Anda di halaman 1dari 23

Untuk memberikan gambaran agar lebih bisa membayangkan apa itu bagaimana membuat

dan mengimplementasikan check sheet, berikut disajikan beberapa contoh check sheet untuk
berbagai kepentingan yang berbeda dalam mengelola kualitas dan telah diisi.

1) Check Sheet untuk hasil proses produksi
Data-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang dihasilkan dari suatu
proses. Namun hal ini dilakukan terhadap populasi hasil proses, sehingga membutuhkan
waktu dan biaya yang besar. Untuk itu sering dilakukan random dalam pengambilan
sampelnya.


2) Check Sheet untuk produk rusak/ cacat (Defective Item)
Check Sheet ini digunakan untuk mencatat data tentang jumlah defect (cacat), prosentase
kerusakan. Dan bila diperlukan, dapat digunakan untuk setiap macam penyebab kerusakan.


3) Check Sheet untuk lokasi kerusakan (Defective Location)
Check Sheet ini digunakan untuk mencatat lokasi dimana kerusakan terjadi, pencatatan
lokasi kerusakan ini biasanya dilakukan dengan membuat gambar dari produk yang dibuat
dan tanda-tanda tertentu diberikan pada lokasi kerusakan.


4) Check Sheet untuk Penyebab kerusakan (Defective Cause)
Check Sheet ini digunakan untuk meneliti faktor-faktor penyebab kerusakan. Untuk masalah-
masalah yang lebih kompleks, akan lebih baik bila digunakan analisa yang lebih mendalam
tentang sebab-sebab dan akibat-akibat dengan menggunakan Scatter Diagram. (Hendra
Poerwanto G)
2. Diagram Stratifikasi
Diagram Stratifikasi adalah diagram yang menguraikan atau mengklasifikasikan
persoalan menjadi kelompok atau golongan yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur dari
persoalan yang mempunyai karakteristik sama. Kegunaan dan manfaat diagram stratifikasi
antara lain untuk melihat masalah dan mempersempit ruang lingkup masalah, sehingga dapat
ditinjau dari satu segi saja, misalnya dari segi penyebab, waktu, lokasi bahan baku, orang dan
sebagainya. Dasar pengelompokkan atau stratifikasi sangat tergantung pada tujuan
pengelompokan, sehingga dasar pengelompokkan dapat berbeda-beda tergantung kepada
permasalahannya.

Di dalam pengendalian kualitas stratifikasi terutama ditujukan untuk :1). Mencari faktor-
faktor penyebab utama kualitas secara mudah. 2). Membantu pembuatan Scatter diagram. 3).
Mempermudah pengambilan kesimpulan di dalam penggunaan peta kontrol. 4). Mempelajari
secara menyeluruh masalah yang dihadapi. Berikut diberikan contoh diagram stratifikasi
dalam bentuk diagram cartesius maupun dalam bentuk tabel. Contoh diagram stratifikasi
dalam bentuk diagram cartesius seperti di bawah ini:


Sedang contoh diagram stratifikasi dalam Bentuk Tabel, dapat dilihat seperti gambar berikut:


Tabel tersebut terdiri dari setidaknya tiga kolom (bisa lebih tergantung kebutuhan). Kolom
pertama merupakan kode yang menunjukkan jenis kerusakan. Kolom kedua menunjukkan
keterangan jenis atau kondisi kerusakan. Sedang kolom ketiga menunjukkan jumlah
kerusakan untuk jenis/ kondisi kerusakan tertentu yang ditemukan dalam pemeriksaan untuk
satu periode pemeriksaan tertentu. (Hendra Poerwan
2a. Flow Chart
Salah satu alternatif dari Stratification Diagram adalah Flow Chart atau disebut diagram
alir atau bagan alir. Flow Chart merupakan gambaran atau bagan yang memperlihatkan
urutan dan hubungan antar proses berserta instansinya. Gambaran ini dinyatakan dengan
simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses tertentu, sedangkan
hubungan antara proses digambarkan dengan garis pendukung. Flow Chart juga
didefinisikan sebagai penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan
penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan
prosedur. Flow Chart menolong untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang
lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. .

Cara Membuat Flow Chart
Jika akan membuat flow Chart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti :
1. Flow Chart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
2. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini
harus dapat dimengerti oleh pembacanya.
3. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi
kata kerja, misalkan Melakukan penggandaan.
5. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri
dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang
sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama.
Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada halaman
yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan
dengan sistem.
7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.
Simbol Flow Chart
Simbol-simbol standard yang biasa digunakan untuk membuat Flow Chart diantaranya
sebagaimana tampak dalam gamber di bawah ini:


Jenis-jenis Flowchart
Ada lima macam bagan alir yang akan dibahas di modul ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagan alir sistem (systems flowchart).
Merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam
sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada dalam
sistem. Berikut agar lebih jelas diberikan satu contoh bagan alir sistem.



2. Bagan alir dokumen (document flowchart).
Menelusuri alur dari data yang ditulis melalui system. Fungsi utamanya untuk menelusuri
alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian yang lain. Berikut diberikan contoh
bagan alir dokumen penjualan.



3. Bagan alir skematik (schematic flowchart).
Mirip dengan Flowchart system yang menggambarkan suatu system atau prosedur. Berikut
diberikan contoh bagan alir skematik perdagangan saham di Bursa Efek.



4. Bagan alir program (program flowchart).
Merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau
prosedur dilaksanakan.



5. Bagan alir proses (process flowchart).
Merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis
langkah selanjutnya dari sebuah sistem.



Contoh di atas merupakan contoh bagan alir proses pembuatan bioetanol dari sagu. (Hendra
Poerwanto G
2b. Run Chart
Run chart (Run Chart) menggunakan dua buah variable yang menunjukkan dinamika
proses yang berlangsung, dimana variasi yang terjadi dimonitor sedemikian rupa sehingga
nampak jelas perubahan hasil yang diamati. Biasanya digunakan variable waktu sebagai
sumbu horisontal (berdasarkan periodisasi) sebagai acuan terjadinya perubahan. Dalam
diagram ini titik-titik data dihubungkan dengan garis, dan bilamana perlu dilengkapi dengan
garis nilai rata-rata dari data tersebut.

Tujuan Run Chart untuk memonitor aktivitas tertentu yang sedang beralngsung dalam
organisasi dengan harapan aktivitas tersebut dapat berlangsung dengan baik dan
berkesinambungan. Misalnya, dalam aktivitas Bimbingan kehadiran guru juga perlu
dimonitor, agar efektifitas pengajaran yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik.
Sedang, manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan Run Chart antara lain, pertama, untuk
mengumpulkan dan menganalisa data. Kedua, Memberikan gambaran situasi yang sedang
terjadi dalam aktivitas dan ketiga, untuk membandingkan data berdasarkan periode tertentu
guna melakukan pemeriksaan dan pengendalian. Agar dapat membayangkan bentuk konkrit
run chart, berikut diberikan contoh run chart:


Sekarang, bagaimana cara membuat Run Chart. Untuk membuat run chart, ada
beberapa langkah yang harus kita lakukan. Pertama-tama, kita harus menentukan lebioh dulu
apa yang mau diukur atau dioamati. Kedua, setelah kita memastikan hal mau diukur, kita
menggambarkan dalam sumbu kartesius dengan sumbu Y sebagai sumbu vertikal dan sumbu
X sebagai sumbu horisontal. Sumbu Y biasanya digunakan untuk mewakili unit, sementara
sumby X untuk mewakili periodisasi waktu. Semuanya dalam skala tertentu. Ketiga, setelah
sumbu-sumbu kartesius dan penskalaan telah siap, selanjutnya memplotting setiap data ke
bidang kartesius dan menghubungkannya dengan garis. Bila perlu kita juga menggambarkan
garis rata-rata dari data yang ada. (Hendra Poerwanto G).
3. Histogram
Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pada bidang statistik,
pengertian histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan dengan
grafis batangan sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang menunjukkan
proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan dengan interval
yang tidak tumpang tindih. Dalam konteks manajemen kualitas, histogram adalah perangkat
grafis yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari proses. Jika data yang
terkumpul menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat diprediksi, kemudian
histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan kemampuan batasan proses. Dikenal
juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk
menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah
sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data
memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau
ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang
bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka
hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spesifikasi yang telah
ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh histogram.


Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan
distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak
frekuensi yang terjadi pada tiap kategori dan merupakan salah satu dari seven basic tools of
quality control. Aplikasi histogram diagram sangat tepat digunakan pada saat kita 1) ingin
menetapkan apakah proses berjalan dengan stabil atau tidak 2) ingin mendapatkan informasi
tentang performance sekarang atau variasi proses. 3) ingin menguji dan mengevaluasi
perbaikan proses untuk peningkatan. 4) ingin mengembangkan pengukuran dan memonitor
peningkatan proses. Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-
hal sebagai berikut:
1. Merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang. Dalam
histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas.
Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan
histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka
nominal, misalnya rata-rata. Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu
mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang
menyatakan fekuensi absolute atau frekuensi relatif.
2. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari
variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan
kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses
berjalan konsisten, artinya seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi
adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga
berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data melampaui batas-
batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk yang
tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada
di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu
yang ditetapkan. Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau
pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru,
memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan
dan lain sebagainya.
Selanjutnya adalah bagaimana cara membuat histogram? Langkah pertama adalah
mengumpulkan data. Sampel data haruslah dapat mewakili populasinya. Berapa jumlah
sampel yang dapat mewakili populasi dapat dipelajari loebih jauh di bidang kajian statistik
atau metodologi penelitian. Langkah kedua, adalah pengolahan data. Pengolahan data ini
menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan langkah pertama agar Histogram
memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produks, terutama dalam
menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan
menggambarkan penyebaran data yang tercipta. Seberapa banyak kelas-kelas data yang
dibuat untuk menggambarkan penyebaran data, ditentukan dengan cara: pertama,
menentukan batas-batas observasi (rentang). Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi data
terkecil. Kedua, menghitung banyaknya kelas atau sel-sel. Banyak kelas (b) = 1 + 3,3 log n.
Selanjutnya, menentukan lebar/panjang kelas dengan menggunakan rumus Panjang kelas (p)
merupakan hasil pembagian nilai Rentang dengan banyaknya kelas. Keempat, menentukan
ujung kelas. Ujung kelas pertama biasanya diambil dari terkecil. Kelas berikutnya dihitung
dengan cara menjumlahkan ujung bawah kelas. Kelima, menghitung nilai frekuensi
histogram masing-masing kelas. Keenam, menggambarkan diagram batangnya (Hendra
Poerwanto G
4. Diagram Pareto
Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19
merupakan pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang
digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial
many untuk mendapatkan menyebab utamanya. Diagram Pareto telah digunakan secara luas
dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek; proses program; kombinasi
pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi
para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan. Pareto chart sangat tepat digunakan jika
menginginkan hal-hal seperti menentukan prioritas karena keterbatasan sumberdaya,
menggunakan kearifan tim secara kolektif, menghasilkan consensus atau keputusan akhir,
dan menempatkan keputusan pada data kuantitatif
Manfaat Diagram Pareto

Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk
mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap
sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik,
serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram Pareto
merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut
urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan
yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus
segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan
untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan
setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses

Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab
bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma
tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri
diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak
di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan
sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan
diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang diamati,
dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara
tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks
dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.

Tahapan penggunaan dari Diagram Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus
kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan
mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi
awal permasalahan yang ditemui, melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari
evaluasi awal permasalahan yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang
telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya.

Prinsip Diagram Pareto

Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan
bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada
hampir semua hal, seperti: 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa,
80% dari keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20%
dari produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda, 20% dari-tenaga
penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda, atau 20% dari cacat sistem
penyebab 80% masalah nya.

Prinsip Pareto untuk seorang manajer proyek adalah mengingatkan untuk fokus pada
20% hal-hal yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah. Berikut Hukum Pareto
dalam bentuk visual:


Umumnya Diagram Pareto merupakan diagram batang tempat batang tersebut diurutkan
mulai dari yang terbanyak sampai terkecil. Diagram Pareto memiliki banyak aplikasi dalam
bisnis dan pekerjaan. Demikian halnya Diagram Pareto dapat diaplikasikan dalam kontrol
kualitas. Ini adalah dasar bagi diagram Pareto, dan salah satu alat utama yang digunakan
dalam pengendalian kualitas total dan Six Sigma.Satu persatu masalah di breakdown
berdasarkan kategori masing masing. item Diagram Pareto yaitu : 1) Apa (what). Apa saja
yang menjadi penyebab masalah tersebut, 2) Kapan (when).Kapan masalah tersebut paling
sering muncul, 3) Dimana (where). Dimana masalah tersebut paling sering muncul, 4) Siapa
(who).Siapa orang atau kelompok yang mengalami paling banyak masalah, 5) Mengapa
(why). Mengapa masalah tersebut banyak terjadi, 6) Bagaimana (how). Bagaimana masalah
tersebut bisa terjadi, 7) Berapa biayanya (how much), 8) Masalah mana yang biayanya paling
besar? / atau berapa besar biasa yang sudah ditimbulkan?

Cara Membuat Diagram Pareto

Ada delapan tahap yang tercakup dalam pembuatan diagram Pareto, seperti
:1) kumpulkanlah sebanyak mungkin data yang menunjukkan sifat dan frekuensi peristiwa
tersebut, 2) tentukan kategori yang akan digunakan untuk menganilisa data tersebut,
3) alokasikan frekuensi peristiwa menjadi kategori yang berbeda, 4) hitunglah frekuensi
tersebut ke dalam prosentase, 5) buatlah diagram batang. 6) kemudian urutkanlah diagram
batang tersebut mulai dari yang terbanyak, 7) ceklah dampak pareto dalam diagram batang
tersebut, 8) apabila dampak pareto jelas, ambil tindakan pada item / fakto yang paling umum.

Namun demikian, penyusunan Diagram Pareto dapat juga menggunakan tujuh langkah
berikut ini 1). Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan
masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 2). Menentukan satuan yang
digunakan untuk membuat urutan karakteristik karakteristik tersebut, misalnya rupiah,
frekuensi, unit, dan sebagainya. 3). Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang
telah ditentukan. 4). Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari
yaang terbesar hingga yang terkecil. 5). Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase
kumulatif yang digunakan. 6). Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat
kepentingan relatif masing- masing masalah. 7). Mengidentifikasi beberapa hal yang penting
untuk mendapat perhatian.
Contoh Diagram Pareto


Contoh di atas adalah contoh sederhana dari sebuah diagram pareto dengan menggunakan
sampel data frekuensi relatif dari penyebab IP rendah. Ini memungkinkan kita untuk melihat
20% dari kasus yang menyebabkan 80% dari masalah dan di mana upaya kita harus
difokuskan untuk mencapai peningkatan terbesar. (Hendra Poerwanto G
5. Diagram Scatter
Diagram Scatter atau diagram pencar atau juga disebut diagram sebar adalah gambaran
yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel
dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan
sebagai koefisien korelasi. Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah
suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain.

Manfaat Diagram Scatter

Dikatakan juga bahwa Scatter diagram menunjukan hubungan antara dua variabel.
Scatter diagram sering digunakan sebagai analisis tindak lanjut untuk menentukan apakah
penyebab yang ada benar-benar memberikan dampak kepada karakteristik kualitas. Pada
contoh terlihat scatter diagram yang menggambarkan plot pengeluaran untuk iklan dengan
penjualan perusahaan yang mengindikasikan hubungan kuat positif diantara dua variabel.
Jika pengeluaran untuk iklan meningkat, penjualan cenderung meningkat.


Pada umumnya, bila kita berbicara tentang hubungan antara dua macam data, kita
sesungguhnya membicarakan tentang : a). Hubungan penyebab dan akibatnya. b). Hubungan
antara satu penyebab dengan penyebab lainnya. c). Hubungan antara satu penyebab dengan
dua penyebab. Secara grafis, jika kita menggambarkan "akibat pada sumbu vertikal dan
"penyebab" pada sumbu horisontal, maka kita akan mendapatkan sebuah peta yang disebut
dengan scatter diagram.

Cara Membuat Diagram Scatter

Cara untuk membuat scatter diagram adalah sebagai berikut :
1. Kumpulkan pasangan data (x,y) yang akan dipelajari hubungannya serta susunlah data
itu dalam tabel. Diperlukan untuk mempunyai paling sedikit 30 pasangan data.
2. Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum untuk kedua variabel x dan y. Buatlah
skala pada sumbu horizontal dan vertikal dengan ukuran yang sesuai agar diagram akan
menjadi lebih mudah untuk dibaca. Apabila kedua variabel yang akan dipelajari itu
adalah karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya, gunakan sumbu
horizontal, x, untuk faktor yang mempengaruhi karakteristik kualitas dan sumbu
vertikal, y, untuk karakteristik kualitas.
3. Tebarkan (plot) data pada selembar kertas. Apabila dijumpai data bernilai sama dari
pengamatan yang berbeda, gambarkan titik-titik itu seperti lingkaran konsentris (.),
atau plot titik kedua yang bernilai sama itu disekitar titik pertama.
4. Berikan informasi secukupnya agar orang lain dapat memahami diagram tebar itu.
Informasi yang biasa diberikan adalah :Interval waktuBanyaknya pasangan data (n),
Judul dan unit pengukuran dari setiap variabel pada garis horizontal dan vertikal, Judul
dari grafik itu, Apabila dipandang perlu dapat mencantumkan nama dari orang yang
membuat diagram tebar itu.
Contoh Diagram Scatter

Berikut contoh dan pembacaan scatter diagram yang benar harus mengarah kepada
tindakan yang tepat. Untuk mempelajari kemampuan membaca yang benar dapat diuraikan
secara umum seperti dibawah ini :


Keterangan: untuk grafik 1 Pertambahan dalam y tergantung pada pertambahan dalam x.
Bila x dikendalikan, y terkendali pula. Pada grafik 2, bila x bertambah, y akan bertambah
beberapa, tetapi y seolaholah mempunyai penyebab selain dari x. Grafik 3 menunjukkan
tidak terdapat korelasi. Grafik 4 menunjukkan bahwa pertambahan dalam x menyebabkan
kecenderungan untuk penurunan y. Sementara grafik 5 mengandung intepretasi bahwa
pertambahan dalam x akan menyebabkan penurunan Y. Oleh sebab itu, apabila x
dikendalikan maka y terkendali pula. (Hendra Poerwanto
Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone

Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone yang dapat diadikan acuan. Berikut ini
diberikan format dasar dari Diagram Fishbone yang sekiranya dapat memberikan inspirasi
dalam penerapan dan pengembangan lebih jauh yang disesuaikan situasi dan kondisi yang
ada. Ada yang penggambaran Cause ditulis di tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala
ikan, namun ada pula yang sebaliknya.

Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone



Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone



Contoh Penerapan Diagram Fishbone

Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu
olahraga, karena begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini
menjaga kualitas agar tetap bisa bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal akhir
tahun 20xx perusahaan ini mengalami penuruanan penjualan karena produk dinilai cacat oleh
distributor. Untuk mengatasi permasalahan ini, manajer produksi diminta menganalisa dan
mencari akar permasalahan sehingga banyak produk yang cacat, sehingga diharapkan
penjualan produk awal tahun depan bisa meningkat. Namun sebelum manajer produksi
melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa banyaknya produk cacat
dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang didapat. Manajer produksi, akhirnya
menetapkan ingin menggunakan Diagram Cause and Effect sebagai bahan pencari akar
penyebab dari masalah tersebut.

Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang terjadi.
Masalah yang muncul misalnya banyaknya produk cacat.

Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan
akibat atau effect.



Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor faktor yang mungkin menjadi
penyebab utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 20xx.
Dimisalkan yang menjadi faktor penyebab utama masalah ini adalah : a) Machine (Mesin), b)
Method (Metode atau proses produksi), c) Material (Bahan baku), d) Man power (Tenaga
kerja).



Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab penyebab
sekunder yang mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya kemungkinan penyebab
masalah sekunder pada tulang Machine bersumber dari kerusakan mesin dan kesalahan
setting mesin produksi. Kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang Metode
dimisalkan terkait layout produksi. Kemungkinan penyebab masalah sekunder pada Tulang
Material misalkan disebabkan oleh dua kemungkinan yakni kualitas bahan baku rendah dan
pemasok barang baku. Sedangkan, kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang
Man Power dimisalkan berasal dari kemampuan tenaga kerja dan kemampuan mandor.


Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab penyebab tersier yang
mungkin bisa mempengaruhi penyebab penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi pada
tahap ini. Apabila memang tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder dinyatakan
cukup menjadi akar permasalahan pada tiap pokok tulang permasalahan. Diandaikan hasil
analisis penyebab tersier pada kasus ini yakni 1). Kemungkinan penyebab masalah tersier
pada tulang Machine bagian tulang kerusakan mesin adalah mesin tua dan mesin tidak
diservis dengan rutin. Sedang kemungkinan penyebab tersier pada tulang kesalahan setting
mesin produksi adalah rendahnya pengetahuan tentang SOP. 2). Kemungkinan penyebab
masalah tersier pada tulang Method pada bagian tulang layout produksi bersumber dari
desain layout yang kurang efektif. 3). Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang
Material dimisalkan tidak ada, dan 4) Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang
Man Power bagian tulang kemampuan tenaga kerja dimisalkan menyangkut keterampilan,
pengalaman kerja, dan motivasi. Sementara penyebab tersier pada bagian tulang kemampuan
mandor dimisalkan juga terkait dengan pengalaman kerja, motivasi, keterampilan dan
kepemimpinan.


Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari seiap
faktor pada hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna hijau)
bahwa faktor-faktor tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata terhadap
banyaknya produk sepatu yang cacat


Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk cacat
tidak hanya disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas, namun juga
dipengaruhi oleh tenaga kerja, metode atau system operasi dan mesin yang digunakan.

Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi menyimpulkan
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas produk untuk awal
kuartal tahun 2011 yaitu :


Dari analisis fishbone diperoleh kesimpulan yang memberkan gambaran spesifik tentang
penyebab dari suatu efek atau problem. Temuan penyebab yang spesifik tersebut menjadi
dasar untuk mendisain atau merancang program solutif untuk mengatasi efek atau persoalan.
(Hendra Poerwanto G)
7. Control Chart
Pengertian Control Chart atau dalam bahasa Indonesia disebut peta kendali, yang
diberikan oleh Eugene adalah grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas
minimum yang merupakan batas daerah pengendalian ( Leavenworth, R.S., Pengendalian
Kualitas Statis). Control Chart ialah suatu Quality Tool yang dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah sebuah proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik
(statistically stable) ataukah tidak. Proses yang tidak dalam kondisi terkontrol secara statistik
akan menunjukan suatu variasi yang berlebih sebanding dengan perubahan waktu.


Tujuan Control Chart

Tujuan menggambarkan Control Chart adalah untuk menetapkan apakah setiap titik
pada grafik normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari
mana data dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan
cepat dari proses mana data diambil.


Manfaat Control Chart

Berikut manfaat Control; Chart
1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi.
2. Memberikan informasi proses secara kronologis, yakni menunjukkan bagaimana
pengaruh berbagai faktor, misalnya : material, manusia, metode, dll. terhadap proses
produksi.
3. Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yakni dengan memperhatikan
pola atas pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari Over Control yaitu
pengontrolan terlalu ketat sehingga dapat menurunkan efisiensi maupun Under
Control yaitu pengontrolan terlalu longgar sehingga dapat menurunkan mutu.

Cara Membuat Control Chart

Sebuah Control Chart terdiri dari garis pusat (Central Line), sepasang batas kendali
masing-masing diletakkan di atas (Upper Control Limit) dan di bawah (Lower Control Limit)
dan nilai karakteristik. Bila semua nilai digambarkan didalam batas kendali tanpa
kecenderungan khusus, maka proses dipandang sebagai keadaan terkendali. Sedangkan bila
mereka jatuh di luar batas kendali atau menunjukkan bentuk lain, maka proses ditetapkan
berada di luar kendali.


Contoh Control Chart

Control Chart (Peta Kendali) umum


Control Chart (Peta Kendali) dengan 3 standard deviasi (3SD) atau 2 standard deviasi (2SD)


Control Chart membedakan antara Common Cause dan Special Cause. Common Cause
ialah Penyebab yang agak susah untuk bisa dihilangkan (Natural variation) sedang Special
Cause ialah Penyebab yang masih mungkin bisa dihilangkan, misalnya : Kesalahan Operator,
materialnya retak dan kotor, Operator masih baru, tidak ada Standard Operasional Procedure
untuk menjalankan suatu mesin produksi, dll. Control chart dibuat dengan menggunakan
pendekatan statistik. Aplikasi statistik pada pengendalian kualitas dikenal sebagai Statistical
Process Control atau Pengendalian Kualitas Secara Statistik. Pembahasan lanjut tentang topik
tersebut dilakukan pada bagian tersendiri pada web ini. (Hendra Poerwanto G

Anda mungkin juga menyukai