Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANAGEMENT MUTU PERTEMUAN PERTAMA

 Cara menenjukan jumlah sampel


Banyak rumus pengambilan sampel penelitian yang dapat digunakan untuk
menentukan jumlah sampel penelitian. Pada prinsipnya penggunaan rumus-rumus
penarikan sample penelitian digunakan untuk mempermudah teknis penelitian. Sebagai
misal, bila populasi penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau
wilayah populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus pengambilan sample tertentu
dimaksudkan untuk memperkecil jumlah pengambilan sampel atau mempersempit
wilayah populasi agar teknis penelitian menjadi lancar dan efisien.Contoh-contoh praktis
pengambilan sampel yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1. RUMUS SLOVIN

Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

2. RUMUS ISSAC DAN MICHAEL

Keterangan :

s = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
λ2 = Chi Kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
d = 0,05
P = Q = 0,5
3. RUMUS SAMPLING FRACTION PER CLUTSER

Kemudian didapat besarnya sample per cluster

ni = fi x n
Keterangan :
fi = sampling fraction cluster
Ni = banyaknya individu yang ada dalam cluster
N = banyaknya populasi seluruhnya
n = banyaknya anggota yang dimasukkan sampel
ni = banyaknya anggota yang dimasukkan menjadi sub sampel

Menurut Sugiyono pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma)


sebaiknya dibulatkan ke atas.

Sugiono mengemukakan cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis, yaitu
dengan tabel Krejcie. Dengan cara tersebut tidak perlu dilalukan perhitungan yang rumit.
Krejcie dalam melakukan perhitungan sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel
yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi.

4. MENGGUNAKAN TABEL KREJCIE

N = Populasi S = Sampel (Sugiono, 2005:63)


 TOOLS UALITY MANAGEMENT
1. Check Sheet
Adalah lembar pengumpulan data yang diperbuat untuk mempermudah pengumpulan dan
penggunaan data

2. Pareto Diagram
Pareto diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan masalah utama menurut
bobotnya.
Kegunaannya untuk :
1. Menunjukan jenis persoalan utama
2. Membandingkan masing-masing jenis persoalan terhadap keseluruhan
3. Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas
4. Membandingkan hasil perbaikan masing-masing jenis persoalan sebelum dan sesudah
perbaikan.
Dengan memakai Pareto Diagram ini, kita dapat mengkonsentrasikan arah penyelesaian
persoalan, maka dari itu Pareto Diagram merupakan langkah pertama didalam melakukan
perbaikan.

3. Cause-effect diagram
Diagram sebab-akibat adalah diagram yang menunjukan kumpulan dari sekelompok sebab-
sebab yang disebut sebagai factor, serta akibat yang timbul karenanya yang disebut
sebagai karakteristik mutu.
Kegunaan sebab-akibat adalah untuk menemukan factor-faktor yang merupakan sebab
pada suatu masalah.
Prisip yang dipakai adalah Brainstrorming atau sumbang saran.
Untuk mempermudah menemukan factor penyebab pada umumnya factor-faktor
tersebut dikelompokan dalam 5 faktor utama, yaitu :
– Man
– Material
– Metode
– Machine
– Environment
Sesuai dengan perkembangan pikiran manusia dan perubahan perilaku konsumen, maka
baru-baru ini munculah pendapat baru yang mengembangkan 4M+ 1E tersebut diatas,
dengan menambahkan 2M, yaitu
– Minute (waktu)
– Market (pasar)
4. Stratification
Adalah suatu upaya untuk mengurai atau mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok
atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsure-unsur tunggal dari persoalan.
Penguraian misalnya dilakukan menurut :
1. Jenis kesalahan
2. Penyebab kesalahan/kerusakan
3. Lokasi kesalahan/kerusakan
4. Bahan (material), hari pembuatan, unit kerja, pekerja/pembuat, penyalur, dll.

Kegunaannya untuk mengetahui/ melihat secara lebih terperinci pengelompokan factor-


faktor yang akan mempengaruhi karakteristik mutu
5. Scatter diagram
Adalah suatu diagram yang menggambarkan korelasi (hubungan) dari suatu
penyebab/factor terhadap penyebab/factor lain atau terhadap akibat/karakteristik mutu.
Scatter Digram berguna untuk melihat ada atau tidaknya korelasi dari suatu penyebab
terhadap penyebab lain atau terhadap karakteristik mutu.
6. Histogram
Histogram adalah peta/diagram yang menunjukan harga rata-rata (ᵪ) dan derajat
penyebaran (ᵟ)
Kegunaan :
1. Apakah suatu produk dapat diterima atau tidak
2. Apakah proses produk sudah sesuai tau belum
3. Apakah perlu diambil langkah-langkah perbaikan

7. Control Chart
Control chart merupakan grafik dengan pencantuman batas maximum dan minimum yang
merupakan batas daerah pengendalian. Jika terdapat data diluar batas daerah
pengendalian, bagian ini menunjukan adanya penyimpangan, tetapi tidak menunjukan
penyebab timbulnya penyimpangan tersebut.

 STATISTICAL PROSES CONTROL CHARTS

Tujuan utama dari peningkatan kualitas tidak hanya untuk menyediakan kualitas produk
yang baik tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kepuasan konsumen. Pada dasarnya,
peningkatan produktivitas dan kepuasan konsumen harus beriringan agar memberikan
perusahaan biaya yang murah dalam peningkatan kualitas tersebut. SPC adalah teknik yang
memampukan pengendali kualitas untuk memonitor, menganalisis, memprediksikan,
mengontrol, dan meningkatkan proses produksi melalui control charts. Control
charts merupakan alat dalam menganalisis variasi dari proses produksi. Biasanya plot control
charts terdiri dari garis-garis yang menunjukkan Under Control Limit (UCL), Center
Line (CL), Lower Control Limit (LCL), serta mean sampel.

Gambar 1. Control chart

Control limit/garis kontrol adalah garis batas yang menggambarkan kemampuan


berdasarkan pengalaman dan kemampuan teknik. Limit spesifikasi adalah batas-batas
spesifikasi yang ditentukan oleh konsumen (dalam/luar) atau target yang harus dipernuhi.
Walaupun proses menunjukkan keadaan terkontrol (di dalam garis kontrol) harus
diperhatikan juga apakah proses sesuai dengan limit spesifikasi. Manfaat digunakannya garis
control dalam SPC adalah untuk mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses.

Garis kontrol dalam control chart merupakan alat yang efektif untuk mendeteksi penyebab
khusus dari suatu variasi. Jika terdapat poin-poin yang berada di luar garis control, maka
akan diindikasikan bahwa proses berada di luar control dan tindakan koreksi harus
dilakukan.

Gambar 2. Contoh control chart yang out of control

Control charts variabel

Monitor control charts tidak hanya dilihat dari mean sampel tetapi juga variabiltas dari
karakteristik sampel (parameter). Ketika parameter tersebut diukur sebagai data variable
(panjang, tinggi, diameter, dan lain-lain), chartMean ( ), Range (R), dan Standar Deviasi (S)
biasa digunakan.

Chart dan R

Charts-R digunakan untuk mengetahui bahwa proses stabil atau tidak. Chart dan R
digunakan bersamaan untuk memonitor baik mean sampel maupun variasi di dalam sampel
yang terdistribusi. Jika chart dan R menunjukkan semua observasi data berada di dalam
garis kontrol dan variasinya menunjukkan plot yang random, maka dapat disimpulkan bahwa
proses berjalan stabil dan dibawah kendali.

Chart dan S

Chart S digunakan untuk menunjukkan jika di dalam proses terdapat level yang signifikan
pada variabilitas proses. Variasi yang besar pada plot data mengindikasikan proses bersifat
tidak stabil.

Moving Range

Ketika data kontinyu individual (subgroup), chart moving range dapat digunakan untuk
memonitor proses produksi.

Control charts tidak menunjukkan berapa banyak dari produk produksi yang berada dalam
spesifikasi tetapi lebih pada bagaimana suatu proses produksi berjalan, berapa banyak
variabilitas yang ditunjukkan, dan apakah proses produksi tersebut bersifat stabil. Jumlah
perkiraan suatu produk defect di dalam proses produksi dapat diukur dengan suatu metode
yang disebut Analisis Kapabilitas Proses (AKP).

 STATISTICAL SAMPLING TECHNQUE


Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2001) adalah: Teknik sampling adalah
merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56). Pengertian teknik
sampling menurut Margono (2004) adalah: Teknik sampling adalah cara untuk
menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.

Langkah Dalam Teknik Sampling

Menurut Dalen (1981), beberapa langkah yang harus diperhatikan peneliti dalam
menentukan sampel, yaitu:
1. Menentukan populasi,
2. Mencari data akurat unit populasi,
3. Memilih sampel yang representative,
4. Menentukan jumlah sampel yang memadai.

Jenis teknik Sampling


Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Teknik sampling berdasarkan adanya randomisasi, yakni pengambilan subyek
secara acak dari kumpulannya, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu sampling
nonprobabilitas dan sampling probabilitas. Teknik-teknik sampling tersebut dapat dilihat
pada skema berikut.

Menurut Sugiyono (2001), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis ditunjukkan
pada diagram berikut ini:

Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik sampling dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

Yang termasuk ke dalam kelompok probability sampling antara lain: simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random
sampling, dan area (cluster) sampling (disebut juga dengan sampling menurut daerah).

Sedangkan yang termasuk ke dalam jenis nonprobability sampling antara lain: sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.

Berikut penjelasannya:
1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel
probability sampling meliputi:

a. Simple Random Sampling

Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel


anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.

Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan
pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil
memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya.
Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik tersebut dapat
dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Cara
pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan metode
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.

Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya akan
menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai
susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat
membuat strata.

Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya akan
menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar
b. Proportionate Stratified Random Sampling

Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai
susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat
membuat strata.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel


bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)

Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik ini digunakan
bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-
kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan
sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.

Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih banyak di
bandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit
memperoleh cluster yang benar-benar sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang
lain di dalam populasi.

2. Nonprobability sampling

Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling
ini antara lain:

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-
ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil
dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data
dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data
dihentikan.

Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit
sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel terlalu
sedikit, maka tidak akan dapat mewakili populasi.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data.

Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.
Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.


Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau
permasalahan penelitian.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil, kurang dari 30
orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju
yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel purposive dan snowball.

Pemilihan Jenis Teknik Sampling

Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas didasarkan adanya


randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari kumpulannya. Dalam
hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan anggota sampel sejalan dengan anggapan bahwa pada dasarnya probabilitas
distribusi kejadian ada pada seluruh bagian.

 Sampling Penerimaan (Acceptance Sampling) adalah sampling yang digunakan untuk


menentukan apakah suatu lot bisa diterima atau tidak, berdasarkan AQL (Acceptance
Quality Level / Tingkat Penerimaan Kualitas).

NAMA : MUHAMMAD IRWAN IDHAM

NIM ; D311 16 512

Anda mungkin juga menyukai