Anda di halaman 1dari 12

Assalamu’alaikum

Wr.Wb
KAMPUNG KASEPUHAN CIPTAGELAR
JAWA BARAT
KELOMPOK 1
Ayda Prista Wiyadi
Cici Iliyani
Delianita Azhar Humaira
Dina Damayanti
Najwa Nirmala
Renny Oktaviani
A. Sejarah
Kampung Gede Kasepuhan CiptaGelar adalah sebuah kampung adat yang
mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih
dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya.
Kampung Gede Kasepuhan CiptaGelar merupakan nama baru untuk
Kampung Ciptarasa. Artinya sejak tahun 2001 sekitar bulan Juli ,Kampung
Ciptarasa berasal dari Desa Sirnarasa melakukan ‘hijrah wangsit’ ke Desa
Sirnaresmi yang berjarak belasan kilometer. Di Desa inilah,tepatnya di
Kampung Sukamulya, Abah Anom atau Bapak Encup Sucipta sebagai puncak
pimpinan kampung adat memberi nama Ciptagelar sebagai tempat pindahnya
yang baru. Kepindahan kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih
disebabkan karena “perintah leluhur” yang disebut wangsit.Oleh karena
itulah perpindahan kampung adat bagi warga Ciptagelar merupakan bentuk
kesetiaan dan kepatuhan kepada pemimpinnya.
B. Pakaian
Pakaian adat biasa yang digunakan masyarakat kesepuhan
ciptagelar adalah baju koko warna hitam atau putih bersih dan ikat
kepala untuk kaum lelaki. Untuk kaum wanita biasanya
menggunakan samping atau kain sarung atau kebaya. Pakaian adat
ini harus dipakai saat masuk dalam imah gede ( rumah abah untuk
menerima tamu dan tempat melakukan kegiatan adat ).
Untuk jajaran sesepuh ada pakaian adat tersendiri yaitu pakaian
berwarna putih dan ikat kepala hitam.Warna putih melambangkan
bersih pikiran sedangkan warna hitam melambangkan bisa menjaga
rahasia.
C. Sistem Sosial
Kampung Kesepuhan Ciptagelar, kini dipimpin oleh Ugi putra dari
abah anom yang umurnya masih relatif muda 22 tahun, dan biasa disebut
sebagai abah. Diantara tempat tinggal penduduk adat, terdapat rumah
besar. Banguna itu merupakan tempat tinggal pimpinan adat yang disebut
imah gede. Dekat dengan imah gede terdapat leuit ( lumbung padi ) yang
merupakan leuit terbesar. Kebersamaan antara masyarakat begitu erat,
baik pada masyarakat dalam maupun luar. Kebersamaan diterapkan dalam
berbagai bidang kehidupan dengan ciri khas kemandirin masyarakat.
Mulai dari pertanian padi, pengairan sawah hingga membangun
perekonomian terutama dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Pembangunan infrastruktur pun mereka kerjakan sendiri.
D. Sistem masyarakat
Kesatuan terkecil didalam sebuah masyarakat adalah keluarga. Sebuah keluarga
di Kasepuhan Ciptagelar terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Namun demikian ada
juga yang tinggal beberapa anggota keluarga lain. Mereka semua hidup dan makan
dalam satu atap atau dikenal dengan istilah sadapur, dan segenap anggota keluarga
yang hidup dalam satu rumah serta makan darisatu dapur itu disebut saborondoyot.
Dalam perkawinan , terdapat kecenderungan melakukan perkawinan dengan
sesama warga Kesepuhan Ciptagelar. Sebelum melaksanakan upacara perkawinan,
orang tua dari kedua mempelai akan meminta restu terlebih dahulu kepada sesepuh
girang. Setelah upacara perkawinan , mereka biasanya tinggal pada kerabat istri
atau tempat tinggal di rumah baru .Sistem kekerabatan masyarakat Kesepuhan
Ciptagelar adalah bilateral/ parental, dengan pengertian bahwa hubungan sanak
saudara ditentukan melalui garis keturunan pihak ayah dan pihak ibu .
E. Organisasi
