Anda di halaman 1dari 16

MODUL METODOLOGI SIX SIGMA

(TKP 421)

MODUL 6
MEASURE PHASE
CAPABILITY ANALYSIS

DISUSUN OLEH
CICILIA S. BANGUN, ST., MT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 16
THE MEASURE PHASE: CAPABILITY ANALYSIS

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Melakukan analisis Measure Phase dengan menggunakan Capability
Analysis
2. Memahami perbedaan Kapabilitas Proses dan Analisis Kapabilitas
3. Memahami konsep Capability Analysis dan cara kerjanya

B. Uraian dan Contoh

1. Pengertian Process Capability

Sebelum membahas capability analysis (analisis kapabilitas) ada baiknya


kita memahami apa itu process capability (kapabilitas proses). Mengapa? Tanpa
mengetahui kemampuan atau kapabilitas suatu proses, kita tidak mungkin
menganalisi kapabilitasnya.
Kapabilitas Proses adalah kemampuan suatu proses untuk menghasilkan
suatu produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan/syarat dari konsumen atau
spesifikasi yang diharapkan. Sebelumnya kita telah membahas SPC, namun
Statistical Process Control (SPC) tidak mampu menganalisa secara kuantitaif
suatu proses yang sedang berjalan, karena SPC hanya memantau/memonitor
proses yang sedang berjalan.
Kapabilitas Proses merupakan alat yang sempurna karena tidak hanya
menyediakan metode visual sederhana untuk memahami kinerja proses yang
masuk akal bagi non-praktisi, tetapi juga menawarkan cara untuk mengukur
tingkat kinerja yang sangat bermanfaat bagi mereka yang memahami statistik.
Secara sederhana, kapabilitas proses dapat digambarkan sebagai perbandingan
yang dapat diukur antara "Suara Pelanggan (Voice of the Customer)" dengan
"Suara Proses (Voice of the Process)" untuk mengetahui seberapa “baik”nya
proses tersebut. Ini adalah kemampuan suatu proses (berdasarkan kinerja historis)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 16
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan / bisnisnya. Persyaratan tersebut berupa
proses/spesifikasi produk, yang disebut dengan “batas toleransi”. Secara
sederhana digambarkan oleh gambar grafik dibawah ini.

Gambar 1. Grafik Kapabilitas Proses

Secara konseptual, perbandingan ini dapat ditampilkan sebagai rasio


sederhana dari variasi yang diperbolehkan (VOC) terhadap variasi yang
diharapkan (VOP):

Setelah kemampuan suatu proses ditentukan, manajer proses dapat


menggunakan informasi tersebut untuk menentukan tindakan yang harus diambil
jika dibutuhkan. Pertanyaan umum yang muncul adalah:
 Apakah proses dimaksud mampu memenuhi kebutuhan pelanggan?
 Apakah perubahan terkini pada suatu proses (misalnya, staf baru, bahan baku,
peralatan, atau prosedur) membuat perubahan positif dalam kemampuan
proses untuk memuaskan pelanggan?
 Apa dampak dari aktivitas perbaikan - seperti penggunaan six sigma -
terhadap kinerja proses?
Namun sebelum melakukan analisis kapabilitas, ada beberapa prasyarat
yang harus diverifikasi terlebih dulu, yaitu:
 Apa bisnisnya? [Bagaimana kinerja proses memengaruhi sasaran bisnis?]
 Apa persyaratan/tujuan dari proses tersebut (VOC)?

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 16
[Apa spesifikasi proses dan toleransinya?]
 Apakah data proses tersedia (VOP)? Jika ya, bagaimana cara
mengumpulkannya?
[Apakah ada cukup data, dalam format yang tepat, untuk menandai proses?
Apakah data tersebut mewakili proses?]
 Apakah data tersebut bisa dipercaya?
[Apakah sistem pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data
memadai?]
 Apakah proses yang mendasarinya terkendali?
[Apakah prosesnya konsisten dan cukup stabil untuk dapat mempercayai
hasilnya?]
 Terakhir, apakah data terdistribusi normal? Atau distribusi lainnya?
[Meskipun distribusi data bukan batasan untuk melakukan analisis
kemampuan, namun hal ini perlu diketahui untuk memastikan analisis statistik
dilakukan dengan benar].
Setelah prasyarat diatas dipenuhi, maka kita dapat melakukan analisis
kapabilitas proses. Sebagai catatan: kemampuan proses tidak berarti bahwa proses
tersebut secara statistik “Dalam kendali”. Diagram Kontrol tetap harus digunakan
untuk menetapkan Kontrol Proses sebelum Kemampuan Proses.

2. Capability Analysis (Analisis Kapabilitas)


Capability memiliki kata dasar capable. Apa yang dimaksud dengan
capable? Proses yang capable adalah proses yang menghasilkan produk yang
hampir 100% sesuai dengan batas toleransi yang ditentukan. Analisis kapabilitas
digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses berjalan secara capable/tidak
(menghasilkan produk/jasa yang sesuai spesifikasinya). Manfaat Analisis
Kapabilitas Proses, antara lain:
• Memprediksi sejauh mana proses berjalan baik di dalam toleransi yang
ditentukan
• Membantu pengembang atau desainer dalam pengembangan produk atau
proses
• Membantu dalam proses monitoring

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 16
• Membantu dalam menentukan spesifikasi performansi peralatan (equipment)
baru
• Kontribusi terhadap pemilihan supplier dan aspek lain dalam Supply Chain
Management
• Perencanaan urutan proses produksi
• Mengurangi variability process
Jika dalam SPC hanya dipakai Upper Control Limit (UCL) dan Lower
Control Limit (LCL) yang menggunakan batasan statistik (biasanya 3
simpangan/sigma) namun dalam analisis kapabilitas selain menggunakan UCL
dan LCL dipakai juga Upper Spesification Limit (USL) dan Lower Spesification
Limit (LSL). Gambaran dari analisis kapabilitas adalah sebagai berikut:
a. Jika Limit Spesifikasi di dalam Limit Kontrol maka proses dikatakan
incapable.

b. Jika Limit Spesifikasi di luar Limit Kontrol maka proses dikatakan capable.

Untuk mengolah analisis kapabilitas dapat dipakai program Minitab maupun


Excel. Prinsip dalam mengolah analisis kapabilitas adalah menentukan jenis
distribusi yang sesuai dengan data yang akan diolah. Jika jenis distribusi untuk
mengolah analisis kapabilitas tidak sesuai dengan kenyataan jenis distribusi data
yang akan diolah maka hasil dari analisis kapabilitas pun dapat salah dan
memungkinkan pengguna salah dalam mengambil keputusan manajemen proses.
Jadi jenis distribusi data harus dipahami dengan baik.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 16
Kemungkinan besar jenis distribusi ada dua macam, yaitu:
1. Distribusi normal
Jenis distribusi normal dapat dirubah dengan transformasi Box-Cox maupun
Johnson untuk memperbaiki kenormalan da
2. Distribusi non normal.
Jenis distribusi non-normal mempunyai 13 jenis distribusi, yaitu: lognormal,
3-parameter lognormal, exponential, 2-parameter exponential, Weibull, 3-
parameter Weibull, smallest extreme value, largest extreme value, gamma, 3-
parameter gamma, logistik, loglogistik, dan, 3-parameter loglogistik.
Jika suatu data tidak masuk dalam salah satu kemungkinan jenis distribusi di atas,
maka dapat dipastikan (pengetahuan saat ini) teknik sampling yang digunakan
salah, data kurang banyak, dan terdapat variasi yang besar dalam pengambilan
data. Dengan program Minitab, jenis distribusi data diketahui dengan cara
Individual Distribution Identification.
Setelah diketahui jenis distribusi data, maka dilakukanlah analisis
kapabilitas. Dalam analisa kapabilitas biasanya dipakai berbagai nilai indeks
untuk mengetahui kualitas dari proses yang dihasilkan, antara lain Cp, Pp, Cpk,
Ppk, Cpm, dan PPM. Output dari analisis kapabilitas yang biasa digunakan untuk
menilai suatu kapabilitas proses adalah Cpk. Praktisi Indonesia biasa
menggunakan nilai Cpk > 1,33. Richard Engel (2010) mengajukan keberatan yang
menjadi perdebatan, dimana ia mengatakan bahwa nilai Cp dan Cpk merupakan
indeks yang kurang tepat untuk menilai suatu proses. Untuk menilai kapabilitas
proses yang lebih baik dibutuhkan Pp dan Ppk dimana nilai Pp dan Ppk ini
memperhatikan juga variasi dari data. Untuk mengatasi perdebatan tersebut maka
para praktisi industri menyimpulkan bahwa untuk hasil analisis kapabilitas harus
ditampilkan baik data mengenai Cpk maupun Ppk.

