Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

Nama : Iqbal Imaduddin


NIM : 044606756
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA4265 / Manajemen Kualitas

Rekan2 Mahasiswa silahkan kerjakan tugas berikut ini:

Soal:

1. Six sigma merupakan bagian dari strategi manajemen yang menghendaki perubahan nilai dan
budaya organisasi, perbaikan dan perubahan dalam struktur dan infrastruktur organisasi. Sehingga
dengan Six sigma merupakan pendekatan yang digunakan untuk menghilangkan penyimpangan
dan pemborosan dan kegiatan organisasi atau perusahaan.
a. Sebagai perbaikan strategi bisnis, jelaskan langkah strategi yang harus dilakukan apabila
dijalankan untuk menjalankan suatu proyek?
b. Sedangkan dalam kegiatan Six Sigma perlu dilakukan pengawasaan, Jelaskan!

2. Untuk mewujudkan kualitas produk harus didukung oleh kegiatan operasional yang bertujuan
untuk menghilangkan atau mengurangi pemborosan. Lean management atau lean operation
sebagai salah satu hal yang ditawarkan oleh organisasi kepada pelanggan . Penerapan konsep JIT
yang dilengkapi dengan lean operation dan menerapkan six sigma maka akan menghasilkan
keunggulan kompetitif dan menghasilkan peningkatan hasil bagi organisasi atau perusahaan.
a. Jelaskan konsep lean management atau lean operation untuk mendukung terlaksananya
kegiatan usahanya untuk menghilangkan pemborosan
b. Jelaskan perbedaan antara JIT dan lean operation atau lean management dalam organisasi

3. Untuk menjamin kualitas produk atau layanan yang sesuai dengan harapan pelanggan, maka
perusahaan perlu menyusun perencanaan secara baik dan perlu mangadakan riset pasar.Namun
riset pasar masih bersifat deskriptif sehingga perlu dilakukan menerjemahan ke data yang bersifat
teknis yang akan diimplementasikan dalam proses produksi maupun layanan kepada pelanggan.
Sehingga implementasinya menunjukkan bahwa kualitas memerlukan perencanaan,
pengimplementasian dan pengevaluasian.
a. Jelaskan dan sebutkan kegiatan yang berhubungan dengan TQM pada kegiatan utama
perusahaan atau organisasi? (8.3)
b. Pengerahan Fingsi Kualitas (Quality Function Deployement atau QFD) merupakan proses
untuk menentukkan kebutuhan pelanggan dan menterjemahkan kedalam atribut yang mudah
dipahami oleh bidang funsional terkait. Jelaskan apa yang melatarbelakangi penggunaan
QFD?

4. Manajemen kualitas seringkali disebut sebagai the problem solving, sehingga diperlukan adanya
metode untuk mengadakan perbaikan dengan teknik yang dapat digunakan pada organisasi. dalam
kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin, ada beberapa alat yang sering digunakan untuk
memperbaiki kondisi perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas produk atau jasa yang
dihasilkan. Sebutkan dan jelaskan alat yang digunakan untuk pengendalian kualitas atau
continuous quality secara kuantitatif!

Jawaban

1. a. Apabila six sigma dijalankan sebagai suatu proyek, maka ada lima langkah yang harus dilalui
dalam pendekatan ini, yaitu:
1) Menjelaskan kebutuhan dan misi proyek
Analisis kemampuan proses menggunakan six sigma hanya dapat dilakukan jika proses
berada dalam pengendalian statistik. Jika proses berada di luar batas pengendalian
statistik, analisis ini tidak dapat dilakukan. Yang dapat dilakukan jika proses berada
dalam kondisi di luar batas pengendalian statistik adalah menemukan penyebab kesalahan
dan mengurangi atau menghilangkan penyebab kesalahan tersebut.
2) Mendiagnosis penyebab kesalahan
Apabila ditemukan penyebab kesalahan atau penyimpangan melalui analisis pareto dan
diagram sebab akibat, dilakukan analisis dan pengukuran terhadap penyebab kesalahan
tersebut.
3) Melakukan perbaikan
Setelah dilakukan analisis terhadap penyebab kesalahan terbesar, dilakukan perbaikan
secara efektif sehingga kondisi yang lebih baik segera dapat tercapai.
4) Melakukan perubahan
Untuk melakukan perbaikan, perubahan sekecil apapun harus dilakukan. Keengganan
melakukan perubahan akan menyebabkan terhambatnya langkah-langkah perbaikan.
5) Melembagakan pengendalian kualitas
Untuk memastikan bahwa perbaikan telah dilaksanakan perlu dilakukan pengendalian.
Tindakan ini hanya dilakukan untuk memperbaiki tindakan perawatan terhadap penyebab
kesalahan yang dominan, namun juga pengontrolan terhadap seluruh penyebab kesalahan.

b. Pendekatan six sigma dapat diterapkan salah satunya menggunakan langkah-langkah DMAIC
(Define – Measure – Analyze – Improve – Control). Langkah terakhir dari metode ini adalah
control, yakni pengawasan untuk meyakinkan bahwa hasil yang diinginkan sedang dalam
proses pencapaian. Hasil tahap sebelumnya, yakni improve harus diterapkan dalam kurun
waktu tertentu untuk dapat dilihat pengaruhnya terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktik-
praktik terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distrandardisasikan dan
disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar,
serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim six sigma kepada pemilik atau
penanggung jawab proses.

2. a. Heizer dan Render (2014) menyatakan bahwa lean operations atau lean management berarti
mengidentifikasi nilai pelanggan dengan menganalisis semua kegiatan yang diperlukan untuk
menghasilkan produk dan mengoptimalkan seluruh proses dari sudut pandang pelanggan.
Lean operations atau lean management selalu mengupayakan kesempurnaan. Kesempurnaan
dalam hal ini adalah tidak ada kesalahan, tidak ada persediaan, tidak ada pemborosan, yang
ada hanya kegiatan yang menghasilkan nilai tambah.
Menurut Ohno, ada tujuh macam pemborosan yang dikenal dalam proses produksi yaitu:
1) Produksi berlebih, terjadi jika produksi dilakukan mendahului permintaan pelanggan,
yang mengakibatkan terjadi penumpukan persediaan.
2) Antrian, yakni adanya waktu luang atau waktu menunggu maupun penyimpanan barang
di gudang.
3) Transportasi, yaitu perpindahan atau aliran produksi antar departemen dalam perusahaan.
Pemindahan yang dilakukan berulang akan mengakibatkan pemborosan.
4) Persediaan, yakni penumpukan bahan baku, barang dalam proses, maupun barang jadi
yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
5) Gerakan, yaitu gerakan atau perpindahan alat atau tenaga kerja yang tidak ada nilai
tambahnya, seperti mencari alat atau bahan yang diperlukan.
6) Pemrosesan berlebih, yakni kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan namun tidak ada nilai
tambah yang dihasilkan.
7) Produk cacat, yaitu produk yang harus dikembalikan oleh pelanggan (internal ataupun
eksternal), jaminan atau garansi, dan dilakukan pengerjaan ulang terhadap produk
tersebut.
Pada dasarnya, prinsip dari lean operations adalah menihilkan produk sampingan dari ketujuh
hal di atas yang pada prinsipnya tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Penghilangan hal lain yang tidak memberikan nilai tambah inilah yang dapat membantu
perusahaan menghilangkan pemborosan, karena setiap hal yang tersisa setelah diterapkannya
lean operation adalah hal-hal yang bersifat inti, yang memberikan manfaat serta nilai tambah
bagi produk secara khusus ataupun perusahaan secara umum.

b. Perbedaan antara JIT dan lean operations atau lean management terletak pada fokus dari
masing-masing metode. JIT cenderung berfokus pada internal, sedangkan lean operations
lebih berfokus kepada eksternal, dalam hal ini adalah pelanggan. Lean operations bertumpu
pada hasil identifikasi nilai pelanggan dengan menganalisis semua kegiatan yang diperlukan
untuk menghasilkan produk dan mengoptimalkan seluruh proses dari sudut pandang
pelanggan. Di sisi lain, JIT lebih menekankan pada penyelesaian masalah, sedangkan lean
operations lebih menekankan kepada memahami pelanggan.

3. a. TQM meliputi tiga kegiatan utama, yaitu Hoshin Planning, Quality Function Deployment,
dan Daily Control.
Hoshin Planning berkaitan dengan kebijakan manajemen yang merupakan satu kesatuan
terintegrasi dalam organisasi yang memonitor lingkungan eksternal dan mengembangkan
sarana proaktif untuk menyesuaikan dengan arah organisasi masa mendatang. Hoshin
planning meliputi ketepatan dan kecepatan produk sampai ke pasar sehingga dapat
meningkatkan laba.
Quality Function Deployment (QFD) adalah alat untuk menerapkan TQM yang menggunakan
manajemen dan tim lintas fungsi (cross-functional teams) yang terintegrasi secara horizontal
sehingga setiap departemen dapat bekerja sama untuk mencapai sasaran yaitu kepuasan
pelanggan. QFD mencakup konsep produk yang terbaik yang sampai ke pasar sehingga dapat
meningkatkan laba.
Daily Control adalah komponen utama TQM yang menggunakan alat bantu statistical process
control dan parameter desain untuk memonitor pelaksanaan QFD berdasarkan pengendalian
sehari-hari. Daily control menekankan penawaran harga terbaik dari produk sehingga dapat
meningkatkan laba. Baik daily control maupun QFD dikendalikan oleh integrasi vertikal dari
hoshin planning.
b. Penggunaan QFD dilatar belakangi oleh kebijakan pemasaran efektif yang berfokus kepada
pelanggan, sehingga secara terus-menerus dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Di samping itu, QFD merupakan metode perencanaan dan pengembangan produk
dan jasa atau layanan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan
mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan
produk/jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut.

4. Dalam mengukur keberhasilan organisasi, ada suatu alat yang digunakan untuk melakukan
pengendalian kualitas atau continuous quality secara kuantitatif, yaitu balanced scorecard (BSC).
Balanced scorecard (BSC) diperkenalkan oleh Robert Kaplan dan David Norton dan merupakan
ukuran kinerja dengan mengintegrasikan pengukuran dari empat bidang. Pengukuran dalam hal ini
berfokus pada proses bisnis kunci organisasi dan diselaraskan ke dalam beberapa indikator kinerja
yang dapat dikelola untuk menilai kesehatan organisasi dalam jangka panjang.
Balanced scorecard mengombinasikan dan mengelompokkan ukuran proses dan hasil ke dalam
empat bidang, yakni fokus pada pelanggan, proses internal, pembelajaran dan pertumbuhan, dan
analisis finansial. Ukuran fokus pada pelanggan umumnya mengukur kepuasan pelanggan yang
meliputi atribut produk, atribut hubungan dengan pelanggan, serta atribut imej dan reputasi.
Ukuran proses internal meliputi penggajian sebagai persentase penjualan, jumlah pelanggan yang
dilayani, biaya atas kualitas yang buruk, moral karyawan, dan sebagainya. Organisasi yang efektif
akan mengidentifikasi proses internal yang paling penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan
para pemangku kepentingan.
Ukuran pembelajaran dan pertumbuhan mencakup banyaknya tim, penyelesaian proyek, bayaknya
karyawan yang terlibat, serta banyaknya karyawan yang terlibat dalam pendidikan dan pelatihan.
Dalam hal ini organisasi memberi penekanan pada pengembangan kemampuan karyawan dan
sistem informasi. Ukuran finansial meliputi hasil penjualan, total pendapatan atau penerimaan,
keuntungan sebelum pajak, dan return on investment (ROI). Ukuran-ukuran tersebut berfokus
pada kinerja keuangan perusahaan.
Penerapan balanced scorecard mendefinisikan dan menghitung seluruh proses bisnis organisasi,
dari yang semula bersifat kualitatif ke dalam satuan kuantitatif, dan seluruh bagian inti dari kinerja
organisasi di berbagai bidang dilakukan pengukuran, baik dalam persentase, jumlah, maupun
indeks. Sangat penting bagi perusahaan yang menerapkan BSC untuk menaruh perhatian lebih
pada pendefinisian proses bisnis ke dalam satuan kuantitatif. Hal ini tentu karena setelah
ditetapkan penerapan BSC, penghitungan ukuran kinerja organisasi menjadi baku dan bersifat
legal.

Sumber:
Buku Materi Pokok EKMA4265 Manajemen Kualitas. Penerbit Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai