Anda di halaman 1dari 17

MODUL METODOLOGI SIX SIGMA

(TKP 421)

MODUL 4
MEASURE PHASE

DISUSUN OLEH
CICILIA S. BANGUN, ST., MT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
THE DEFINE PHASE

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Memahami pengertian dan konsep tahapan dari The DMAIC Model
2. Menguraikan dan menjelaskan Measure Phase yang merupakan tahapan
awal dari DMAIC
3. Memahami kegiatan yang dilakukan pada Measure Phase

B. Uraian dan Contoh

1. Pengertian The DMAIC Model

DMAIC Model merupakan singkatan dari Define – Measure – Analysis –


Improve – Control model yang menggambarkan 5 tahapan yang akan digunakan
dalam penerapan Six Sigma dalam perusahaan. Kelima tahapan tersebut
digambarkan dalam Gambar 1 dibawah ini. Kunci utama dalam DMAIC adalah
disiplin seluruh tim, penggunaan metrik dan alat secara terstruktur, eksekusi dari
perencanaan proyek yang didesain dengan baik dan memiliki tujuan dan sasaran
yang jelas.

Gambar 1. Tahapan dalam DMAIC

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
Tahap kedua pada DMAIC adalah measure atau pengukuran. Tahapan ini
seringkali menjadi tahapan yang paling melelahkan bagi seluruh tim, apalagi jika
data belum tersedia dalam format digital. Measure atau pengukuran adalah
langkah transisi kunci dalam sebuah proyek Six Sigma. Pada tahapan ini kita
mengukur performa kinerja atau proses sebelum melakukan perbaikan. Dalam
tahap ini dilakukan pengambilan data yang kemudian mengukur karakteristiknya
serta kapabilitas dari proses pada saat ini untuk menentukan langkah apa yang
harus diambil untuk melakukan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
Langkah awal dari fase ini adalam menentukan kapasitas dari proses. Tim
harus menghitung beberapa ukuran proses, seperti:
 DPMO (defects per million opportunities) cacat per sejuta kesempatan
 FTY (First time yield), yaitu rasio jumlah unit yang dihasilkan dengan jumlah
unit yang seharusnya dihasilkan. Contoh: jika anda membuat 12 buah kue,
namun ternyata hanya 10 yang layak untuk dimakan, artinya hasil akhir dari
pembuatan kue tersebut bukanlah 12 melainkan hanya 10.

Persamaannya: Jumlah hasil akhir (unit)


