Langkah pertama, membentuk suatu data baru yang merupakan penjumlahan


dari waktu proses di Pusat I dan II dan III, sebagaimana berikut.

Pekerjaan tI + tII tII + tIII


D 8 + 4 = 12 4+5=9
E 121 + 6 = 18 6 + 10 = 16
F 7 + 5 = 12 5 + 9 = 14

Selanjutnya, dengan metode Jonhson dilakukan pengurutan, yang


menghasilkan urutan proses pekerjaan : F-E-D. Diagram urutan penugasan
dan jadwal waktunya secara lengkap sebagai berikut.

Pusat 1 7 12 8

Pusat 2 5 4

Pusat 3 9 5

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Gambar 8 Urutan pekerjaan dengan metode Jonhson

M. Aturan Slack

Slack di definisikan sebagai selisih antara batas waktu penyelesaian


pekerjaan dengan waktu proses pekerjaan tersebut. Besaran Slack
menggambarkan kelonggaran yang dimiliki oleh pekerjaan yang
bersangkutan. Aturan Slack menyatakan bahwa pekerjaan dengan
kelonggaran yang sedikit harus dijadwalkan terlebih dahulu. Penerapan aturan
Slack ini dapat dilihat pada contoh kasus berikut ini.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 26


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Contoh Kasus:

Dengan menggunakan data pada Tabel berikut, atur urutan pekerjaan


dengan menggunakan aturan Slack.

Tabel 3. Urutan pekerjaan, Waktu proses, dan Batas waktu

Pekerjaan A B C D E F G H
1
Waktu Proses (Jam) 5 8 6 3 10 7 3
4
1 1 4
Batas Waktu (Due date) 10 25 20 45 50
5 5 0

Hasil perhitungan kelonggaran dan kelambatan yang dihasilkan oleh aturan


Slack ini dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4 Perhitungan Slack

Pekerjaan A B C D E F G H
1
Waktu Proses 5 8 6 3 10 7 3
4
1 1 4
Batas Waktu (Due date) 10 25 20 45 50
5 5 0
1 2
Kelonggaran (Slack) 2 9 22 10 38 47
0 6

Dengan menggunakan aturan slack ini dihasilkan penjadwalan B-C-A-E-D-


F-G-H.

Tabel 5 Perhitungan Kelambatan Hasil Penjadwalan dengan Metode Slack

Pekerjaan B C A E D F G H
Waktu Proses 8 6 5 10 3 14 7 3
Saat Selesai 8 14 1 29 32 46 53 56

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 27


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

(Completion Time Ci)


9
dalam jam
1 1
Batas Waktu (Due date) 15 20 25 40 45 50
0 5
Kelambatan (Lateness) -2 -1 -1 9 7 6 8 6

Dengan demikian jika menggunakan pendekatan Slack maka akan dihasilkan


kelambatan total 32 jam serta keterlambatan sebesar 36 jam.

N. Penjadwalan n job pada m processor


1. Penjadwalan Seri
Digunakan jika n-buah pekerjaan harus melalui m-buah prosessor secara
berurutan.

Processor 1 Processor 2 Processor 3

Gambar 9 Penjadwalan seri

Penjadwalan dengan aturan Johnson untuk meminimalkan makespan pada 2


prosesor seri.
Langkah pengerjaan :
a. Untuk semua pekerjaan temukan nilai minimum
b. Jika waktu proses minimum pada proses 1, tempatkan pekerjaan tersebut
pada jadwal mulai awal proses. Jika waktu proses minimum pada proses 2,
tempatkan pekerjaan tersebut jadwal mulai dari akhir pekerjaan, karena
pekerjaan 2 dikerjakan sesudah pekerjaan 1 selesai. Jika nilai yang sama
ada pada sejumlah pekerjaan pada prosesor yang sama, urutkan
berdasarkan waktu penyelesaiannya.
c. Hilangkan pekerjaan yang sudah terjadwal, dan kerjakan sisanya.
d. Penjadwalan dengan minimal total waktu penyelesaian (Makespan) pada
“m” prosesor seri.Z

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 28


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Mulai K=1

Iterasi ke-K hitung ti, 1 dan ti,2

Tentukan nilai minimum hitung ti, 1 dan ti, 2

Apakah nilai minimum pada prosesor I ?

