1. Flowchart
Flowchart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan
seluruh langkah dalam suatu proses serta bagaimana langkah itu saling
berinteraksi satu sama lain. Flowchart digambarkan dengan simbol-simbol,
dimana setiap orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses
harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut. Pada suatu organisasi
atau perusahaan flowchart meliputi seluruh aliran dalam proses produksi atau
penyampaian pelayanan/jasa, baik yang dilakukan oleh staf intern atau disebut
dengan pelanggan dan konsumen internal atau oleh staf kepada pelanggan dan
konsumen eksternal atau akhir. Adapun tujuan dari pemakaian atau
penggunaan flowchart, antara lain:
a. Memberikan pengertian dan petunjuk tentang jalannya proses produksi
atau operasional pada suatu organisasi atau perusahaan.
b. Membandingkan proses sesungguhnya yang dirasakan para pelanggan
baik pelanggan internal maupun eksternal dengan proses ideal yang
diinginkan pelanggan tersebut.
c. Mengetahui langkah-langkah yang duplikatif dan langkah-langkah yang
tidak perlu.
Secara umum gambaran mengenai flowchart ini dapat dilihat pada Gambar
8.1.
Dari Gambar 8.1. dapat dilihat bagaimana urutan atau rangkaian kegiatan
yang terjadi selama proses produksi atau operasi dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Urutan atau rangkaian proses inilah yang nantinya dapat digunakan
untuk membantu mendeteksi kesalahan yang disebabkan proses produksi atau
operasi. Namun, alat ini masih harus didukung dengan alat lain untuk melihat
frekuensi kesalahan yang terjadi pada setiap tahapan proses tersebut.
Gambar 8.1.
Flowchart
2. Brainstorming
Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna
mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat.
Ide-ide yang dihasilkan dalam brainstorming bukan merupakan keputusan
final/akhir tetapi masih diperlukan analisis lanjutan untuk menghasilkan
keputusan yang optimum. Alat yang digunakan dalam brainstorming antara
lain cause and effect diagram, affinity diagram, dan tree diagram. Di dalam
pelaksanaan brainstorming perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.
a. Masing-masing anggota kelompok telah sependapat mengenai isu pokok
yang akan dibahas.
b. Ciptakan kondisi di mana masing-masing anggota kelompok merasa bebas
untuk mengemukakan idenya.
c. Hindari saling kritik atau tirani dalam mengemukakan ide oleh para
anggota kelompok.
d. Ungkapan ide yang dikemukakan tersebut perlu ditulis sebagaimana
aslinya.
e. Pada akhir brainstorming perlu dibuat rangkuman ide-ide yang
dikemukakan untuk dicari penyelesaiannya.
Gambar 8.2.
Cause and Effect Diagram
Gambar 8.3.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab Minor
Gambar 8.5.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab pada
masing-masing Faktor
Gambar 8.6.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab Setiap Proses
4. Affinity Diagram
Affinity digram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun 1950-an.
Diagram ini merupakan bentuk pengorganisasian informasi yang didapat dari
proses brainstorming agar lebih mudah dipahami. Langkah-langkah dalam
menyusun affinity diagram adalah:
a. Mengumpulkan fakta-fakta yang diketahui dan menuliskan fakta-fakta
tersebut dengan menggunakan teknik brainstorming.
b. Fakta-fakta tersebut kemudian dikelompokkan menurut golongangolongan
tertentu.
c. Golongan tersebut kemudian diberi nama dan menyusunnya menurut
hierarki kepentingan golongan-golongan tersebut.
d. Membuat kesimpulan mengenai tindakan apa yang harus diambil untuk
mengatasi fakta atau golongan yang mengganggu proses.
5. Tree Diagram
Tree diagram (diagram pohon) merupakan alat yang digunakan untuk
menghubungkan tujuan yang harus ditempuh dengan tugas yang harus
dilaksanakan dalam mencapai tujuan tersebut. Diagram pohon digunakan
untuk dapat mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dari jasa atau program
yang ditawarkan.
