Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING DALAM UPAYA

MENINGKATKAN EFISIENSI PEMBAYARAN BEBAN PAJAK


PENGHASILAN PADA PT. ABC

Disusun Oleh

Sri Sugandhi
NIM : 042291701
Srisugandhi13@gmail.com
Program Studi Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
DENPASAR
2022
ABSTRAK

Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui apakah penerapan perencanaan pajak
yang dilakukan PT. ABC dapat mengefisiensi pajak penghasilan badan. Metode penulisan
yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang pengumpulkan, menyusun data
yang diperoleh kemudian diinterprestasikan dan di analisis sehingga mampu memberikan
informasi yang lengkap bagi pemecah masalah yang dihadapi. Hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan pada PT. ABC sehingga perusahaan
dapat melakukan perencanaan pajak sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak untuk
mencapai laba yang maksimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan.
Kata Kunci : Perencanaan Pajak, Pajak Penghasilan Badan, Efisiensi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengefisiensi pembayaran beban pajak guna mengoptimalkan laba setelah pajak
dengan melakukan tax planning banyak digunakan oleh perusahaan salah satunya oleh PT.
ABC yang bertempat kedudukan di Denpasar dan merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang sewa tenant (Mall X). PT ABC memiliki
penghasilan yang diperoleh dari sewa tenant di dalam mall X yang merupakan objek pajak
final. Pada kasus ini PT. ABC juga sebagai penyedia jasa parkir di mall X, pada tahun 2016
PT ABC bekerjasama dengan Central parking untuk mengelola parkir di Mall X, dan dalam
perjanjian tersebut seluruh pendapatn parkir diterima oleh central parking setelah dikurangi
dengan biaya operasional, dan seharusnya Central Parking memberikan sharing profit
kepada PT ABC sebesar 90% tetapi terjadi kerugian yang mengakibatkan Central Parking
tidak bisa melakukan sharing profit, kerugian tersebut terjadi karena dalam periode tersebut
permohonan untuk memberlakukan sistem parkir progresif oleh Perusahaan Daerah Parkir
belum di approve, dan baru di approve pada tahun 2018.
Mulai 2018 PT ABC ingin mengambil alih pendapatan parkir yang sebelumnya
ditampung oleh Central Parking.Hal ini mengakibatkan perubahan pola yang bertolak
belakang dengan legal konsep, peraturan dan menjadi tidak efisien dalam sisi pajak, dan
apabila pendapatan parkir tersebut di ambil alih oleh PT. ABC maka pajak penghasilan
badan PT. ABC akan membengkak.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
adalah “ Bagaimana penerapan tax planning yang dilakukan oleh PT. ABC upaya
meningkatkan efisiensi pembayaran beban pajak penghasilan pada PT ABC?”

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan pada latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini

yaitu mengetahui penerapan tax planning yang dilakukan oleh PT. ABC dalam meningkatkan

efisiensi pembayaran beban pajak penghasilan pada PT ABC

METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada Fa Lembaga Manajemen Accounting and Tax

Formasi System (LMATS) Consulting I Kadek Agus Ardika, S.E.,S.H.,M.Si.,Ak.,CA.,BKP &

Rekan, yang beralamat di Jl. Tukad Batanghari VI A No 1B, Denpasar yang merupakan

konsultan pajak dari PT.ABC . Alasan penentuan lokasi karena ketersediaan data yang diteliti

dan yang diperlukan sesuai dengan masalah pokok dari penelitian di lokasi tersebut.

2. Obyek Penelitian
Menurut Sugiyono, (2016,39) Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

orang, onjek atau kegiatan yang mempunyai variable tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulan. Objek penelitian ini adalah penerapan tax planning dalam upaya

meningkatkan efisiensi pembayaran beban pajak penghasilan pada PT ABC.

3. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian ini adalah tax planning dalam upaya meningkatkan efisiensi

pembayaran beban pajak penghasilan pada PT ABC terkait pendapatan parkir.