Jadwalkan pekerjaan mulai awal proses urutkan dimulai dari


waktu penyelesaian terpanjang

Hilangkan pekerjaan yang sudah terjadwal dari daftar

Lakukan iterasi berikut

K= m + 1

selesai

Gambar 10 Flow chart penjadwalan dengan minimal total waktu


peneyelesaian pada “m” prosesor seri.

2. Penjadwalan Paralel
Pada penjadwalan prosesor jamak paralel, setiap pekerjaan hanya perlu
memasuki salah satu prosesor. Situasi ini dapat di gambarkan seperti di
bawah

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 29


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Prosesor 1
n pekerjaan
Prosesor 2

Prosesor 3

Prosesor ,,

Prosesor m

Gambar 11 Penjadwalan Paralel

Dengan adanya prosesor jamak, pekerjaan penjadwalan menjadi agak sukar


bila dibandingkan dengan penjadwalan pada prosesor tunggal. Jika penjadwalan
satu prosesor memiliki masalah pada bagaimana urutan pekerjaan yang akan
memberikan hasil optimal, maka pada prosesor paralel masalah yang terjadi ialah
urutan pekerjaan yang paling optimal dan prosesor manakah yang akan
mengerjakan pekerjaan tersebut.
Minimasi Waktu Alir Rata-Rata Masalah minimasi Mean Flow Time pada
m prosesor parallel dapat dipecahkan dengan menggunakan algoritma:
Step 1: Urutkan seluruh pekerjaan dengan urutan SPT
Step 2: Dengan mengambil urutan pekerjaan dari awal sampai dengan
selesai satu per satu, tugaskan pada prosesor yang memiliki waktu
penugasan terkecil.
Untuk menggambarkan algoritma di atas, perhatikan contoh kasus berikut.

Contoh Kasus:
Diketahui ada tiga prosesor paralel yang akan mengerjakan sepuluh pekerjaan,
dan waktu prosesnya terlihat pada Tabel berikut. Bebankan pekerjaan-pekerjaan
itu di ketiga prosesor.
Tabel 6 Contoh pekerjaan dan waktu prosesnya
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 30
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Pekerjaan i A B C D E F G H I J
Waktu Proses t 5 6 3 8 7 2 3 5 4 2

Dengan menggunakan aturan SPT maka dihasilkan urutan pekarjaan F-J-C-


G-I-A-H-B-E-D. Dengan menggunakan step 2 algoritma di atas akan dihasilkan
penugasan tiga prosesor seperti pada Gambar dibawah ini. Dihasilkan makespan
18 periode dan waktu alir rata-rata 8,1 jam.

Mesin 3 3 5 7

Mesin 2 2 4 6

Mesin 1 2 3 5

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 12 Urutan pekerjaan dengan aturan SPT

O. Kriteria Penjadwalan
Adapun Kriteria Penjadwalan adalah sebagai berikut :
1. Rata-rata waktu alir (Mean Flow Time)
2. Makespan, yaitu total waktu proses yang di butuhkan untuk menyelesaikan
suatu kumpulan job.
3. Rata-rata kelambatan (Mean Tardiness)
4. Jumlah job yang terlambat
5. Jumlah mesin yang menganggur
6. Jumlah persediaan

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 31


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Kriteria untuk mengevaluasi penjadwalan yang dilakukan telah banyak


dikembangkan. Kriteria evaluasi penjadwalan adalah sebagai berikut:

a. Completion time, Ci atau saat selesai, yaitu saat penyelesaian operasi


paling akhir suatu order i.
b. Flow time, Fi =Ci – ri atau waktu tinggal, yaitu waktu yang diperlukan
oleh suatu order i berada dishop (disebut juga shop time atau
manufacturing interval).
m
∑ tij
c. Waiting time, Wi = Ci – ri - 0=1 atau waktu tunggu, yaitu waktu
menunggu antara waktu suatu proses selesai diproses sampai dimulai
operasi berikutnya dari pengerjaan setiap operasi pada order i.
d. Lateness, Li = Ci – di yaitu waktu antara saat selesai dan due date (di)
suatu order i.
e. Tardiness, Ti = max {0,Li} yaitu waktu keterlambatan saat selesai suatu
order i.