Tree diagram sering kali digunakan untuk menterjemahkan hasil dari
affinity diagram atau cause and effect diagram. dalam upaya merumuskan
permasalahan yang belum jelas ke dalam karakteristik yang sifatnya
operasional. Gambar 8.8. memperlihatkan contoh penggunaan tree diagram
pada suatu organisasi atau perusahaan.
.10
PDCA
Teknik-teknik QFD
CQI
Mutu yang me-
nyeluruh pada
organisasi atau Sistem
perusahaan
Visi
Budaya Mis i
Strategi
Filosofi
1. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa
sering suatu kejadian terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan
pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam grafik seperti Pareto Chart ataupun histogram untuk kemudian
dilakukan analisis terhadapnya. Di sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini
dilakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan mengenai proses
penyampaian jasa atau pelayanan. Check sheet ini sering juga kita ganti dengan
tally sheet. Pada Gambar 8.9. (a) dapat dilihat contoh penggunaan tally sheet
pada organisasi jasa pendidikan, dan Gambar 8.9. (b) adalah contoh
penggunaan check sheet yang juga pada organisasi jasa pendidikan, khususnya
untuk perbaikan kegiatan perkuliahan. Dalam Plan-Do-Check-Action cycle
check sheet digunakan sebagai alat bantu dalam tahap pelaksanaan (do).
Kesalahan Jumlah kesalahan dalam 1 semester
Cara mengajar IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
Pelayanan administr. IIIII IIIII IIIII IIIII
Pelayanan perpust. IIIII IIIII IIIII
Buku teks kuno IIIII IIIII III
Tidak ada dukungan IIIII IIIII IIIII IIIII II
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)
Gambar 8.9.(a)
Tally sheet
2. Pareto Diagram
Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto
(1848-1923). Diagram ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga
terendah. Klasifikasi data dalam diagram pareto dapat membantu menemukan
permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi)
sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (ranking
terendah). Diagram pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling
penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan
petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk
menyelesaikan masalah (Mitra, 1993). Selain itu, diagram pareto juga dapat
digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian
proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan.
Menurut Mitra (1993) dan Besterfield (1998), proses penyusunan diagram
pareto meliputi enam langkah, yaitu:
a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian.
b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan
karakteristikkarakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit.
c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
d. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang
terbesar hingga yang terkecil.
e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing-masing masalah.
Adapun gambar mengenai diagram pareto dapat dilihat pada Gambar
8.10.
45
F
40
r
35 e
30
k
25
u
20
e
15 n
10
s
5
i
0
F C A E B D
Jenis Kesalahan
2. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data
pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan Pareto chart yang
penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga
proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan
apapun. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan
ranking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Histogram juga
menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram
dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka
nominal, misalnya rata-rata. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan
banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Menurut Mitra (1993), langkah
penyusunan histogram adalah:
a. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai
terbesar dan terkecil.
b. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Biasanya, dalam menentukan banyaknya
kelas, apabila n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas
ditunjukkan dengan n.
c. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai
lebar yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan
banyaknya kelas.
d. Menentukan batas-batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada
masing-masing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling
tumpang tindih.
e. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.
Gambar 8.14.
Scatter Diagram
4. Control Chart
Control chart (peta pengendali) adalah grafik yang digunakan untuk
menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out of
control. Control limit yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas
bawah (lower control limit) sehingga dapat membantu menggambarkan
konsistensi performansi yang diharapkan dari suatu proses. Dengan mengetahui
kondisi proses, maka diketahui sumber variasi produk dari proses yang
berjalan, apakah merupakan common cause atau special cause. Apabila
merupakan special cause maka perlu dilakukan perubahan/ perbaikan tanpa
mengubah proses secara keseluruhan, tetapi bila merupakan common cause
maka proses dapat terus dijalankan tanpa perlu mengadakan
perubahan/perbaikan.
Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah ketika
peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang di luar
batas kendali terjadi karena sebab khusus (assignable cause), kemudian dicari
tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya
perbaikan proses. Kondisi kedua berkaitan dengan pengujian. Dimana peta
pengendali dapat menunjukkan hasil pengujian dari program yang telah
dijalankan contoh gambar peta kendali nampak pada Gambar 8.15. dan Gambar
8.16.
Dalam siklus PDCA, control chart digunakan dalam tahap pelaksanaan
(do) dan pengujian (check).
Garis Pusat
Batas Pengendali Bawah
0 waktu
Gambar 8.16.
Control Chart
5. Run Chart
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang
waktu, kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses, misalnya
perubahan dalam proses dan memperbandingkan performansi beberapa
kelompok, tetapi tanpa menyebutkan sebab-sebab terjadinya kecenderungan,
daur, atau pola-pola tersebut. Gambar 8.17 berikut adalah contoh
penggambaran Run chart. Gambar 8.17. ini menjadi berarti bila
penggunaannya dihubungkan dengan hasil penggambaran upper control limit
dengan lower control limit untuk menunjukkan apakah proses produksi atau
operasi kita baik atau tidak.
Sumber: Mitra (1993)
Gambar 8.17.
Run Chart
Dari berbagai alat dan teknik yang berkaitan dengan kualitas di atas, Gryna
(2001) menyebutkan beberapa alat dan teknik yang banyak digunakan orang
Jepang yaitu:
Affinity diagram, yang digunakan dalam mengorganisir fakta, isu, dan masalah
yang digunakan untuk mengadakan diagnosis terhadap permasalahan yang
dihadapi. Diagram ini dapat dilihat pada Gambar 8.7.
Selain alat dan teknik di atas, ada beberapa diagram yang juga sering
digunakan dalam membantu mengendalikan data yang ada untuk mencermati
berbagai kondisi yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi yang bersifat
membantu membaca berbagai data, misalnya analisis matriks, diagram grier,
time series, stem-and-leaf plots, box plots, peta multivariabel, dan analisis
kemampuan proses. Masing-masing teknik tersebut mempunyai kegunaan yang
dapat berdiri sendiri maupun saling membantu antar satu teknik dengan teknik
yang lain.
a. Analisis Matriks
Analisis matriks adalah suatu alat yang sederhana, tetapi efektif. Alat ini
dapat berfungsi untuk membandingkan beberapa kelompok kategori seperti
operator, karyawan penjualan, mesin-mesin, pemasok, dan seterusnya. Semua
elemen dalam kategori tersebut melakukan kegiatan yang sama. Analisis
matriks sering disebut dengan diagram pareto dua dimensi. Contoh gambar
analisis matriks dapat dilihat pada Gambar 8.18.
Gambar 8.18.
Analisis Matriks
b. Diagram Grier
Diagram Grier dikembangkan oleh Ted Grier yang digunakan untuk
membandingkan ketidaksesuaian pada berbagai model dalam produk yang
sama. cara pengumpulan datanya sama dengan cara pengumpulan data pada
pembuatan diagram pareto. Sumbu vertikal menggambarkan persentase
ketidaksesuaian dan sumbu horisontal menggambarkan ketidaksesuaian yang
terjadi.
.22
c. Time Series
Time series merupakan teknik yang paling sederhana untuk menunjukkan
perubahan karena berbagai macam faktor dari waktu ke waktu. Time series
digambarkan dengan sumbu vertikal yang menunjukkan persentase
ketidaksesuaian dan sumbu horisontal yang menunjukkan periode waktu. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 8.20.
Dari Gambar 8.20. tersebut nampak bahwa kualitas produk A berada pada
kondisi yang konstan, sedangkan kualitas produk B mengalami perubahan yang
dalam hal ini adalah mengalami penurunan secara drastis.
e. Box Plots
Box plots menunjukkan kecenderungan memusat, penyebaran data, dan
memberikan petunjuk adanya kecenderungan (penyimpangan dari kesamaan
atau simetri) dan kurtosis (ukuran panjangnya ekor). Dari plots tersebut, suatu
.24
penjelasan dilakukan apabila ada hasil observasi yang berbeda. menurut Mitra
(1993), langkah-langkah pembuatan box plots adalah:
1) Menentukan kuartil pertama Q1 = 25%. Nilai ini menunjukkan batas
terendah dari suatu box.