Jumlah unit yang masuk dalam proses

 RTY (Rolled Throughput Yield) yang menunjukkan probabilitas unit


dihasilkan tanpa cacat pada suatu proses. Perbedaan utama antara RTY dan
FTY adalah bahwa RTY mempertimbangkan apakah rework (pengerjaan
kembali) dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah akhir dari produk.
Tahap ini bertujuan untuk melakukan penilaian atau pengukuran terhadap
masalah yang terjadi. Pada tahap ini masalah yang terjadi akan dikelompokkan
berdasarkan urutan prioritas tingkat kejadian tertinggi. Menurut Gaspersz (2002),
terdapat tiga hal pokok yang dilakukan dalam tahap measure atau pengukuran,
yaitu:
 Menentukan karakteristik kualitas kunci
CTQ ditetapkan berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan
yang diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
pelayanan. Buku lain menyebutkan bahwa karakteristik kualitas sama dengan
jumlah kesempatan penyebab cacat (opportunities to failure).
 Mengembangkan rencana pengumpulan data
Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga
tingkat, yaitu:
 Rencana pengukuran tingkat proses, adalah mengukur setiap langkah atau
aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan
oleh pemasok yang mengendalikan dan mempengaruhi karakterstik
kualitas output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran ini adalah
mengidentifikasi setiap perilaku yang mengatur setiap langkah dalam
proses.
 Pengukuran tingkat output, mengukur karakteristik kualitas output yang
dihasilkan suatu proses dibandingkan dengan karakteristik kualitas yang
diinginkan pelanggan.
 Rencana pengukuran tingkat outcome, mengukur bagaimana baiknya suatu
produk atau jasa itu memenuhi kebutuhan spesifik dari pelanggan. Jadi
pada tingkat ini adalah mengukur kepuasan pelanggan dalam
menggunakan produk dan/atau jasa yang diserahkan kepada pelanggan.
 Pengukuran baseline kinerja. Peningkatan kualitas six sigma yang telah
ditetapkan akan berfokus pada upaya dalam peningkatan kualitas menuju
kegagalan nol (zero defects) sehingga memberikan kepuasan total kepada
pelanggan. Maka sebelum peningkatan kualitas six sigma dimulai, kita harus
mengetahui tingkat kinerja sekarang atau dalam terminologi Six Sigma
disebut sebagai baseline kinerja.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran, yaitu:
 Analisis variabilitas pengukuran yang dinyatakan dalam varian (variance).
Varian total suatu pengukuran berasal dari varian yang ditimbulkan oleh
produk (part to part) dan varian akibat kesalahan pengukuran (gage). Sumber
variabilitas dalam hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 2.
 Analisis kapabilitas suatu proses yang menggambarkan seberapa pas (uniform)
proses tersebut. Analisis ini dilakukan dengan memperbandingkan kinerja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
suatu proses dengan spesifikasinya, suatu proses memiliki kapabilitas bila
semua nilai variabel yang mungkin, berada dalam batas spesifikasi.

Gambar 2. Diagram Sumber Variabilitas

Alat-alat (tools) yang digunakan dalam tahapan Measurement adalah :


a. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
Alat bantu ini dapat digunakan dalam tiap fase DMAIC, mulai dari Define
hingga Analyze. FMEA dilakukan untuk menganalisa potensi kesalahan atau
kegagalan dalam sistem atau proses, dan potensi yang teridentifikasi akan
diklasifikasikan menurut besarnya potensi kegagalan dan efeknya terhadap
proses. Metode ini membantu tim proyek untuk mengidentifikasi potential
failure mode yang berbasis kepada kejadian dan pengalaman yang telah lalu
yang berkaitan dengan produk atau proses yang serupa. FMEA membuat tim
mampu merancang proses yang bebas waste dan meminimalisir kesalahan
serta kegagalan.
Langkah yang diperlukan dalam melakukan Failure Mode and Effects
Analysis (FMEA) adalah:
 Kumpulkan seluruh anggota tim
 Tetapkan aturan dasar
 Kumpulkan informasi yang relevan dan lakukan review

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
 Identifikasi item atau proses yang akan dianalisa
 Identifikasi fungsi, kegagalan, efek, penyebab, dan kontrol dari setiap item
atau proses yang dianalisa
 Evaluasi resiko berkaitan dengan isu atau potensi yang teridentifikasi
melalui analisa
 Prioritaskan dan rumuskan aksi / solusi
 Lakukan tindakan pembetulan dan evaluasi ulang resiko yang ada
 Distribusikan, review dan update analisa sesuai kebutuhan.
Cara kerja FMEA dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Diagram Kerja FMEA

b. Pengumpulan Data
Sebaiknya tim mendapat akses terhadap data pengukuran yang pernah
dilakukan sebelumnya. Namun dalam beberapa kasus, tim harus
mengumpulkan data mulai dari awal. Dalam hal ini tim harus memahami jenis
data apakah data diskrit (merupakan data dengan nilai utuh, bukan pecahan)
atau data kontinyu (sifatnya kontinyu dan nilainya bisa berupa pecahan);
pengumpulan data yang dilakukan apakah merupakan sample dari populasi
atau sample dari proses. Jenis data ini akan mempengaruhi jenis grafik yang
akan digunakan dan cara menganalisanya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
c. Pemilihan Sistem Pengukuran Terbaik
Measurement system analysis (MSA) menerapkan prinsip-prinsip ilmiah
untuk membantu tim menganalisa berapa banyak variasi pada system
pengukuan yang digunakan dalam sebuah proses. Tujuan MSA adalah untuk
mengidentifikasi akurasi error pada alat/metode pengumpulan data. Selama
melakukan MSA, tim harus meninjau ulang berbagai komponen error yang
mungkin terjadi dalam pengukuran. Analisa yang perlu dilakukan oleh tim Six
Sigma adalah:
 Apakah terjadi bias pada tingkat akurasi pengukuran
Tim harus menentukan perbedaan antara pengukuran paling akurat yang
dapat dilakukan dengan data yang dikumpulkan dengan menggunakan
system pengukuran saat ini. Dalam hal pengukuran berat secara digital,
pastikan alat ukur yang digunakan telah dikalibrasi.
Yang perlu diperhatikan bahwa, akurasi disini menggambarkan kinerja
dari alat ukur, bukan operatornya.
 Apakah pengukuran memiliki resolusi yang lebih baik
Pengukuran dengan resolusi yang tepat dapat memastikan bahwa system
pengukuran dapat mendeteksi perubahan dalam data atau proses dengan
tepat.
 Skala linearitas yang digunakan dalam pengukuran
Linearitas menggambarkan bagaimana system pengukuran bekerja dalam
range tertentu. Contoh: standar pengukuran panjang dengn mengunakan
penggaris secara umum menggunakan satuan sentimeter, penggunaan
satuan millimeter atau kilometer menjadi kurang akurat.
 Apakah kegiatan pengukuran selalu stabil setiap waktu
Stabilitas menggambarkan konsistensi pengukuran terhadap waktu. Jika
operator diukur dengan cara yang sama dan menggunakan alat yang sama,
maka hasil pengukuran harsusnya menunjukkan stabilitas pada diagram
control.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
 Apakah pengulangan pengukuran (repeatability) dan reproduktivitas
memberikan nilai yang sama?
Pengulangan (Repeatability) adalah menilai apakah penilai yang sama
dapat mengukur bagian atau sampel yang digunakan beberapa kali dengan
alat ukur yang sama dan mendapatkan nilai yang sama.
Reproduktivitas adalah menilai apakah penilai yang berbeda dapat
mengukur bagian atau sampel dengan alat ukur yang sama dan
mendapatkan nilai yang sama.
Langkah-langkah melakukan MSA:
 Menentukan jumlah penilai, jumlah penggunaan sampel, dan jumlah
pembacaan berulang. Gunakan penilai yang biasanya melakukan
pengukuran dan yang akrab dengan peralatan dan prosedur.
 Pastikan ada satu set prosedur pengukuran yang terdokumentasi yang
harus diikuti oleh seluruh penilai
 Pilih bagian sampel untuk mewakili seluruh proses penyebaran. Ini adalah
bagian yang paling krusial. Jika penyebaran proses tidak sepenuhnya
terwakili, tingkat kesalahan pengukuran dapat dilebih-lebihkan.
 Jika bisa diaplikasikan, tandai lokasi pengukuran yang tepat pada setiap
bagian untuk meminimalkan dampak dalam bagian variasi (misalnya out-
of-bullat).
 Pastikan bahwa alat ukur memiliki diskriminasi yang memadai/resolusi,
seperti yang dibahas di bagian persyaratan.
 Bagian harus diberi nomor, dan pengukuran harus diambil secara acak
sehingga penilai tidak tahu nomor yang ditetapkan untuk masing-masing
bagian atau nilai pengukuran sebelumnya untuk bagian itu. Pihak ketiga
harus mencatat pengukuran, penilai, jumlah percobaan, dan jumlah untuk
masing-masing bagian di atas meja
MSA biasanya sangat menyita waktu dan sering kali fase pengukuran
(measurement phase) menjadi bagian yang paling lama dalam proyek
DMAIC.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
d. Uji Gage Reproducibility and Repeatability
Gage R&R adalah sebuah studi yang dilakukan untuk menganalisa variasi
pada proses pengukuran. Studi ini menguji Repeatability and Reproducibility
dari sistem pengukuran.
Repeatability adalah variasi yang ditimbulkan karena perbedaan equipment,
didalam variasi itu sendiri. Jika seorang operator A melakukan pekerjaan
machining untuk komponen tipe A dengan alat tipe B secara berulang, apakah
waktu yang diperlukannya akan tetap konsisten? Jika pertama kali melakukan
machining memerlukan waktu 30 menit, apakah diperlukan waktu yang sama
untuk komponen berikutnya?
Reproducibility adalah variasi yang ditimbulkan karena perbedaan operator,
diantara variasi yang ada. Jika operator A melakukan machining komponen
tipe A dengan alat tipe B dalam waktu 30 menit, apakah diperlukan waktu
yang sama oleh operator B? Bagaimana dengan operator C? Alat ini
digunakan untuk memastikan pengulangan dan produksi ulang dalam konteks
pengukuran. Biasanya Gage R&R melibatkan operator dan penilai (appraiser),
digunakan untuk menemukan kelemahan dalam system pengukuran.
Umumnya tes Gage R&R dibagi atas 2 jenis, yaitu:
 atribut Gage R&R
digunakan pada saat tim Six Sigma menganalisis system pengukuran data
go/no go. Contoh: jika operator menguji kembali item dalam lini produksi
dan memutuskan dengan sederhana untuk melewatkannya. Langkah-
langkah melakukan uji Gage R&R pada data atribut:
o Pilihlah minimal 2 orang sebagai penilai
o Berikan sejumlah sample yang telah diberi label
o Rekam/catatlah pengukuran atribut actual untuk tiap sample sesuai
dengan alat ukur yang paling akurat yang dimiliki
o Mintalah penilai untuk mencatat pengukuran atribut untuk tiap sample
(baik/tidak, lulus/reject, yes/no)
o Ulangi proses yang sama dengan sample dan penilai yang sama dan
lakukan secara random untuk sample berikut.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
o Masukkan semua data dalam lembar laporan atau file Gage R&R
seperti contoh pada Tabel 1.

Tabel 1. Laporan Gage R&R untuk data atribut

 Variabel Gage R&R


Data mentah dari uji variable Gage R&R dapat memberikan gambaran
apakah system pengukuran sangat jelas atau tidak, analisis statistical
dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian system pengukuran. Hal ini
disebabkan dalam pengukuran variable beberapa perbedaan pengukuran
dan operator terjadi disaat melakukan pengukuran dengan angka yang
sangat kecil atau sangat besar atau melakukan pengukuran pada data yang
bergerak. Biasanya hasil yang diperoleh dari uji Gage R&R untuk data
variable menunjukkan (Tabel 2):
o % variasi studi
o % toleransi
o % kontribusi
o Jumlah kategori yang berbeda

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
Tabel 2. Uji Gage R&R untuk Data Variabel
Gage R&R tidak mengukur kualitas dari sebuah produk, namun kualitas dari
sebuah sistem pengukuran.

e. Mengumpulkan data sample


Setelah tim yakin dengan alat pengukuran yang dipilih, maka proses
pengumpulan datapun dimulai. Kesimpulan yang paling akurat akan diperoleh
jika tim dapat menganalisa data dari seluruh populasi, namun hal ini tidak
mungkin dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya.
Untuk memastikan bahwa sample yang digunakan dapat menggambarkan
kesimpulan secara statistic, maka seluruh data yang ada harus ditangani
dengan baik dalam ukuran yang tepat. Beberapa teknik sampling yang biasa
digunakan dalam Six Sigma:
 Simple Random Sampling
Dapat digunakan jika setiap data dalam populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih. Dalam statistic, random sampling harus
memastikan bahwa sample yang dipilih mewakili atribut yang sama dan
merepresentasikan seluruh populasi. Populasi ditunjukkan dengan “N” dan
sample ditunjukkan dengan notasi “n”. Jumlah sampe yang dibutuhkan
ditentuka oleh berbagai faktor.
 Stratified (Bertingkat) Sampling
Sampling bertingkat terjadi jika populasi dibagi atau dapat dibagi dalam
beberapa kelompok atribut yang berbeda. Contoh, jika sebuah perusahaan
pengiriman ingin menguji tingkat akurasi estimasi waktu pengiriman
dibandingkan dengan waktu actual pengiriman, maka diasumsikan bahwa

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 17
hasilnya akan bervariasi sesuai dengan jarak pengiriman. Dengan
pemilihan secara acak dari populasi keseluruhan pengiriman, ada
kemungkinan bahwa perusahaannya hanya memilih pengiriman dengan
jarak 200 km.
 Sequential Sampling
Sampling berurutan digunakan pada saat tim melakukan pengumpulan
data dengan interval waktu tertentu, misalnya tiap 10 menit. Dengan
parameter yang baik dan waktu yang cukup, sequential sampling dapat
memberikan hasil statistik yang valid.

f. Presentasi Metric Dasar


Metrik dasar biasanya berupa angka, namun banyak tim merasa presentasi
dalam bentuk grafik akan lebih menarik bagi para eksekutif perusahaan.
Presentasi visual juga memberikan gambaran singkat bahwa proses pengerjaan
sedang berjalan. Jenis visual presentasi yang dipilih sangat bergantung pada
data yang digunakan, dimana data diskrit dapat digambarkan dengan
menggunakan pareto chart dan data kontinyu dapat digambarkan dengan
menggunakan run charts.
 Pareto Chart (diagram pareto)
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari
jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi sampai yang paling
sedikit terjadi. Dalam grafik, ditunjukkan dengan batang grafik tertinggi
(paling kiri) hingga grafik terendah (paling kanan). Contoh diagram pareto
dapat dilihat pada Gambar 4.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 17
Gambar 4. Diagram Pareto Proses Patri (Solder)

 Run Charts
Digunakan untuk menampilkan kinerja proses tertentu dalam periode
tertentu. Siklus, tren naik dan turun terlihat di grafik ini. Run chart
terutama digunakan dalam melacak kinerja proses tertentu yang
membutuhkan perbaikan lebih lanjut. Dalam run chart, nilai-nilai tertentu
telah diplot dan garis rata-rata telah ditarik untuk memperjelas pergerakan
data dari rata-rata. Garis tengah ini mewakili titik tengah pengukuran yang
sedang dilacak. Contoh run chart dapat dilihat pada Gambar 5 yang
menunjukkan trend temperature vs waktu.

Gambar 5. Tren Temperatur dengan Waktu

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 17
g. Pemeriksaan Akhir
Sebelum memasuki tahap berikutnya, ada baiknya tim melakukan
pemeriksaan kembali untuk memastikan bahwa tim telah siap melangkah ke
tahap berikutnya. Berikut pertanyaan yang akan membantu:
 Seluruh tim telah menyetujui pengukuran yang utama dan menyepakati
pengukuran dasar dari kinerja tiap proses
 Tim telah menganalisa system pengukuran dan mengidentifikasi semua
masalah yang mungkin menyebabkan error pada analisis
 Jika memungkinkan, tim telah mengoreksi system pengukuran untuk
menghindari resiko terjadinya error
 Tim telah menghitung variasi proses dan tingkat Sigma
 Tim telah melakukan sampling yang benar untuk mendapatkan kesimpulan
yang valid secara statistik pada tahapan selanjutnya
 Sponsor atau champion telah memeriksa dan mendandatangani semua
elemen pada fase pengukuran
.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 17
C. Latihan

1. Jelaskan apa yang dilakukan pada Measure phase?


2. Jelaskan apa itu Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) dan apa
manfaatnya bagi proyek Six Sigma?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Measurement system analysis (MSA) dan
bagaimana cara kerjanya?

D. Kunci Jawaban

1. Tahapan pengukuran (measure phase) kita mengukur performa kinerja atau


proses sebelum melakukan perbaikan. Dalam tahap ini terdapat Pengambilan
data yang kemudian Mengukur Karakteristiknya serta kapabilitas dari proses
pada saat ini untuk menentukan langkah apa yang harus diambil untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Pada tahap ini masalah
yang terjadi akan dikelompokkan berdasarkan urutan prioritas tingkat kejadian
tertinggi.

2. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) adalah salah satu alat analisa yang
digunakan untuk menganalisa potensi kesalahan atau kegagalan dalam sistem
atau proses, dan potensi yang teridentifikasi akan diklasifikasikan menurut
besarnya potensi kegagalan dan efeknya terhadap proses. Metode ini
membantu tim proyek untuk mengidentifikasi potential failure mode yang
berbasis kepada kejadian dan pengalaman yang telah lalu yang berkaitan
dengan produk atau proses yang serupa. FMEA membuat tim Six Sigma
mampu merancang proses yang bebas waste dan meminimalisir kesalahan
serta kegagalan.

3. Measurement system analysis (MSA) merupakan system analisis yang


diguankan untuk membantu tim menganalisa berapa banyak variasi pada
system pengukuan yang digunakan dalam sebuah proses. Tujuan MSA adalah

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 17
untuk mengidentifikasi akurasi error pada alat/metode pengumpulan data.
Langkah-langkah melakukan MSA:
 Menentukan jumlah penilai, jumlah penggunaan sampel, dan jumlah
pembacaan berulang. Gunakan penilai yang biasanya melakukan
pengukuran dan yang akrab dengan peralatan dan prosedur.
 Pastikan ada satu set prosedur pengukuran yang terdokumentasi yang
harus diikuti oleh seluruh penilai
 Pilih bagian sampel untuk mewakili seluruh proses penyebaran. Ini adalah
bagian yang paling krusial. Jika penyebaran proses tidak sepenuhnya
terwakili, tingkat kesalahan pengukuran dapat dilebih-lebihkan.
 Jika bisa diaplikasikan, tandai lokasi pengukuran yang tepat pada setiap
bagian untuk meminimalkan dampak dalam bagian variasi (misalnya out-
of-bullet).
 Pastikan bahwa alat ukur memiliki diskriminasi yang memadai/resolusi,
seperti yang dibahas di bagian persyaratan.
 Bagian harus diberi nomor, dan pengukuran harus diambil secara acak
sehingga penilai tidak tahu nomor yang ditetapkan untuk masing-masing
bagian atau nilai pengukuran sebelumnya untuk bagian itu. Pihak ketiga
harus mencatat pengukuran, penilai, jumlah percobaan, dan jumlah untuk
masing-masing bagian di atas meja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 17
E. Daftar Pustaka

1. Thomas Pyzdek and Paul A. Keller, 2010. The Six Sigma Handbook,
Third Edition. USA : Mc Graw Hill.
2. Aristide van Aartsengel and Selahatiin Kurtoglu, 2013. Handbook on
Continuous Improvement Transformation. Berlin: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
3. Muralidharan, K., 2015. Six Sigma for Organizational Excellence: A
Statistical Approach. India: Springer.
4. Salvendy, G., 2001. Handbook of Industrial Engineering, Third Edition.
Canada: John Wiley & Sons.
5. The Council for Six Sigma Certification. 2018. Six Sigma: a complete
step-by-step. New York.
6. Pande, Peter S. Robert P, Newman, Roland R, Cavanagh. (2002),
The Six Sigma Way : Bagaimana GE, Motorola dan Perusahaan
Terkenal Lainya Mengasah Kinerja Mereka. Andi. Yogyakarta.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 17

Anda mungkin juga menyukai