Suatu kriteria lain untuk mengevaluasi penjadwalan yang sesuai dengan


sistem penjadwalan mundur (backward scheduling) (Fogarty, 1991), yaitu
a
actual flow time Fi = dd – R atau waktu tingga aktual. Waktu tinggal
i i

aktual adalah waktu yang diperlukan suatu order di shop mulai dari suatu
release hingga due date order.

Teknik penjadwalan yang benar tergantung pada volume pesanan, ciri


operasi dan seluruh kompleksitas pekerjaan. Oleh karenanya ada empet
kriteria yaitu:
1. Meminimalkan waktu penyelesaian dengan cara menetapkan rata-rata
waktu penyelesaian.
2. Memaksimalkan utilitas dengan menetapkan persentase watu fasilitas
digunakan.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 32


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

3. Meminimalkan persediaan barang dalam proses dengan menetapkan rata-


rata jumlah pekerjaan dalam system.
4. Meminimalkan waktu tunggu konsumen dengan menetapkan rat-rata
keterlambatan.
Empat kriteria ini digunakan dalam industri untuk mengevaluasi kinerja
penjadwalan. Sehingga pendekatan penjadwalan harus jelas mudah dimengerti
dan dilaksanakan fleksibel dan realistic.
Selain itu, kriteria untuk mengukur dan optimasi kinerja penjadwalan
adalah sebagai berikut:
a. Adil (fairness)
Adalah proses-proses yang diperlakukan sama, yaitu mendapat jatah
waktu pemroses yang sama dan tak ada proses yang tak kebagian layanan
pemroses sehingga mengalami kekurangan waktu.
b. Efisiensi (eficiency)
Efisiensi atau utilisasi pemroses dihitung dengan perbandingan (rasio)
waktu sibuk pemroses.
c. Waktu tanggap (response time).
Waktu tanggap berbeda untuk :
1. Sistem interaktif
Didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan dari saat karakter
terakhir dari perintah dimasukkan atau transaksi sampai hasil pertama
muncul di layar.Waktu tanggap ini disebut terminal response time.
2. Sistem waktu nyata
Didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal)
sampai instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi,
disebut event response time.

3. Turn around time


Adalah waktu yang dihabiskan dari saat program atau job mulai masuk
ke system sampai proses diselesaikan sistem. Waktu yang dimaksud

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 33


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

adalah waktu yang dihabiskan di dalam sistem, diekspresikan sebagai


penjumlah
waktu eksekusi (waktu pelayanan job) dan waktu menunggu, yaitu:
Turn arround time = waktu eksekusi + waktu menunggu.
4. Throughput
Adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan dalam satu unit waktu.
Cara untuk mengekspresikan throughput adalah dengan jumlah job
pemakai yang dapat dieksekusi dalam satu unit/interval waktu.
Kriteria-kriteria tersebut saling bergantung dan dapat pula saling
bertentangan dimungkinkan optimasi semua kriteria secara simultan. Contoh:
untuk memberi waktu tanggap kecil memerlukan penjadwalan yang sering
beralih ke antara proses-proses itu.
Cara ini meningkatkan overhead sistem dan mengurangi throughput. Oleh
karena itu dalam menentukan kebijaksanaan perancangan penjadwalan
sebaiknya melibatkan kompromi diantara kebutuhan-kebutuhan yang saling
bertentangan. Kompromi ini bergantung sifat dan penggunaan sistem
komputer.
Sasaran penjadwalan berdasarkan kriteria-kriteria optimasi tersebut :
a. Menjamin tiap proses mendapat pelayanan dari pemroses yang adil.
b. Menjaga agar pemroses tetap dalam keadaan sibuk sehingga efisiensi
mencapai maksimum. Pengertian sibuk adalah pemroses tidak
menganggur, termasuk waktu yang dihabiskan untuk mengeksekusi
program pemakai dan sistem operasi.
c. Meminimalkan waktu tanggap.
d. Meminimalkan turn arround time.
e. Memaksimalkan jumlah job yang diproses persatu interval waktu.
f. Lebih besar angka throughput, lebih banyak kerja yang dilakukan system.