2) Menentukan kuaril ketiga Q3 = 75%. Nilai ini merupakan batas tertinggi
dari suatu box. Panjang box adalah selisih atau perbedaan antara Q3 dan
Q1, yang dikenal dengan interquartile range (iqr).
3) Menentukan nilai tengah dari seluruh data tersebut.
Garis menggambarkan nilai tengah yang membagi box tersebut.
4) Menggambarkan dua garis yang dimulai dari atas kemudian turun ke
bawah ke arah Q3 untuk nilai data maksimum atau Q3 + 1,5 (iqr).
Demikian pula ditarik juga garis dari bawah ke arah Q1 untuk nilai data
minimum atau Q1 – 1,5 (iqr).
5) Nilai-nilai yang berada di luar nilai-nilai tersebut dikatakan berada di luar
daerah batas.
Contoh data dan penggambaran box plots dapat dilihat pada Gambar 8.22.
Sumber: Mitra, 1993.
Gambar 8.22.
Box Plots
f. Peta Multivariabel
Pada berbagai kegiatan operasi perusahaan manufaktur atau jasa, kualitas
tidak hanya ditentukan oleh satu variabel atau atribut saja tetapi ditentukan
oleh beberapa variabel atau atribut. Untuk membantu menggambarkan kondisi
seperti ini tidak dapat menggunakan teknik dan alat seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, tetapi dapat digunakan peta multivariabel. Hal ini
nampak pada Gambar 8.23.
Kasus:
Manajemen Kualitas dan Metodologi Perbaikan Proses di AT&T AT&T
mempunyai serangkaian kegiatan dan metode dalam mengadakan perbaikan
kualitas, yaitu:
1. Penyusunan tanggung jawab manajemen proses, yang meliputi meninjau,
mengidentifikasi, dan menyusun atau meninjau tanggung jawab pemilik
dan anggota proses. Alat yang digunakan adalah nominal group
technique
2. Mendefinisikan proses dan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, yang
meliputi mendefinisikan batasan proses, input, output, pemasok,
pelanggan, subproses, dan aliran proses, dan menganalisis kebutuhan
pelanggan. Alat yang digunakan adalah affinity diagram, benchmarking,
tree diagram, interview, checklist mengenai hubungan
pelanggan/pemasok.
3. Menentukan dan menyusun pengukuran, yang meliputi menentukan
pengukuran yang efektif, meninjau ukuran yang ada, menyusun ukuran
baru dan sistem pelaporan, dan menyusun umpan balik kepuasan
pelanggan. Alat yang digunakan adalah brainstorming, survey, dan
interview.
4. Menilai kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, yang meliputi
mengumpulkan dan meninjau data proses operasional,
mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab kesalahan, dan
membandingkan kesesuaian proses dengan syarat yang telah
ditentukan untuk menentukan ruang lingkup permasalahan. Alat yang
digunakan adalah control chart, interview, survey, pareto diagram,
cause-and-effect diagram, brainstorming, nominal group technique,
dan trend chart.
5. Menemukan masalah dan mengidentifikasi kemungkinan perbaikan,
yang meliputi mendapatkan data permasalahan proses,
mengidentifikasi masalah yang paling urgen, dan membagi masalah ke
dalam submasalah. Alat yang digunakan interview, flow chart,
brainstorming, pareto diagram, dan nominal group technique.
6. Perbaikan peringkat dan menyusun sasaran, yang meliputi peninjauan
kemungkinan perbaikan, menyusun prioritas, merundingkan masalah,
dan menentukan proyek perbaikan. Alat yang digunakan adalah pareto
diagram, nominal group technique, dan trend chart.
7. Memperbaiki kualitas proses, yang meliputi melaksanakan tindakan
perbaikan, mengidentifikasi akar permasalahan, menguji dan
menerapkan cara penyelesaian masalah, dan melakukan peninjauan
secara periodik. Alat yang digunakan adalah pareto diagram, nominal
group technique, brainstorming, cause-and-effect diagram, control
chart, dan survey.