komunitas Kesepuhan Ciptagelar diorganisasikan oleh suatu elite kepemimpinan
lokal yang berpusat pada kekuasaan seorang pemimpin adat yang disebut Sepuh
Girang. Penunjukan Sepuh Girang ini meripakan perintah dari karuhun. Jabatan
Sepuh Girang ini merupakan jabatan yang bersifat turun-temurun dan selalu
diwariskan kepada anak laki-laki (tidak harus yang pertama/ sulung).
Sesepuh Girang dibantu oleh beberapa orang yang dalam struktur organisasi
Kasepuhan Ciptagelar disebut dengan basis kolot. Basit Kolot adalah beberapa orang
yang dijadikan pembimbing, penasihat serta yang memberikan pertimbangan kepada
sesepuh girang berkaitan dengan kepentingan kelompok sosial Kesepuhan
Ciptagelar. Masing-masing basis kolot mempunyai tanggung jawab sesuai
bidangnya masing-masing yaitu girang serat, sesepuh kampung, pamakayan,
bengkong, juru pantun, indung beurang, dalang, tukang tinggar, penghulu, tukang
bas, panganteur, tukang bebersih,dan kemit. Dalam melancarkan urusan dibumi
ageung terdapat beberapa orang yang membantu,yaitu sebagai : Candoli, palawari,
pangejeg, dan tukang potong.
F. Upacara adat
1. Upacara Lingkungan Hidup
Upacara- upacara yang dimaksud adalah upacara yang berkaitan
dengan kelahiran seperti : upacara selamatan pemberian nama bayi, dan
upacara mengubur bali. Upacara yang berkaitan dengan perkawinan
seperti : lamaran, akad nikah, dll. Dan upacara tentang kematian. Upacara
bagi anak laki – laki seperti : upacara khitanan dan upacara helaran.
2. Upacara Pertanian
Upacara – upacara yang berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam
adalah: upacara membuka ladang, upacara ngasek, upacara mipti atau
nyalin, upacara seren taun, upacara nganyaran, dan upacara
ngahudangkeun.
G. Kesenian
Jenis – jenis kesenian tersebut antara lain genjring, pencak silat, pantun,
calung, wayang golek, dog - dog lojor, topeng, jipeng, dan angklung.
Istilah Genjring diambil dari nama alatnya ( waditra), yaitu semacam
alat dengan membran terbuat dari kulit, sedangkan memainkannya dengan
cara dipukul menggunakan telapak tangan. Masyarakat Ciptagelar
mengenal kesenian ini sebagai kesenian tradisional yang bernafas
keislaman.
Pantun adalah cerita dalam bentuk puisi sunda lama yang diceritakan
dalam bentuk prolog atau dialog. Seni pantun dimainkan oleh Ki Juru
Pantun dengan membawakan atau menembangkan kecapi. Lakon yang
dibawakan adalah Munding Jalingan dan Parenggong Jaya.
H. Rumah
Rumah – rumah Kasepuhan Ciptagelar menunjukkan adanya
kesamaan dengan pola arsitektur Sunda pada umumnya.
Adapun bahan – bahan yang digunakan cenderung
menggunakan material yang terdapat di sekitar pemukiman ,
seperti dinding bilik ( anyaman bambu) ,rangka kayu dan atap
dari ijuk , rumbia atau tepus.
Jenis rumah mereka adalah rumah panggung dengan
kolong setinggi kurang lebih 60 cm. Kolong tersebut
umumnya ditutup dengan papan. Bentuk rumahnya rata – rata
persegi panjang dengan suhunan panjang ( ditambah teristis di
bagian depan dan belakang ) serta suhunan jure yaitu bentuk
atap perisai yang memanjang. Material atap yang banyak
dipakai adalah daun tepus , rumbia , atau ijuk. Menggunakan
atap genting merupakan hal yang tabu bagi masyarakat
Ciptagelar karena bahan pembuat genting adalah tanah.
Sekian dari kelompok kami
mohon maaf bila ada kesalahan dan
kekurangannya

Wassalamu’alaikum
Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai