MANAJEMEN KUALITAS
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Akhir Semester
Pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI BISNIS
JATINANGOR
2019
PENGERTIAN TQM
Total Quality Management didefinisikan sebagai konsep perbaikan yang dilakukan secara terus menerus,
yang melibatkan semua karyawan di setiap level organisasi, untuk mencapai kualitas yang ‘exellent’
dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen (Dipietro,1993;Greg et al,1994). Pengertian
TQM secara rinci (Handoko, 1998):
1. Pengertian Total
Menunjukkan bahwa TQM merupakan strategi organisasional menyeluruh yang melibatkan
semua jenjang dan jajaran manajemen dan karyawan. Setiap orang terlibat dalam proses TQM.
Lebih lanjut, kata “total” berarti bahwa TQM mencakup tidak hanya pengguna akhir dan
pembeli eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok bahkan personalia yang
mendukung
2. Pengertian Kualitas
Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi TQM lebih menekankan pelayanan kualitas.
Kualitas didefinisikan oleh pelanggan, bukan organisasi atau manajer departemen pengendalian
kualitas. Kenyataan bahwa ekspektasi pelanggan bersifat individual, tergantung pada latar
belakang sosial ekonomis dan karakteristik demografis, mempunyai implikasi penting : kualitas
bagi seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. Tantangan TQM adalah
menyajikan kualitas bagi pelanggan.
3. Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan pendekatan teknis
pengendalian kualitas yang sempit. Pendekatan TQM sangat berorientasi pada manajemen
orang. Implementasi TQM mensyaratkan berbagai perubahan organisasional dan manajerial
total dan fundamental, yang mencakup misi, visi, orientasi strategic, dan berbagai praktek
manajemen vital lainnya.
Program TQM memiliki dua sisi kualitas (Wilkinson, 1992) yaitu hard side of quality dan soft side of
quality. Sisi hard side of quality meliputi semua upaya perbaikan proses produksi mulai dari desain
produk sampai dengan penggunaan alat-alat pengendalian seperti Quality Function Development, Just
In Time dan Statistical Prosses Control), dan perubahan organisasional lainnya (seperti struktur
organisasi, budaya organisasi, dan sebagainya), dengan upaya demikian diharapkan akan dapat
meningkatkan kualitas produk yang pada gilirannya nanti dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Penekanan “soft side of quality” lebih terfokus pada upaya menciptakan kesadaran karyawan akan
pentingnya arti kepuasan konsumen dan menumbuhkan komitmen karyawan untuk selalu memperbaiki
kualitas. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang mendukung,
pendekatan sistem pengupahan yang mendukung, struktur kerja. Semua upaya ini termasuk dalam
kegiatan manajemen sumber daya manusia dan dengan menerapkan TQM akan berakibat pada
perubahan struktur organisasional, peran manajer, karyawan, tujuan organisasi dan sebagainya, yang
pada gilirannya akan mengubah karakteristik kerja.
ANALISIS TQM TOYOTA
PRINSIP
- Customer First
- Kaizen
Toyota Management Tools
- 8 Step Practical Problem Solving Method
- PDCA
- A3 Reporting and 5S
- Continuous improvement
- Eliminasi pemborosan produk
- System birokrasi memfasilitasi perbaikan dan ide-ide karyawan level bawah
PENERAPAN TQM
- Memotivasi Karyawan
- Memanfaatkan inforasi karyawan dan manajemen terendah (operasional)
- Solusi dan peningkatan kualitas proses
- Cipta ulang ide brilliant
2. Toyota juga melakukan pelatihan terhadap SDM guna meningkatkan kualitas SDM,
hasilnya pada 2011 Toyota dapat menghasilkan 40.000.000 ide baru
3. Customer First
Tahun 1936 dengan bertambahnya produk mobil Toyota, perusahaan menginisiasi
sebuah program dengan filosofi Toyota yakni “Customer First”, lebih dari 75 tahun
mendengar suara konsumen dalam setiap area system produksinya
Langkah yang dilakukan Toyota :
a. Aktivitas Quality Assurance
Dasar dari prinsip utama Toyota adalah “Customer First” dan “Quality First”
sehingga pada 2005 toyota membentuk Customer Quality Engineering
Division dan Customer First (CF) dan pada 2010 membentuk Special
Committee For Global Quality
e. Menerapkan rencana
a. Mendeteksi masalah
b. Tindakan awal
d. Solusi Potensial
f. Implementasi solusi
g. Standarisasi
3. Implementasi KAIZEN dalam Toyota Way
Terdapat 14 prinsip budaya dibalik Toyota production system (TPS) Toyota Way
lebih dari sekedar alat-alat dan teknik-teknik. Inti dar Toyota Production System
(TPS) ini adalh untuk menghilangkan segala pemborosan (MUDA) di segala bidang.
KAIZEN memiliki konsep “bekerja cerdas” bukan “bekerja keras”, dan sangat
meminimalisir pemborosan dalam berbagai sector, karena pemborosan merupakan
bagian dari pangkalan masalah dalam suaatu perusahaan
Delapan langkah pemecahan masalah ini merupakan suatu konsep pengendalian kualitas
yang dikemukakan oleh Kauro Ishikawa (1988). Pelaksaaan dalam pengendalian kualitas
ini adalah dengan cara seluruh penyimpangan yang terjadi diluar batas-batas akan
distandarisasi, dicatat, dan dianalisis. Dipergunakan umpan balik untuk tindakan koreksi
dimasa datang sehingga tidak terulang lagi kesalahan yang sama. Diharapkan
penyelesaian masalah dan program peningkatan dapat dilakukan secara sistematis dan
dapat diketahui adanya perbaikan secara pasti dengan hasil yang baik yang telah dicapai
dan dipertahankan
a. Menemukan masalah
Langkah ini mempersiapkan suatu daftar dari semua masalah yang ada
dilingkungan kerjanya. Alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah
lembar pengumpulan data, diagram pareto dan bagan kendali
g. Standarisasi
h. Rencana selanjutnya
Bila ke-7 langkah tersebut telah dilaksanakan maka langkah berikutnya adalah
menggarap masalah yang lan dengan cara yang sama (langkah 1 sampai 7) setelah ke-8
langkah tersebut selesai kemudian dibuat RISALAH
Prinsip penataan dan pemeliharaan dalam budaya kerja yang berasal dari Jepang
yang saat ini banyak detarapkan pada perusahaan besar diseluruh dunia. Tujuannya yaitu
untuk menjaga efektivitas waktu dan tenaga untuk meningkatkan produktifitas
perusahaan secara keseluruhan. Penerapan 5S pada sebuah perusahaan haruslah
terintegrasi ke dalam budaya aktivitas kerja sehari-hari
a. SEIRI ( Ringkas)
Memilih barang/alat yang masih digunakan dan yang sudah tidak digunakan
b. SEITON (Rapi)
c. SEIKO (Bersih)
Membersihkan area kerja dan peralatan kerja shingga lingkungan nyaman
dan peralatan terjaga kondisinya
d. SIKEITSU (Rawat)
Merawat dan menjaga area kerja tetap bersih dan terawatt sesuai dengan
standar yang ditentukan
e. SHITSUKE
Berusaha menjadi organisasi yang terus belajar melalui permasalahan yang terjadi
Continuous improvement merupakan usaha yang mutlak harus dilakukan untuk menjadi
lebih baik hari demi hari.
GOALS
“Customer First” dan “Respect for People”, Toyota menghargai keterlibatan manusia
sebagai penggerak perusahaan cara terbaik sehingga aliran ide tak akan pernah putus dan
habis.