Dibawah ini adalah contoh Cause and Effect Diagram atau Fishbone Diagram :
B. Check Sheet
Check Sheet atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Lembar Periksa adalah alat
QC Seven Tools yang paling sederhana dan sering digunakan sebagai alat untuk
pengumpulan data. sebelum digunakan untuk disajikan dalam bentuk grafik. Dengan
menggunakan Check Sheet atau Lembar Periksa yang terstruktur dan standarisasi dengan
baik maka kita dapat meminimalisasi perbedaan cara pengambilan data berdasarkan
masing-masing orang.
Check Sheet merupakan tools yang sering dipakai dalam Industri Manufakturing untuk
pengambilan data di proses produksi yang kemudian diolah menjadi informasi dan hasil
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Check sheet ini dipergunakan untuk:
a. Saat kita ingin meneliti (observasi) suatu proses secara berulang-ulang pada orang yang
sama atau tempat yang sama.
b. Saat kita ingin mengumpulkan data pada Proses tertentu di Produksi.
c. Saat kita ingin mengetahui seberapa sering (frekwensi) suatu kejadian (events),
permasalahan (problem), cacat (defect), penyebab permasalahan (causes), lokasi cacat
(defect location) terjadi di proses produksi.
Berikut ini adalah contoh Check Sheet dalam meneliti data cacat dalam suatu proses
produksi :
C. Pareto Diagram
Pareto Diagram atau Diagram Pareto adalah alat statistik yang digunakan untuk
menunjukan urutan permasalahan dari yang tertinggi (paling banyak) hingga yang terendah
(paling sedikit). Bentuk dari Diagram Pareto adalah Grafik dengan Batang tertinggi berada
di sebelah kiri dan semakin rendah ke kanan. Dalam aplikasinya, Diagram Pareto sangat
bermanfaat dalam menentukan dan mengidentifikasikan prioritas permasalahan yang akan
diselesaikan. Permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah prioritas utama
kita untuk melakukan tindakan.
Sebelum membuat sebuah Diagram Pareto, data yang berhubungan dengan masalah atau
kejadian yang ingin kita analisis harus dikumpulkan terlebih dahulu. Pada umumnya, alat
yang sering digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan menggunakan Check Sheet
atau Lembaran Periksa.
Pareto diagram ini dipergunakan untuk:
a. Menunjukan jenis persoalan utama
b. Membandingkan masing-masing jenis persoalan terhadap keseluruhan
c. Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas
d. Membandingkan hasil perbaikan masing-masing jenis persoalan sebelum dan sesudah
perbaikan.
D. Histogram
Histogram adalah grafik statistik yang berbentuk batang untuk menunjukan frekuensi
distribusi atau seberapa seringnya suatu nilai itu terjadi dalam pengambilan data.
Manajemen dapat mengambil kesimpulan atau keputusan yang tepat berdasarkan pola
distribusi yang ditunjukan oleh Histogram. Manfaat dari penggunaan Histogram adalah
untuk memberikan informasi mengenai variasi dalam proses dan membantu manajemen
dalam membuat keputusan dalam upaya peningkatan proses yang berkesimbungan
(Continous Process Improvement).
Berguna untuk menguji bentuk dan penyebaran sample data:
a. Untuk melihat range dan distribusi dari data continuous (misalnya: berat barang yang
dikirim, dollar yang dibelanjakan dalam setiap PO, dsb)
b. Untuk melihat variasi dan tingkat pemenuhan spesifikasi/persyaratan pelanggan (size,
cycle time, suhu, dsb). Hanya berlaku untuk data continuous saja
E. Control Chart
Control Chart atau Peta Kendali adalah alat QC yang berbentuk grafik garis dan
dipergunakan untuk memantau stabilitas suatu proses dari waktu ke waktu. Pada umumnya,
Control Chart memiliki batas atas dan garis bawah serta garis tengah untuk nilai tengahnya.
Dipergunakan untuk memonitor atau memantau stabilitas dari suatu proses serta
mempelajari perubahan proses dari waktu ke waktu.
Tujuan utama dari penggunaan Control Chart adalah untuk mengendalikan proses
produksi sehingga dapat menghasilkan kualitas yang unggul dengan cara mendeteksi
penyebab variasi yang tidak alami (Penyebab Spesial, Penyebab yang tidak Natural) atau
disebut dengan process shift (terjadinya penggeseran proses) serta untuk mengurangi
variasi yang terdapat dalam proses sehingga menghasilkan proses yang stabil.
Yang dimaksud dengan Proses Stabil adalah Proses yang memiliki Distribusi Normal
yang sama pada setiap saatnya. Perlu diketahui, bahwa proses stabil yang dimaksud disini
tetap memiliki variasi, namun variasinya sangat kecil dan dapat dikendalikan.
Control chart digunakan ketika:
a. Mengontrol proses yang sedang berlangsung dengan menemukan dan memperbaiki
masalah yang terjadi
b. Memprediksi atau mendapatkan kisaran (range) dari hasil suatu proses
c. Mengetahui apakah proses yang kita pelajari tersebut stabil (dalam statistik control
atau kendali statistik)
d. Menganalisis pola variasi proses apakah dari penyebab khusus (penyebab yang tidak
sering terjadi atau tidak rutin terjadi) atau penyebab umum yang sering terjadi
diproses.
e. Menentukan apakah proyek peningkatan kualitas harus membidik kepada pencegahan
pada masalah tertentu atau harus melakukan perubahan yang mendasar pada proses
B. Quality Control
Pada saat pencampuran material, semua material digiling dengan kehalusan 170 mesh/
90 mikron dan 70 mesh/ 212 mikron.
Pada saat pembakaran di tanur putar suhu yang digunakan sekitar 1450°C.
Untuk memastikan kuliatisan semen dari raw material hingga menjadi semen
dilakukan control secara ketat dengan menggunakan robot yang dikendalikan staff lab
dimana frekuensi pengujian dilakukan setiap jam. Kenapa robot, karenan hanya robot
yang bisa bekerja terus-menerus tanpa henti dan dapat memberikan hasil test secara
akurat.Flow test yaitu untuk mengetahui kekentalan atau keenceran dari mortar semen.
Setting time dilakukan untuk memastikan waktu pengikatan atau pemadatan semen.
Tes ekspansi dilakukan untuk mengetahui proses penyusutan dan pengembangan
mortar semen.
Dilakukan pembuatan benda uji kuat tekan mortar dan disimpan di moist box hingga
mencapai usia layak pengujian yaitu 7, 14, dan 28 hari.
Pada usia yang telah ditentukan mortar diuji dengan menggunakan mesin kuat tekan
untuk mengetahui tingkat kepadatan dan ketahanan mortar.
Laboratorium kimia dan mikroskopi yang digunakan untuk memonitor kualitas
klinker selama proses produksi.
Kantong semen dilengkapi dengan kode produksi untuk memastikan kapan kantong
tersebut siap dipakai.
C. Quality Insurance
Pembuatan kantong kemas tersendiri untuk memperkenalkan brand produk semen
holcim.
Kantong kemasan semen harus lolos uji drop tes dan dilakukan secara acak untuk
memastikan semen sampai dengan aman dan utuh ke tangan konsumen.
Kantong kemasan dilengkapi dengan kode kemasan.
D. Quality Improvement
Adanya bag code untuk memberikan informasi tentang pabrik pembuatan, kode
produksi, jalur pemuatan, dan pendistribusian yang berguna untuk melakukan
penelusuran apabila terjadi keluhan pelanggan dikemudian hari.
3. Contoh Penggunaan Dalam Industri Sesuai dengan Video
A. Cause and Effect Diagram
Pada produksi semen Holcim cause and effect diagram digunakan mengidentifikasikan
sebab-akibat semen tidak tahan lama. Yang harus dijabarkan terlebih dahulu adalah faktor-
faktor penyebab utama yang mempengaruhi kualitas di Tulang Besar Ikan. Pada Umumnya
Faktor-faktor penyebab utama di Produksi itu terdiri dari 5M +1E yaitu :
Man
Ada dua hal yang menjadi kesalahan manusia yakni kurangnya pelatihan dan
kurang teliti selama proses produksi berlangsung.
Material
Ada dua hal yang menjadi kesalahan dalam penggunaan material (bahan baku)
semen dalam produksi, yakni tidak halus dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang
sudah menjadi standar.
Measurement
Pada proses pengukuran instrumentasi pengujian tidak dilakukan dengan benar,
yakni tidak mengikuti SOP (Standar Operasional Kerja)
Method
Pada proses produksi terjadi metode pencampuran bahan yang salah dan terjadi
urutan pengerjaan yang salah.
Machine (mesin)
Proses produksi semen ini sudah sangat bergantung dengan mesin, yang menjadi
factor masalah ialah mesin sudah tidak layak pakai dan suku cadang yang sudah
lewat batas wajar pemakaaidengan kata lain tidak diganti tepat waktu.
Environment
Lingkungan kerja juga sangat berperan dalam proses produksi semen dikarenakan
suhu dan kelembaban yang harus terjaga, yang menjadi masalah ialah dilakukannya
proses dilingkungan yang lembab ang tidak sesuai untuk produksi semen.