4. Definisi Operasional Variabel


Definisi Operasional Variabel adalah aspek penelitian yang memberikan informasi

tentang bagaimana cara mengukur variabel. Adapun definisi variabel penelitian ini yaitu

penerapan tax planning, perbandingan antara PT.ABC bekerjasama dengan Central Parking
atau tidak yang bertujuan peningkatkan efisiensi pembayaran beban pajak penghasilan oleh

perusahaan.

5. Jenis dan Sumber Data


1) Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data Kulitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata dan kalimat. Data

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalh informasi terkait PT. ABC. Adapun

informasi tersebut adalah perjanjian kerjasama antara perusahan dengan pihak ketiga, jenis

usaha perusahaan dan kegiatan umum perusahaan.

b. Data Kuantitaif

Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan pajak atas pendapatan parkir PT. ABC,

dan perbandingan perhitungan PPh badan PT.ABC.

2) Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif kuantitatif.

Data deskriptif kuantitaif adalah data yang tidak langsung diterima dari objek peniliti yang

berkaitan, melainkan dari pihak ketiga yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi atau

telah dikumpulkan oleh pihak kantor konsultan pajak berupa perhitungan pajak dan dokumen-

dokumen pada kantor konsultan pajak LMATS.

6. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode

dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data yang sudah diolah atau data yang sudah

didokumntasikan oleh pihak kantor konsultan pajak. Dalam penelitian ini data yang digunakan
untuk menerapkan tax planning upaya meningkatkan efisiensi pembayaran beban pajak

penghasilan pada PT ABC adalah data perhitungan pajak yang sudah dibuat oleh kantor

konsultan pajak LMATS.

7. Teknik Analisis Data


Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

menjelaskan tentang proses tax planning yang dilakukan oleh PT ABC. Menurut sugiyono,

(2016:147) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisa suatu hasil penelitian

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


PT ABC merupakan salah satu perusahaan yang bertempat kedudukan di Denpasar dan

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tenant berupa Mall (Mall X). PT ABC juga

sebagai penyedia jasa parkir di Mall X yang dalam sistem pengelolaan parkirnya tergolong

dalam tempat parkir khusus dimana pengelolaan nya bisa dilakukan oleh Perusahaan Daerah

Parkir, Badan Hukum, Perorangan, Desa Pakraman atau dapat dikelola secara bersama-sama

berdasarkan kesepakatan.

Karena Pada tahun 2016 PT ABC sudah bekerjasama dengan Central Parking untuk

pengelolaan parkir nya maka pengelelolaan parkir di Mall X di kelola oleh Central Parkir

dengan system bagi hasil setelah dikurangi biaya operasional. Namun pada tahun 2018 PT

ABC ingin mengambil alih semua pendapatan parkir yang sebelumnya dikelola oleh Central

Parkir dengan alasan tertentu. Hal ini mengakibatkan perubahan pola yang bertolak belakang

dengan perjanjian dan tidak efisien dalam sisi pajak.

Dalam kasus ini ada 2 (dua) opsi yang bisa penulis sampaikan apabila :
a. Uang Hasil Parkir kembali dicatat sebagai Pendapatan Pihak Central Parking sebagai

Penampung dana (Pengelola Parkir yang sesuai dan Konsisten dalam Sisi Legal ,

Konsep Pajak, serta Pola Bisnis Mall yang seharusnya bersifat Final) atau

b. Uang Hasil Parkir dicatat Oleh PT ABC sebagai Pendapatan (Penyedia Jasa Parkir) dan

Terhutang PPH Badan Pasal 17 (Menjadi Objek Pajak Tidak Final)

Opsi 1 : Jasa pengelolaan Tempat Parkir di akui oleh Central Parking


Tabel 4.1
Laporan Laba Rugi Central Parking
Periode Januari s/d Desember 2018
PENDAPATAN PARKIR DI MALL X
Casual 3.334.510.000
Membership 73.060.000
Smart Card 11.285.000
TOTAL PENDAPATAN 3.418.855.000
BIAYA OPERASIONAL
Total Pajak Daerah

Pajak Parkir Daerah (235.007.400)


PD Parkir (63.000.000)
Pendapatan lain 431.894.600
akibat selisih
pelaporan
Biaya SDM
Manager Lokasi (8.022.416)
Parkir
Administrasi (32.608.857)
Supervisor (64.122.130)
Cashier (241.254.855)
Attendant (475.031.955)
Biaya Umum dan Adm
Penyeragaman (14.820.000)
Karyawan
Air Minum (2.479.000)
ATK (22.500.000)
Biaya Pengiriman (4.500.000)
ATK
Telepon (3.600.000)
Maintenance (9.000.000)
Representasi (63.000.000)
Asuransi Parkir (9.000.000)
Audit dan (13.500.000)
Penyeliaan
Control dan (13.500.000)
Supervision
Lisensi CPS (27.000.000)
Investasi Perangkat
Parkir
Investasi Awal (147.669.600)
Investasi Tambahan (3.367.876)
Biaya Pemakaian Ticket
Motor (25.528.620)
Labapura (128.245)
Mobil (24.537.890)
Mobil Valet (330.850)
TNI (16.055)
Box -
Taxi (4.095)
TOTAL BIAYA OPERASIONAL (1.503.520.845)
NETT PROFIT 2.347.228.755

Mekanisme Bagi Hasil Opsi 1


Sesuai perjanjian antara PT.ABC dengan Central Parking proporsi sharing profit dari net profit

pendapatan parkir adalah PT ABC 90% dan Central Parking 10%, maka :

a. Hak dan Kewajiban PT ABC

Hak PT ABC yaitu menerima bagi hasil 90% dari net profit

90% x 2.347.228.755 = 1.920.459.891

Karena Central Parking sebagai Jasa Pengelolaan Tempat Parkir maka atas penyerahan

Jasa Pengelolaan Tempat Parkir di kenai Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% dari

imbalan dalam bentuk bagi hasil (PMK Nomor : 122/PMK.03/2012)

Jadi, Kewajiban PT ABC adalah memungut PPN sebesar 10% kepada Central Parking

atas bagi hasil sesuai perjanjian dan nilai penggantian yang harus diterima oleh PT A

adalah :

DPP Faktur Pajak : 1.920.459.891

PPN 10% : 192.045.989

b. Hak dan Kewajiban Central Parking


Hak Central Parking yaitu menerima sisa bagi hasil yaitu sebesar 10%

10% x 2.347.228.755 = 234.722.976

Kewajiban Central Parking yaitu memotong PPh Pasal 4 ayat 2 atas kerjasama bagi hasil

sesuai dengan faktur pajak yang diterbitkan PT ABC yaitu :

Faktur Pajak : 1.920.459.891

PPH Final 10% : 192.045.989

Jadi, bagi PT ABC di SPT Tahunan Badan tidak ada lagi PPH Badan yang masih harus

dibayar, karena sistem bagi hasil sebagai biaya penggantian sewa merupakan objek PPh Final

, sama dengan pendapatan dari tenant. Dengan Opsi 1, maka Pajak yang terhutang PT ABC

hanya sebesar Rp. 384.091.978 (PPN dan PPH Final Pasal 4 ayat 2) dan sudah bersifat Final

tanpa perlu memikirkan PPH Badan Pasal 17 atas Profit di Akhir Tahun Pajak

Opsi 2 : Jasa pengelolaan Tempat Parkir di akui oleh PT ABC


Tabel 4.2
Laporan Laba Rugi PT ABC
Periode Januari s/d Desember 2018
PENDAPATAN PARKIR DI MALL X KOMERSIAL FISKAL
Casual 3.334.510.000 3.334.510.000
Membership 73.060.000 73.060.000
Smart Card 11.285.000 11.285.000
TOTAL PENDAPATAN 3.418.855.000 3.418.855.000
BIAYA OPERASIONAL
Total Pajak
Daerah
Pajak Parkir (235.007.400) 235.007.400
Daerah
PD Parkir (63.000.000) 63.000.000
Pendapatan 431.894.600 431.894.600
lain akibat
selisih
pelaporan
Biaya SDM
Manager (8.022.416)
Lokasi Parkir
Administrasi (32.608.857)
Supervisor (64.122.130)
Cashier (241.254.855)