3. Indeks Kapabilitas Proses


Indeks Kapabilitas Proses digunakan untuk mengetahui tingkat spesifikasi
proses. Dengan mengetahui Indeks Kapabilitas Proses, kita dapat memfokuskan
pada target value yang paling diinginkan konsumen. (Yuri&Nurcahyo, 2013).
Indeks kapabilitas proses atau rasio kapabilitas proses merupakan ukuran statistic

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 16
dari kapabilitas proses yang menunjukkan kemampuan proses untuk
menghasilkan output yang berada dalam limit tolerasni output.
Indeks ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak variasi natural yang
terjadi dibandingkan dengan limit toleransi spesifikasi. Indeks ini juga
memungkinkan untuk membandingkan proses yang berbeda guna menentukan
proses yang paling capable diantara prose-proses tersebut. Notasi yang digunakan
pada analisis kapabilitas adalah: Cp, Cpk, Pp dan Ppk, dimana Cp menunjukkan
kapabilitas proses dan Pp menunjukkan kinerja proses. Cp dan Pp merupakan
indeks yang digunakan untuk memantau penyebaran kualitas proses dibadingkan
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Tujuannya untuk menunjukkan apakan
suatu proses capable atau tidak, bukan untuk menunjukkan apakan proses diterima
atau tidak.

 Indeks Cp
Index proses potential (process potential index) yang dilambangkan dengan C p
diperoleh dengan cara membandingkan rentang spesifikasi dengan rentang
proses

dimana:
USL = Upper Specification Limit = batas spesifikasi atas
LSL = Lower Specification Limit = batas spesifikasi bawah

σ = SD = Standard Deviation

Nilai σ didekati dengan s

o Rasio kemampuan proses yang setangkup (mempunyai distribusi yang


simetris)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 16
o Rasio kemampuan proses yang setangkup dengan standar deviasi
proses,σ,tidak diketahui:

Kriteria penilaian dari Cp, adalah sebagai berikut:


1. Jika Cp > 1.33, maka kapabilitas proses sangat baik.
2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1.33, maka kapabilitas proses baik, namun perlu
pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1.00.
3. Jika Cp < 1.00, maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan
performansinya melalui perbaikan proses.
Catatan: Indeks kapabilitas proses baru layak untuk dihitung apabila proses
berada dalam pengendalian statistikal.

 Indeks Cpk
Penggunaan Cp dalam menilai kemampuan proses berdasarkan asumsi bahwa
rata-rata proses tepat berada di pertengahan batas spesifikasi. Dalam
kenyataan, hal ini jarang tercapai. Untuk memperbaiki kelemahan diatas,
digunakan rasio Cpk dan Ppk, yang menyatakan posisi rata-rata proses
dibandingkan dengan batas spesifikasi. Makin tinggi nilai C pk makin kecil
presentasi produk yang terletak di luar batas spesifikasi.
Cpk dan Ppk digunakan untuk menunjukkan penyebaran proses disekitar garis
tengah sekaligus memberikan gambaran seberapa baik atau seberapa jauh
penyimpangan (deviasi) yang terjadi terhadap garis tengah. Indeks ini juga
menginformasikan apakah proses dapat diterima atau tidak dan sekaligus
menunjukkan apakah proses capable atau tidak.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 16
Persamaan yang digunakan:

Kriteria Penilaian Cpk:


1. Nilai Cpk negatif menunjukkan bahwa rata-rata proses terletak di luar batas
spesifikasi.
2. Nilai Cpk sama dengan nol menunjukkan rata-rata proses sama dengan salah
satu batas spesifikasi.
3. Nilai Cpk diantara nol dan satu menunjukkan rata-rata proses terletak dalam
batas spesifikasi tetapi beberapa bagian dari variasi proses terletak di luar
batas spesifikasi.
4. Nilai Cpk yang lebih besar dari satu menunjukkan seluruh variasi proses
berada dalam batas spesifikasi.
5. Nilai Cpk sama dengan nilai Cp menunjukkan bahwa rata-rata proses terletak
tepat ditengah-tengah spesifikasi.
Kondisi Ideal adalah Cp > 1,33 dan Cp = Cpk
o Rasio kemampuan proses yang tidak setangkup, dari konsep Cp diturunkan
konsep Process Capability Index (Cpk)

Keterangan notasi di tiap-tiap rumus adalah sebagai berikut:


Cp = nilai rasio kemampuan proses yang setangkup
Cpk = nilai rasio kemampuan proses yang tidak setangkup
Cpu, Cpl = nilai atas dan bawah rasio kemampuan proses yang tidak
setangkup
µ = nilai rata-rata proses

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 16
Besaran Cpl dan Cpu dapat juga dibandingkan terhadap kriteria berikut:
1. Kriteria penilaian Cpl
a. Jika Cpl > 1.33 , proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi bawah
(LSL/LCL).
b. Jika 1.00 ≤ Cpl ≤ 1.33, proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi
bawah (LSL/LCL), namun perlu pengendalian ketat apabila Cpl telah
mendekati 1.00.
c. Jika Cpl < 1.00, proses tidak mampu memenuhi batas spsifikasi bawah
(LSL/LCL).
2. Kriteria penilaian Cpu
a. Jika Cpu > 1.33, proses akan mampu memenuhi batas spesifikasi atas
(USL/UCL).
b. Jika 1.00 ≤ Cpu ≤ 1.33, proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi
atas (USL/UCL), namun perlu pengendalian ketat apabila Cpu telah
mendekati 1.00.
c. Jika Cpu < 1.00, proses tidak mampu memenuhi batas spsifikasi atas
(USL/UCL).
Kapan kita menggunakan Cp, Cpk atau Pp, Ppk?
 Cp dan Cpk digunakan untuk rata-rata deviasi dari subgroup yang rasional,
sedangkan Pp dan Ppk digunakan untuk deviasi dari pengumpulan data nyata
 Pada prakteknya, disaat proses belum stabil atau baru saja menjadi stabil,
maka nilai Pp dan Ppk yang digunakan dalam analisis statistic
 Begitu juga sebaliknya, jika suuatu proses sudah dalam control (in control)
maka nilai Cp dan Cpk yang digunakan dalam analisis statistic.
Secara singkat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 16
Sebagai catatan tambahan:
• Pada umumnya, jika nilainya ≥ 1 proses dikatakan potensial capable sehingga
masih terdapat kecenderungan proses incapable.
• Untuk mengetahui proses mutlak capable atau tidak adalah Cpk dan Ppk. Jika
Cpk dan Ppk ≥ 1 maka proses dikatakan capable.
• Praktisi sering menggunakan nilai C pk dan Ppk ≥ 1,33. Nilai 1,33 merupakan
nilai dari 4 sigma.
• Perbedaan dari indeks C dan P disini adalah jika indeks C hanya
memperhatikan sampel data sedangkan indeks P memperhatikan populasi data.
Perbedaan lainnya adalah indeks C merupakan indeks jangka pendek
sedangkan indeks P merupakan indeks jangka panjang.
• Persamaan rasio kemampuan proses tersebut diatas dapat digunakan bila
asumsi berikut ini dipenuhi:
o Karakteristik kualitas yang menjadi pokok bahasan berdistribusi normal;
o Proses dalam keadaan terkendali secara statistik

 Indeks Cpm
Indeks lain adalah Cpm yaitu indeks Taguchi dimana indeks ini lebih ketat
daripada indeks Cpk dan Ppk. Indeks ini menyimpulkan bahwa walaupun proses
berjalan di luar atau di dalam limit spesifikasi, kemungkinan terjadinya defect
masih mungkin. Indeks kapabilitas proses (Cpm) dipergunakan untuk mengukur
tingkat pada mana suatu output proses berada pada nilai spesifikasi target kualitas
(T) yang diinginkan oleh pelanggan. Semakin tinggi nilai Cpm menunjukkan
bahwa output proses itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas (T)
yang diinginkan oleh pelanggan, yang berarti pula bahwa tingkat kegagalan dari
proses semakin berkurang menuju target tingkat kegagalan nol (zero defects
oriented). Dengan demikian indikator keberhasilan program peningkatan kualitas
Six Sigma dapat dilihat melalui indeks nilai kapabilitas proses Cpm yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu.
Beberapa keuntungan dari penggunaan indeks Cpm (Pillet et al, 1997)
adalah:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 16
a. Indeks Cpm dapat diterapkan pada suatu interval spesifikasi yang tidak simetris
(asymmetrical specification interval), dimana nilai spesifikasi target kualitas
(T) tidak berada tepat di tengah nilai USL dan LSL.
Contoh: dalam kasus CTQ diameter pipa dimana, nilai T = 40 mm berada
tepat di tengah interval USL = 45 mm dan LSL = 35 mm. Jika suatu ketika,
pelanggan melakukan perubahan spesifikasi diameter pipa dengan nilai T = 42
mm (berubah dari 40 mm menjadi 42 mm) dengan USL = 45 mm dan LSL =
35 mm (tidak berubah), maka indeks Cpm tetap dapat dipergunakan. Dengan
demikian indeks Cpm sesuai dengan konsep fungsi kerugian Taguchi
(Taguchi’s loss function concept).
b. Indeks Cpm dapat dihitung untuk tipe distribusi apa saja, tidak mensyaratkan
data harus berdistribusi normal. Hal ini berarti perhitungan Cpm adalah bebas
dari persyaratan distribusi data, serta tidak memerlukan lagi uji normalitas
untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan dari proses itu berdistribusi
normal. Juga akan menghindari pertanyaan tentang distribusi apa yang
digunakan.

Parts Per Million defects (PPM) merupakan indeks yang mampu


menampilkan jumlah produk yang keluar dari garis spesifikasi. Terdapat PPM >
USL, PPM < LSL, dan PPM total. Indeks ini dapat menyediakan informasi bagi
pengguna mengenai prediksi kerugian yang diderita.
Berikut contoh tampilan dari hasil analisis kapabilitas dengan program
Minitab Portable 16.1.0.0:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 16
C. Latihan dan Kunci Jawaban
1. Periksalah apakah data pengendalian proses berikut sudah terkendali?

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 16
Penyelesaian:
a) Memeriksa data dengan menggunakan Peta Kontrol X – R
CL x = 532 / 25 = 21,28
UCLx = x + A2 R
= 21,28 + ( 1,88 x 2,24 ) = 25,49
LCLx = x - A2 R
= 21,28 - ( 1,88 x 2,24 ) = 17,06

Gambar Peta X - R
Kesimpulan = Berdasarkan peta kontrol x, proses sudah terkendali karena
seluruh data sudah dalam batas control.

b) Memeriksa data dengan menggunakan Peta Kontrol R


CL R = 56 / 25 = 2,24
UCLx = D4 R
= 3,27 x 2,24 = 7,32
LCLx = D3 R
= 0 x 2,24 = 0

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 16
Gambar Peta R
Kesimpulan = Berdasarkan peta kontrol R, proses sudah terkendali karena
seluruh data sudah berada dalam batas control.

2. Lakukanlah Analisis Kapabilitas Proses untuk soal berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 16
E. Daftar Pustaka

1. Thomas Pyzdek and Paul A. Keller, 2010. The Six Sigma Handbook,
Third Edition. USA : Mc Graw Hill.
2. Aristide van Aartsengel and Selahatiin Kurtoglu, 2013. Handbook on
Continuous Improvement Transformation. Berlin: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
3. Muralidharan, K., 2015. Six Sigma for Organizational Excellence: A
Statistical Approach. India: Springer.
4. Salvendy, G., 2001. Handbook of Industrial Engineering, Third Edition.
Canada: John Wiley & Sons.
5. The Council for Six Sigma Certification. 2018. Six Sigma: a complete
step-by-step. New York.
6. Pande, Peter S. Robert P, Newman, Roland R, Cavanagh. (2002),
The Six Sigma Way : Bagaimana GE, Motorola dan Perusahaan
Terkenal Lainya Mengasah Kinerja Mereka. Andi. Yogyakarta.
7. T. Yuri M Zagloel dan Rahmat Nurcahyo, Total Quality Management,
2012

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 16

Anda mungkin juga menyukai