BAB III
PENGOLAHAN DATA

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 34


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

A. Pengumpulan Data
1. Bhallz Clothing Co. adalah industry pakaian yang menjalankan operasi
perusahaannya dengan strategi efektif dan efisien. Industri ini memiliki
enam mesin dengan enam jenis pekerjaan yang harus diselesaikan (lihat
tabel).

Nilai dalam table mewakili perkiraan perusahaan akan waktu penyelesaian


pekerjaan yang diselesaikan di setiap mesin (dalamjam)

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 45 30 35 48 54 76
A12 35 66 50 36 38 68
A13 49 33 48 78 42 49
A14 79 51 66 48 35 38
A15 63 29 49 50 65 42
A16 61 80 62 42 64 35

Jika Anda adalah konsultan Yang Disewa perusahaan ini untuk menentukan
penjadwalan pekerjaan kemesin dengan waktu seminimal mungkin,
berikanlah solusi alternative terbaik untuk kasus ini!

2. Bhallz Clothing Co.menjadwalkanpekerjaannya yang akan diproses pada


empat processor secara parallel.

JOB A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21
Processing 8 7 9 8 9 8 6 4 8 17
Time
Due Date 26 19 20 25 20 25 29 24 26 20

Sebagai Manager perusahaan ini Anda dituntut untuk member jawaban


untuk diagram gantt penjadwalan dan perhitungan makespan dengan
menggunakan metode SPT, LPT, dan EDD.

3. Bhallz Clothing Co. memiliki beberapa pekerjaan pesanan yang akan


diselesaikan sebelum triwulan pertama 2010, yaitu pekerjaan :
A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 35


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Sekarang adalah hari ketiga setelah pekerjaan dimulai. Masing-masing


pekerjaan secara berurutan membutuhkan waktu proses 16hari, 18hari,
19hari, 18hari, 7hari, 11 hari dan 19 hari. Batas waktu pengerjaan dari
keenam job tersebut adalah, 22 hari, 29 hari 20hari, 24hari, 25 hari, 26 hari,
dan 23 hari. Manager perusahaan ini diminta untuk mengurutkan job-job
terebut berdasarkan aturan pengurutan FCFS, SPT, LPT,EDD, dan Critical
Ratio. Berikut perhitungan waktu penyelesaian rata-rata, utilisasi mesin,
jumlah rata-rata pekerjaan dalam system dan rata-rata keterlambatan!

4. Bhallz Clothing Co. menggunakan data dibawah ini sebagai input aturan
Johnson untuk menggambarkan urutan penjadwalan seri yang optimal.
Waktu proses pada setiap pekerjaan adalah dalam satuan jam. Berikan
penyelesaian penjadwalan dengan aturan Johnson tersebut!
JOB
Processor A12 A13 A14 A15 A16 A17 AI8
P1 9 7 7 6 8 8 9
P2 6 8 9 9 9 9 9
P3 8 9 8 11 8 17 6

B. Pengolahan Data
1. Penjadawalan pekerjaan
a. Mengurangkan semua nilai dengan nilai terkecil pada tiap-tiap baris

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 36


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 45 30 35 48 54 76
A12 35 66 50 36 38 68
A13 49 33 48 78 42 49
A14 79 51 66 48 35 38
A15 63 29 49 50 65 42
A16 61 80 62 42 64 35

b. Kolom RA3 dan RA 4 belum optimal sehingga semua nilai pada kolom
tersebut dikurangkan dengan nilai pada kolom tersebut

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 15 0 5 18 24 46
A12 0 31 15 1 3 33
A13 16 0 15 45 9 16
A14 44 16 31 13 0 3
A15 34 0 20 21 36 13
A16 26 45 27 7 29 0

c. Mengurangkan semua nilai diluar garis dengan nilai terkecil pada


kolom RA4

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 15 0 0 17 24 46
A12 0 31 10 0 3 33
A13 16 0 10 44 9 16
A14 44 16 26 12 0 3

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 37


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

A15 34 0 15 20 36 13
A16 26 45 22 6 29 0

d. Mengurangkan semua nilai di luar garis dengan nilai terkecil pada


kolom RA6 untuk mendapatkan kondisi optimal.

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 9 0 0 11 24 46
A12 0 37 16 0 9 33
A13 10 0 10 38 9 16
A14 38 16 26 6 0 3
A15 28 0 15 14 36 13
A16 20 45 22 0 29 0

e. Untuk mendapatkan kondisi optimal, semua nilai di luar garis


dukrangkan dengan nilai terkecil di luar garis

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 6 0 0 8 24 43
A12 0 33 13 0 6 33
A13 7 0 10 35 9 13
A14 35 16 26 3 0 0
A15 25 0 15 11 36 10
A16 20 45 22 0 29 0
f. Kondisin optimal akan dicapai apabila semua nilai di luar garis
dikurangkan dengan angka terkecil din luar garis

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 0 0 0 2 18 37
A12 0 39 19 0 6 33
A13 1 0 10 29 3 7

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 38


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

A14 35 22 32 3 0 0
A15 19 0 15 5 30 4
A16 20 51 28 0 29 0

g. Kondisi sudah optimal

JOB MACHINE
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6
A11 0 1 0 2 18 37
A12 0 40 20 0 6 33
A13 0 0 10 28 2 6
A14 35 23 32 3 0 0
A15 18 0 15 4 29 3
A16 20 52 29 0 29 0

h. Karena jumlah garis yang meliput semua sel dengan nilai nol
sudah sama dengan jumlah baris (kolom), pemecahan sudah
optimal. Selanjutnya dilakukan penugasan dengan membagi tiap
jenis pekerjaan pada sel-sel yang bernilai nol, satu mesin untuk
setiap jenis pekerjaan. Sehingga diperoleh kesimpulan penugasan
sebagai berikut :

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 39


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Jenis Mesin Waktu


Pekerjaan
A 11 RA 3 35
A 12 RA 1 35
A 13 RA 5 42
A 14 RA 6 38
A 15 RA 2 29
A 16 RA 4 42
Total 221

2. Perhitungan makespan dengan metode SPT, LPT dan EDD


a. Metode SPT (Short Processing Time)

JOB Processing time

A 19 4
A 18 6
A 13 7
A 12 8
A 15 8
A 17 8
A 20 8
A 14 9
A 16 9
A 21 17
Sehingga pembagian pekerjaan pada masing-masing prosessor adalah
sebagai berikut :

Processor 4 8 9

Processor 3 7 8

Processor 2 6 8 17

Iqbal
Processor Ismail
1 4 (D 221 807 031 ) 9 Schedulling 40
0 5 10 15 20 25 30 35
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (Makespan) adalah


waktu terpanjang suatu processor dan pada metode di atas, makespan berada
pada processor 2, sehingga waktu yang digunakan yaitu untuk Processor 2
yaitu : A18 + A17 + A21  6 + 8 + 17 = 31

b. Metode LPT ( Long Processing Time)


JOB Processing
Time

A 21 17
A 14 9
A 16 9
A 12 8
A 15 8
A 17 8
A 20 8
A 13 7
A 18 6
A 19 4

Sehingga pembagian pekerjaan pada masing-masing prosessor adalah


sebagai berikut :

Processor 4 8 7

Processor 3 9 8

Processor 2 9 8 4

Processor 1 17 8 6

0 5 10 15 20 25 30 35

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 41


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (Makespan) adalah


waktu terpanjang suatu processor dan makespan pada processor di atas
terdapat pada processor 1, sehingga waktu yang digunakan yaitu untuk
Processor 1 yaitu : A21 + A15 + A18  17 + 8 + 6 = 31

c. Metode EDD ( Earliest Due date )


Job Due date PROSES
A 13 19 7
A 14 20 9
A 16 20 9
A 21 20 17
A 19 24 4
A 15 25 8
A 17 25 8
A 12 26 8
A 20 26 8
A 18 29 6

Processor 4 20 26

Processor 3 20 25

Processor 2 20 25 29

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 42


Processor 1 19 24 26

0 10 20 30 40 50 60 70 80
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (Makespan) adalah


waktu terpanjang suatu processor . Sehingga waktu yang digunakan yaitu
untuk Processor 1 yaitu : 7 + 4 + 8 = 19.

