Anda di halaman 1dari 7

E-Jurnal Matematika Vol. 6 (2), Mei 2017, pp.

124-130 ISSN: 2303-1751

PENERAPAN METODE SIX SIGMA


DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUK
(Studi Kasus Produk Batik Handprint Pada PT XYZ di Bali)

Tri Alit Tresna Putra1§, I Komang Gde Sukarsa2, I Gusti Ayu Made Srinadi3

1
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana [Email : alitputra38@gmail.com]
2
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana [Email : sukarsakomang@yahoo.com]
3
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana [Email : srinadi@unud.ac.id]
§
Corresponding Author

ABSTRACT

The aim of this study was to demonstrate the application of Statistics Quality Control in fierce
industries. By observing Batik production process at PT XYZ as a case in this work, we applied Six
Sigma Method to analyze defective product and their cause while also measure overall quality
goodness. Six Sigma is a method to improve a process and reduce defects in productions into 3.4
defects per million productions. We use handprint batik productions at PT XYZ as a case in this study.
The method is involving Define, Measure and Analyze (DMA) phases. By using Six Sigma, it was
obtained that the quality of handprint batik are quite good with sigma of 3.105 and defect rate of
54.269 million production (DPMO). There are four defect causes of handprint batik namely: ripped
fabric, shallowness, perforation, and mispattern which contribute 41,7%, 35,8%, 15%, 7,5%
respectively from overall defects. The main cause of defects is the carelessness of workers in
production process. Therefore we need to reduce the carelessness to improve production quality.
Keywords: DMAIC, FMEA, Six Sigma

1. PENDAHULUAN Six Sigma merupkan strategi perbaikan


Dewasa ini persainga industri yang semakin proses, misalnya dalam dunia bisnis untuk
ketat menuntut perusahaan memberikan kualitas menghilangkan pemborosan, mengurangi biaya
yang terbaik bagi konsumen. Kualitas produk karena kualitas yang buruk, dan memperbaiki
menjadi sangat penting dengan adanya efektivitas semua kegiatan operasi, sehingga
perkembangan selera akibat peradaban manusia dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
yang berubah. Oleh karena itu, diperlukan pelanggan (Syukron & Kholil, 2012). Six Sigma
perbaikan dan peningkatan kualitas secara terus memerlukan sejumlah tahapan yaitu: define yang
menerus dari perusahaan sesuai dengan merupakan fase penentuan masalah, measure
keinginan konsumen. adalah fase mengukur tingkat kecacatan, analyze
PT X merupakan sebuah perusahaan yang adalah fase menganalisis sebab-sebab masalah
bergerak di bidang produksi batik handprint di dalam proses, improve adalah fase
Bali. PT X masih dihadapkan dengan adanya meningkatkan proses dan menghilangkan sebab-
produksi yang belum sesuai standar. Produk- sebab cacat, dan control adalah fase mengawasi
produk batik handprint dengan spesifikasi di kinerja proses dan menjamin cacat tidak muncul
luar standar kualitas yang ditetapkan perusahaan lagi (Pande & Holpp, 2002).
dan dikategorikan sebagai produk cacat yaitu: Diharapkan dengan metode Six Sigma
warna kain pudar, robek, berlubang dan kesalahan produksi dapat diatasi dan keinginan
kesalahan motif. Menyikapi hal tersebut maka konsumen dapat terpenuhi.
diperlukan suatu langkah perbaikan yang dapat
digunakan oleh perusahaan yaitu dengan
menggunakan metode Six Sigma.

124
Putra, T.A.T., I K.G. Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Penerapan Metode Six Sigma dalam Analisis Kualitas Produk

2. TINJAUAN PUSTAKA b. Pengukuran Tingkat Kapabilitas Proses


Six Sigma terdiri dari kata six dan sigma. Suatu proses disebut mempunyai
Six artinya enam dan sigma merupakan simbol kapabilitas jika proses tersebut mempunyai
dari standar deviasi yang bisa dilambangkan kemampuan untuk menghasilkan output yang
dengan σ. Six Sigma merupakan sebuah berada dalam batas spesifikasi yang diharapkan.
metodologi terstruktur untuk memperbaiki Dimana nilai rata-rata dari proses sama dengan
proses yang difokuskan pada usaha mengurangi nilai target yang diharapkan dan besar rentang
variasi proses sekaligus mengurangi cacat spesifikasi yang diinginkan perusahan lebih
(produk/jasa yang diluar spesifikasi) dengan besar dari rentang batas terkontrol pada produk
menggunakan statistik dan problem solving tools yang dihasilkan (Bass, 2007).
secara intensif. Six Sigma dapat diterjemahkan Proses kapabilitas dapat digolongkan
sebagai proses yang mempunyai kemungkinan dalam tiga kondisi, yaitu (Bass, 2007) :
cacat sebesar 0.00034% atau sebanyak 3,4 buah  Proses yang memiliki nilai kapabilitas tinggi.
dalam satu juta produk (Syukron & Kholil, Proses tersebut terjadi jika rentang proses
2012). berada di dalam rentang spesifikasi.
Six Sigma merupakan pendekatan
penyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan
meningkatan proses melalaui fase Define,
Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC).
Adapun langkah-langkah DMAIC adalah
sebagai berikut (Syukron & Kholil, 2012).
2.1 Fase Pendefinisian (Define)
Fase define merupakan fase penetapan
masalah yang berupa keluhan dari pelanggan Gambar 1. Bagan Kendali Proses Kapabilitas Tinggi
atau kesalahan saat produksi. Untuk
memudahkan pendefinisian masalah pada fase  Proses yang memiliki nilai kapabilitas
hampir tidak cukup. Proses tersebut terjadi
ini digunakan beberapa tools dalam statistik,
jika rentang proses sama dengan rentang
diantaranya menggunakan Pareto chart. spesifikasi.
2.2 Fase Pengukuran (Measure)
Fase pengukuran (measure) adalah fase
mengukur tingkat kecacatan dan tingkat kinerja.
Dalam fase ini, pengukuran yang dilakukan
antara lain: pengukuran baseline kinerja dan
pengukuran tingkat kapabilitas proses.
a. Pengukuran Baseline Kinerja Gambar 2. Bagan Kendali Proses Kapabilitas Cukup
Ukuran hasil kinerja baseline yang Baik
digunakan pada Six Sigma adalah tingkat Defect
 Proses yang tidak memiliki kapabilitas.
Per Milion Opportunity (DPMO) dan Proses tersebut terjadi jika rentang proses
pencapaian tingkat kapabilitas sigma. DPMO lebih besar dibandingkan rentang spesifikasi.
merupakan suatu ukuran kegagalan yang
menunjukan kerusakan suatu produk/jasa dalam
satu juta barang yang diproduksi. DPMO
dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

(1)

125
E-Jurnal Matematika Vol. 6 (2), Mei 2017, pp. 124-130 ISSN: 2303-1751

Diagram sebab akibat adalah suatu alat yang


digunakan untuk mengorganisasikan dan
menghubungkan seluruh ide-ide mengenai
penyebab potensial dari suatu masalah (Syukron
& Kholil, 2012). Failure Models and Effect
Analysis atau analisis potensi kegagalan dari
produk/proses dan efek-efeknya merupakan
Gambar 3. Bagan Kendali Proses Tidak Memiliki
suatu kegiatan mendokumentasikan,
Kapabilitas megidentifikasi tindakan dan menghilangkan
atau mengurangi kemungkinan potensi
Menurut Bass (2007), adapun beberapa kegagalan (Muis, 2011).
indeks kapabilitas proses yang digunakan antara Menurut Muis (2011) untuk mengisi kolom
lain: frequency of occurance, degree of severity, dan
1. Indeks Kapabilitas Proses (Cp) merupakan chance of detection dibuat suatu tabel konsensus
indeks kapabilitas yang paling sederhana, dari nilai-nilai relatif untuk mengasumsikan
digunakan untuk menunjukkan kemampuan frekuensi muncul (occurance), seberapa besar
suatu proses dalam memenuhi spesifikasi pengaruh efek kegagalan yang terjadi (severity)
limit. . Indeks Kapabilitas (Cp) dapat dan kemungkinan masalah tersebut terdekteksi
dituliskan sebagai berikut: dan diatasi sekarang ini (detection). Untuk
(2) menghitung nilai resiko (RPN) dari tiap
Dengan USL (Upper specification limit) masalah, dengan rumus:
adalah batas spesifikasi atas, LSL (Lower (4)
specification limit) adalah batas spesifikasi Ketentuan untuk memberikan besaran nilai dapat
bawah dan σ adalah simpangan baku. dilihat pada Tabel 1.
2. Indeks Kapabilitas Proses Cpk merupakan
indeks yang menunjukan seberapa baik Tabel 1. Nilai Occurance (OCC), Severity
(SEV), dan Detection (DET)
suatu proses dapat memenuhi spesifikasi
Nilai Occurance Severity Detection
limit, dengan mengukur jarak terdekat 1 Jika masalah Jika masalah Jika masalah
antara kinerja proses dan batas spesifikasi. hampir tidak tidak berpengaruh pasti dapat cepat-
pernah terjadi (minor) cepat diatasi
Rumus Cpk dituliskan sebagai berikut: (very high)
̅ ̅
( ) (3) 2 Jika masalah Jika masalah Jika masalah
sangat jarang sedikit kemungkinan
dengan ̅ adalah rata-rata proses. terjadi atau berpengaruh dan besar dapat
relatife sedikit tidak telalu kritis diatasi (high)
3. Indeks kapabilitas proses Cpm (disebut juga (low) (low)
Taguchi Capability Index) digunakan untuk 3 Jika masalah Jika masalah Jika masalah ada
mengukur pada tingkatan mana output kadang-kadang cukup kemungkinan
terjadi berpengaruh dan untuk dapat
suatu proses berada pada nilai spesifikasi pengaruhnya diatasi
cukup kritis (moderate)
target kualitas (T) yang diinginkan oleh (moderate)
perusahaan. 4 Jika masalah Jika masalah Jika masalah
sering terjadi sangat kemungkinan
̅
(4) (high) berpengaruh dan kecil untuk dapat
√ kritis (high) diatasi (low)
5 Jika masalah Jika masalah Jika masalah
2.3 Fase Analisa (Analyze) sulit untuk benar-benar mungkin tidak
Fase Analisa merupakan fase mencari dan dihindari (very berpengaruh, dapat diatasi
high) sangat merugikan (very low)
menentukan penyebab dari suatu masalah. dan sangat kritis
(very high)
Selanjutnya akar utama suatu permasalahan
dapat dianalisis menggunakan diagram sebab Sumber: Kuntari (2009)
akibat dan failure models and effect analysis.

126
Putra, T.A.T., I K.G. Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Penerapan Metode Six Sigma dalam Analisis Kualitas Produk

3. METODE PENELITIAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis data yang digunakan dalam penelitian
4.1 Fase Pendefinisian (Define)
ini adalah data sekunder. Data sekunder ini
Tabel 2 dan Tabel 3 adalah data banyaknya
berupa data produksi kain batik handprint dari
produksi dan kecacatan kain (defect) perusahaan
tahun 2010-2014 pada perusahan PT XYZ.
dari tahun 2010-2014.
Metode Analisis Tabel 2. Data Produksi Batik Handprint Pada
Adapun langkah-langkah analisis data Tahun 2010-2014
dengan menggunakan sebagai berikut: Tahun Jumlah Produksi Jumlah defect
1. Fase Pendefinisian (unit)
Diagram pareto bertujuan untuk melihat 2010 1.089 66
seberapa besar pengaruh faktor-faktor 2011 1.159 63
2012 1.140 60
pembuat cacat produksi kain batik 2013 1.116 66
handprint. 2014 1.153 52
2. Fase Pengukuran Jumlah 5.657 307
Pada fase ini dilakukan pengukuran Sumber : Data Perusahan PT XYZ
baseline kinerja dengan parameter nilai Tabel 3. Data Jenis Kecacatan Batik Handprint
DPMO serta pengukuran kapabilitas proses. Tahun Berlubang Robek Salah Warna
Dari nilai DPMO dan nilai sigma persaman Motif Pudar
(1), maka dapat diketahui kondisi 2010 9 28 10 19
perusahaan saat ini. Pengukuran kapabilitas 2011 8 24 8 23
2012 10 23 2 25
proses dilakukan dengan menghitung
2013 8 31 1 26
persaman (2), (3), dan (4) yang bertujuan 2014 11 22 2 17
untuk melihat apakah perusahan memiliki Total 46 128 23 110
kapabilitas yang baik. Sumber : Data Perusahan PT XYZ
3. Fase Analisis
Dari Tabel 3 dapat dilihat jenis cacat yang
Pada fase ini dilakukan analisis sebab-sebab
sering terjadi adalah cacat karena kain sobek
utama yag menyebakan masalah pada
dengan jumlah cacat sebanyak 128 unit. Jumlah
proses dengan menggunakan diagram
jenis cacat warna pudar sebanyak 110 unit.
sebab-akibat (cause and effect diagram)
Jumlah jenis cacat karena berlubang sebanyak
dan analisis FMEA. Untuk membuat
46 dan jenis cacat karena motif salah sebanyak
diagram sebab-akibat, dilakukan
23 unit. Untuk memudahkan pengurutan jumlah
wawancara dengan pihak quality control
kecacatan fisik produk kain berdasarkan jumlah
dan pembuat batik untuk mendapat
cacat yang paling besar hingga yang paling kecil
informasi tentang hal-hal yang
maka di buat diagram Pareto.
menyebabkan permasalahan utama yang
sedang dihadapi oleh perusahaan. Pareto Chart of Jenis kecacatan
0,06
Selanjutnya dilakukan analisis untuk 100
0,05
mengetahui penyebab manakah yang paling
80
0,04
memengaruhi masalah tersebut. Analisis
Percent
Count

60
FMEA dilakukan dengan menggunakan 0,03

40
spreadsheet FMEA. Setelah diketahui 0,02

penyebab utama dari permasalahan dengan 0,01 20

FMEA maka selanjutnya perusahaan dapat 0,00 0


Jenis kecacatan robek warna pudar Berlubang salah motif
Count 0,02263 0,01944 0,00813 0,00407
melakukan tindakan yang sesuai untuk Percent 41,7 35,8 15,0 7,5
Cum % 41,7 77,5 92,5 100,0
mengatasi masalah-masalah yang ada.
Gambar 4. Diagram Pareto Kecacatan Produk

127
E-Jurnal Matematika Vol. 6 (2), Mei 2017, pp. 124-130 ISSN: 2303-1751

Dari Gambar 4 diperoleh penyebab Dari Gambar 5 diperoleh nilai UCL=


kecacatan paling utama yaitu kain robek dengan 0,0939 LCL= 0,0167 dan ̅ = 0,0553.
persentase dari total kecacatan adalah 41,7%. Meskipun terdapat titik yang berada diluar
Penyebab lainnya yaitu warna pudar sebesar kontrol, semua titik tersebut masih tetap berada
35,8%, berlubang sebesar 15,0%, dan kesalahan di dalam batas spesifikasi yang ditentukan oleh
motif sebesar 7,5%. perusahaan yaitu: LSL= 0 dan USL= 0,1.
4.2 Fase Pengukuran (Measure) Selanjutnya dilakukan uji normalitas data untuk
Pengukuran baseline kinerja dilakukan melihat nilai p-value data melalui Probability
dengan menggunakan parameter Defect Per Plot data, dengan ketentuan P-Value > 0,05
Milion Opportunities (DPMO). Untuk mengukur maka data dapat dikatakan berdistribusi normal
tingkat Six Sigma dari hasil produksi batik dan jika p-value < 0,05 maka data tidak
handprint dapat dilakukan dengan persaman (1). berdistribusi normal. Hal ini dilakukan untuk
melihat sebaran data, besarnya nilai rata-rata
Tabel 4. Pengukuran Nilai Sigma dan DPMO
Periode 2010-2014 proses dan besarnya nilai standar deviasi.

Tahun Jumlah Jumlah DPMO Nilai


Probability Plot of C7
Produksi Cacat Sigma Normal
99,9
2010 1.089 66 60.606 3,050 Mean 0,05532
StDev 0,01560
2011 1.159 63 54.357 3,104 99
N
AD
60
0,722
95
2012 1.140 60 52.631 3,120 90
P-Value 0,057

2013 1.116 66 59.140 3,062 80


70
Percent

60
2014 1.153 52 45.100 3,194 50
40
30
Total 5.657 307 54.269 3,105 20
10
5
Dari Tabel 4 diketahui produksi batik
1

handprint memiliki tingkat 3,105 sigma dengan 0,1


0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10
kemungkinan kerusakan sebesar 54.269 untuk C7

sejuta produksi.
Pengukuran kapabilitas proses bertujuan Gambar 6. Probability Plot of Failure Data
untuk mengetahui kondisi perusahaan serta Pengujian terhadap data jumlah kecacatan
untuk mengetahui besarnya indeks kapabilitas kain batik handprint di dapat dari P-Value >
perusahaan. Pengukuran kapabilitas dilakukan 0,05 yang berarti data jumlah kecacatan kain
berdasarkan banyaknya jumlah kecacatan yang batik handprint berdistribusi normal.
berada di luar batas kendali dengan Setelah diketahui sebaran data, nilai rata-
menggunakan persamaan Cp, Cpk dan Cpm. rata proses dan standar deviasi maka selanjutnya
Untuk melihat apakah ada data yang berada di dihitung nilai Cp, Cpk dan Cpm diperoleh:
luar batas kendali dapat digunakan bagan
kendali shewhat berikut ini.
̅ ̅
( )
( ) ( )

Gambar 5. Bagan Kendali Shewhart

128
Putra, T.A.T., I K.G. Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Penerapan Metode Six Sigma dalam Analisis Kualitas Produk

Process Capability of C7

LSL Target USL


Process Data Within
LSL 0 Overall
Target 0,05
U SL 0,1 Potential (Within) C apability
Sample M ean 0,05532 Cp 1,07
Sample N 60 C PL 1,18
StDev (Within) 0,0156 C PU 0,95
StDev (O v erall) 0,0156614 C pk 0,95
O v erall C apability
Pp 1,06
PPL 1,18
PPU 0,95
Ppk 0,95
C pm 1,01

0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10


O bserv ed Performance Exp. Within Performance Exp. O v erall Performance
PPM < LSL 0,00 PPM < LSL 195,45 PPM < LSL 206,02
PPM > U SL 0,00 PPM > U SL 2090,96 PPM > U SL 2166,30
PPM Total 0,00 PPM Total 2286,41 PPM Total 2372,32

Gambar 7. Process Capability Kecacatan Kain


Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Kain
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa
data berdistribusi normal, yang berarti nilai yang Setelah diketahui penyebab – penyebab dari
dapat digunakan adalah nilai Cp atau Cpk dan masalah kecacatan maka akan dilakukan analisis
tidak perlu menggunakan nilai Cpm. Namun (Failure Models and Effect Analysis) FMEA
dalam kasus ini nilai Cp tidak dapat digunakan untuk mencari penyebab paling utama dari
dikarenakan nilai target tidak sama dengan rata- permasalahan tersebut. Analisis FMEA
rata proses. Ini berati nilai yang digunakan dilakukan dengan menggunakan spereadsheet.
adalah nilai Cpk yaitu sebesar 0,95. Karena nilai Setiap masalah dari permaslahan dicari nilai risk
Cpk < 1 maka kapabilitas proses dapat dikatakan priority number (RPN) kemudian nilai RPN
kurang baik dan belum mempunyai kapabilitas. tersebut disusun dari nilai yang paling besar
sampai yang terkecil. Penyebab yang
4.3 Fase Analisis (Analyze) mempunyai nilai RPN paling besar inilah yang
Fase analisis merupakan lagkah ketiga merupakan penyebab utama dari permaslahan
dalam proses Six Sigma. Tujuan dari fase ini yang sedang dihadapi.
adalah bagaimana menganalisi sebab-sebab Dari hasil perhitungan spreadsheet,
utama yang menyebabkan masalah dalam diketahui bahwa kecerobohan manusia saat
proses. Pada penelitian ini sebab-sebab utama produksi merupakan permasalahan utama
permasalahan tersebut dianalisis dengan penyebab kecacatan kain, ini dapat dilihat dari
menggunakan diagram sebab-akibat. nilai RPN yang paling tinggi. Dengan nilai
Setelah dilakukan wawancara dengan pihak Occurance sebesar 3 yang berarti masalah
pembuat batik handprint diketahui bahwa kadang-kadang terjadi, nilai severity sebesar 3
masalah kecacatan produksi disebabkan oleh berarti penyebab tersebut cukup berpengaruh
beberapa faktor yaitu: bahan, peralatan, proses terhadap proses produksi, dan nilai detection
pengerjaan, pekerja dan lingkungan. Untuk lebih sebesar 3 berarti penyebab tersebut ada
jelasnya penyebab - penyebab dari permasalahan kemungkinan untuk diatasi. Sehingga didapat
dapat dilihat pada Gambar 8. nilai RPN sebesar 3×3×3=27. Hal ini berati
penyebab utama kecacatan produksi kain batik
handprint lebih sering disebabkan oleh faktor
kecerobohan pekerja pada proses produksi.

129
E-Jurnal Matematika Vol. 6 (2), Mei 2017, pp. 124-130 ISSN: 2303-1751

DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Bass, Issa. (2007). Six Sigma Statistics With


Excel and Minitab. McGraw-Hill: New
Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh York.
kesimpulan sebagai berikut:
Muis, Saludin. (2011). Metodologi 6 Sigma.
1. Berdasarkan data produksi kain batik
Graha Ilmu: Jakarta
handprint diketahui jumlah produksi pada
tahun 2010-2014 sebesar 5.657 dengan Kuntari, Dwi. (2009). Analisis Pemanfaatan
Internet Berdasarkan Survei Pemetaan E-
jumlah produk cacat 307. Berdasarkan
Commerce Menggunakan Metode Six
perhitungan PT XYZ memiliki rata-rata Sigma. Tugas Akhir. Jakarta : Universitas
tingkat sigma sebesar 3,105 dengan Islam Negeri.
kemungkinan kerusakan sebesar 54.269
Pande, Pete dan Holpp, Larry. (2002). What is
untuk satu juta produksi (DPMO). Six Sigma ?. McGraw-Hill: New York.
2. Kapabilitas proses perusahan kurang baik.
3. Berdasarkan analisa dan brainstroming Syukron, Amin dan Kholil, Muahammad.
(2012). Six Sigma Quality for Business
yang dilakukan dengan pihak pembuat batik Improvement. Graha Ilmu: Jakarta
handprint, diperoleh bahwa penyebab
utama kecacatan batik handprint pada PT
XYZ adalah faktor kecerobohon pekerja

Saran
1. Diharapkan PT XYZ lebih memperhatikan
dan meningkatkan kinerja para pekerja
sehingga dapat mengurangi kecacatan
dalam proses produksi.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat
melanjutkan ke fase improve dan control
(IC)

130

Anda mungkin juga menyukai