Anda di halaman 1dari 4

1.

Konsep Dasar dan Perkembangan Manajemen Operasi

Jay Heizer dan Barry Render (2005: 4) mengartikan manajemen operasi sebagai serangkaian kegiatan
yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
proses transformasi dari input menjadi output yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan
inputnya. Input dapat berupa material, bahan baku, komponen, bahan bakar, uang, tenaga kerja, jam
orang, waktu atau sumber daya lainnya. Output merupakan hasil dari proses yang dicirikan dengan
adanya nilai yang bertambah dari input yang diterima. Proses dikatakan baik jika mampu memberi
nilai tambah pada input yang diterima.

Tujuan Manajemen Operasi Menurut Zulian Yamit (2003), karakteristik dari sistem manajemen
operasi adalah sebagai berikut.

1) Mempunyai tujuan menghasilkan barang dan jasa,

2) Mempunyai kegiatan proses transformasi,

3) Adanya mekanisme yang mengendalikan pengoperasian,

proses produksi dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Proses Produksi Terus-menerus Proses produksi yang terus-menerus atau continous adalah proses
produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Proses produksi continous
disebut sebagai proses produksi yang fokus pada produk atau product focus.

b. Proses Produksi Terputus-putus Proses produksi yang terputus-putus atau intermittent digunakan
untuk pabrik yang mengerjakan barang dengan jumlah sedikit. Hal itu dapat dikatakan bahwa proses
produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi
perubahan macam barang yang dikerjakan.

c. Proses Intermediate Dalam kenyataannya, kedua proses produksi di atas tidak sepenuhnya berlaku.
Kedua hal tersebut merupakan campuran dari keduanya.

Olsen dan Eadi (1982) menunjukkan delapan langkah dalam memfasilitasi proses perumusan strategi,
yaitu:

a. memulai dan menyetujui proses perencanaan strategi,

b. identifikasi hal-hal yang menjadi mandat organisasi,

c. klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi,

d. menilai lingkungan eksternal,

e. menilai lingkungan internal,

f. identifikasi isu strategi yang sedang dihadapi organisasi,

g. perumusan strategi untuk mengatur isu,

h. menetapkan visi organisasi untuk masa depan.

2. Peramalan
Frechtling (2001: 8) mendefinisikan peramalan sebagai proses menyusun informasi tentang kejadian
masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian pada masa depan. , pada hakikatnya
peramalan merupakan bagian awal dari proses pengambilan keputusan. Sebelum melakukan
peramalan harus diketahui terlebih dahulu persoalan dalam pengambilan keputusan. peramalan
bertujuan mendapatkan ramalan yang dapat meminimumkan kesalahan meramal dan dapat diukur
dengan Mean Absolute Percent Error (MAPE).

Berdasarkan sifat penyusunannya, peramalan meliputi:

1) peramalan subjektif

2) peramalan objektif

Teknik Berdasarkan jangka waktu ramalan yang disusun, meliputi:

1) peramalan jangka pendek

2) peramalan jangka menengah

3) peramalan jangka panjang

c. Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, meliputi:

1) peramalan kualitatif, a. Metode Delphi c. Riset Pasar (Market Research)

2) peramalan kuantitatif,

2. Metode Peramalan Kuantitatif (Statistical Method)

a. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang
akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu atau time series.

b. Metode peramalan yang didasarkan atas dasar penggunaan analisis pola hubungan antara variabel
yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang memengaruhinya, bukan waktu yang disebut
metode korelasi atau sebab akibat (causal method)

3. Perencanaan kapasitas dan agregat

perencanaan kapasitas adalah penentuan kebutuhan kapasitas masa depan yang sebagian besar
didasarkan pada permintaan pada masa yang akan datang. Jika permintaan barang dan jasa dapat
diramalkan dengan tingkat ketepatan yang memadai, penentuan kapasitas dapat langsung dilakukan.

