Anda di halaman 1dari 28

MATERI KULIAH 10

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (Kelompok D)


JURUSAN MANAJEMEN FEB UPR
Hari : Kamis
Tanggal : 3 Juni 2021
Pukul : 08.00 – 09.30 WIB

Alat dan Teknik Pengendalian Kualitas


A. ALAT DAN TEKNIK PENGENDALIAN KUALITAS

Total Quality Management (TQM) digunakan sebagai konsep manajemen


organisasi yang memperhatikan dan mengutamakan suara pelanggan. TQM
meliputi tiga kegiatan utama, yaitu Hoshin Planning, Quality Function
Deployment, dan Daily Control.
Hoshin Planning berkaitan dengan kebijakan manajemen yang merupakan
satu kesatuan terintegrasi dalam organisasi yang memonitor lingkungan
eksternal dan mengembangkan rencana proaktif untuk menyesuaikan dengan
arah organisasi masa mendatang. Hoshin Planning meliputi ketepatan dan
kecepatan produk sampai ke pasar sehingga dapat meningkatkan laba.
Quality Function Deployment (QFD) yang merupakan alat untuk
menerapkan TQM menggunakan manajemen dan tim lintas fungsi
(crossfunctional teams) yang terintegrasi secara horisontal sehingga semua
departemen dapat bekerja bersama-sama untuk mencapai sasaran yaitu
kepuasan pelanggan. Quality Function Deployment mencakup konsep produk
yang terbaik yang sampai ke pasar sehingga dapat meningkatkan laba.
Daily Control, merupakan komponen utama Total Quality Management
dengan menggunakan alat bantu Statistical Process Control dan parameter
desain untuk memonitor pelaksanaan Quality Function Deployment
berdasarkan pengendalian sehari-hari. Daily Control ini menekankan
penawaran harga terbaik dari produk sehingga dapat meningkatkan laba. Baik
Daily Control maupun QFD dikendalikan oleh integrasi vertikal dari Hoshin
Planning.
Dalam kegiatan pengendalian mutu harian, ada beberapa alat dan teknik
yang sering digunakan dalam menjaga dan memperbaiki kualitas produk atau
jasa yang dihasilkannya. Alat dan teknik tersebut sebenarnya lebih merupakan
alat dan teknik penyelesaian masalah yang berkaitan dengan peningkatan
.2

kualitas perusahaan atau organisasi dengan cara menemukan kesalahan,


mencari penyebab kesalahan, dan memutuskan cara penyelesaiannya atau
menghilangkan penyebab kesalahan-kesalahan tersebut. Pada kondisi dimana
kegiatan ini dilakukan secara berkala dan terus menerus maka perbaikan
kualitas dengan konsep continuous quality improvement dapat tercapai.
Teknik dan alat yang digunakan berwujud dua jenis, yaitu yang
menggunakan data verbal atau kualitatif dan yang menggunakan data numerik
atau kuantitatif. Teknik dengan menggunakan data verbal atau kualitatif antara
lain: (1) Flow chart, (2) Brainstorming, (3) Cause and effect diagram, (4)
Affinity diagram, (5) Tree diagram.
Sedang yang menggunakan data numerik atau kuantitatif antara lain:
(1) Check sheet, (2) Pareto diagram, (3) Histogram, (4) Scatter diagram,
(5) Control chart, (6) Run Chart.

B. ALAT DAN TEKNIK PERBAIKAN KUALITAS DENGAN DATA


VERBAL ATAU KUALITATIF

Alat-alat yang digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas yang


menggunakan data verbal atau kualitatif tersebut antara lain:

1. Flowchart
Flowchart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan
seluruh langkah dalam suatu proses serta bagaimana langkah itu saling
berinteraksi satu sama lain. Flowchart digambarkan dengan simbol-simbol,
dimana setiap orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses
harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut. Pada suatu organisasi
atau perusahaan flowchart meliputi seluruh aliran dalam proses produksi atau
penyampaian pelayanan/jasa, baik yang dilakukan oleh staf intern atau disebut
dengan pelanggan dan konsumen internal atau oleh staf kepada pelanggan dan
konsumen eksternal atau akhir. Adapun tujuan dari pemakaian atau
penggunaan flowchart, antara lain:
a. Memberikan pengertian dan petunjuk tentang jalannya proses produksi
atau operasional pada suatu organisasi atau perusahaan.
b. Membandingkan proses sesungguhnya yang dirasakan para pelanggan
baik pelanggan internal maupun eksternal dengan proses ideal yang
diinginkan pelanggan tersebut.
c. Mengetahui langkah-langkah yang duplikatif dan langkah-langkah yang
tidak perlu.

d. Mengetahui di mana atau dalam bagian proses yang mana pengukuran


dapat dilakukan.
e. Menggambarkan sistem total.