- U/ Processor 1
Pekerjaa Waktu Complectio Jadwal Kelambatan
n Proses n Time selesai
A 13 7 7 19 -12
A 19 4 11 24 -13
A 20 8 19 26 -7

Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 1

- U/ Processor 2

Pekerjaa Waktu Complectio Jadwal Kelambatan


n Proses n Time selesai
A 14 9 9 20 -11
A 15 8 17 25 -8
A 18 6 23 29 -6

Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 2
- Untuk Processor 3

Pekerjaa Waktu Complection Jadwal Kelambatan


n Proses Time selesai
A 16 9 9 20 -11
A 17 8 17 25 -8

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 43


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 3

- U/ Processor 4

Pekerjaa Waktu Complection Jadwal Kelambatan


n Proses Time selesai
A 21 17 17 20 -3
A 12 8 25 26 -1

Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan < 0. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terjadi keterlambatan pada processor 4

3. Sequencing Dengan Metode FCFS, SPT, LPT, EDD & Critical Racio

Job Due date PROSES


A12 22 16
A13 29 18
A14 20 19
A15 24 18
A16 25 7
A17 26 11
A18 23 19

a. Metode FCFS

Urutan Pekerjaan Waktu Waktu Batas Keterlambatan


Proses Selesai Waktu

A12 16 16 22 0
A13 18 34 29 5
A14 19 53 20 33
A15 18 71 24 47
Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 44
Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

A16 7 78 25 53
A17 11 89 26 63
A18 19 108 23 85
Jumlah 108 449   286

Average Completion Time=


∑ of Total Flow Time = 449 =65 hari
Number of Jobs 7

Total Job Work ( Processing ) Time 108


Utilization= = x 100 %=17 %
∑ of Total Flow Time 449

Average Number of Jobs ∈the System=


∑ of Total Flow Time
Total Job Work ( Processing ) Time
449
¿ =5,684 ≈ 6 jobs
108

Total Late Days 286


Average Job Lateness= = =13 hari
Number of Jobs 7

b. Metode SPT

Urutan Pekerjaan Waktu Waktu Batas Keterlambatan


Proses Selesai Waktu

A16 7 7 25 0
A17 11 18 26 0
A12 16 34 22 12
A13 18 52 29 23
A15 18 70 24 46
A14 19 89 20 69
A18 19 108 23 85

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 45


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Jumlah 108 378   235

Average Completion Time=


∑ of Total Flow Time = 378 =54 hari
Number of Jobs 7

Total Job Work ( Processing ) Time 108


Utilization= = x 100 %=28 %
∑ of Total Flow Time 378

Average Number of Jobs ∈the System=


∑ of Total Flow Time
Total Job Work ( Processing ) Time
378
¿ =3,5 ≈ 4 jobs
108

Total Late Days 235


Average Job Lateness= = =34 hari
Number of Jobs 7

c. Metode LPT

Urutan Pekerjaan Waktu Waktu Batas Keterlambatan


Proses Selesai Waktu

A14 19 19 20 0
A18 19 38 23 15
A13 18 56 29 27
A15 18 74 24 50
A12 16 90 22 68
A17 11 101 26 75
A16 7 108 25 83
Jumlah 108 486   318

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 46


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Average Completion Time=


∑ of Total Flow Time = 486 =70 hari
Number of Jobs 7

Total Job Work ( Processing ) Time 108


Utilization= = x 100 %=22 %
∑ of Total Flow Time 486

Average Number of Jobs ∈the System=


∑ of Total Flow Time
Total Job Work ( Pro cessing ) Time
486
¿ =4,5 ≈5 jobs
108

Total Late Days 318


Average Job Lateness= = =46 hari
Number of Jobs 7

d. Metode EDD

Urutan Pekerjaan Waktu Waktu Batas Keterlambatan


Proses Selesai Waktu

A14 19 19 20 0
A12 16 35 22 13
A18 19 54 23 31
A15 18 72 24 48
A16 7 79 25 54
A17 11 90 26 64
A13 18 108 29 79
Jumlah 108 457   289

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 47


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Average Completion Time=


∑ of Total Flow Time = 457 =66 hari
Number of Jobs 7

Total Job Work ( Processing ) Time 108


Utilization= = x 100 %=23 %
∑ of Total Flow Time 457

Average Number of Jobs ∈the System=


∑ of Total Flow Time
Total Job Work ( Processing ) Time
457
¿ =4,231≈ 5 jobs
108

Total Late Days 289


Average Job Lateness= = =42hari
Number of Jobs 7

e. Metode Critical ratio (CR)

