Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Statistical Process Control


Statistik adalah seni pengambilan keputusan tentang suatu proses atau

populasi berdasarkan suatu analisis informasi yang terkandung di dalam suatu


sampel dari populasi tersebut. Metode statistik memainkan peranan penting dalam
jaminan kualitas. Metode statistik memberikan cara-cara pokok dalam
pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya dan informasi di dalam
data itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan.
Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk
yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap titik origin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan
memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan. Hal ini disebut (SPC)
Statistical Process Control.
Tujuan dari SPC adalah memberikan sinyal statistika apabila terdapat sebabsebab khusus. Syarat ini dapat mempercepat tindakan yang diperlukan untuk
menyingkirkan sebab khusus (assignable). Dalam menggunakan SPC untuk
mengukur kinerja suatu proses dikatakan bekerja dalam kendali statistika apabila
sumber variasinya hanya berasal dari sebab-sebab umum dan sebab khusus
(assignable).
Dalam suatu proses atau sistem umumnya terdapat interaksi variabelvariabel sistem, misal manusia dan mesin, interaksi ini sering memunculkan
penyimpangan berupa hasil-hasil yang sifatnya uncontrollable atau diluar kendali.
Penyimpangan tersebut disebabkan oleh dua faktor:

1. common cause of variation, variasi yang terjadi karena sistem itu sendiri,
atau faktorfaktor di dalam sistem yang melekat pada proses yang
menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasilnya.
2. special cause of variation, kejadian yang terjadi di luar sistem yang
mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber
dari manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll.
Secara umum, peta kendali dalam SPC selalu terdiri dari tiga garis
horisontal, yaitu:

Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau
nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di-plot pada peta kendali
SPC.

Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan
batas kendali atas.

Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan
batas kendali bawah.

2.1.1 Seven Basic Tools


Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya seven tools.Seven
tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana
untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah:
2.1.1.1 Log Sheet (Lembar Pengamatan)
Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk mencatat
data dari produk termasuk waktu pengamatan, permasalahan yang terjadi dan
tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan.

Gambar 1. Contoh Check Sheet


2.1.1.2 Diagram Sebab akibat (Cause And Effect Diagram)
Diagram sebab akibat juga disebut Diagram Ishikawa yang bertujuan
untuk memperlihatkan faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas hasil.
Diagram ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan
karakteristik kualitas (akibat yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab
itu). Diagram sebab akibat menunjukkan lima faktor yang disebut sebab dari
suatu akibat, yaitu : manusia, metode, material, mesin, dan lingkungan.

Gambar 2. Contoh Fishbone Diagram

2.1.1.3 Histogram
Histogram merupakan diagram grafik balok yang dibentuk dari
distribusi frekuensi untuk menggambarkan penyebaran atau distribusi data
yang ada.

Gambar 3. Contoh Histogram


2.1.1.4

Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan diagram batang yang disusun secara

menurun dari besar ke kecil. Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi


masalah, tipe cacat, atau penyebab yang paling dominan sehingga kita dapat
memprioritaskan penyelesaian masalah.

Gambar 4. Contoh Pareto Chart


2.1.1.5 Diagram Sebar (Scatter Diagram)
Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua
variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak yaitu
antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada
sumbu x terdapat nilai dari variabel independen, sedangkan pada sumbu y
menunjukkan nilai dari variabel dependen.

Gambar 5. Contoh Scatter Diagram


2.1.1.6 Grafik Kendali (Control Chart)
Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan
untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang
terkendali.

Gambar 6. Contoh Control Charts


Untuk pengendalian proses statistik dapat digunakan grafik kendali.
Jenis grafik kendali dikenal ada dua yaitu :
a. Data Variable
Data variabel bersifat kontinyu (continuous distribution). Data ini
diukur dalam satuan-satuan kuantitatif, sebagai contoh:

cycle time yang dibutuhkan untuk melakukan satu proses,

diameter poros,

tinggi badan 100 orang operator, dan lain-lain.

Sifat continuous distribution pada data variabel menggambarkan


data berbentuk selang bilangan yang bisa terjadi dalam digit
dibelakang koma hingga n digit, tidak dapat dihitung, dan tidak
terhingga. Bentuk distribusi yang rapat seperti ini lebih sensitif
terhadap

perubahan,

namun

akan

lebih

sulit

baik

dalam

mengidentifikasi apa yang harus diukur dan juga dalam pengukuran


aktual.
Ketika kita mempunyai data variabel, ada tiga jenis peta kendali yang
dapat kita gunakan, yaitu:
1. Individuals & moving range control chart (I-MR).
2. Average & range control chart (Xbar & R-chart).
3. Average & standard deviation control chart (Xbar & S-chart).
Pengambilan keputusan untuk memilih ketiga peta kendali di atas
adalah berdasarkan jumlah pengukuran yang kita buat dan berapa
banyak pengukuran tersebut digabungkan ke dalam satu subgrup.
Peta kendali yang termasuk adalah peta kendali x dan R serta peta
kendali X dan MR.
b. Data Atribut
Data atribut bersifat diskrit (discrete distribution). Data ini
umumnya

diukur

dengan

cara

dihitung

menggunakan

daftar

pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis, sebagai


contoh:

jumlah cacat dalam satu batch produk,

jenis kelamin (laki-laki/perempuan),

jenis warna cat (merah, gold, silver, hitam), dan lain-lain

Sifat discrete

distribution memberi

gambaran

data

atribut

berbentuk bilangan cacah yang nilai data harus integer atau tidak
pecahan, dapat dihitung, dan terhingga. Pengukuran data atribut akan
jauh lebih sederhana dibandingkan dengan pengukuran data variabel

karena data diklasifikasikan sebagai cacat atau tidak cacat berdasarkan


perbandingan dengan standar yang telah ditetapkan. Pengklasifikasian
ini tentunya menjadikan kegiatan inspeksi lebih ekonomis dan
sederhana. Ketika jenis data yang diukur adalah data atribut, terdapat
empat jenis peta kendali yang dapat kita gunakan, yaitu:
1. Proportion defective control chart (P-chart).
2. Number defective control chart (NP-chart).
3. Defects per count/subgroup control chart (C-chart).
4. Defects per unit control chart (U-chart).
Pemilihan peta kendali ini tergantung apakah kita mau menghitung
jumlah cacat per item atau hanya menghitung cacat total. Jika kita
hanya akan membedakan antara cacat atau tidak cacat, maka kita
menggunakan P-chart atau NP-chart. Namun jika kita menghendaki
analisis yang lebih mendalam, misal berapa banyak cacat pada semua
item, maka kita menggunakan C-chart atau U-chart. Pemilihan peta
kendali yang tepat juga dipilih berdasarkan pada apakah ada jumlah
konstan di setiap subgrup peta kendali. Peta kendali atribut umumnya
membutuhkan ukuran sampel yang jauh lebih besar daripada peta
kendali variabel.

Berikut adalah contoh-contoh peta kendali yang digunakan dalam


pengendalian proses statistik:

a) Peta Kendali

dan R
Peta kendali

dan R digunakan untuk memantau proses

yang diukur berdasarkan data variabel. Peta kendali X digunakan


untuk memantau perubahan suatu sebaran atau distribusi suatu
variabel asal dalam hal lokasinya (pemusatannya). Peta kendali R
digunakan untuk memantau perubahan dalam hal penyebarannya.

b)Peta Kendali - p
Peta kendali p digunakan untuk mengukur proporsi cacat
(tidak memenuhi syarat spesifikasi yang ditetapkan).

c) Peta Kendali - np
Peta kendali -np digunakan untuk mengukur jumlah unit
cacat. Peta kendali np dapat digunakan apabila ukuran contoh (n)
adalah konstan dan proporsi unit cacat relatif kecil.
d)Peta Kendali -C
Peta kendali - C digunakan untuk memantau jumlah cacat
yang timbul dari produk yang dihasilkan, bukan jumlah produk
yang cacat. Peta kendali ini tidak hanya digunakan untuk jumlah
cacat dalam produk, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran
yang menggunakan sebaran Poisson sebagai peubahnya.
e) Peta Kendali U
Peta kendali u relatif tidak berbeda dengan peta c dalam hal
sama-sama menggunakan sifat dari sebaran poisson. Perbedaannya
hanyalah terdapat pada peta kendali u terdapat kendali u spesifikasi
tempat atau waktu yang dipergunakan tidak harus sama. Tetapi
yang membedakan dengan peta kendali c adalah besarnya unit
inspeksi perlu diidentifikasi.

2.1.1.7 Run Chart


Run chart merupakan suatu bentuk grafik garis yang dipergunakan
sebagai alat analisis untuk mengumpulkan dan mengiuntepretasikan data serta
meringkas data sehingga mempermudah pemahaman, menunjukkan output
dari proses sepanjang waktu, menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam
situasi tertentu sepanjang waktu menunjukkan kecenderungan dari data
sepanjang waktu, membandingkan data dari tiap periode sekaligus memeriksa
perubahan yang terjadi.

Gambar 7. Contoh Run Charts

2.2

MSA (MEASUREMENT SYSTEM ANALYSIS)


Adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan pengukuran
suatu parameter produk atau proses yang dimulai dari identifikasi
karakteristik yang akan diukur yang dibandingkan dengan spesifikasi yang
ada, pemilihan jenis alat ukur yang tepat, kemudian menganalisa dari hasil
pengukuran yang didapat dari data yang diperoleh dalam pengukuran
tersebut. Selanjutnya menentukan keputusan berdasarkan informasi dari
proses yang berupa data, dimana data tersebut diperoleh dari hasil
pengukuran. Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan
besarnya variasi yang diperoleh dan memiliki hasil pengukuran yang
sesuai dengan spesifikasi yang ada serta dapat diterima oleh customer.

2.2.1

Fungsi Data Pengukuran

Data pengukuran ini dapat memiliki fungsi antara lain sebagai berikut:
1. Melakuakan adjustment atau tidak dalam proses
2. Menentukan apakah ada hubungan yang signifikan antara dua atau lebih
variable.

2.2.2

Mutu Data Pengukuran

Berkaitan dengan sifat-sifat statistik hasil pengukuran multiple dari sistem


pengukuran yang stabil. Sifat-sifat statistik yang berkaitan dengan mutu data
dibagi menjadi dua, yaitu bias dan variance
a. Bias
Dihubungkan dengan lokasi data dengan master value
b. Variance
Dihubungkan dengan penyebaran data (spread of data)
Jika interaksi sistem pengukuran dan lingkungan terlalu banyak,
maka mutu data akan semakin rendah selain itu dalam kenyataannya tidak
semua variasi tidak diinginkan. Sistem pengukuran harus diperbaiki
apabila mutu data tidak dapat diterima. Apabila hasil pengukuran dekat
dengan nilai master yang menjadi spesifikasi maka mutu dianggap tinggi.
Namun sebaliknya jika hasil pengukuran jauh dari nilai master yang
menjadi spesifikasi maka mutu dianggap buruk atau rendah
MSA dapat diperoleh dari dua karakteristik yaitu presisi dan akurasi.
1. Presisi
Adalah nilai variasi part saat diukur beberapa kali dengan alat ukur
yang sama. Presisi mempunyai dua komponen:

Repeatability : variasi alat ukur yang terjadi pada pengukuran yang


sama dengan alat ukur yang sama dan berulang kali

Reproducibility : variasi yang diakibatkan oleh appraiser yang


berbeda namun mengukur part yang sama dengan alat ukur yang
sama pula

2. Akurasi
Adalah perbedaan antara hasil pengukuran part dengan nilai
sebenarnya dari part tersebut. Akurasi mempunyai tiga komponen :

Stability : pengukuran harus mempunyai nilai yang sama baik


dahulu atau sekarang

Linearity : hasil pengukuran tepat pada rentang ukuran tertentu.

Bias : perbedaan nilai rata-rata pengukuran dengan nilai


sebenarnya.

Selain itu MSA juga dapat memastikan perubahan kecil yang ada di part,
disebut dengan deskriminasi.
Deskriminasi adalah sistem pengukuran harus mampu membagi nilai
terkecil dari distribusi normalmenjadi minimal lima kategori. Misalnya
sebuah vernier caliper dengan tingkat resolusi 0.1 mm dapat mengukur
part (misalnya dimensinya 10.0 mm), maka dengan hasil yang diperoleh
sebagai berikut 10.1, 9.9, 9.8, 10.2, 10.0 dengan number of distinct
category minimal 5.
2.2.3

Sistem Pengukuran

Adalah sekumpulan operasi, prosedur, alat ukur (gage) dan peralatan


yang lain, perangkat lunak dan personil yang melakukan sejumlah
karakteristik yang diukur. Dengan kata lain ialah seluruh proses yang
digunakan untuk mendapatkanh pengukuran. Mutu dalam sitem pengukuran
bergantung

pada

sifat

statistikdari

data

yang

dihasilkan,

dengan

mempertimbangkan faktor lain yaitu biaya yang rendah dan penggunaannya


yang mudah. Sifat-sifat statistik yang harus dimiliki dalam sistem
pengukuran adalah sebagai berikut.

1. Sistem pengukuran harus dalam pengendalian secara statistik (statistical


control).
2. Variasi sistem pengukuran harus lebih kecil dibandingkan dengan variasi
proses.
3. Variasi harus kecil dibandingkan dengan batas spesifikasi yang digunakan.
Berikut ini ialah hal mendasar dalam sistem pengukuran
a. Sistem pengukuran harus

mempunyai

deskriminasi yang cukup.

Deskriminasi itu sendiri ialah kemampuan sistem pengukuran mendeteksi


perubahan kecil dari karakteristik yang diukur. Deskriminasi yang
dikehendaki ialah 1/10 dari tolenransi produk
b. Sistem pengukuran stabil secara konsisten. Apakah sifat-sifat statistik
konsisten terhadap range yang dikehendaki dan dapat diterima untuk
analisa proses atau penegendalian.

2.2.4 Mengapa Analisa Sistem Pengukuran (MSA) Penting?


Ingat tujuan dari pengendalian proses (proses control) yaitu:
1. Peningkatan proses (process improvement)
2. Pengukuran variasi (variability) pada produk dan proses
Aplikasi dari analisa sistem pengukuran
a. Sebagai kriteria penerimaan alat baru
b. Suatu metode dalam perbandingan beberapa alat pengukuran
c. Dasar penilaian alat ukur yang diduga masalah
d. Untuk membandingkan alat ukur sebelum dan sesudah perbaikan
e. Salah satu komponen dalam menghitung variasi proses, dan level yang
dapat diterima untuk nproses produksi.

2.2.5 Hal-hal Yang Harus Dipertimbangkan Saat Pemilihan Prosedur Sistem


Pengukuran
a. Apakah akan menggunakan standar pengukuran atau tidak.
b. Biaya testing sistem pengukuran
c. Waktu yang digunakan saat testing
d. Terminilogi yang belum diterima secara umum seperti akurasi, presisi,
repeatability.
e. Apakah pengukuran akan di benchmark
f. Frekuensi pemantauan

2.2.6 Langkah-Langkah Dalam Analisa Sistem Pengukuran


a. Menetapkan karakteristik yang akan diukur.
b. Menentukan sifat-sifat statistik yang diperlukan oleh sistem pengukuran
sesuai karakteristik dari manajemen.
c. Memastikan sistem pengukuran yang digunakan memiliki sifat-sifat
karakteristik diperlukan.

2.2.7 Sifat-Sifat Statistik Dalam Sistem Pengukuran


1. Bias (accuracy)
Yaitu perbedaan antara nilai pengamatan dengan nilai referensi.
Bias = nilai tara-rata yang diamati reference value
Berikut ialah kemungkinan-kemungkinan jika hasil biasnya besar,

Kesalahan pada master (reference value)

Komponen-komponen yang aus

Peralatan dipakai pada dimensi yang salah

Peralatanm dipakai untuk mengukur karakteristik yang salah

Peralatan tidak dikalibrasi dengan benar

Peralatan digunakan dengan cara yang salah

2. Repeatability (equipment variation = EV)


Yaitu variasi pengukuran dari satu alat ukur dalam mengukur karakteristik
yang sama pada benda yang sama berulang-ulang kali oleh seorang
operator. Dua penyebab repeatability error yaitu:
1. Variasi pengukuran karena alat ukur itu sendiri
2. Variasi letak dari part pada alat ukur
Hal tersebut dapat dianalisa menggunakan range chart. Contoh ilustrasi
repeatability dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

3. Reproducibility (Appraiser Variation =AV)


Variasi dari rata-rata pengukuran oleh operator yang berbeda dengan alat
ukur yang sama saat mengukur karakteristik yang sama dibenda yang
sama pula.daoat dianalisa menggunakan x chart
4. Stability
Yaitu total variasi pengukuran dari waktu ke waktu
5. Linearity

Yaitu perbedaan bias alat ukur pada rentang operasinya.


Didalam studi MSA (measurement system analysis), dimana didalamnya
terdapat studi sebaran yang biasa dikenal dengan Gage R&R, kita mengenal 2
metode perhitungan

Gage

R&R.

1. Metode perhitungan Gage R&R berdasarkan perhitungan perbandingan variasi


pengukuran dibanding dengan variasi total (Gage R&R berdasarkan variasi total).
2. dan Metode perhitungan Gage R&R berdasarkan perhitungan perbandingan
variasi pengukuran dibanding dengan toleransi (Gage R&R berdasarkan toleransi
produk).
Sebelum kita membahas perbedaan antara kedua jenis metode tersebut, sebaiknya
kita memahami maksud dari variasi pengukuran terlebih dahulu.
Variasi pengukuran adalah variasi hasil ukur terhadap part yang sama ketika
diukur berulang. Karena part yang diukur sama, seharusnya hasil pengukurannya
sama, tetapi

aktualnya

hasil

pengukurannya

tidak

sama. Setelah

kita memahami variasi pengukuran, baru kemudian kita mempelajari maksud dan
fungsi dari kedua metode sistem pengukuran Gage R&R.
1. Gage R&R berdasarkan total variasi
Misalnya kita memiliki 5 part Bracket hasil produksi. Bracket 1 memiliki
diameter 10,1, bracket 2 (10,3) bracket 3 (10,1), bracket 4 (10,0), bracket 5 (10,4)
artinya variasi part bracket adalah 10,0 s/d 10,4, variasi ini dikenal sebagai variasi
antar part
Berdasarkan data sebelumnya ternyata satu part ketika diukur berulang, tidak
selalu menghasilkan data pengukuran yang sama (ada variasi pengukuran). Kita
menggunakan perumpanaan variasi pengukuran 0,3, maka part dengan ukuran
10,0 mungkin akan diukur 9,9 atau 10 atau 10,1; demikian pula part dengan
ukuran 10,4 mungkin akan diukur 10,3, 10,4 atau 10,5
Dari total data yang kita miliki variasi total dari data adalah 9,9 (part dengan
ukuran 10 yang hasil pengukurannya 9,9) s/d 10,5 (part dengan ukuran 10,4 yang
hasil pengukurannya 10,5) variasi ini dikenal dengan istilah variasi total
(gabungan dari variasi part plus variasi pengukuran).

Perhitungan Gage R&R dengan metode total variasi adalah

BAB III
METODOLOGI
3.1 Lembar Harian Kegiatan Magang
3.1.1 Kamis, 10 Juli 2014
a. Pembekalan Materi 5R
Merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan
tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih,
dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan,
dan dengan demikian 4 bidang sasaran pokok industri, yaitu
efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja dapat lebih
mudah dicapai.
b. Flow proses pembuatan ban radial
3.1.2 Jumat, 11 Juli 2014
a. Pengenalan Dept. Inspeksi
Departement inspeksi berfungsi untuk memastikan kualitas
hasil produksi agar dapat diterima oleh customer serta melakukan
perbaikan apabila terdapat produk yang tidak sesuai.
3.1.3 Senin, 14 Juli 2014
a. Cement House
Adalah salah satu bagian dalam dept inspeksi yang bertugas
untuk memproduksi cairan cement (perekat) yang digunakan dalam
pembuatan ban.

b. Final Inspection
Adalah salah satu bagian dalam dept inspeksi yang bertugas
untuk mengecek ban hasil produksi sebelum masuk ke WH.
c. QC In Process

Adalah salah satu bagian dalam dept inspeksi yang bertugas


untuk memantau/mengecek proses produksi di setiap section dari
material sampai menjadi Green Tire.
3.1.4 Selasa, 15 Juli 2014
a. SPC
SPC atau Statistical Process Control adalah suatu sistem
yang digunakan untuk mengontrol dan memastikan parameter
produk hasil produksi sesuai dengan yang telah ditentukan. Untuk
mengontrol parameter produk digunakan contol chart. Baik x chart
maupun r chart.
b. MSA
MSA atau Measurement System analysis adalah sistem
yang digunakan untuk menganalisa hasil-hasil pengukuran untuk
mengetahui variasi dari pengukuran yang dilakukan.
3.1.5 Rabu, 16 Juli 2014
a. QC In Process di tiap section
Melakukan pengontrolan parameter proses yang dilakukan
dalam suatu mesin apakah kualitasnya baik atau tidak. Kita
mengetahuinya melalui control chart yang ada di setiap mesin

3.1.6 Kamis, 17 Juli 2014


a. Melakukan Pengukuran Dengan Metode MSA Pada Mesin
Weighing Scale
Mesin weighing scale digunakan untuk menimbang Green
tire setelah selesai di assembly di mesin building. Pengukuran
dilakukan untuk mengetahui tingkat variasi pengukuran dari mesin
tersebut.
b. Mengetahui Jobdesc Dept Inspeksi
1. Job desc Dept. Head QC head , Bagian : In Process
Control, Dept : QC, Divisi : Manufacturing
Peran

Mengelola administrasi dan operasional dept QC yang meliputi


inprocess control, FI dan System. Mampu menganalisa setiap data
proses produksi dan mengambil keputusan. Dikelola berdasarkan
prosedur

yang

berlaku

untuk

memenuhi

persyaratan

sistem

manajemen mutu dan lingkungan.


Tugas dan Tanggung Jawab
1. Koordinator In Process Control dan FI dalam pencapaian mutu.
2. Memprakarsai perbaikan dan pencegahan untuk :
a. Pencapaian sasaran perusahaan
b. Ketidaksesuaian produk yang memiliki dampak buruk pada
kualitas produk
c. Customer complain dan claim serta melapor ke Plan Head
3. Merencanakan dan mengendalikan system mutu dan lingkungan
sesuai prosedur yang berlaku.

Wewenang
1. Menyetop proses produksi yang tidak sesuai.
2. Mendisposisi / menolak produk yang tidak sesuai.
3. Meminta untuk melakukan perbaikan.
4. Mengajak personel yang bertanggung jawab untuk melakukan
inspeksi ulang jika memang diperlukan.
5. Melakukan perubahan sistem manajemen mutu.

2. Job Desc Assisten Dept. Head, Bagian : In Process Control,


Dept : QC, Divisi : Manufacturing
Peran
Membantu merencanakan dan mengendalikan adminidtrasi dan
operasioanal pengendalian kualitas material in process. Berinisiatif
untuk memonitor jalannya pengendalian kualitas agar tercapai sasaran
perusahaan yang ditetapkan sesuai prosedur sistem manajemen mutu
dan lingkungan.
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Mengidentifikasi kapabilitas proses dan produk.
2. Bertanggung jawab terhadap in proses control dan inspeksi in
proses material.
3. Manjalankan dan memelihara sistem mutu dan lingkungan yang
berkaitan dengan aktivitas pengendalian material in proses.
4.

Menginformasikan dn memeinta perbaikan mutu produk yang


tidak sesuai kepada dept. Terkait.

Wewenang
1. Menyetop proses produksi pada saat tertentu.
2. Menolak / memisahkan produk yang tidak sesuai.
3. Mendisposisi produk yang tidak sesuai.
4. Meminta dept terkait untuk memperbaiki kualitas produk.

3.

Job Desc Section Head, Bagian : In Process Control,


Dept : QC, Divisi : Manufacturing
Peran

Mengawasi pelaksanaan pengendalian kualitas in proses material


dan jenis produk pada masing-masing kelompok kerja sesuai prosedur.
Tugas dan Tanggung jawab
1. Bertanggung jawab atas kelancaran proses inspeksi in proses dan
jenis produk.
2. Menjembatani informasi dari team leader kepada koordinator shift
produksi.
3. Berkoordinasi dengan ADH dalam melaksanakan proses inspeksi in
proses matarial dan jenis produk.
4. Melapor hasil pengawasan pelaksanaan inspeksi kepada Dept.
Head.
Wewenang
1. Dapat menyetop produksi pada saat tertentu.
2. Memberi disposisi produk / proses yang tidak sesuai.

4. Job Desc Section Head, Bagian : system dan document control, Dept
: QC, Divisi : Manufacturing
Peran
Membantu dept head dalam melakukan perencanaan dan evaluasi
pelaksanaan operasioanal sistem manajemen mutu dan lingkungan.
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Melaporkan pencapaian sasaran kualitas yang ditetapkan .
2. Membantu pelaksanaan manajemen review.
3. Membantu dalam penyelesaian customer complain.

4. Mempersiapkan

dan

mengevaluasi

kekesuaian

dokumentasi

terhadap syarat sistem manajemen mutu dan lingkungan.


Wewenang
1. Mengusulkan perubahan sistem manajemen mutu.

5. Job Desc Assisten Section Head, Bagian : In Process Control, Dept :


QC, Divisi : Manufacturing
Peran
Membantu pengawasan pelaksanaan inspeksi in proses dan
pelaksanaan perbaikan mutu produk.
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Berkoordinasi dengan dept. Terkait dalam upaya perbaikan mutu
produk.
2. Melaporkan aktivitas perbaikan

6. Job Desc Team Leader , Bagian : in proses control, Dept : QC,


Divisi : Manufacturing
Peran
Mengkoordinasikan pelaksanaan adminidtrasi dan teknis dalam
proses inspeksi sesuai prosedur sistem manajeman mutu dan
lingkungan pada ruang lingkup kerja yang telah di tentukan.
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Melakikan pengawasan terhadap kelancaran proses inspeksi /
produksi.

2. Menjamin kesesuaian pelaksanaan operasional sesuai dengan


prosedur sistem manajemen mutu dan lingkungan yang telah
terdokumentasi.
3. Menjembatani informasi antara anggota team dengan section head /
assisten dept head.
4. Melaporkan hasil aktivitas inspeksi pada section / assisten dept
head.
Wewenang
1. Dapat menyetop produksi pada saat tertentu.
2. Memisahkan dan mendisposisi produk yang tidak sesuai.

7. Job Desc Controller, Bagian :in proses control, Dept : QC, Divisi :
Manufacturing
Peran
Melakukan pemeriksaan kesesuian parameter produk dan proses
terhadap standar, serta membantu dalam penyelesaian permasalahan
produk ataupun proses dalam proses produksi sesuai prosedur sistem
manajemen mutu dan lingkungan
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Memeriksa kesesuian parameter produk atau proses sesuai pedoman
kerja sistem manajemen mutu dan lingkungan
2. Menjembatani informasi keabnormalan produk atau proses antara
operator produksi dengan team leader.
Wewenang
1. Mendisposisi produk yang tidak sesuai.
3.1.7 Jumat, 18 Juli 2014
b. Scrap Green tire

suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi suatu


produk tidak lepas dari kemungkinan terjadi product yang defect.
Defect ini terjadi karena beberapa faktor penyebab. Defect yang
tidak dapat diperbaiki atau di repair disebut dengan product scrap
yang nantinya akan dihancurkan. Green tire merupakan produk
hasil assembly dari beberapa material seperti ply, bead forming,
sidewall, tread, stell belt dll. Banyak jenis-jenis defect pada green
tire yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.

BAB IV
PELAKSANAAN
4.1 Materi 5R
5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan
tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib,
maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan demikian

4 bidang sasaran pokok industri, yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas, dan


keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.
5R terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Ringkas, yaitu memilih barang yang dipakai dan yang tidak dipakai dan
dipisahkan. Tujuannya yaitu untuk menghindari pemandangan yang
kurang baik. Selain itu, tujuan terpenting ialah dapat mencapai 0%
waste supaya barang yang tidak diperlukan tidak ada.
2. Rapi, yaitu menyusun barang-barang yang diperlukan pada tempat yang
telah disediakan agar pada saat dibutuhkan mudah untuk mencari.
Tujuannya ialah 0% delay atau tidak adanya waktu yang terbuang untuk
mencari barang tersebut.
3. Resik, yaitu memebersihkan barang-barang yang telah disusun rapi
dengan tujuan agar dapat tercapai 0% breakdown atau meminimalisir
kerusakan yang dapat terjadi.
4. Rawat, yaitu melakukan suatu tindakan dengan memelihara barang
tersebut agar dapat dicapai 0% defect atau tidak barang yang cacat.
5. Rajin, yaitu suatu karakter yang dihasilkan dari keempat elemen di atas.
4.2 Flow Process pembuatan ban radial

4.3 Pengenalan Dept. Inspeksi


Merupakan suatu dept. yang memastikan kualitas produk yang dihasilkan
yang bertujuan untuk memuaskan customer. Dept. Inspeksi di plant D dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Cement house
Merupakan suatu bagian yang membuat cairan perekat untuk menyuplai
proses produksi. Cairan yang dihasilkan antara lain sebagai berikut :
a. CM3, yaitu suatu cairan yang digunakan untuk menyambung tread yang
terdiri dari beberapa material seperti compound Z503, SO, Sulfur, ZPG,
dan CZ. Semua material di atas digiling dalam suatu tungku menjadi

cairan ECM3. Cairan ECM3 dicampur dengan exol dan koresin yang
mana pada proses selanjutnya campuran tersebut dicampur dalam mesin
mixer selama 5 jam pada suhu kamar.
b. CM1, yaitu cairan yang digunakan untuk melumasi kawat bead
grommet yang terdiri dari beberapa komposisi material antara lain :
Compound Z501, MR6 yang dicampur dan menghasilkan campuran
MCM1. Campuran tersebut dicampur dengan exol dan koresin yang
digiling dalam mesin mixer selama 5 jam pada suhu kamar.
c. CM6, yaitu suatu cairan yang digunakan sebagai marking pada tread.
Terdapat 6 jenis warna yang diproduksi antara lain : putih, kuning hijau,
biru, orange, dan merah. Bahan-bahannya antara lain : compound
Z5CM6, Sulfur, TMTD, DM, dn pigmotex dicampur menjadi campuran
MCM6 dicampur kembali dengan exol dimix selama 5 jam pada suhu
kamar.
d. Koresin

1,5%,

yaitu,

cairan

koresin

dicampur

dengan

exol.

Perbandingan antara koresin dengan exol yaitu 1,5% : 98,5%,


digunakan sebagai lem pada mesin extruder.
2. QC In Process
Memantau atau mengontrol hasil produksi di setiap section. Petugas
inspeksi serta operator memiliki peranan untuk memastikan kualitas
produk yang dihasilkan setiap mesin. Petugas inspeksi memantau hasil
produksi dari topping calender sampai visual inspection. Banyak
parameter product yang dicek disetiap section, antara lain sebagai berikut.
a. Topping calender
Yaitu bagian yang membuat treatment. Parameter product
yang dikontrol pada bagian ini ialah tebal dan lebar pada
ban itu sendiri, appearance nylon serta appearance
treatment. Contoh-contoh defect yang terjadi pada bagian
ini ialah :
Compound botak, keputusan ialah scrap
Treatment scorch, keputusannya ialah scrap
Wrinkle, keputusannya scrap

Foreign material, keputusannya scrap


Compound blister, keputusannya scrap
b. Tubeless
Bagian yang memproduksi tubeless inner linner. Pada
bagian ini parameter produk yang dikontrol ialah tebal dan
lebar. Defect yang sering terjadi ialah :
Blister
Lubang-lubang
c. Tread extruder
Ialah bagian yang memproduksi tread atau bagian terluar
dari ban yang bersentuhan langsung pada aspal. Parameter
produk yang dikontrol yaitu lebar, tebal, panjang, dan berat.
Defect yang sering terjadi ialah :

Foreign material
Compound scorch
Tread tidak center
Tread pecah-pecah

d. Sidewall
Bagian yang memproduksi sidewall. Parameter produk
yang dikontrol yaitu lebar, tebal, panjang, dan berat. Defect
yang sering terjadi ialah :

Sidewall sobek
Porosity
Lebar kanan dan kiri tidak sama
Compound scorch

e. Bead grommet
Bagian yang memproduksi bead forming dan bead
grommet. Defect yang sering terjadi ialah :

Gulungan kendor
Kawat renggang
Compound botak
Wire berkarat
Wire bengkok
Apex terbuka
Apex off center

Foreign material

f. Bias cutting
Bagian yang mempunyai tugas untuk memotong treatment
menjadi ply dengan sudut pemotongan 90o (radial). Defect
yang sering terjadi ialah :

Ply melipat
Foreign material
Sidegum

g. Slitting
Bagian yang berfungsi untuk menghasilkan jointless.
Defect yang sering terjadi ialah :

Compound scorch
Foreign material
Melipat
Berlubang

h. Steel calender
Bagian yang memproduksi steel belt. Defect yang sering
terjadi ialah :

Steel belt kurang press


Scorch
Opencord
Botak
Melipat

i. Building
Merupakan bagian yang mengassembly dari beberapa
material menjadi green tire. Karakteristik yang dicek ada 2
yaitu produk dan proses.
1) Produk

Identitas sesuai barcode


BEC (hasil pengukuran dari center ke ujung

sidewall)
Berat green tire
GOC (keliling green tire)

PDW (jarak dari ujung ke ujung tread setelah

menjadi green tire)


Identitas barcode
Appearance

Jarak bead to bead


Posisi lampu
Life time bladder
Solenoid
Keliling BT drum
Transfering
Pressure
Pick point
Temperature ruangan

2) Proses

j. Weighing scale
Merupakan bagian yang bertugas untuk menimbang green
tire sebelum diberi cairan GIP dan sebelum dimasak.
Apabila green tire yang ditimbang overweight atau
underweight maka green tire akan dipisahkan dan
menunggu adjustment dari technical apakah scrap atau
repair.
k. Curing
Merupakan bagian yang bertugas untuk memasak green tire
menggunakan nitrogen bertekanan tinggi dengan pressure
sebesar 90 ton dan temperature eksternal 173o dan internal
198o. Defect yang sering terjadi ialah :

Under cure
Over cure
Low pressure
Foreign material

l. X-ray
Bagian yang bertugas untuk melihat alur dari steel seperti
proses rontgen.
Pemeriksaan

dilakukan

100%

apabila

OEM

mengistruksikan 100%. Untuk ban OEM diambil sample

sebanyak 20 ban sedangkan ban OK 5 ban untuk setiap


sizenya. Defect yang sering terjadi ialah :

Belt menyimpang
Sambungan belt tidak standar
Joint bead tidak standar
Foreign material
Bead bengkok

3. Final inspection

Alur Proses Mendisposisi Produk NG

Ket : Produk NG, Claim, Finish Produk

Start

NG.

Ket : Informasi dari dept gudang dan dept

Informasi material dan


produk yang tidak sesuai

produksi terkait produk yang NG.

Ket : Material digudang diberi kartu hold

Pemberian kartu hold &


pengkarantinaan di area
hold

oleh personal laboratorium, untuk di


lapangan oleh inspektor QC
kemudian dipisahkan ke area hold.

Investigasi
penyebab
ketidaksesuaian

cKet :

CP

Dilakukan oleh personal


laboratorium atau inspektor qc serta
dibantu dept terkait untuk
menentukan akar masalah dan
dampaknya.

Ket : membutuhkan pertimbangan dari

Pembuatan
disposisi

R&D dan Technical untuk


memutuskan produk di scrap atau di
repair, diseleksi dan dikembalikan
ke suplier, release ok, dll.

A
A

Perlu minta waiver ke customer

cc Ket :

QC dapat meminta ke

marketing melalui TS untuk


Ya

mengajukan waiver ke customer.

Ajukan waiver
ke customer

tidak

Apakah permasalahannya mayor?

Ket : masalah mayor bila sistem yang ada


tidak dapat menangkap
permasalahan dan ada insiden yang
menyebabkan scrap dengan jumlah

tidak

yang besar.
ya
Ket : Corrective action dilaksanakan

Corrective
action

berdasarkan prosedur yang berlaku.

Apakah ada FG terkirim ke


customer?

Ket : Keputusan disposisi dari QC maka


dilakukan pemeriksaan apakah FG
Ya

lolos ke Customer atau tidak.

Ket : Jika ada yang lolos pada FG akibat


tidak

Penanganan
khusus

kesalahan pengontrolan maka


diadakan meeting dengan dept
terkait. Keputusan dalam meeting
dijadikan referensi penanganan

B
B

khusus.

Ket : Material disposisi ditujukan ke


Info hasil
disposisi

warehouse dan jika perlu ke dept


terkait.
Ket : Hasil penanganan: Defect

Pelaksanaan
disposisi

appearance, Out static balance, Out


dynamic balance, Out uniformity,
Wobbling

Dokumentasi

Ket : semua hasil pengendalian yang tidak


sesuai dicatat dan didokumentasikan
Ket : Out process:

Finish

Material hasil disposisi


Material in process atau produk
hasil disposisi

Anda mungkin juga menyukai