Secara umum gambaran mengenai flowchart ini dapat dilihat pada Gambar
8.1.
Dari Gambar 8.1. dapat dilihat bagaimana urutan atau rangkaian kegiatan
yang terjadi selama proses produksi atau operasi dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Urutan atau rangkaian proses inilah yang nantinya dapat digunakan
untuk membantu mendeteksi kesalahan yang disebabkan proses produksi atau
operasi. Namun, alat ini masih harus didukung dengan alat lain untuk melihat
frekuensi kesalahan yang terjadi pada setiap tahapan proses tersebut.

Sumber: Goetsch dan Davis (1995)


.4

Gambar 8.1.
Flowchart
2. Brainstorming
Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna
mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat.
Ide-ide yang dihasilkan dalam brainstorming bukan merupakan keputusan
final/akhir tetapi masih diperlukan analisis lanjutan untuk menghasilkan
keputusan yang optimum. Alat yang digunakan dalam brainstorming antara
lain cause and effect diagram, affinity diagram, dan tree diagram. Di dalam
pelaksanaan brainstorming perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.
a. Masing-masing anggota kelompok telah sependapat mengenai isu pokok
yang akan dibahas.
b. Ciptakan kondisi di mana masing-masing anggota kelompok merasa bebas
untuk mengemukakan idenya.
c. Hindari saling kritik atau tirani dalam mengemukakan ide oleh para
anggota kelompok.
d. Ungkapan ide yang dikemukakan tersebut perlu ditulis sebagaimana
aslinya.
e. Pada akhir brainstorming perlu dibuat rangkuman ide-ide yang
dikemukakan untuk dicari penyelesaiannya.

Teknik branstorming memiliki keunggulan 1) Melibatkan banyak peserta


(people involvement dan personal empowerment), 2) Dapat digunakan untuk
berbagai macam persoalan, 3) Tidak memerlukan waktu yang lama.
Sedangkan kelemahan dari teknik ini adalah 1) Hasil dari branstorming
tidak dapat langsung diimplementasikan (masih perlu dikaji), 2) Hasil tidak
fokus.

3. Cause and Effect Diagram


Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun
1943, sehingga sering disebut diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat
digambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara
akibat dan penyebab suatu masalah atau kejadian dan selanjutnya diambil
tindakan perbaikan. Dengan kata lain akibat merupakan hasil sedangkan
penyebab adalah sumber. Pada suatu proses produksi, penyebab masalah dapat
berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan,
pengukuran, karyawan, lingkungan.
Selanjutnya, dari sumber-sumber utama tersebut diturunkan menjadi
beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, seperti metode kerja yang
dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik
fisik, dan sebagainya. Dalam mencari penyebab masalah baik itu sumber utama
maupun sumber yang lebih kecil dapat digunakan teknik brainstorming dengan
melibatkan seluruh anggota tim. Contoh diagram sebab-akibat dapat dilihat
pada Gambar 8.2.

Sumber: Krajewski dan Ritzman, 1999 (modifikasi)

Gambar 8.2.
Cause and Effect Diagram

Diagram sebab-akibat disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram)


mengingat bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Selain digunakan untuk
mencari penyebab utama suatu masalah, diagram sebabakibat juga dapat
digunakan untuk mencari penyebab minor yang merupakan bagian dari
penyebab utamanya. Contoh untuk penggunaan ini dapat dilihat pada Gambar
8.3.
.6

Sumber: Besterfield, 1998 (modifikasi)

Gambar 8.3.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab Minor

Diagram sebab-akibat dapat juga digunakan dalam hal: 1) menghitung


banyaknya penyebab kesalahan yang mengakibatkan terjadinya suatu masalah,
2) menganalisis penyebaran pada masing-masing penyebab masalah, dan 3)
menganalisis proses. Untuk menghitung penyebab kesalahan dilakukan dengan
mencari akibat terbesar dari suatu masalah yang merupakan penjabaran dari
beberapa penyebab utama, lalu dicari masingmasing penyebabnya secara
mendetail. Hal ini nampak seperti Gambar 8.4.

Sumber: Mitra, 1993 (modifikasi)


Gambar 8.4.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab Utama dan Minor
Dalam menganalisis penyebaran dari masing-masing penyebab masalah,
diawali dengan mencari akibat dari permasalahan yang ada dan selanjutnya
diikuti dengan mencari masing-masing penyebab (orang, mesin, bahan baku,
pengukuran, metode kerja, atau lingkungan) yang menimbulkan permasalahan
terbanyak. Hal ini nampak seperti Gambar 8.5.

Sumber: Mitra, 1993 (modifikasi)

Gambar 8.5.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab pada
masing-masing Faktor

Sementara itu, dalam menganalisis proses atau analisis setiap tahapan


proses, diawali dengan menggambarkan langkah-langkah pemrosesan suatu
produk. Selanjutnya dilakukan diidentifikasi penyebab utama permasalahan
dari setiap tahapan proses yang kemudian dijabarkan ke dalam
penyebabpenyebab masalah secara lebih mendetail (Gambar 8.6).
.8

Sumber: Mitra, 1998 (modifikasi)

Gambar 8.6.
Cause and Effect Diagram untuk Mencari Penyebab Setiap Proses

Cause and effect diagram terutama berguna dalam tahap perencanaan


(plan) dari Plan-Do-Check-Action cycle karena membantu mengidentifikasi
sebab dan akibat dari suatu proses yang akan diambil (direncanakan). Pada
kondisi ini rencana yang diputuskan telah mempertimbangkan dampak yang
mungkin akan terjadi bila rencana tersebut diimplementasikan.

4. Affinity Diagram
Affinity digram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun 1950-an.
Diagram ini merupakan bentuk pengorganisasian informasi yang didapat dari
proses brainstorming agar lebih mudah dipahami. Langkah-langkah dalam
menyusun affinity diagram adalah:
a. Mengumpulkan fakta-fakta yang diketahui dan menuliskan fakta-fakta
tersebut dengan menggunakan teknik brainstorming.
b. Fakta-fakta tersebut kemudian dikelompokkan menurut golongangolongan
tertentu.
c. Golongan tersebut kemudian diberi nama dan menyusunnya menurut
hierarki kepentingan golongan-golongan tersebut.
d. Membuat kesimpulan mengenai tindakan apa yang harus diambil untuk
mengatasi fakta atau golongan yang mengganggu proses.

Affinity diagram sangat berguna untuk menyaring data yang berjumlah


besar dan menciptakan pola pikir baru. Seperti brainstorming, dalam PDCA
cycle affinity diagram digunakan terutama pada tahap rencana (plan).
Contoh affinity diagram mengenai apa yang dikehendaki pelanggan eksternal
primer suatu organisasi yang memberikan pelayanan atau jasa pendidikan dapat
dilihat pada Gambar 8.7.

Sumber: Oakland (1994)


Gambar 8.7. Affinity
Diagram

5. Tree Diagram
Tree diagram (diagram pohon) merupakan alat yang digunakan untuk
menghubungkan tujuan yang harus ditempuh dengan tugas yang harus
dilaksanakan dalam mencapai tujuan tersebut. Diagram pohon digunakan
untuk dapat mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dari jasa atau program
yang ditawarkan.
Tree diagram sering kali digunakan untuk menterjemahkan hasil dari
affinity diagram atau cause and effect diagram. dalam upaya merumuskan
permasalahan yang belum jelas ke dalam karakteristik yang sifatnya
operasional. Gambar 8.8. memperlihatkan contoh penggunaan tree diagram
pada suatu organisasi atau perusahaan.
.10

PDCA
Teknik-teknik QFD
CQI
Mutu yang me-
nyeluruh pada
organisasi atau Sistem
perusahaan
Visi
Budaya Mis i
Strategi
Filosofi

Sumber: Oakland (1994)


Gambar 8.8. Tree
Diagram

C. ALAT DAN TEKNIK PERBAIKAN KUALITAS DENGAN DATA


NUMERIK

Sedangkan alat-alat yang menggunakan data numerik untuk mengadakan


perbaikan kualitas antara lain:

1. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa
sering suatu kejadian terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan
pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam grafik seperti Pareto Chart ataupun histogram untuk kemudian
dilakukan analisis terhadapnya. Di sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini
dilakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan mengenai proses
penyampaian jasa atau pelayanan. Check sheet ini sering juga kita ganti dengan
tally sheet. Pada Gambar 8.9. (a) dapat dilihat contoh penggunaan tally sheet
pada organisasi jasa pendidikan, dan Gambar 8.9. (b) adalah contoh
penggunaan check sheet yang juga pada organisasi jasa pendidikan, khususnya
untuk perbaikan kegiatan perkuliahan. Dalam Plan-Do-Check-Action cycle
check sheet digunakan sebagai alat bantu dalam tahap pelaksanaan (do).
Kesalahan Jumlah kesalahan dalam 1 semester
Cara mengajar IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
Pelayanan administr. IIIII IIIII IIIII IIIII
Pelayanan perpust. IIIII IIIII IIIII
Buku teks kuno IIIII IIIII III
Tidak ada dukungan IIIII IIIII IIIII IIIII II
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)

Gambar 8.9.(a)
Tally sheet

Kesalahan Adanya kesalahan ()


dalam 1 semester
Cara mengajar 
Pembimbingan akademik 
Pembimbingan skripsi Pelayanan
perpust. 
Buku teks kuno 
Penataan rak buku di perpust.
Pelayanan registrasi 
Pelayanan administr. Perkuliahan
Pengaturan jadual kuliah 
Pengaturan ujian
Penataan ruang kelas
Tidak ada dukungan 
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)

Gambar 8.9.(b) Check Sheet


.12

2. Pareto Diagram
Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto
(1848-1923). Diagram ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga
terendah. Klasifikasi data dalam diagram pareto dapat membantu menemukan
permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi)
sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (ranking
terendah). Diagram pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling
penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan
petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk
menyelesaikan masalah (Mitra, 1993). Selain itu, diagram pareto juga dapat
digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian
proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan.
Menurut Mitra (1993) dan Besterfield (1998), proses penyusunan diagram
pareto meliputi enam langkah, yaitu:
a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian.
b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan
karakteristikkarakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit.
c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
d. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang
terbesar hingga yang terkecil.
e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing-masing masalah.
Adapun gambar mengenai diagram pareto dapat dilihat pada Gambar
8.10.

Sumber: Besterfield, 1998


Gambar 8.10.
Diagram Pareto

Penggunaan diagram pareto merupakan proses yang tidak pernah berakhir.


Misalnya, dari Gambar 8.10., masalah F merupakan target utama dalam
program perbaikan. Apabila program tersebut berhasil, maka di waktu
mendatang apabila analisis pareto dilakukan kembali dengan asumsi semua
kondisi statis/tetap maka permasalahan C yang akan menjadi target dalam
program perbaikan. Selanjutnya proses tersebut dilakukan hingga perbaikan
dapat dilakukan secara menyeluruh. Secara keseluruhan, diagram pareto dapat
dibuat dalam bentuk persentase yang merupakan tipe kesalahan kumulatif. Hal
ini nampak seperti Gambar 8.11.
.14

45
F
40
r
35 e
30
k
25
u
20
e

15 n

10
s
5
i
0
F C A E B D
Jenis Kesalahan

Sumber: Besterfield, 1998


Gambar 8.11.
Diagram Pareto Kumulatif

2. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data
pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan Pareto chart yang
penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga
proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan
apapun. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan
ranking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Histogram juga
menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram
dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka
nominal, misalnya rata-rata. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan
banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Menurut Mitra (1993), langkah
penyusunan histogram adalah:
a. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai
terbesar dan terkecil.
b. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Biasanya, dalam menentukan banyaknya
kelas, apabila n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas
ditunjukkan dengan n.
c. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai
lebar yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan
banyaknya kelas.
d. Menentukan batas-batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada
masing-masing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling
tumpang tindih.
e. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

Contoh gambar histogram ada pada Gambar 8.12.

Sumber: Besterfield, 1998


Gambar 8.12.
Histogram
3. Scatter Diagram
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan
hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan
.16

keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang dinyatakan sebagai


koefisien korelasi. Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mencek apakah
suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Scatter
diagram berupa titik yang menghubungkan paling tidak dua variabel, X dan Y
yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat dilihat apakah suatu kesalahan
dapat disebut berhubungan atau terkait dengan masalah atau kesalahan yang
lain. Gambar 8.13 merupakan contoh penggunaan diagram ini.

Sumber: Mitra (1993)


Gambar 8.13.
Scatter Diagram

Dari Gambar 8.13 tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara


kecepatan kendaraan (X) dengan keahlian si pengendara (Y) adalah positif.
Model-model scatter diagram dapat dilihat pada Gambar 8.14.

(a) Hubungan Negatif (b) Tidak Terdapat Hubungan


Sumber: Besterfield, 1998 (modifikasi)

Gambar 8.14.
Scatter Diagram
4. Control Chart
Control chart (peta pengendali) adalah grafik yang digunakan untuk
menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out of
control. Control limit yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas
bawah (lower control limit) sehingga dapat membantu menggambarkan
konsistensi performansi yang diharapkan dari suatu proses. Dengan mengetahui
kondisi proses, maka diketahui sumber variasi produk dari proses yang
berjalan, apakah merupakan common cause atau special cause. Apabila
merupakan special cause maka perlu dilakukan perubahan/ perbaikan tanpa
mengubah proses secara keseluruhan, tetapi bila merupakan common cause
maka proses dapat terus dijalankan tanpa perlu mengadakan
perubahan/perbaikan.
Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah ketika
peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang di luar
batas kendali terjadi karena sebab khusus (assignable cause), kemudian dicari
tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya
perbaikan proses. Kondisi kedua berkaitan dengan pengujian. Dimana peta
pengendali dapat menunjukkan hasil pengujian dari program yang telah
dijalankan contoh gambar peta kendali nampak pada Gambar 8.15. dan Gambar
8.16.
Dalam siklus PDCA, control chart digunakan dalam tahap pelaksanaan
(do) dan pengujian (check).

Gambar 8.15. Control


Chart
.18

Batas Pengendali Atas

Garis Pusat
Batas Pengendali Bawah

0 waktu

Gambar 8.16.
Control Chart

Sumber: Russel dan Taylor (1996)

5. Run Chart
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang
waktu, kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses, misalnya
perubahan dalam proses dan memperbandingkan performansi beberapa
kelompok, tetapi tanpa menyebutkan sebab-sebab terjadinya kecenderungan,
daur, atau pola-pola tersebut. Gambar 8.17 berikut adalah contoh
penggambaran Run chart. Gambar 8.17. ini menjadi berarti bila
penggunaannya dihubungkan dengan hasil penggambaran upper control limit
dengan lower control limit untuk menunjukkan apakah proses produksi atau
operasi kita baik atau tidak.
Sumber: Mitra (1993)
Gambar 8.17.
Run Chart

Dari berbagai alat dan teknik yang berkaitan dengan kualitas di atas, Gryna
(2001) menyebutkan beberapa alat dan teknik yang banyak digunakan orang
Jepang yaitu:
Affinity diagram, yang digunakan dalam mengorganisir fakta, isu, dan masalah
yang digunakan untuk mengadakan diagnosis terhadap permasalahan yang
dihadapi. Diagram ini dapat dilihat pada Gambar 8.7.

Tree diagram atau diagram sistematik, yang digunakan untuk membagi


permasalahan dan penyebabnya ke dalam sub-submasalah dan
subsubpenyebabnya. Diagram ini dapat dilihat pada Gambar 8.8.

Process decision, yang digunakan dalam mengumpulkan berbagai alternatif


pemrosesan untuk dicari proses yang terbaik.
Matrix diagram, yang digunakan dalam menunjukkan ada atau tidak adanya
hubungan antar berbagai elemen dalam permasalahan yang dihadapi.

Interrelationship diagram atau diagram hubungan, yang digunakan untuk


membantu mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang akan dimasukkan ke
dalam tree diagram.
.20

Prioritization matrix atau analisis data matriks, yang digunakan dalam


mengevaluasi pilihan dengan pendekatan sistem untuk mengidentifikasi,
memberikan penilaian, dan menerapkan kriteria pilihan.

Activities network diagram atau diagram panah, yang digunakan dalam


menganalisis urutan tugas-tugas yang penting untuk menyelesaikan proyek dan
menentukan tugas yang penting untuk memonitor efisiensi proyek.

Selain alat dan teknik di atas, ada beberapa diagram yang juga sering
digunakan dalam membantu mengendalikan data yang ada untuk mencermati
berbagai kondisi yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi yang bersifat
membantu membaca berbagai data, misalnya analisis matriks, diagram grier,
time series, stem-and-leaf plots, box plots, peta multivariabel, dan analisis
kemampuan proses. Masing-masing teknik tersebut mempunyai kegunaan yang
dapat berdiri sendiri maupun saling membantu antar satu teknik dengan teknik
yang lain.

a. Analisis Matriks
Analisis matriks adalah suatu alat yang sederhana, tetapi efektif. Alat ini
dapat berfungsi untuk membandingkan beberapa kelompok kategori seperti
operator, karyawan penjualan, mesin-mesin, pemasok, dan seterusnya. Semua
elemen dalam kategori tersebut melakukan kegiatan yang sama. Analisis
matriks sering disebut dengan diagram pareto dua dimensi. Contoh gambar
analisis matriks dapat dilihat pada Gambar 8.18.

Jenis Petugas Penyiapank Total


Kesalahan Paja
A B C D E F
1 0 0 1 0 2 1 4
2 1 0 0 0 1 0 2
3 0 16 1 0 2 0 19
4 0 0 0 0 1 0 1
5 2 1 3 1 4 2 13
. . . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . . .
15 0 0 0 0 3 0 3
Total 6 20 8 3 36 7 80
Sumber: Besterfield, 1998.

Gambar 8.18.
Analisis Matriks

Pada Gambar 8.18. tersebut nampak bahwa ketidaksesuaian terkecil


dilakukan oleh D, disusul oleh A, kemudian F, dan seterusnya, dan yang
terakhir adalah E. Apabila diamati dari kolom ketidaksesuaian, maka jenis

ketidaksesuaian kelima merupakan ketidaksesuaian terbesar yang dialami oleh


semua orang. Sedangkan ketidaksesuaian keempat hanya dialami oleh E.

b. Diagram Grier
Diagram Grier dikembangkan oleh Ted Grier yang digunakan untuk
membandingkan ketidaksesuaian pada berbagai model dalam produk yang
sama. cara pengumpulan datanya sama dengan cara pengumpulan data pada
pembuatan diagram pareto. Sumbu vertikal menggambarkan persentase
ketidaksesuaian dan sumbu horisontal menggambarkan ketidaksesuaian yang
terjadi.
.22

c. Time Series
Time series merupakan teknik yang paling sederhana untuk menunjukkan
perubahan karena berbagai macam faktor dari waktu ke waktu. Time series
digambarkan dengan sumbu vertikal yang menunjukkan persentase
ketidaksesuaian dan sumbu horisontal yang menunjukkan periode waktu. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 8.20.
Dari Gambar 8.20. tersebut nampak bahwa kualitas produk A berada pada
kondisi yang konstan, sedangkan kualitas produk B mengalami perubahan yang
dalam hal ini adalah mengalami penurunan secara drastis.

Sumber: Besterfield, 1998 (modifikasi)

Gambar 8.20. Time Series


d. Stem-and-Leaf Plots
Stem-and-leaf plots adalah pendekatan secara grafis yang menempatkan
observasi dan mendapatkan interpretasi dari karakteristik proses. Dengan
histogram, identitas data observasi individu akan hilang, sementara dalam stem-
and-leaf plots nilai angka numerik tetap ada. Dalam penggambaran histogram,
keputusan harus dibuat sesuai dengan kelas dan lebar kelas. Misalnya,
pengukuran diameter suatu produk yang berkisar antara 499 mm hingga 500
mm. Setiap data berukuran 499 atau 500 dengan modifikasi pada angka
desimalnya. Tanda * menunjukkan angka 0 dan 1 pada akhir nilai di belakang
koma, tanda t menunjukkan angka 2 dan 3 pada akhir nilai di belakang koma,
tanda f untuk angka 4 dan 5 pada akhir nilai di belakang koma, tanda s untuk
angka 7 dan 8 pada akhir nilai di belakang koma, dan tanda # menunjukkan
angka 9 pada akhir nilai di belakang koma. Nilai 500,04 mempunyai 500
sebagai stem dan 4 sebagai leaf. Adapun contoh gambar stem-and-leaf plots
dapat dilihat pada Gambar 8.21.

Sumber: Mitra, 1993


Gambar 8.21.
Steam-and-Leaf Plots

e. Box Plots
Box plots menunjukkan kecenderungan memusat, penyebaran data, dan
memberikan petunjuk adanya kecenderungan (penyimpangan dari kesamaan
atau simetri) dan kurtosis (ukuran panjangnya ekor). Dari plots tersebut, suatu
.24

penjelasan dilakukan apabila ada hasil observasi yang berbeda. menurut Mitra
(1993), langkah-langkah pembuatan box plots adalah:
1) Menentukan kuartil pertama Q1 = 25%. Nilai ini menunjukkan batas
terendah dari suatu box.
2) Menentukan kuaril ketiga Q3 = 75%. Nilai ini merupakan batas tertinggi
dari suatu box. Panjang box adalah selisih atau perbedaan antara Q3 dan
Q1, yang dikenal dengan interquartile range (iqr).
3) Menentukan nilai tengah dari seluruh data tersebut.
Garis menggambarkan nilai tengah yang membagi box tersebut.
4) Menggambarkan dua garis yang dimulai dari atas kemudian turun ke
bawah ke arah Q3 untuk nilai data maksimum atau Q3 + 1,5 (iqr).
Demikian pula ditarik juga garis dari bawah ke arah Q1 untuk nilai data
minimum atau Q1 – 1,5 (iqr).
5) Nilai-nilai yang berada di luar nilai-nilai tersebut dikatakan berada di luar
daerah batas.

Contoh data dan penggambaran box plots dapat dilihat pada Gambar 8.22.
Sumber: Mitra, 1993.
Gambar 8.22.
Box Plots

f. Peta Multivariabel
Pada berbagai kegiatan operasi perusahaan manufaktur atau jasa, kualitas
tidak hanya ditentukan oleh satu variabel atau atribut saja tetapi ditentukan
oleh beberapa variabel atau atribut. Untuk membantu menggambarkan kondisi
seperti ini tidak dapat menggunakan teknik dan alat seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, tetapi dapat digunakan peta multivariabel. Hal ini
nampak pada Gambar 8.23.

Sumber: Mitra, 1993.


Gambar 8.23.
Peta Multivariabel
.26

Kasus:
Manajemen Kualitas dan Metodologi Perbaikan Proses di AT&T AT&T
mempunyai serangkaian kegiatan dan metode dalam mengadakan perbaikan
kualitas, yaitu:
1. Penyusunan tanggung jawab manajemen proses, yang meliputi meninjau,
mengidentifikasi, dan menyusun atau meninjau tanggung jawab pemilik
dan anggota proses. Alat yang digunakan adalah nominal group
technique
2. Mendefinisikan proses dan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, yang
meliputi mendefinisikan batasan proses, input, output, pemasok,
pelanggan, subproses, dan aliran proses, dan menganalisis kebutuhan
pelanggan. Alat yang digunakan adalah affinity diagram, benchmarking,
tree diagram, interview, checklist mengenai hubungan
pelanggan/pemasok.
3. Menentukan dan menyusun pengukuran, yang meliputi menentukan
pengukuran yang efektif, meninjau ukuran yang ada, menyusun ukuran
baru dan sistem pelaporan, dan menyusun umpan balik kepuasan
pelanggan. Alat yang digunakan adalah brainstorming, survey, dan
interview.
4. Menilai kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, yang meliputi
mengumpulkan dan meninjau data proses operasional,
mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab kesalahan, dan
membandingkan kesesuaian proses dengan syarat yang telah
ditentukan untuk menentukan ruang lingkup permasalahan. Alat yang
digunakan adalah control chart, interview, survey, pareto diagram,
cause-and-effect diagram, brainstorming, nominal group technique,
dan trend chart.
5. Menemukan masalah dan mengidentifikasi kemungkinan perbaikan,
yang meliputi mendapatkan data permasalahan proses,
mengidentifikasi masalah yang paling urgen, dan membagi masalah ke
dalam submasalah. Alat yang digunakan interview, flow chart,
brainstorming, pareto diagram, dan nominal group technique.
6. Perbaikan peringkat dan menyusun sasaran, yang meliputi peninjauan
kemungkinan perbaikan, menyusun prioritas, merundingkan masalah,
dan menentukan proyek perbaikan. Alat yang digunakan adalah pareto
diagram, nominal group technique, dan trend chart.
7. Memperbaiki kualitas proses, yang meliputi melaksanakan tindakan
perbaikan, mengidentifikasi akar permasalahan, menguji dan
menerapkan cara penyelesaian masalah, dan melakukan peninjauan
secara periodik. Alat yang digunakan adalah pareto diagram, nominal
group technique, brainstorming, cause-and-effect diagram, control
chart, dan survey.

Sumber: Gryna (2001).


.28

Anda mungkin juga menyukai