Attendant (475.031.955)
Biaya Umum dan
Adm
Penyeragaman (14.820.000)
Karyawan
Air Minum (2.479.000)
ATK (22.500.000)
Biaya (4.500.000)
Pengiriman
ATK
Telepon (3.600.000)
Maintenance (9.000.000)
Representasi (63.000.000)
Asuransi (9.000.000)
Parkir
Audit dan (13.500.000)
Penyeliaan
Control dan (13.500.000)
Supervision
Lisensi CPS (27.000.000)
Investasi
Perangkat Parkir
Investasi Awal (147.669.600)
Investasi (3.367.876)
Tambahan
Biaya Pemakaian
Ticket
Motor (25.528.620)
Labapura (128.245)
Mobil (24.537.890)
Mobil Valet (330.850)
TNI (16.055)
Box -
Taxi (4.095)
TOTAL BIAYA (1.503.520.845) (1.205.513.445)
OPERASIONAL
2.347.228.755 2.645.236.155
MANAGEMENT FEE KE CENTRAL PARKING 234.722.876 234.722.876
10%
NETT PROFIT 2.112.505.880 2.410.513.280

Mekanisme pola bagi hasil opsi 2

Atas Jasa penyediaan tempat parkir yang diakui oleh PT ABC, maka seluruh

pendapatan merupakan Income bagi PT ABC, dan Net Profit merupakan Objek Pajak Pusat
atas PPH Badan sebesar 25% dan tidak ada unsur PPN 10%

1) Central Parking

Menerima invoice atas hak sharing profit sebesar

DPP 234.722.876 x 100/110 = 213.384.432

PPN 10% = 21.338.443

2) PT ABC

Hak PT ABC yaitu menerima sisa bagi hasil sebesar 90%

Pendapatan kotor – Fee Central Parking

2.645.236.155 – 234.722.876 = 2.410.513.280

Kewajiban PT ABC yaitu :

1. Memotong PPh Pasal 23 atas management fee ke Central Parking

2% x 213.338.443 = 4.267.689

2. PPh Badan Pasal 29 PT ABC atas net profit yang di terima

2.410.513.280 x 25 % = 602.628.320

3. PPh Pasal 25 tahun berjalan Januari s/d Desember 2019

602.628.320 : 12 = 50.219027

PT ABC secara prinsip hanya menerima Pola Bagi Hasil dari Hak 90% yang memang

harus diterima, dan dengan Melakukan Mekanisme Opsi 2 ini, maka Pihak PT ABC akan

mengambil status Resiko yang muncul apabila terjadi audit dari Dinas Provinsi Kota Denpasar

(Karena Pengelola Parkir sesuai Konsep dan Fakta adalah Pihak Central Parking) bukan PT

ABC sehingga di Laporan Keuangan Biaya PD Parkir akan terkoreksi positif karena dokumen

primer atas SPTPD adalah biaya milik Central Parking yang tidak bisa dibiayakan oleh PT

ABC.
Dengan Opsi 2, maka Pajak yang terhutang PT ABC akan membengkak sebesar Rp.

602.628.320 belum termasuk cicilan PPH Pasal 25 Mulai Awal Januari 2019 sebesar Rp.

50.219.027,- (terhutang Januari s/d Desember 2019) dan pastinya akan meningkat setiap awal

tahun berikutnya.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
Berdasarakan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan opsi 1, maka status PT ABC tidak menyalahi aturan Pajak Pusat

maupun Pajak Daerah yang berlaku di Bali, hal ini juga Match dengan legal konsep

serta perjanjian antara kedua belah pihak, PT ABC tidak perlu ragu, bahwa Pihak

Central Parking pasti akan membayar pola Bagi hasil sebesar 90% yang merupakan hak

dari PT ABC. PT ABC secara prinsip hanya menerima pola bagi hasil dari hak 90%

yang memang harus diterima, dan dengan melakukan mekanisme Opsi 1 ini, maka

pihak PT ABC menggeser status resiko yang muncul apabila terjadi audit dari Dinas

Provinsi Kota Denpasar (Karena Pengelola Parkir sesuai Konsep dan Fakta adalah

Pihak Central Parking) Dengan Opsi 1, maka Pajak yang terhutang PT ABC hanya

sebesar Rp. 384.091.978 (PPN dan PPH Final Pasal 4 ayat 2) dan sudah bersifat Final

tanpa perlu memikirkan PPH Badan Pasal 17 atas Profit di Akhir Tahun Pajak.

2. Dengan opsi 2, maka status PT ABC menyalahi aturan Pajak Pusat maupun Pajak

Daerah yang berlaku di Bali, Hal ini juga tidak Match dengan legal konsep serta

perjanjian antara kedua belah pihak. PT ABC secara prinsip hanya menerima pola bagi

hasil dari hak 90% yang memang harus diterima, dan dengan melakukan mekanisme

Opsi 2 ini, maka Pihak PT ABC akan mengambil status resiko yang muncul apabila

terjadi audit dari Dinas Provinsi Kota Denpasar (Karena pengelola parkir sesuai konsep

dan fakta adalah Pihak Central Parking bukan PT ABC) sehingga di Laporan Keuangan
Biaya PD Parkir akan terkoreksi Positif karena Dokumen Primer atas SPTPD adalah

Biaya Milik Central Parking yang tidak bisa dibiayakan oleh PT ABC Dengan Opsi 2,

maka Pajak yang terhutang PT ABC akan membengkak sebesar Rp. 602.628.320 belum

termasuk cicilan PPH Pasal 25 Mulai Awal Januari 2019 sebesar Rp. 50.219.027,-

(terhutang Januari s/d Desember 2019) dan pastinya akan meningkat setiap awal tahun

berikutnya.

2. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Agar tercapainya Tax planning yang baik dan efisien maka disarankan agar PT ABC

menggunakan perhitungan opsi 1 yaitu jasa pengelolaan parkir di akui oleh Central

Parking dimana perhitungan nya sesuai dengan PMK 122/03/tahun 2012 tentang

kriteria jasa penyediaan parkir dimana disebutkan pada pasal 2 dan 3 bahwa atas

penyerahan jasa pengelolaan tempat parkir dikenai pajak pertambhan nilai sebesar 10

%, dengan mengalikan DPP ( berupa bagi hasil yang diperoleh oleh pengusaha

pengelola tempat parker dari pemilik tempat parkir ) dengan tarif PPN sebesar 10%.

Dan sesuai dengan UU no 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan pada pasal 4 tentang

pola bagi hasil. sehingga Pajak terutang di akhir tahun tidak membengkak seperti opsi

2. Sebaiknya PT.ABC tidak menggunakan opsi 2 karena akan mengambil status resiko

yang muncul apabila terjadi audit dari Dinas Provinsi Kota Denpasar (Karena pengelola

parkir sesuai konsep dan fakta adalah Pihak Central Parking bukan PT ABC) sehingga

di Laporan Keuangan, Biaya PD Parkir akan terkoreksi Positif karena Dokumen Primer

atas SPTPD adalah Biaya Milik Central Parking yang tidak bisa dibiayakan oleh PT
ABC dan dengan Opsi 2, maka Pajak yang terhutang PT ABC akan membengkak

sebesar Rp. 602.628.320.

DAFTAR RUJUKAN
Brotodiharjo, R, Santoso, 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Pertama, Buku Pertama,
Cetakan Pertama,PT. Eresco, Bandung
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Perusahaan Daerah Parkir
Kota Denpasar
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyelenggaraan
Perparkiran
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 122/PMK.03/2012 Tentang Kriteria
Kasa Penyediaan Tempat Parkir Yang Termasuk Dalam Jenis Jasa Yang Tidak Dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai
Sugiyono. 2013. Metode Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Undang-Undang No 38 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai

Waluyo. 2009. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai