Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 1

Presenter :
Agung Rizka Ramadhani
Agus Tri Ardiansyah
Astari Dewi W
Atika Detty K

Reviewer :
Azri Adhitya
Bangkit Pratama

STROBERI
Quality and Innovation in The Era of Digital Economy

A. PENDAHULUAN
I. Kualitas dan Strategi
Perusahaan yang pada era digital saat ini harus memiliki kualitas produk yang sangat
baik. Banyak keuntungan yang didapatkan dengan memiliki kualitas produk yang baik dan
sangat berguna bagi pengembangan strategi perusahaan. Membangun kualitas produk dapat
membantu perusahaan untuk melakukan diferensiasi produk,memastikan produk dengan
HPP yang rendah dan memiliki respon yang strategis terhadap perubahan.
Memiliki produk berkualitas juga sangat berdampak pada performa perusahaan.
Dimana dengan memiliki kualitas produk yang baik dapat meningkatkan nilai penjualan
(improve response, flexible pricing, improve reputation) dan menurunkan biaya (increase
productivity, lower rework and scrap cost, lower warranty cost). Sehingga laba yang
didapatkan oleh perusahaan akan maksimal.
Dalam rangka menghasilkan suatu produk yang berkualitas tentu diperlukan
ornganisasi yang berkualitas pula. Dimana pengembangan organisasi yang berkualitas pada
era saat ini merupakan suatu keharusan untuk dilakukan.
Arus aktifitas yang diperlukan untuk menerapkan TQM
II. Definisi Kualitas
Kualitas adalah kemampuan sebuah produk atau jasa untuk bertemu pada kebutuhan
konsumen. Tujuan manajer operasi adalah untuk membangun sistem TQM yang
mengidentifikasi dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Selain menjadi elemen penting dalam operasi, kualitas memiliki implikasi lain. Di sini adalah
tiga alasan lain mengapa kualitas itu penting:
1. Company Reputation : Sebuah organisasi dapat mengharapkan reputasinya untuk
kualitas baik. Persepsi kualitas akan muncul dalam produk baru perusahaan, praktik
ketenagakerjaan, dan hubungan pemasok. Mepromosikan diri itu baik bukanlah
pengganti produk berkualitas.
2. Product Liability : Pada era saat ini banyak sekali ditemukan kasus pengadilan yang
menghukum prusahaan karena produk yang ada dipasaran tidak memiliki kualitas
yang standar.
3. Global Implication : Pada era teknologi saat ini, sebuah produk harus memiliki standar
internasional untuk dapat bersaing tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.

III. Cost Of Quality

Dalam membangun kualitas yang baik, setidaknya ada empat kategori biaya yang
berhubungan yang disebut dengan cost of quality.
1. Prevention Cost : biaya yang terkait dengan pengurangan potensi suku cadang atau
layanan yang rusak (misalnya, pelatihan, program peningkatan kualitas).
2. Appraisal Cost : biaya yang berkaitan dengan evaluasi produk, proses, suku cadang, dan
layanan (misalnya, pengujian, laboratorium, inspektur).
3. Internal Cost : biaya yang diakibatkan dari produksi suku cadang atau layanan yang rusak
sebelumnya pengiriman ke pelanggan (mis., pengerjaan ulang, memo, waktu henti).
4. External Cost : biaya yang terjadi setelah pengiriman suku cadang atau layanan yang
rusak (misalnya,pengerjaan ulang, barang yang dikembalikan, kewajiban, niat baik yang
hilang, biaya untuk masyarakat).
IV. Total Quality Management
Total Quality Management merupakan sebuah konsep yang digunakan oleh organisasi
untuk mempertahankan keunggulan bersaing dan memasikan efektivitas operasional
perusahaan (Sari, Surachman, & Ratnawati, 2018). Kualitas merupakan kemampuan suatu
produk atau jasa dimana dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. kualitas menjadi faktor
yang sangat penting bagi produsen yang menghasilkan baik barang maupun jasa. Salah satu
alat yang dapat digunakan dalam mengukur produk yang berkualitas adalah dengan
menggunakan alat Total Quality Management (TQM). Terdapat 7 alat dasar yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan produksi, terutama pada
permasalahan yang berkaitan erat dengan kualitas atau mutu suatu produk yaitu:
1. Lembar Periksa (Cheek Sheet)
Lembar periksa merupakan alat yang dapat mengolah proses produksi menjadi
informasi dan hasil yang bisa dimanfaatkan dengan cara membantu analis menemukan fakta
atau pola yang dapat membantu analisis selanjutnya. Contohnya mungkin gambar yang
menunjukkan penghitungan area di mana cacat terjadi atau lembar periksa yang
menunjukkan jenis keluhan pelanggan.

2. Diagram Sebar (Scatter Diagram)


Diagram Tebar berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa kuatnya
hubungan antara 2 (dua) variabel serta menentukan jenis hubungan dari 2 (dua) variabel
tersebut apakah hubungan Positif, hubungan Negatif atau tidak ada hubungan sama sekali.
3. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram or Fishbone Diagram)
Diagram ini juga dikenal sebagai Diagram Ishikawa dan banyak digunakan untuk
mengidentifikasi dan menunjuukkan hubungan antara sebab dan akibat agar dapat
menemukan akar dari sebuah permasalahan. Dari digram sebab-akibat ini dapat
memperlihatkan faktor-faktor yang menjadi penyebab dan akibat kualitas yang dihasilkan
dari faktor-faktor tersebut.

Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan untuk: (Kho, 2016)
a. Meng-identifikasikan akar penyebab dari suatu permasalahan
b. Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu
masalah
c. Membantu dalam penyelidikan dan penyelidikan fakta lebih lanjut mengenai
pemecahan

4. Diagram Pareto (Pareto Diagrams)


Pareto dapat kita lihat dari sajiannya yang menggunakan grafik batang yang dapat
menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian sehingga dapat
membantu untuk melihat upaya dalam sebuah masalah (Indonesia Productivity and Quality
Institute, 2016). Diagram ini merupakan karya Vilfredo Pareto, seorang ekonom abad ke-19.
Joseph M. Juran mempopulerkan karya Pareto ketika dia menyatakan bahwa 80% masalah
perusahaan adalah hasil dari hanya 20% penyebabnya.
Analisis pareto menunjukkan masalah mana yang dapat menghasilkan hasil terbesar.
Pacific Bell menemukan ini ketika mencoba menemukan cara untuk mengurangi kerusakan
pada kabel telepon yang terkubur, penyebab utamanya pemadaman telepon. Analisis Pareto
menunjukkan bahwa 41% kerusakan kabel disebabkan oleh pekerjaan konstruksi. Berbekal
informasi ini, Pacific Bell dapat menyusun rencana untuk mengurangi pemotongan kabel
sebesar 24% dalam satu tahun, menghemat $ 6 juta.

5. Flowchart
Flowchart secara grafis menyajikan proses atau sistem menggunakan kotak beranotasi
dan garis yang saling berhubungan. Mereka adalah alat yang sederhana namun hebat untuk
mencoba memahami suatu proses atau menjelaskan suatu proses (Heizer, Render, & Chuck,
2017).

6. Histogram

Histogram lebih menampilkan bentuk grafis yang menyajikan data visual atau
perbedaan nilai dalam sebuah kumpulan data. Sehingga pada Diagram Histogram ini dapat
memperlihatkan variasi dalam proses dan membantu mnajemen dalam membuat keputusan
dalam upaya meningkatkan proses.

Dalam konteks manajemen kualitas, histogram adalah perangkat grafis yang


menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari proses. Jika data yang terkumpul
menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat diprediksi, kemudian histogram dapat
pula digunakan untuk menunjukkan batasan proses. Dikenal juga sebagai distribusi grafik
frekuensi, salah satu jenis grafik yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok
data, dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau
penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila
penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu
hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit data
pada kiri dan kanan nilai tengah, maka produksi hasil dapat dikatakan lebih bermutu, karena
spesifikasi yang telah ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh histogram (Poerwanto, 2014).

Aplikasi diagram histogram sangat tepat digunakan pada saat :


• menentukan apakah proses berjalan dengan stabil atau tidak
• mendapatkan informasi tentang kinerja sekarang atau variasi proses.
• mencoba dan perbaikan perbaikan untuk peningkatan.
• mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses. pengembangan
pengembangan produk, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, prediksi
kondisi proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.

7. Kontrol Proses Statistik (Statistic Process Control)


Kontrol proses statistik (SPC) memantau standar, membuat pengukuran, dan
mengambil tindakan korektif saat produk atau layanan sedang diproduksi. Sampel dari hasil
proses diperiksa; jika mereka berada dalam batas yang dapat diterima, proses tersebut
diizinkan untuk dilanjutkan. Jika mereka berada di luar rentang spesifik tertentu, proses
dihentikan dan, biasanya, penyebab yang dapat ditetapkan terletak dan dihapus (Heizer,
Render, & Chuck, 2017).

Bagan kendali adalah penyajian grafik data dari waktu ke waktu yang menunjukkan
batas atas dan bawah untuk proses yang ingin kita kendalikan. Bagan kontrol dibuat
sedemikian rupa sehingga data baru dapat dengan cepat dibandingkan dengan data kinerja
sebelumnya.
V. Manfaat TQM
Kualitas dipastikan menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan operasional
perusahaan. Berikut penjelasan mengenai apa manfaat Total Quality Management (TQM)
bagi sebuah perusahaan (Soetjitro, 2010):
1. Reputasi perusahaan akan mengikuti kualitas. Kualitas akan muncul sebagai persepsi
tentang produk baru perusahaan, kebiasaan karyawan, dan hubungan pemasok.
2. Kualitas akan memberi keandalan produk. Perusahaan yang memiliki desain, memproduksi
atau mengedarkan produk atau jasa yang penggunaannya mengakibatkan kerusakan atau
kecelakaan, akan menanggung biaya yang besar pada aspek legal, penyelesaian kerugian
dan publisitas yang buruk.
3. Kualitas menjadi suatu perhatian internasional atau menarik keterlibatan global.
Perusahaan dan negara yang ingin bersaing secara efektif dalam ekonomi global, maka
produk mereka harus memenuhi harapan kualitas, desain, dan harga global. Jika tidak,
akan mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran negara.

VI. Peran Inspeksi


Agar suatu system dapat menghasilkan produk yang sesuai harapan diperlukan
namanya pengendalian proses. Tantangan seorang manajer operasi adalah membangun
sebuah sistem inspeksi. Inspeksi ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan demi
memastikan semua proses berjalan sesuai standar.Pemeriksaan ini dapat mencakup
pengukuran, pengecapan, sentuhan, penimbangan, atau pengujian produk. Tujuannya adalah
untuk mendeteksi jika terjadi kesalahan dalam suatu proses (Heizer, Render, & Chuck, 2017).
Proses inspeksi ini hanya medeteksi kesalahan tanpa bisa memperbaiki kesalahan tersebut
juga tidak dapat mengubah produk atau meningkatkan nilainya. Inspeksi ini dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sistem.
1. Kapan dan Dimana harus melakukan Inspeksi
Memutuskan kapan dan di mana untuk melakukan inspeksi bergantung pada jenis
proses dan nilai tambah pada setiap tahap. Inspeksi dapat dilakukan pada salah satu poin
berikut (Heizer, Render, & Chuck, 2017):
▪ Di pabrik milik pemasok pada saat pemasok melakukan produksi
▪ Di fasilitas yang dimiliki saat menerima barang dari pemasok
▪ Sebelum produksi menjadi mahal dan tidak dapat diubah
▪ Selama proses produksi berlangsung
▪ Saat produksi atau jasa telah selesai
▪ Sebelum memberikan kepada konsumen
▪ Saat berinteraksi dengan konsumen
2. Sumber Inspeksi
Source Control merupakan bagaimana inspeksi dilakukan oleh seorang ahli sehingga
melakukan pekerjaannya dengan benar bersama operator yang memastikan demikian.
Dimana menjadikan karyawan individu dapat melakukan inspeksi atau memeriksa sendiri
pekerjaan mereka (Heizer, Render, & Chuck, 2017). Inspeksi ini dilakukan dengan cara
penggunaan daftar periksa dan penggunaan perangkat anti gagal yang disebut dengan poka-
yoke dimana nama ini diambil dari bahasa Jepang. Poka Yoke adalah suatu Teknik untuk
mengatasi dan menghindari kesalahan sederhana yang dikarenakan oleh manusia atau
pekerja tersebut (Human Error) di tempat kerja dengan cara mencegahnya langsung dari akar
penyebab (root cause) kesalahan dan menarik perhatian khusus dalam suatu pekerjaan atau
tugas sehingga tidak memiliki kemungkinan untuk membuat kesalahan (Syarifuddin & Sofyan,
2016). Sehingga Poka-yoke menghasilkan sebuah perangkat yang dapat menghindari
kesalahan dan dapat memberikan umpan balik terhadap masalah yang terjadi denggan cepat.
Selanjutnya perangkat yang digunakan adalah daftar periksa, sebenarnya perangkat ini
sejenis poka-yoke dengan tujuan untuk memastikan konsistensi dan kelengkapan dalam
menjalankan tugas. Contoh dasarnya adalah daftar tugas seperti sebelum melakukan
launching apa saja yang harus dipersiapkan.

VII. Virtual Collaboration

Menurut Suhayda, V., et al. (2020), virtual collaboration merupakan suatu kegiatan
yang mengkolaborasikan semua kegiatan organisasi melalui media online. Kegiatan yang
biasanya berlangsung secara manual (pertemuan secara fisik) biasanya costly karena perlu
diadakan pertemuan yang membutuhkan ruang pertemuan dan waktu yang dihabiskan.
Perkembangan teknologi yang ada telah memunculkan virtual collaboration yang memberi
kemudahan dalam bekerjasama, berkoordinasi intra organisasi maupun ekstra organisasi.
Perusahaan yang memimpin suatu industri biasanya telah mengetahui keuntungan yang
didapatkan melalui virtual collaboration yang tergambar dalam kondisi sebagai berikut:

• Information sharing antara pelaku retail dengan para supplier

Procter & Gamble dengan Walmart: Walmart selalu menyediakan informasi atas semua
produk P&G yang terjual secara harian. Hal ini dapat memastikan ketersediaan yang efektif
pada suatu tenant melalui pengelolaan inventory replenishment yang akurat.

• Kolaborasi Retailer-Supplier

Asda.com menyediakan teknologi electronic data interchange (EDI) kepada 650 suplier
dengan standar AS2 (data secara real time dan improved efficiency and speed).
• Biaya Transportasi dan Inventaris yang menurun serta mengurangi tingkat stockouts

Unilever telah mengembangkan Transportation Business Center (TBC), sebuah sistem yang
menyediakan informasi spesifik yang dibutuhkan dalam pengiriman seperti kontak, jam
kerja, nomor dock doors, pallet configuration dan kebutuhan informasi lainnya (tersedia
selama 24 jam). Hal ini efektif dalam menurunkan biaya transportasi serta proses delivery
yang efektif.

• Waktu pengembangan produk berkurang

Caterpillar Inc. telah meninggalkan proses administrasi secara tradisional (paper


document) dengan extranet-based global collaboration system yang menghubungkan
antara engineering and manufacturing divisions dengan suppliers, distributor, sales people
dan staf teknis, sehingga customized tractor component dapat dipenuhi dalam waktu yang
singkat.

VIII. Total Quality Design

Karbhari, V. M., et al. (1994) mendefinisikan sebuah pendekatan identifikasi terhadap


elemen utama yang penting terhadap suatu proyek yang dinamakan total quality design
(TQD). Dinamakan sebagai TQD karena penekanan untuk mencapai proses realisasi suatu
produk melalui design management dan juga merupakan turunan dari teknik total quality
management (TQM) dan matriks seleksi Pugh. TQD telah dikembangkan dengan
mempertimbangkan resources leveraging dan penggunaan dasar keputusan yang kuat dalam
metodologinya seperti quality function deployment yang bermanfaat dalam strategic
planning. TQD merupakan team-oriented framework untuk mengintegrasikan dan
memprioritaskan hal yang penting berdasarkan informasi serta sumber daya yang tersedia.

Terdapat 5 (lima) elemen utama dalam TQD, yaitu:

- Definisi:

Tim (beranggotakan pegawai BRI bertanggungjawab dalam pengembangan proyek


STROBERI), Misi (STROBERI bertujuan memberikan kemudahan melalui proses digitalisasi
dalam ekosistem UMKM)

- Kebutuhan:

Pengguna (pembeli, pedagang dan pengelola pasar), Pemenuhan Kebutuhan


(kemudahan dalam kegiatan administrasi sehingga tercipta proses perdagangan yang
efisien dan efektif)

- Benchmarking:

Kompetitor (sistem belanja online seperti Tokopedia, Shopee dan lain-lain), hal yang BRI
lakukan adalah Modify (dengan melakukan perubahan target user terutama transaksi
pedagang UMKM)
- Konsep:

Identifikasi infrastruktur yang digunakan untuk mengembangkan sistem (network, fitur


teknologi dan fungsi) untuk mencapai tujuan produk

- Review:

Setelah memilih konsep yang telah diprioritaskan, manajemen akhirnya menentukan


untuk meneruskan STROBERI ini dengan tingkat confidence tinggi dan reliabilitasnya akan
memberikan added value kepada pelaku UMKM.

B. CASE STUDY: STROBERI


1. Pendahuluan

Sumber: BRI

STROBERI (Solusi Transaksi Elektronik BRI) merupakan layanan transaksi elektronik


terpadu yang dikhususkan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) secara berkesinambungan melalui layanan-layanan transaksi digital yang
dapat menjawab berbagai permasalahan administrasi dan finansial di ekosistem UMKM.
Seperti yang telah diketahui, saat ini pasar masih melakukan transaksi dengan memakai uang
tunai yang rawan dengan berbagai risiko kejahatan, seperti kemungkinan peredaran uang
palsu hingga media yang rentan menyebarkan virus Covid-19 (terkait pandemi Covid-19 saat
ini).

STROBERI terdiri dari dua layanan utama, yakni STROBERI Tagihan untuk pengelolaan
tagihan dan STROBERI Kasir untuk pengelolaan transaksi dan inventory management. Melalui
platform ini, transaksi jual beli serta pengelolaan tagihan sewa kios, kebersihan hingga
retribusi keamanan di pasar bisa dilakukan secara cashless, tersistem dan real time.
Melalui sistem STROBERI telah terjadi virtual collaboration yang
menyambungkan kepentingan antara pihak Eksternal (Desperindag,
Pengelola Pasar, Pedagang, Agen BRILink, Pemda, Bumdes, Perangkat
Desa) dan Internal (BRI sebagai penyedia layanan STROBERI).
STROBERI yang selalu menyediakan informasi secara real time,
memastikan kelancaran sistem tagihan antara pedagang dengan
pengelola pasar dan peran kasir online yang dapat mempermudah
transaksi antara user terhadap pedagang

Sumber: BRI

2. STROBERI – Ishikawa Diagram

Hasil analisis menggunakan diagram ishikawa, permasalahan utama UMKM adalah


inefisiensi dan inefektivitas. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan layanan
digital.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era digital memiliki efek yang
signifikan sehingga perubahan ekosistem bisnis yang tradisional telah menciptakan
lingkungan bisnis baru yang disebut “bisnis digital ekosistem ”. Perubahan ekosistem
bisnis tersebut mempengaruhi keputusan strategis perusahaan. Perkembangan
teknologi yang pesat, serta berbagai macam perubahan di masa kini pasar global, telah
menyebabkan intensifikasi proses adaptasi kerjasama baru (Diener dan Spacek., 2021)
Inovasi Teknologi merupakan inovasi bisnis dengan mengandalkan IT dalam bisnis
keuangan dan perbankan. FinTech adalah inovasi teknologi yang merupakan hasil inovasi
bisnis di sektor keuangan, yang menghasilkan layanan / produk baru, proses baru, dan
model bisnis baru. Inovasi teknologi merupakan faktor penting dalam menciptakan
bentuk-bentuk baru proses bisnis di pada era persaingan ekonomi saat ini. Inovasi
teknologi dengan digitalisasi berdampak pada model bisnis baru. Saat ini, model bisnis
dan konsep teknologi diterapkan sebagai dasar inovasi solusi financial performamce
(Legowo et al., 2020).
Fintech industri terdiri dari perusahaan terdiversifikasi yang menggabungkan jasa
keuangan dengan inovasi teknologi yang ditawarkan kepada penyedia layanan keuangan.
Fintech memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bank tradisional. Sehingga,
bank berada di bawah tekanan besar untuk mengubah pendekatan dan bisnis mereka
model ke pendekatan yang lebih customer oriented agar tetap kompetitif (Diener dan
Spacek., 2021)

3. STROBERI – In Total Quality Design Framework

- Definisi:

Tim (beranggotakan pegawai BRI bertanggungjawab dalam pengembangan proyek


STROBERI), Misi (STROBERI bertujuan memberikan kemudahan melalui proses
digitalisasi dalam ekosistem UMKM)

- Kebutuhan:

Pengguna (pembeli, pedagang dan pengelola pasar), Pemenuhan Kebutuhan


(kemudahan dalam kegiatan administrasi sehingga tercipta proses perdagangan yang
efisien dan efektif)

- Benchmarking:

Kompetitor (sistem belanja online seperti Tokopedia, Shopee dan lain-lain), hal yang
BRI lakukan adalah Modify (dengan melakukan perubahan target user terutama
transaksi pedagang UMKM)

- Konsep:

Identifikasi infrastruktur yang digunakan untuk mengembangkan sistem (sumberdaya,


fitur teknologi dan fungsi) untuk mencapai tujuan produk

- Review:

Selalu mereview konsep dan melalukan uji coba sampai memenuhi ekspektasi
manajemen dan sesuai dengan kbutuhan nasabah, dengan tetap mempertimbangkan
4 (elemen sebelumnya).
4. Road Map (Konsep) & Timeline

Sumber: BRI

Roadmap STROBERI menjadi super platform untuk ekosistem UMKM yang terdiri dari
STROBERI Kasir dan STROBERI Tagihan. Para stakeholder seperti end user, pedagang dan
pengelola pasar akan mendapatkan benefit melalui sistem yang terintegrasi. Inspeksi
dilakukan oleh tenaga pemasar BRI setiap saat menggunakan sistem checklist, untuk
mengetahui critical point mana saja yang harus menjadi perhatian dan segera ditindaklanjuti
apabila terdapat permasalahan.

Sumber: BRI

Dalam mengembangkan aplikasi STROBERI, BRI melakukan berbagai aktivitas untuk


menguji layak atau tidaknya aplikasi tersebut diluncurkan dalam rangka mempertahankan
kualitas sesuai standar layanan. Aktivitas tersebut berlangsung selama 5 (lima) bulan yang
terbagi ke dalam 4 (empat) aktivitas utama dimana secara umum framework TQD telah
diimplementasikan untuk memastikan misi yang tepat dan efektif memenuhi kebutuhan
masyarakat, yaitu :
- Development :

Tahap ini dilakukan dengan identifikasi kebutuhan terhadap produk, pembuatan


konsep, kerangka dan pengembangan sistem.

- Piloting :

Merupakan suatu kegiatan uji coba dalam skala kecil yang dilakukan pada suatu
sampel. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi timbulnya masalah sehingga
dapat dilakukan langkah mitigasi.

- Sosialisasi dan Edukasi :

Untuk mensukseskan dan meningkatkan awareness calon user, maka dilakukan


kegiatan pemasaran melalui sosialisasi produk STROBERI sebagai solusi atas
permasalahan administrasi dan finansial di ekosistem UMKM.

- Live Implementasi :

Pelepasan produk STROBERI kepada user dari bulan April 2020, feedback yang ada
menjadi masukan terhadap perbaikan yang diperlukan.

5. Evaluasi

Setiap me-launching suatu produk, BRI selalu melakukan evaluasi terhadap


performance produk tersebut. Evaluasi meliputi : user, perangkat terinstall, input
transaksi, sales volume, dan rating aplikasi. Evaluasi dibandingkan dengan target dan
disertai dengan rencana perbaikan, apabila hasilnya masih di bawah setting target. Ouput
dari evaluasi akan dipaparkan dalam forum Business Performance Review dan Komite
Produk untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan yang diperlukan.

6. Continuous improvement
Walaupun aplikasi telah diluncurkan, namun pengembangan terus dilakukan. Hal
tersebut untuk mengantisipasi adanya perubahan jaman yang berdampak pada customer
behaviour. Sehingga aplikasi perlu untuk terus dikembangkan secara terus menerus sesuai
dengan kebutuhkan nasabah. Beberapa pengembangan yang dilakukan antara lain :
enhancement registrasi Stroberi Kasir, enhancement relasi tenaga pemasar dan ekosistem
UMKM, serta menu bantuan dan tanya jawab. Pengembangan tersebut, diharapkan
selesai pada triwulan 1 2021.
C. KESIMPULAN
1. Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa dimana dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan. kualitas menjadi faktor yang sangat penting bagi produsen
yang menghasilkan baik barang maupun jasa. Salah satu alat yang dapat digunakan
dalam mengukur produk yang berkualitas adalah dengan menggunakan tool Total
Quality Management (TQM).

2. Untuk dapat bersaing di era digital, BRI meluncurkan produk-produk yang disesuaikan
dengan kharakteristik nasabahnya, yaitu nasabah mikro dengan menghadirkan
aplikasi STROBERI.

3. BRI menerapkan Total Quality Management dalam pengembangan aplikasi STROBERI


untuk mempertahankan kualitas dan memenuhi customer satisfaction.

4. Namun demikian, aplikasi STROBERI masih mendapatkan rating 3,9 sehingga tetap
diperlukan adanya perbaikan dan continuous improvement.
D. REFERENSI
• Suhayda, V., et al. (2020), 18th International Conference on Management, Enterprise,
Benchmarking. Proceedings.
• Karbhari, V. M., et al. (1994), Benchmarking for Quality Management & Technology,
Vol. 1 No. 1, 1994, pp. 65-88. MCB University Press, 1351-3036
• Heizer, J., Render, B., & Chuck, M. (2017). Tools of TQM. In Operation Management
Suistainability and Supply Chain Management (p. 266). England: Pearson Education
Limited.Indonesia Productivity and Quality Institute. (2016).
• QC Seven Tools (Tujuh Alat Pengendalian Kualitas). Retrieved from Indonesia
Productivity and Quality Institute: https://ipqi.org/qc-seven-tools-tujuh-alat-
pengendalian-kualitas/Kho, B. (2016, June 27).
• Pengertian Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram) Cara Membuatnya.
Retrieved from Ilmu Manajemen Industri:
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-cause-effect-diagram-fishbone-
diagram-cara-membuat-ce/Poerwanto, G. H. (2014, April 27).
• Quality Management. Retrieved from Google Site:
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/HistogramSari, D. E., Surachman, &
Ratnawati, K. (2018).
• Pengaruh Total Quality Management (Tqm) Terhadap Kinerja Kayawan Dengan
Mediasi Kepuasan Kerja. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 58.Soetjitro, P. (2010).
• Instrumen Total Quality Management (TQM), 58.Syarifuddin, & Sofyan, D. K. (2016).
• Analisis Biaya Kehilangan (LOSS COST) dari Produk Air Minum dalam Kemasan
Menggunakan metode Poka Yoke. 238.
• Mercurius Broto Legowo et al., 2020. A Conceptual Framework Of Technological
Innovation For The Financial And Banking Industry In
Indonesia. International Journal of Information, Business and Management, Vol. 12,
No.4, 2020.
• Diener, F.; Špaˇcek, M. Digital Transformation in Banking: A Managerial Perspective
on Barriers to Change. Sustainability 2021, 13, 2032.
https://doi.org/10.3390/su13042032

Anda mungkin juga menyukai