Anda di halaman 1dari 5

Pemanasan dan Penuangan (Heating and Pouring) :

Dalam operasi pengecoran, logam harus dipanaskan sampai temperatur


tertentu di atas titik leburnya dan kemudian dituangkan ke dalam rongga cetakan
hingga menjadi beku.

Pemanasan logam :
Logam dipanaskan di dalam tungku peleburan hingga mencapai temperatur
lebur yang cukup untuk penuangan.
Energi panas yang dibutuhkan adalah jumlah dari :
(1) panas untuk mencapai titik lebur (logam masih dalam keadaan padat),
(2) panas untuk merubah dari padat menjadi cair,
(3) panas untuk mencapai temperatur penuangan yang diinginkan.
Energi panas dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut ini :

H = V {Cs (Tm To) + Hf + Cl (Tp Tm)}

dimana : H = jumlah panas yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur


penuangan; Btu (J)
Cs = weight specific heat untuk logam padat; Btu/lbm OF (J/g -
O
C)
Tm = temperatur lebur logam; OF (OC)
To = temperatur awal, biasanya temperatur ruang; OF (OC)
Hf = panas fusi/lebur; Btu/lbm (J/g)
Cl = weight specific heat untuk logam cair; Btu/lbm OF (J/g -
O
C)
Tp = temperatur penuangan; OF (OC)
V = volume logam yang dipanaskan; in3 (cm3)
= densitas logam; lbm/in3 (g/cm3)

Contoh soal :
1 ft3 paduan eutektik akan dipanaskan dalam krusibel dari temperatur kamar
hingga 200 OF di atas titik leburnya. Paduan tersebut memiliki densitas = 0,15
lbm/in3, temperatur lebur = 1300 OF, specific heat logam padat = 0,082 Btu/lbm
O
F, specific heat logam cair = 0,071 Btu/lbm OF, dan panas lebur = 72 Btu/lbm.
Berapa jumlah energi panas yang ditambahkan untuk mencapai pemanasan
tersebut, anggap tidak ada panas yang hilang.

Jawab :
Anggap temperatur dalam ruang foundary = 80 OF dan densitas logam dalam
keadaan padat dan cair sama, dan sebagai catatan 1 ft3= 1728 in3.

H = (0,15)(1728){0,082 (1300 80) + 72 + 0,071 (1500


1300)}
= 48.273,4 Btu.

Penuangan logam cair


Setelah pemanasan, logam siap untuk dituangkan melalui sistem saluran
masuk ke dalam rongga cetakan. Hal ini merupakan suatu tahapan yang keritis
dalam proses penuangan. Agar tahapan ini berhasil, logam cair harus mengalir ke
semua bagian dari rongga cetakan.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam operasi penuangan adalah :
(1) Temperatur penuangan (pouring temperatur) adalah temperatur logam cair
pada saat dituangkan ke dalam cetakan. Hal penting yang perlu diperhatikan
disini adalah perbedaan temperatur antara temperatur penuangan dengan
temperatur pada saat logam cair mulai membeku (titik lebur untuk logam
murni dan temperatur liquidus untuk logam paduan/alloy). Perbedaan
temperatur tersebut dikenal dengan istilah superheat. Istilah superheat juga
digunakan untuk menyatakan jumlah panas yang harus dihilangkan dari
logam cair antara penuangan hingga pembekuan mulai terjadi.
(1) Laju penuangan (pouring rate) adalah volume logam yang dituangkan ke
dalam cetakan dalam waktu tertentu.
Bila laju penuangan terlalu rendah maka logam akan menjadi dingin dan
membeku sebelum pengisian seluruh rongga cetak selesai; dan sebaliknya
bila laju penuangan terlalu tinggi maka akan terjadi turbulensi.
(3) Turbulensi dalam aliran cairan adalah kecepatan aliran cairan yang tidak
menentu arah dan besar (magnitude)-nya
Turbukensi harus dihindarkan karena :
- dapat mempercepat pembentukan oksida logam, yang dapat mengganggu
proses pembekuan sehingga kualitas coran kurang baik;
- dapat menyebabkan terjadinya pengikisan pada cetakan karena adanya
benturan aliran logam cair, sehingga hasil coran kurang baik.

Analisa dalam Proses Penuangan ;


untuk menganalisa logam cair yang mengalir melalui sistem saluran
masuk menuju cetakan digunakan teori Bernoilli.
Teori Bernoulli menyatakan bahwa jumlah energi pada dua titik dalam cairan
adalah sama.
P1 v 12 P v2
h1 F1 h2 2 2 F2
2g 2g

dimana : h = ketinggian, cm (in)


P = tekanan pada cairan, N/cm2 (lb/in2)
= berat jenis, g/cm3 (lbm/in3)

v = kecepatan aliran, cm/sec (in/sec)


g = konstante percepatan gravitasi = 981 cm/sec2 (386 in/sec2)
F = kehilangan ketinggian akibat gesekan, cm (in).

Bila kehilangan ketinggian akibat gesekan diabaikan dan tekanan dianggap tetap,
maka persamaan dapat disederhanakan menjadi :

v 12 v2
h1 h2 2
2g 2g
Bila titik 1 adalah ujung atas saluran turun (sprue) dan titik 2 adalah dasar cetakan
digunakan sebagai titik referensi maka h2 = 0 dan v1 = 0, sehingga persamaan dapat
disederhanakan menjadi :
v 22
h1 atau v 2 gh
2g
Hubungan lain yang penting selama penuangan adalah hukum kuntinuitas, yang
menyatakan bahwa volume rate of flow dalam proses penuangan logam cair ke
dalam cetakan adalah konstan :

Q = v1 A1 = v2 A2

dimana : Q = volumetric flow rate, cm3/sec (in3/s)


v = kecepatan aliran, cm/sec (in/s)
A = luas penampang cairan cm2 (in2)

Estimasi waktu pengisian rongga cetak :


V
MFT
Q

dimana : MFT = waktu pengisian cetakan, sec.


V = volume rongga cetakan, cm3 (in3)

Contoh soal :
Sebuah cetakan memiliki saluran turun dengan panjang (h) 8,0 in dan luas
penampang pada dasar saluran (A) adalah 0,4 in.2. Saluran tersebut dihubungkan
dengan saluran masuk horisontal menuju rongga cetak yang volumenya (V) adalah
100 in.3.
Tentukan : a) kecepatan alir logam cair pada dasar saluran (v),
b) laju alir volumetrik (Q),
c) waktu pengisian cetakan (MFT).

Jawab :
a) Kecepatan alir logam cair pada dasar saluran :
v 2. g.h 2.(386).(8,0) 78,59 in/sec.

b) Laju alir volumetrik :


Q v.A (79,59).(0,4) 31,4 in3/sec.

c) Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian rongga cetak :

V 100
MFT 3,2 sec.
Q 31,4

Anda mungkin juga menyukai