Anda di halaman 1dari 2

Animisme dan Dinamisme

Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan dan pemujaan terhadap roh/makhluk


halus yang mesti dihormati agar tidak menganggu manusia. Masyarakat yang percaya bahwa
roh nenek moyang yang telah meninggal menetap ditempat-tempat tertentu dan masyarakat
yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda. Aliran
animisme dan dinamisme ini masih banyak ditemukan di daerah-daerah tertentu, khusunya
pada daerah pedesaan.

Disebuah desa yang masih kental dengan nama “Islam Kejawen” yang artinya islam
yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa yaitu animisme dan dinamisme.

Ada seorang pembuka desa, menurut pini sepuh/orang yang sudah tua adalah jelmaan
dari makhluk halus bangsa jin yang menjelma menjadi manusia bernama Mbah Singo. Mbah
Singo mempunyai seorang istri bernama Mbok Rasemi dan seorang anak bernama Joko.
Mbah Singo bertempat tinggal di pohon beringin yang besar sekitar ½ meter didalam pohon
beringin.

Suatu hari, Mbah Singo bertemu dengan seorang pini sepuh dan berpesan agar desa
ini diberi nama “Karangsuko” yang memiliki arti dikarang dahulu, jika sudah dikarang lalu
bersenang-senang(suko) bersama.

Pohon beringin tempat tinggal Mbah Singo dianggap keramat oleh masyarakat sekitar
karena pohon beringin itu banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang berbau mistis.

Dahulu kala, Pohon beringin itu digunakan oleh warga untuk mengeruk harta dan
mengambil keuntungan dengan cara yang tidak halal yakni nomer togel karena dahulu di
sekitar pohon beringin bagian dalam itu terdapat batu akik yang dulunya sangat diminati oleh
masyarakat sekitar.

Disisi lain pernah ada kejadian, Orang yang buang air kecil dipohon itu tiba-tiba
selang 2 hari orang itu meninggal.

Di Desa Karangsuko, pernah menjadi suatu pertanyaan bahwa orang yang meninggal
secara berturut-turut merupakan hal yang aneh.

Disisi lain, Ada ranting pohon beringin yang jatuh mengenai rumah warga yang
didekatnya. Warga itu berniat untuk memotongnya karena dianggap menganggu, tiba-tiba
selang beberapa hari salah satu dari keluarganya jatuh sakit.

Karena banyak masalah yang terjadi di Desa Karangsuko tersebut, para pini sepuh
membuat solusi untuk mengadakan slametan agar masyarakat dapat hidup tentram, nyaman,
tenang, dan aman. Mbah Singo berpesan

“Besok, bulan ini, tahun ini, slametono kampungmu. Kalau sudah nylameti
kampungmu, slamet sak anak putumu.” Kata Mbah Singo.
Ketika slametan tiba, masyarakat membawa sesajen berupa jajanan pasar, tumpeng,
makanan ringan, buah-buahan dan tidak lupa menyan dan dupa dari Gunung Kawi.

Mereka melalukan pembakaran menyan dan dupa diiringi dengan pembacaan do’a
yang dipimpin oleh pini sepuh.

“Kalidanyan-kalidanyan linidanyang-linidanyang sing mbaur reksa Dusun


Tasikmadu. Mugi-mugi tiyang karangsuko niki slamet sedoyo.” Ucap pini sepuh dalam
berdo’a.

Setelah selesai berdo’a, sebagian warga ada yang saling menukar makanan dan
sebagian yang lain menaruhnya dibawah pohon beringin.

Sebagai hiburan, acara ditutup dengan pertunjukan Kuda Lumping yang dimainkan
oleh warga itu sendiri.

Sehingga masyarakat yang akan melakukan hajat seperti, pernikahan, khitanan, dll,
mereka harus mengadakan slametan baik di bawah pohon beringin tadi maupun di rumah
mereka masing-masing.

Sampai sekarang masyarakat masih mempercayai adanya Mbah Singo dan


memperingatinya setiap 1 tahun sekali di Bulan Suro.

Animisme dan dinamisme tidaklah patut dipercayai karena takdir ada ditangan Allah.
Jika memang sudah saatnya sakit, meninggal, kekayaan karena kehidupan sudah ada yang
mengatur yaitu Allah. Jadi, bukan semata-mata jin maupun pohon beringin yang sama-sama
makhluk ciptaan-Nya bisa menolong kita.

Anda mungkin juga menyukai