Taylor (2000) membedakan strategi perencanaan kapasitas dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut.

a. Capacity lead strategy,

b. Capacity lag strategy,

c. Average capacity strategy,

perencanaan agregat adalah aktivitas operasional yang memiliki rencana agregat untuk proses
produksi, untuk waktu 3 sampai 18 bulan ke depan. Dengan adanya perencanaan agregat dapat
mendukung rencana jangka panjang berupa perencanaan strategi kapasitas pada masa mendatang
ataupun mendukung rencana jangka pendek operasional harian ataupun mingguan untuk
perencanaan bahan baku ataupun penjadwalan produksi.
strategi perencanaan agregat juga dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jumlah variabel yang
dapat dikontrol (controllable variable), yang diikutsertakan pada alternatif strategi.

a. Chase Strategy

b. Level Scheduling Strategy

c. Stable Workforce-Variable Work Hours Strategy

d. Pure Strategy

e. Mixed Strategy

4. Desain barang dan jasa

Tujuan dasar dari desain merupakan segala upaya yang dilakukan oleh seorang/sebuah tim desainer
produk dalam kerjanya, yaitu untuk membuat hidup lebih nyaman, menyenangkan, dan efisien.
Seperti halnya kursi kantor yang nyaman, pisau dapur yang nyaman dipakai oleh orang berusia lanjut
dan mainan yang aman dimainkan serta dapat merangsang anak-anak untuk belajar adalah sebagian
kecil dari contoh-contoh hasil kreasi para desainer produk yang dihasillkan dengan mempelajari dan
memperhatikan manusia pada saat melakukan aktivitasnya dalam bekerja. Dengan kata lain,
mempelajari bagian-bagian produk yang langsung berinteraksi dengan manusia sebagai pemakainya,
diharapkan dapat dihasilkan produk-produk yang aman terhadap penggunanya dan lingkungan.

Komponen Prinsip Desain Produk

1) Mode Produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen. Keadaan pasar akan
menumbuhkan keinginan untuk membuat produk yang memiliki kesamaan dari segi desain dan
kemasan.

2) Teknologi Pemilihan macam produk yang dihasilkan bergantung pada kemampuan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Penentuan macam teknologi yang digunakan dapat didahului hasil
riset dan pengembangan produk. Perkembangan teknologi memungkinkan para produsen memilih
untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi spesifikasi produk.

3) Tujuan Tujuan diadakannya perencanaan produk agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi
kebutuhan pemakainya.

5. Manajemen Kualitas

manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai “semua aktivitas dari fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab, serta
mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas”. , manajemen kualitas (quality
management) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus
(continuous performance improvement) di setiap level operasi atau proses, dalam setiap era
fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang
tersedia.

Total quality management didefinisikan sebagai konsep perbaikan yang dilakukan secara terus-
menerus, yang melibatkan semua karyawan di setiap level organisasi untuk mencapai kualitas yang
exellent dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen (Dipietro,1993; Greg et al.,1994).

Hensler dan Brunell (2003) ada empat prinsip utama dalam TQM,yaitu:

1. Kepuasan pelanggan
2. Respek terhadap setiap orang

3. Manajemen berdasarkan fakta

4. Perbaikan secara berkesinambungan.

7. Langkah-langkah Program Perbaikan Kualitas Program perbaikan kualitas dapat dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah berikut.

a. Memilih dan menetapkan program perbaikan kualitas.

b. Mengemukakan alasan memilih program itu.

c. Melakukan analisis situasi melalui pengamatan situasional.

d. Melakukan pengumpulan data selama beberapa waktu.

e. Melakukan analisis data.

f. Menetapkan rencana perbaikan melalui penetapan sasaran perbaikan kualitas.

g. Melaksanakan program perbaikan selama waktu tertentu.

h. Melakukan studi penilaian terhadap program perbaikan kualitas itu.

i. Mengambil tindakan korektif atas penyimpangan yang terjadi atau standardisasi terhadap aktivitas
yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai