Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan 12:

ANALISA TEKNIS PERENCANAAN & PENGUKURAN ALIRAN BAHAN

A. TUJUAN PERKULIAHAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

• Menjelaskan metode kuantitatif guna menganalisis aliran bahan.


• Menjelaskan metode kualitatif guna menganalisis aliran bahan.
• Menjelaskan cara menghitung cost material handling.

B. URAIAN MATERI:

7.1 Metode Kuantitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan


Di dalam analisa kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan kuantitas material
yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit satuan kuantitatif lainnya. Peta yang
umum digunakan untuk melakukan analisa kuantitatif ini adalah Form to Chart tetapi selain
itu ada pula cara yang lebih sederhana diaplikasikan yaitu String Diagram.

7.1.1 String Diagram


String diagram adalah salah satu alat untuk menggambarkan elemen-elemen aliran
dari suatu layout degan alat menggunakan tali, kawat, atau benang untuk menunjukan
lintasan perpindahan bahan dari satu lokasi area yang lain. Dengan memperhatikan skala yang
ada, kita kemudian dapat mengukur berapa panjang tali yang menunjukan jarak lintasan yang
harus ditempuh untuk memindahkan bahan tersebut. Dengan menggunakan beberapa jenis
aliran bahan atau komponen yang perlu dipindahkan dalam proses pengerjaannya, pada
lintasan-lintasan tertentu (di mana tali atau kawat tersebut akan saling bersilangan satu sama
lain, padat atau mengumpul jadi satu) kita dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya
kemacetan atau bottlenect pada lokasi-lokasi tersebut.
Berikut dalam gambar 7.2 dan 7.3 contoh aplikasi dari penggunaan string diagram yang
sekaligus menunjukan panjang lintasan yang harus ditempuh untuk aliran material dari satu
departemen menuju ke departemen yang lainnya dengan menggunakan tipe produk layout
dan proses layout. Tampak disini process layout akan menyebabkan aliran material lebih
panjang (salah satu sebab adalah adanya ”back tracking”) bila dibandingkan dengan product
layout.

Gambar 7.1 String Diagram Pembuatan Produk X dan Y dengan Product Layout
(Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto)

Gambar 7.2 String Diagram Pembuatan Produk X dan Y dengan Process Layout
(Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto)

7.1.2 From To Chart (FTC)


From to Chart kadang-kadang disebut pula sebagai Trip Frequency Chart atau
Travel Chart. Adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan
tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini sangat
berguna untuk kondisi-kondisi di mana banyak item yang mengalir melalui suatu area
seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain. Pada dasarnya from to chart
adalah merupakan adaptasi dari "Mileage Chart" yang umumnya dijumpai pada suatu peta
perjalanan (road map), angka-angka yang terdapat dalam suatau From to Chart akan
menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan,
volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini.
Berikut akan dijelaskan secara lebih detail mengenai prosedur yang harus
dilaksanakan untuk menerapkan metode From to Chart menganalisis aliran bahan dan tata
letak pabrik, yaitu:
1. Kumpulkan data volume of handling dan langkah-langkah yang harus dilalui untuk proses
produksi (yang juga akan menentukan perpindahan bahan) dari suatu produk ataupun
kelompok produk. Langkah-langkah operasi ini pada dasarnya bisa diketahui
berdasarkan analisis proses (Operation Process Chart atau Flow Process Chart). Disini
volume handling dapat dinyatakan dalam unit % capacity, jumlah berat/beban yang
dipindahkan, jumlah kontainer yang digunakan, atau ukuran-ukuran kuantitatif lain
yang telah distandarkan.
2. Setelah data tersedia maka kemudian buatlah travel chart berdasarkan jumlah ukuran
handling volume, dengan satu asumsi bahwa jarak perpindahan bahan disini untuk
sementara adalah sama. Dari sini kemudian ditentukan urut-urutan pengaturan
departemen yang sebaik-baiknya.
3. Buatlah tata letak pabrik secara awal (preliminary layout) dengan memakai dasar volume
travel chart yang sebaik-baiknya. Pada langkah berikut ini kita akan mengatur tata letak
departemen berdasarkan hasil analisis travel chart yang memberikan gerakan
perpindahan bolak-balik (back tracking).
4. Buatlah suatu Distance Volume Chart dari preliminary layout yang ditetapkan tersebut.
Disini yang dimaksudkan dengan jarak atau dinstance adalah jarak antara individual
mesin atau departemen (kelompok mesin) yang satu dengan individual mesin atau
departemen lainnya. Pengukuran jarak dilakukan dari titik center yang satu, terus
menuju ke garis sumbu dari jalan lintasan (aisle), dan kemudian dari sini menuju ke
titik senter dari departemen yang lainnya tersebut.
5. Tinjau titik-titik kritis (critical points) pada volume distance chart dan penyimpanan dari
basic flow path (sebagai contoh lintasan yang menyebabkan terjadinya gerakan bolak-
balik).
7.2 Metode Kualitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan (Activity Relationship
Chart and Activity Relationship Diagram)
Aliran bahan bisa diukur secara kuantitatif menggunakan tolok ukur derajat kedekatan
hubungan antara satu fasilitas (departemen) dengan lainnya. Nilai-nilai yang menunjukkan
derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang mendasarinya dalam sebuah
peta hubungan aktifitas (Activity Relationship Chart) yang telah di kembangkan oleh Richard
Muther dalam bukunya Sytemmatic Layout Planning (Botom Cahners Books, l973). Suatu peta
hubungan aktifitas dapat dikonstruksikan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang akan diatur tata
letaknya dan di tuliskan daftar urutannya dalam peta.
2. Lakukan interview wawancara atau survei terhadap karyawan dari setiap departemen
yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan manajemen yang berwenang.
3. Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya
berdasarkan derajat keterdekatan hubungan serta alasan masing-masing dalam peta.
Selanjutnya tetapkan nilai hubungan tersebut untuk setiap hubungan aktifitas antar
departemen yang ada dalam peta
4. Diskusikan hasil penilaian hubungan aktifitas yang telah dipetakan tersebut
dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri kesempatan unutk evaluasi
atau perubahan yang lebih sesuai.
Peta hubungan aktifitas atau Activity Relationship Chart (ARC) adalah suatu cara
atau teknik yang sederhana didalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen
berdasarkan derajat hubungan aktifitas yang sering dinyatakan dalam penilaian kualitatif dan
cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subjektif dari masing-
masing fasilitas indepartemen. Padadasarnya Activity Relationship Chart ini hampir sama
dengan From to Chart, hanya saja disini analisisnya lebih bersifat kualitatif. Kalau dalam
From to Chart analisis dilaksanakan berdasarkan angka-angka berat/volume dan jarak
perpindahan bahan dari satu departemen ke departemen yang lain, maka Activity
Relationship ini akan menggantikan kedua hal tersebut dengan kode-kode huruf yang akan
menunjukkan derajat hubungan aktifitas secara kualitatif dan juga kode angka yang
akan menjelaskan alasan untuk pemilihan kode huruf tersebut, seperti gambar 2.5 dan tabel
2.2 berikut:
Derajat Hubungan (Atas)

Alasan Penetapan Derajat Hubungan (Bawah)


Gambar 2.5 Activity Relationship Chart
(Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto)

Tabel 2.2 Deskripsi Alasan Activity Relationship Chart


Kode Alasan Deskripsi Alasan
1 Penggunaan catatan secara bersama
2 Menggunkan tenaga kerja yang sama
3 Menggunakan space area yang sama
4 Derajat kontak personel yang sering dilakukan
5 Derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan
6 Urutan aliran kerja
7 Melaksanakan kegiatan kerja yang sama
8 Menggunakan peralatan kerja yang sama
9 Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan, ramai, dll
(Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto)

Derajat hubungan:
A = Mutlak perlu didekatkan
E = Sangat penting untuk didekatkan
I = Penting untuk didekatkan
O = Cukup/biasa
U = Tidak penting
X = Tidak dikehendaki berdekatan

Disini kode huruf seperti A, E, I dan seterusnya menunjukkan bagaimana aktifitas


dari masing-masing departemen terebut akan mempunyai hubungan secara langsung atau
erat kaitannya satu sama lain. Kode-kode huruf ini akan di letakan pada bagian atas dari
kotak diberikan untuk lebih mudah analisisnya. Selanjutnya kode angka 1, 2, 3 dan
seterusnya yang di letakan bagian bawah kotak yang ada- mencoba menjelaskan alasan-
alasan pemilihan atau penentuan derajat hubungan antara masing-masing departemen
tersebut. Kode huruf yang menjelaskan derajat hubungan antara masing-masing
departemen ini secara khusus telah distandarkan, seperti tabel 2.3 berikut:
Tabel 7.1 Standar Penggambaran Derajat Hubungan Aktifitas
SIMBOL DERAJAT
KODE GRAFIS KODE WARNA
HURUF KEDEKATAN

A Mutlak Merah

E Sangat Penting Oranye

I Penting Hijau

O Biasa Biru

U Tidak Penting Tidak ada -

X Tidak Dikehendaki Coklat

(Sumber: Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo Wignjosoebroto)

Selanjutnya mengenai alasan-alasan untuk pemilihan derajat hubungan ini (yang akan
diberikan kode angka) dapat diambil berdasarkan sifat atau karakteristik dari aktifitas masing-
masing departemen tersebut, misalnya seperti:
1. Kebisingan, debu, getaran, bau, dan lain-lain.
2. Penggunaan mesin atau peralatan, data informasi, material handling equipment secara
bersama-sama.
3. Kemudahan aktifitas supervisi.
4. Kerjasama yang erat kaitannya dari operator masing-masing departemen yang ada.
Activity Relationship Chart sangat berguna untuk perencanaan dan analisis hubungan
aktifitas antar masing-masing departemen. Sebagai hasilnya maka data yang didapat
selanjutnya akan dimanfaatkan untuk penentuan letak masing-masing departemen tersebut,
yaitu lewat apa yang disebut Activity Relationship Diagram. Pada dasarnya diagram ini
menjelaskan mengenai hubungan pola aliran bahan dan lokasi dari masing-masing
departemen penunjang terhadap departemen produksinya.
Disini ada dua cara yang bisa dipergunakan untuk membuat diagram (yang
selanjutnya akan dipakai sebagai landasan untuk perencana antata letak departemen-
departemen yang ada), yaitu sebagai berikut:
1. Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram (ATBD)
2. Dengan menggunakan kombinasi-kombinasi garis dan pemakaian kode warna yang telah
distandarkan untuk setiap hubungan aktifitas yang ada.
Pada Activity Template Block Diagram, data yang telah dikelompokkan dalam Work
Sheet kemudian dimasukkan kedalam suatu activity template. Tiap-tiap template akan
menjelaskan mengenai departemen yang bersangkutan dan hubungannya dengan aktivitas
dari departemen-departemen yang lain. Template disini hanya bersifat memberi penjelasan
mengenai hubungan aktifitas antar departemen satu dengan departemen lainnya, untuk
itu skala luas dari masing- masing departemen tidak perlu diperhatikan benar.

7.3 Menghitung Cost Material Handling


Cost material handling merupakan salah satu elemen dari proses perancangan layout.
Cost material handling juga merupakan gambaran efektivitas dan optimalisasi dari sebuah
layout. Oleh karena itu cost material handling sangat perlu diperhatikan dalam tahap proses
perancangan layout. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menentukan cost
material handling. Metode penyelesaian masalah tata letak pabrik diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu pendekatan optimasi dan heuristik. Semua algoritma optimasi untuk masalah tata
letak memiliki keterbatasan berkaitan dengan kebutuhan memori serta waktu komputasi yang
sangat tinggi dan meningkat secara ekponensial sesuai dengan meningkatnya ukuran masalah.
Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan heuristik banyak dikemangkan. Pendekatan
heuristik dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu metode konstruksi, metode perbaikan dan
metode hibrid. Metode konstruksi menghasilkan tata letak form scratch atau diawali dari
empty layout. Perbedaan utama dari model-model yang dikembangkan mengacu pada kriteria
yang digunakan untuk menentukan fasilitas pertama yang masuk ke tata letak, fasilitas
berikutnya yang harus masuk ke tata letak, dan lokasi pertama atau berikutnya dari fasilitas
pada tata letak. Metode perbaikan merupakan pendekatan yang sangat sederhana, mudah
dipahami dan diimplementasikan. Metode demikian memperbaiki solusi awal tata letak yang
telah dianggap layak. Metode secara sistematis memodifikasi solusi awal serta mengevaluasi
solusi yang telah dimodifikasi. Sedangkan metode hibrid merupkan kombinasi antara metode
konstruksi dan metode perbaikan. Kombinasi dilakukan karena solusi metode perbaikan
membutuhkan solusi awal sehingga kita sangat membutuhkan solusi awal yang baik. Metode
konstruksi mungkin juga digunakan untuk menghasilkan solusi awalnya. Umumnya, cara
kerja metode menggunakan kriteria yang ditetapkan, yaitu total biaya jarak perpindahan
bahan. Apabila asumsinya adalah jarak proporsional terhadap biaya, maka kita hanya dapat
menggunakan total jarak perpindahan bahan. Perhitungan jarak perpindahan bahan
ditentukan oleh frekuensi perpindahan antarmesin atau fasilitas dan jarak antarmesin atau
fasilitas. Jarak antar mesin atau fasilitas ditentukan oleh ukuran oleh mesin atau fasilitas dan
teknik pengukuran jarak yang dignakan. Dalam hal teknik pengukuran jarak ada beberapa
teknik yang dapat digunakan. Pemilihan teknik yang tepat guna sangat bergantung pada tipe
permasalahan yang dihadapi. Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk memperkirakan
jarak dalam tata letak.