CR = (Due Date-Present Date)/ Processing Time


22−3
Untuk Pekerjaan A 12= =1,18
16
29−3
Untuk Pekerjaan A 13= =1,44
18
20−3
Untuk Pekerjaan A 14= =0,89
19
24−3
Untuk Pekerjaan A 15= =1,16
18

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 48


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

25−3
Untuk Pekerjaan A 16= =3,14
7
26−3
Untuk Pekerjaan A 17= =2,09
11
23−3
Untuk Pekerjaan A 18= =1,05
19

Urutan RasioKriti Waktu Waktu Batas Waktu Keterlambatan


Pekerjaa s (CR) Proses Selesai
n
A 14 0.89 19 19 20 0
A 18 1.05 19 38 23 15
A 15 1.16 18 56 24 32
A 12 1.18 16 72 22 50
A 13 1.44 18 90 29 61
A 17 2.09 11 101 26 75
A 16 3.14 7 108 25 83
Jumlah 10.95 108 484 169 316

Average Completion Time=


∑ of Total Flow Time = 484 =70 hari
Number of Jobs 7

Total Job Work ( Processing ) Time 108


Utilization= = x 100 %=23 %
∑ of Total Flow Time 484

Average Number of Jobs ∈the System=


∑ of Total Flow Time
Total Job Work ( Processing ) Time
484
¿ =5 jobs
108

Total Late Days 316


Average Job Lateness= = =42 hari
Number of Jobs 7

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 49


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

4. Penjadwalan Dengan Aturan Jhonson

JOB
Processor A12 A13 A14 A15 A16 A17 AI8
P1 9 7 7 6 8 8 9
P2 6 8 9 9 9 9 9
P3 8 9 8 11 8 17 6

Karena ada 3 prosessor, maka K dimulai dari K=1 sampai K= 3-1 =2

Pekerjaan K=1 K=2


t1,1 = ti,2 t1,2 = ti,2 t1,1 = ti1 + ti,2 t1,2 = ti,2 + ti,3
A 12 9 8 15 14
A 13 7 9 15 17
A 14 7 8 16 17
A 15 6 11 15 20
A 16 8 8 17 17
A 17 8 17 17 26
A 18 9 6 18 15

Setelah melakukan pengurutan K=1, diperoleh urutan sebagai berikut :

A15-A13-A14-A16-A17-A12-A18

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 50


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

JOB K=1
t1,1 = ti,2 t1,2 = ti,2
A 15 6 11
A 13 7 9
A 14 7 8
A 16 8 8
A 17 8 17
A 12 9 15
AA 18 9 6

P3 11 9 8 8 17 8 6

P2 9 8 9 9 9 6 9

P1 6 7 7 8 8 9 9

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Setelah melakukan pengurutan K=2, maka diperoleh urutan sebagai berikut :

A13 – A15 – A14 – A16 – A17 – A18 – A12

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 51


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

JOB K=2
t1,1 = ti 1+ ti,2 t1,2 = ti,2+ ti,3
A 13 15 17
A 15 15 20
A 14 16 17
A 16 17 17
A 17 17 26
A 18 18 15
A 12 15 14

P3 9 11 8 8 17 6 8

P2 8 9 9 9 9 9 6

P1 7 6 7 8 8 9 9

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

BAB IV

PEMBAHASAN

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 52


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat ditemukan adanya perbedaan-
perbedaan yang cukup signifikan dalam penggunaan metode-metode dalam
penjadwalan untuk menentukan penjadwalan serta pembebanan pekerjaan yang
efektif dan efisien.

Pada pengolahan data awal (pembebanan pekerjaan), dapat dilihat adanya metode
pembebanan pekerjaan yang efektif dimana waktu kerja minimum tiap-tiap
pekerjaan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan digunakan sehingga
diperoleh pembebanan pekrjaan yang efektif. Dari hasil pengolahan data di atas,
disimpulkan bahwa cara paling efektif untuk pembebanan pekerjaan adalah
sebagai berikut :

a. Pekerjaan A11 dilakukan oleh mesin RA3 dengan waktu proses = 35


b. Pekerjaan A12 dilakukan oleh mesin RA4 dengan waktu proses = 36
c. Pekerjaan A13 dilakukan oleh mesin RA1 dengan waktu proses = 49
d. Pekerjaan A14 dilakukan oleh mesin RA5 dengan waktu proses = 35
e. Pekerjaan A15 dilakukan oleh mesin RA2 dengan waktu proses = 29
f. Pekerjaan A16 dilakukan oleh mesin RA6 dengan waktu proses = 35
Jadi,total waktu proses pengerjaan adalah = 219

Untuk pengolahan data selanjutnya, perhitungan waktu untuk menyelesaikan


pekerjaan (makespan) dengan menggunakan diagram gantt disimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode SPT (short processing time), makespan terjadi pada
processor 2 yaitu pada pekerjaan A18, A17 dan A21 dengan total waktu
penyelesaian selama 31. Sementara itu, dengan menggunakan metode LPT,
makespan berada pada processor 1 dimana total waktu penyelesaian adalah31 dan
terjadi pada pekerjaan A21, A15 & A18. Sedangkan makespan dengan
menggunakan EDD (Earliest Due Date) jatuh pada processor 2 dengan total waktu
penyelesaian 19. Pada metode ini, juga dapat dilihat bahwa tidak terjadi
keterlamabatan dalam penyelesaian pekerjaan pada setiap processor.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 53


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Dengan metode yang sama, juga dapat diketahui waktu penyelesaian mesin rata-
rata, utilisasi mesin, jumlah rata-rata pekerjaan dalam system dan rata-rata
keterlambatan. Berikut adalah perbandingan beberapa metode dalam pengolahan
data sebelumnya :
Metode Waktu Utilisasi Jumlah rata- Rata-rata
penyelesaian mesin (%) rata keterlambatan
rata-rata pekerjaan (hari)
(hari) dalam system
(job)
FCFS 65 17 6 13
SPT 54 28 4 34
LPT 70 22 5 46
EDD 66 23 5 42
Rasio Kritis 70 23 5 42

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode FCFS
(First come first servive), dapat dicapai keterlambatan paling sedikit yaitu 13 hari.
Ini menandakan bahwa metode FCFS dalam kasus ini merupakan metode yang
efektif.

Selain dengan menggunakan metode-metode yang telah dijelaskan sebelumnya,


ada satu metode yang juga efektif dalam penjadwalan yaitu aturan Jhonson seperti
yang terlihat pada pengohalan data di atas dimana diperoleh 2 urutan proses
penyelesian yaitu A15-A13-A14-A16-A17-A12-A18 juga dengan urutan proses
penyelsaian A13-A15-A14-A16-A17-A18-A12.

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 54


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penjadwalan (Schedulling) didefinisikan sebagai proses pengalokasian
serangkaian sumber daya dalam perusahaan untuk melakukan sekumpulan
tugas dalam jangka waktu tertentu.
2. Elemen-elemen system penjadwalan berupa input, output, batasan-batasan
dan variable keputusan.
3. Terdapat berbagai metode dalam melakukan penjadwalan yaitu :
a. Short Processing Time
b. Long Processing Time (LPT)
c. Earliest Due Date (EDD)
d. First Come First Serve (FCFS)
e. Aturan Jhonson
f. Diagram Gantt
4. Output Schedulling berupa Pembebanan (Scheduling), Pengurutan
(Sequencing), Prioritas Job (Dispaching), Pengendalian Kinerja
Penjadwalan, Up-Dating Jadwal

B. Saran
1. Pengadaan kerja sama laboratorium PTI dengan perusahaan-perusahaan
dalam kaitannya dengan studi system produksi khususnya dengan system
penjadwalan (scheduling)
2. Pembuatan regulasi serta SOP dalam pelaksanaan praktikum Perancangan
Teknik Industri III sehingga proses praktiku m dapat berjalan secara
kompetitif dengan praktikum-praktikum yang selama ini telah
dilaksanakan oleh universitas-universitas terkemuka di Indonesia

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 55


Laboratorium Perancangan Teknik Industri III
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

LAMPIRAN

Iqbal Ismail (D 221 07 031 ) Schedulling 56

Anda mungkin juga menyukai