LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Penjadwalan
Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan
dimana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus
dilakukan pada sumber daya yang terbatas, serta pengalokasian sumber daya pada
suatu waktu tertentu dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang ada.
Penjadwalan dapat diartikan sebagai pengalokasian sejumlah sumber daya
(resource) untuk melakukan sejumlah tugas atau operasi dalam jangka waktu
tertentu dan merupakan proses pengambilan keputusan yang peranannya sangat
penting dalam industri manufaktur dan jasa yaitu mengalokasikan sumber-sumber
daya yang ada agar tujuan dan sasaran perusahaan lebih optimal (Baker & Trietsch,
2009).
Menurut Pinedo (2012), penjadwalan dapat didefinisikan sebagai proses
pengalokasian sumber daya untuk mengerjakan sekumpulan tugas dalam jangka
waktu tertentu dengan 2 arti penting sebagai berikut.
5
6
pekerjaan J1 pada mesin M adalah P setiap job harus diproses tanpa dihentikan
selama waktu proses p mesin hanya dapat menangani satu job pada saat yang sama,
dan secara terus menerus tersedia sejak waktu nol (time zero).
Pemecahan permasalahan yang diinginkan adalah mendapatkan jadwal
yang optimal, yaitu menyelesaikan semua pekerjaan dengan mendapatkan jadwal
yang optimal yaitu menyelesaikan semua pekerjaan dengan adanya keterbatasan
kapasitas dan ketersediaan mesin dengan memenuhi fungsi tujuannya. Secara
umum persoalan penjadwalan dapat dinyatakan sebagai berikut (Richard W et al.
1976) :
b. Penjadwalan Paralel
Penjadwalan paralel dibagi menjadi:
1. Penjadwalan N job pada mesin paralel identik (identical machines parallel)
prinsip dalam penjadwalan paralel identik adalah pengalokasian beban ke
mesin yang lebih dahulu idle/kosong.
2. Penjadwalan N job pada mesin paralel non identik, dimana setiap mesin
mempunyai fungsi yang sama namun waktu proses berbeda. Flow time tidak
bisa dievaluasi langsung dari waktu proses. Tidak selalu alternatif waktu
terpendek dari setiap job akan menjadi keputusan alokasi pada mesin.
3. Penjadwalan N job pada mesin paralel unrelated perluasan dari paralel non
identik. Terdapat m mesin paralel, dimana mesin i untuk memproses job j
maka kecepatan mesin adalah vij.
4. Penjadwalan Flow Shop dan Flexible Flow shop, terdapat m mesin serial
dimana masing-masing job harus diproses di setiap mesin. Semua job harus
mengikuti rute yang sama. Setelah proses selesai di satu mesin maka akan
dilanjutkan proses pada mesin selanjutnya.
5. Penjadwalan Job Shop dan Flexible Job Shop terdapat m mesin dimana setiap
job memiliki rute produksi yang harus diikuti. Job dapat diproses lebih dari
satu kali pada mesin yang sama. Kondisi ini yang sering disebut dengan
recirculation. Flexible job shop adalah perluasan dari job shop dan mesin
paralel. Pada kasus ini terdapat m mesin seri dengan c stasiun kerja dengan
sejumlah mesin identik untuk setiap stasiun kerja.
6. Penjadwalan Open Shop Penjadwalan ini diterapkan untuk kasus m mesin
dimana setiap job harus diproses lagi untuk setiap mesin. Akan tetapi waktu
proses dapat bernilai nol. Tidak ada batasan urutan produksi untuk setiap job,
setiap job memiliki urutan proses yang berbeda pula.
jenis aliran proses menurut Baker & Trietsch (2009), yang secara umum dimiliki
banyak perusahaan yaitu:
a. Aliran proses flow shop, yaitu lantai produksi yang memroses produknya dengan
urutan proses yang sama terhadap semua komponen produk yang bersangkutan
dari mulai bahan awal sampai produk selesai. Jadi setiap pekerjaan yang telah
diproses pada suatu mesin dan kemudian sedang diproses pada mesin yang lain
tidak dapat diproses kembali pada mesin yang telah dilalui sebelumnya. Adapun
beberapa variasi aliran proses flow shop diantaranya:
1. Simple Flow Shop
Semua jenis pekerjaan melalui urutan proses yang sama.
2. Skip Flow Shop
Aliran pekerjaan pada jenis aliran proses ini cenderung melalui urutan proses
yang sama, tetapi ada beberapa pekerjaan yang tidak diproses pada mesin-
mesin tertentu.
3. Reentrant flow shop
Yakni aliran proses dimana terdapat penggunaan satu atau beberapa mesin
lebih dari sekali dalam membuat produk dimaksud.
4. Compound Flow Shop
Yakni aliran proses yang memuat kelompok jenis mesin pada setiap tahap
prosesnya. Kelompok mesin biasanya berupa mesin mesin paralel.
5. Aliran proses Job Shop
Merupakan proses transformasi dimana produk dibuat atas dasar pesanan
dalam jumlah tertentu. Setiap order dapat mempunyai urutan dari jumlah lot
atau batch atau mesin yang berbeda. Dalam lantai produksi stasiun kerja dan
departemen dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Kerena setiap order
dapat mempunyai urutan dari jumlah lot atau batch atau mesin yang berbeda,
maka memungkinkan setiap stasiun kerja memproses beberapa item yang
berbeda. Artinya bahwa pekerjaan diperbolehkan untuk diproses lebih dari
satu kali pada mesin yang sama. Jika setiap mesin hanya dilalui satu kali,
10
disebut aliran proses job shop murni dan sebaliknya disebut aliran proses job
shop umum.
c) Flow time (Fi), Adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan dari saat
pekerjaan tersebut masuk ke dalam suatu tahap proses sampai pekerjaan
yangbersangkutan selesai dikerjakan.
Fi = Ci - ri
d) Mean weight flow time, memiliki arti yang hamper sama dengan mean flow
time, hanya saja mempertimbangkan prioritas pengerjaan setiap job, dimana
dalam perhitungan sebagai berikut:
𝑛
1
𝐹 = ∑ 𝐹𝑗
𝑛
𝑗=1
b) Minimasi makespan, yaitu jangka waktu penyelesaian seluruh job yang akan
dijadwalkan yang merupakan jumlah dari seluruh proses.
Ms = ∑𝑛𝑘=1 ∑𝑛𝑘=1 𝑡𝑖𝑘
c) Pemenuhan due date, merupakan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan oleh pelanggan dimana harus selalu dilakukan
produsen untuk mempertahankan pelanggannya.
1. Flowshop, dimana job yang belum dikerjakan karena menunggu proses dari job
yang mendahului harus menunggu hingga job yang mendahului selesai diproses
pada suatu mesin.
2. Flexsible flowshop, dimana tipe flowshop ini memiliki routing yang berbeda
yang memungkinkan job yang datang untuk langsung masuk kedalam stasiun
kerja, kecuali bila tetap harus diproses pada routing yang sama.
S1 S2 Sk Sk
1.1 2.1 K.1 K.1
1. First Come First Serve (FCFS). Menurut aturan ini, urutan penjadwalan
dilakukan berdasarkan waktu kedatangan job atau pesanan pelanggan. Jadi, job
yang pertama kali datang, akan dikerjakan terlebih dahulu dan begitu seterusnya
untuk job-job berikutnya.
2. Earliest Due Date First (EDD) Menurut aturan ini, urutan penjadwalan
dilakukan berdasarkan pada due date setiap job. Aturan ini mengabaikan waktu
kedatangan dan total waktu proses setiap job. Artinya job yang memiliki due
date yang paling awal diantara job-job lainnya dipilih sebagai job yang memiliki
prioritas paling tinggi untuk diproses pada sebuah mesin. Aturan ini cenderung
digunakan untuk meminimalkan maximum lateness pada job-job yang ada dalam
antrian.
3. Longest Processing Time (LPT)Dengan menggunakan aturan ini, proses
dengan waktu operasi yang paling panjang akan dijadwalkan terlebih dahulu.
Aturan ini juga sangat sederhana yaitu dengan cara mengurutkan pekerjaan
14
dari yang mempunyai waktu proses terbesar hingga yang terkecil (t1≥ t2≥…≥
tn). Setelah itu penjadwalan dilakukan berdasarkan urutan tersebut.
4. Shortest Processing Time First (SPT). Menurut aturan ini, job diurutkan
berdasarkan pada lamanya waktu proses tiap job. Jadi job yang mempunyai
waktu proses paling singkat akan diproses terlebih dahulu dan kemudian
dilanjutkan job-job lainnya sampai pada job yang paling lama waktu prosesnya.
1. Pengurutan (sequencing)
Sequencing merupakan penugasan tentang order-order mana yang harus
diprioitaskan terlebih dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job
dalam satu waktu.
2. Pembebanan (loading)
Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order fasilitas, operator-
operator dan berbagai alat tertentu.
3. Prioritas job (dispatching)
Dispatching merupakan prioritas tentang job mana yang akan diseleksi dan
diprioritaskan untuk dapat diproses terlebih dahulu.
4. Pengendalian kinerja penjadwalan
Pengendalian kerja dilakukan dengan melakukan peninjauan terhadap status
order-order pada saat melalui sistem tertentu dan mengatur kembali urutan-
urutannya.
5. Updating Jadwal
Melakukan revisi-revisi pada aturan prioritas sebagai bentuk refleksi jika adanya
kondisi operasi yang memungkinkan untuk di ganti.
6. Updating Schedules
Pembuatan jadwal terbaru jika pada kondisi dilapangan terjadi masalah baru
yang memang perlu diakomodasi.
15
Dari kelebihan diatas Gantt Chart juga memiliki kelemahan, antara lain
1. Tidak memperlihatkan saling ketergantungan dan hubungan antar kegiatan
sehingga sulit diantisipasi jika terjadi keterlambatan suatu kegiatan terhadap
jadwal keseluruhan proyek.
2. Tidak mudah dilakukan perbaikan dan pembaharuan (updating) disebabkan
Gantt Chart baru harus dibuat kembali (tidak efesien), padahal pembuatan ulang
akan memakan waktu dan jika tidak dilakukan segera maka peta tersebut akan
menurun daya gunanya.
3. Untuk proyek yang berukuran sedang dan besar serta kompleks, maka Gantt
Chart tidak mampu menyajikan jadwal secara sistematis dan mengalami
kesulitan dalam menentukan keterkaitan antar kegiatan.
produksi sehingga sangat penting sekali bagi kita untuk melakukan penghematan
dan optimasi pemakaian peralatan listrik tersebut (Kadir et al. 2011). Berikut ini
cara untuk menghitung biaya pemakaian listrik untuk peralatan-peralatan yang
sering digunakan dalam produk.
a. Menghitung kWh
kWh Pemakaian Listrik = daya alat listrik x lama pemakaian (dalam jam)
b. Menghitung biaya listrik
Biaya Listrik = Pemakaian (kWh) x Tarif Dasar Listrik
(Sumber: PLN Persero batam)
2.14 Algoritma Aturan Prioritas Aliran Fleksible Flowhop Mesin Pararel
Identik
Masalah penjadwalan berupa sequence dependent setup merupakan masalah
yang terjadi pada beberapa sistem produksi. Ketika suatu mesin digunakan untuk
memproses beragam tipe produk, maka bisa muncul waktu dan biaya setup mesin
akibat adanya pergantian tipe produk. Bila setup mesin sering dilakukan dan
waktunya cukup besar, maka tentunya akan berpengaruh terhadap penjadwalan dan
biaya energi mesin yang dikeluarkan, sehingga konsekuensinya kita harus
mempertimbangkan pengaruh setup mesin dalam penjadwalan.
Salah satu metode heuristik dalam memecahkan masalah penjadwalan
adalah metode priority dispatching rule, metode ini berprinsip pembuatan jadwal
secara bertahap dalam pengerjaannya, dengan menggunakan aturan ini, proses
dengan waktu operasi yang paling panjang akan dijadwalkan terlebih dahulu
Metode longest processing time merupakan metode penjadwalan yang memberikan
prioritas tertinggi pada waktu penyelesaian job paling lama diselesaikan. Adapun
algoritma longest processing time (LPT) sebagai berikut (Ginting, 2009):
3. Karena setiap flowshop terdiri dari atas beberapa mesin, kita dapat memecahkan
setiap flowshops m secara optimal menggunakan algoritma yang telah diusulkan
oleh
a. Johnson (1954) dengan kasus buffer tidak terbatas.
b. Gilmore dan Gomory (1964) untuk kasus tanpa menunggu.
Dan untuk algoritma menggunakan LN dimana algoritma LN digunakan
untuk menjadwalkan sequencing pekerjaan dalam aliran Flexible Flowshop
beberpa mesin identik (Hong et al., 2006).
a. Langkah 1:
Untuk setiap pekerjaan i, menghitung waktu pengerjaan rata-rata setiap tugas,
𝑚
Dimana 𝑡𝑗𝑖 adalah waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk J-ke dari
pekerjaan i-ke.
b. Langkah 2: Mengurutkan pekerjaan dalam urutan menurun dari Ti avg
c. Langkah 3: Pilih dua pekerjaan pertama dari daftar diurutkan pada Langkah 2
dan menghasilkan dua jadwal parsial.
d. Langkah 4: Hitung waktu penyelesaian total masing-masing jadwal parsial
yang dihasilkan pada Langkah 3.
e. Langkah 5: Jaga jadwal parsial dengan total waktu penyelesaian lebih kecil.
f. Langkah 6: Set k = 3.
g. Langkah 7: Ulangi langkah 8 sampai 11 untuk k> n
h. Langkah 8: Pilih pekerjaan k-th dari daftar diurutkan pada Langkah 2 dan
menghasilkan k jadwal parsial dengan menyisipkan pekerjaan k-th di jadwal
parsial yang disimpan terakhir.
i. Langkah 9: Hitung waktu penyelesaian total masing-masing jadwal parsial
dihasilkan pada yang langkah 8.
j. Langkah 10: Jaga jadwal parsial dengan total waktu penyelesaian minimum.
k. Langkah 11: Set k = k + 1
20
Setelah langkah 11, penjadwalan selesai dan waktu penyelesaian telah ditemukan.
Mulai
No
Jika Daftar Pekerjaan
Habis
Yes
Selesai
1. Bagian 1
Bentuk kelompok mesin, masing-masing berisi mesin dari masing-masing mesin
utama.
a. Langkah 1
Membentuk pasangan p mesin, masing-masing berisi satu mesin dari masing-
masing mesin utama. F1, F2, ..., Fp.
b. Langkah 2
Inisialisasi waktu penyelesaian setiap flowshop f1, f2,…,fp ke nol
2. Bagian 2
Menetapkan pekerjaan untuk kelompok mesin.
c. Langkah 3
Untuk setiap pekerjaan Ji, 1≤ i ≤ n, cari total waktu pengerjaan tti = t 1i + t2i
+ ... + tmi.
d. Langkah 4
Mengrutkan pekerjaan dalam urutan waktu pemrosesan terbesar ke terkecil
dari total waktu pengolahan tti
e. Langkah 5
Mencari waktu proses minimum Fi antara semua flowshop.
f. Langkah 6
Menetapkan pekerjaan Job pertama dalam daftar Fi dan diurutkan.
g. Langkah 7
Menambah total waktu tti dari Ji untuk total waktu yang dibutuhkan dari
flowshop yang dipilih Fi, yaitu: fi = fi + tt i.
h. Langkah 8
Hapus pekerjaan Ji dari daftar pekerjaan.
i. Langkah 9
Ulangi langkah 5 sampai 8 sampai daftar pekerjaan kosong.
23
3. Bagian 3
Mengurutkan pekerjaan di setiap flowshop.
j. Langkah 10
Untuk setiap pekerjaan J, menghitung waktu rata-rata setiap tugas, di mana
𝑡𝑗𝑖 adalah waktu pelaksanaan diperlukan untuk J-ke dari pekerjaan i-ke.
𝑚
k. Langkah 11
Mengurutkan pekerjaan dalam urutan menurun dari Ti avg
l. Langkah 12
Pilih dua pekerjaan pertama dari daftar diurutkan pada Langkah 11 dan
menghasilkan dua jadwal parsial.
m. Langkah 13
Hitung waktu penyelesaian total masing-masing jadwal parsial di Langkah
12.
n. Langkah 14
Jaga jadwal parsial dengan waktu total penyelesaian yang lebih kecil.
o. Langkah 15
Set k = 3
p. Langkah 16
Ulangi langkah 17 sampai 20 untuk k> n
q. Langkah 17
Pilih pekerjaan k-th dari daftar diurutkan pada langkah 11 dan menghasilkan
k jadwal parsial dengan menyisipkan pekerjaan k-th di jadwal parsial yang
disimpan terakhir.
r. Langkah 18
Hitung waktu penyelesaian total masing-masing jadwal parsial dihasilkan
pada yang langkah 17.
24
s. Langkah 19
Jaga jadwal parsial dengan total waktu penyelesaian minimum.
t. Langkah 20
Set k = k + 1 dan lakukan langkah 16.
u. Langkah 21
Menunjukkan jadwal yang dipilih di Fi sebagai QFi dan menetapkan waktu
penyelesaian akhir dari masing-masing flowhop.
v. Langkah 22
Waktu penyelesaian akhir semua flowshop.
n = Jumlah pekerjaan.
mci = Jumlah mesin-i di mesin utama.
Fi = Flowshop pada mesin group.
f ni = Flowshop ke-n pada mesin ke-i.
f Ji = Waktu penyelesaian job j pada mesin ke i.
T Jfi = Total waktu dibutuhkan untuk pekerjaan j pada flowshop n mesin i.
t Ji = Waktu dibutuhkan untuk pekerjaan j pada mesin i.
QF i = Kelompok pekerjaan yang dijalankan pada job ke-i.
FF = Waktu penyelesaian akhir seluruh jadwal.