7.3.1 Euclidean
Yaitu mengukur secara garis lurus jarak antar fasilitas atau departemen. Cara demikian
kurang realistis dalam beberapa hal, namun sangat umum digunakan karena lebih berguna
dan mudah dipahami. Jarak ini akan menggambarkan jarak terpendek dua titik ayang akan
menjadi batas jarak sesungguhnya. Dalam mengembangkan persamaan untuk matrik
Euclidean, harus mempertimbangkan notasi berikut: xiadalah koordinat pusat fasilitas i, yi
adalah koordinat pusat fasilitas i, serta dij adalah jarak antar pusat fasilitas i dan j. Matrik jarak
Euclidean seperti pada gamabar 2.10 berikut ini:

Gambar 7.3 Jarak Antar Fasilitas


(Sumber: Tata Letak Pabrik Rika Ampuh & Heri Setiawan)
Matrik yang digunakan pada teknik ini ialah:

dij = [(xi-xj)2 + (yi-yj)2]0.5

7.3.2 Euclidean Kuadrat


Euclidean kuadrat ini, yaitu kuadrat dari euclidean yang mencerminkan bobot terbesa
dua pasang titik yang saling berdekatan. Cara demikian relatif sedikit digunakan, namun
sering secara khusus ditunjukan untuk masalah lokasi. Matrik jarak euclidean kuadrat sebagai
berikut:

dij = [(xi-xj)2 + (yi-yj)2]2

7.3.3 Rectelinier
Rectilinier yang dikenal Manhattam, sudut kanan atau matrik empat persegi. Cara
demikian banyak digunakan karena mudah dipahami, mudah dihitung, dan tepat untuk
masalah-masalah praktis. Matriks jarak rectilinier adalah sebagai berikut:

dij = [(xi-xj)2 + (yi-yj)2]

7.3.4 Tchebychev
Merupakan ukuran jarak terbesar dua nilai. Bila asumsinya adalah komponen
horizontal dau pusat fasilitas lebih besar dari komponen vertikal, maka garis horizontal
merupakan matriks jarak Tchebychev. Adapun matriks jarak Tchebychev sebagai berikut:

dij = max ([xi-xj], [yi-yj], [zi-zj])

7.3.5 Jarak Gang


Merupakan jarak aktual perpindahan bahan disepanjang gang yang dilakukan alat
pemindah bahan. Cara demikian diaplikasikan pada masalah tata letak manufaktur karena
lintasan pembawa pemindahan bahan tidak diketahui dalam tahap awal desain, sehingga
digunakan untuk tahap evaluasi.
7.3.6 Adjacency
Adjacency adalah matriks berdasarkan kedekatan yang mempunyai kelemahan tidak
diturunkan dari fasilitas non kedekatan. Pada gambar 2.11, maka dij = djk = 1 dan dij = 0 karena
fasilitas i dan k saling berdekatan, sedangkan i dan j tidak.

Gambar 7.4 Berdasarkan Jarak Gang dan Adjacency


(Sumber: Tata Letak Pabrik Rika Ampuh & Heri Setiawan)

7.3.7 Lintasan Terpendek


Lintasan terpendek yaitu jarak antar dua simpul pada masalah lokasi jaringan kerja. Cara
demikian digunakan untuk masalah yang memiliki banyak lintasan.
C. LATIHAN/TUGAS

1. Jelaskan mengenai metode kuantitatif guna menganalisis aliran bahan (String Diagram &
Form to Chart)!
2. Jelaskan mengenai metode kualitatif guna menganalisa aliran bahan (Activity Relationship
Chart and Activity Relationship Diagram)!
3. Jelaskan cara menghitung cost material handling?

D. REFERENSI
Fred Meyers, 2003, Plant Layout & Material Handling, Prentice Hall

J.M.Apple, 2007, Facility Layout and Material Handling, John Wiley

J.M.Apple, 2009, Material Handling System Design, The Roland Press

Jay Heizer & Barry Render, 2006, Operation Management, Sixth Edition, Prentice Hall

Lee J. Krajewski & Larry P. Ritzman, 2006, Operation Management Process and Value Chains,
International Edition, 7th Edition

R.L.Francis & J.A.White, 2004, Facility Layout and Location, Analytical Approach, Prentice Hall

Richard Muther, 2004, Practical Plant Layout, Mc.GrowHill

Sritomo Wignjosoebroto, 2009, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Gunawidya, Surabaya

Tompkins & J.A.White, 2004, Fasilities Planning, John Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai