Anda di halaman 1dari 4

Nama : Pretiza Arsiva

Kelas : XII MIPA 2

Nomor : 22

Suku Dayak Iban

Suku dayak Iban merupakan suku yang hidup di Kalimantan barat di desa yang
bernama sungai utik. Sungai utik berarti sungai jernih, didesa tersebut terdapat sungai yang
jernih dan menjadi sumber air untuk kehidupan sehari-hari mereka. Masyarakat sungai utik
banyak yang memiliki tato, karena tato sangat istimewa bagi mereka dan memiliki simbol
tersendiri. Seperti tato gelang yang hanya dimiliki para wanita sebagai tanda mereka pandai
bekerja dengan tangan mereka sendiri baik dalam membuat kerajinan atau urusan rumah
tangga. Suku Dayak Iban mempunyai kebiasaan minum tuak yang mereka produksi sendiri.
Tuak adalah sejenis minuman beralkohol Nusantara yang merupakan hasil fermentasi nira
yang dihasilkan dari pohon aren. Hampir setiap hari mereka meminum tuak, biasanya satu
jerigen diminum bersama-sama untuk sehari.

Suku Dayak Iban telah hidup di wilayah sungai utik selama ratusan tahun dan mereka
telah menciptakan kehidupan yang sesuai dengan lingkungan dan alam. Wilayah tersebut
seluas 10.000 hektar. Dalam peta wilayah terbagi menjadi empat kategori yang disimbolkan
dengan warna, hijau adalah hutan lindung, ungu adalah hutan simpanan, merah adalah
produksi dan kuning adalah penggunaan pertanian. Kunci elemen kehidupan penting Suku
Dayak Iban adalah hutan. Keberadaan hutan di Sungai Utik hingga kini merupakan hasi
perjuangan yang sangat panjang. Sejak tahun 1970an perusahaan penebangan mulai datang
ke wilayah Sungai Utik dan berusaha untuk mengambil alih hutan tersebut, mereka menjamin
akan membayarnya dengan uang banyak tetapi para tetua dan masyarakat lainnya tidak setuju
karena kegiatan itu akan merusak hutan sebagai sumber kehidupan mereka. Memiliki hutan
adat tanpa dokumentasi resmi yang menyatakan bahwa itu adalah milik mereka,sulit untuk
mengusir perusahaan penebangan tersebut.

Hingga pada tahun 2019, suara pengakuan Kynan Tegar sebagai perwakilan
masyarakat Sungai Utik untuk memperjuangkan keberadaan hutan mereka sampai pada
panggung internasional dan setelah melewati perjuangan yang sangat panjang Sungai Utik
akhirnya mendapat pengakuan hukum pada tahun 2020. Saat ini wilayah hutan sungai utik
sebagai sumber kehidupan mereka dimanfaatkan juga untuk ekowisata dan edukasi. Mereka
berusaha untuk tidak hanya menyimpan tetapi memaksimalkan potensi hutan yang mereka
miliki. Sebagai ekowisata, Di hutan sungai utik terdapat kabin yang dapat ditinggali beberapa
malam oleh wisatawan dengan fasilitas dasar. Paket wisata tersebut dibangun sendiri oleh
masyarakat. Hutan sungai utik adalah tempat yang sangat asri dan menakjubkan untuk
dikunjungi. Selain itu, pemanfaatan hutan adat Sungai Utik sebagai edukasi dilakukan
dengan cara pemberian nama-nama pohon dan nama latinnya beserta manfaatnya dimana
anak-anak dapat belajar keanekaragaman hayati yang ada didalamnya.
Rumah adat suku Dayak iban bernama rumah panjang. Rumah panjang adalah rumah
komunal tradisional yang ditinggikan. Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat
Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan rumah panjang adalah
gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat yang hidup bersama-sama
dalam satu keuarga besar. Rumah panjang ini sepanjang 217 meter dan terbagi menjadi 28
petak yang juga dikenal sebagai billik, dimana setiap bilik ditinggali oleh satu keluarga.
Ruang utama yang disebut "Ruai" sebagian besar kosong pada siang hari karena setiap orang
keluar melakukan pekerjaan atau belajar, namun beberapa tetua tidak bisa lagi pergi bekerja
di hutan atau di ladang jadi mereka biasanya membuat tikar, keranjang, dan kerajinan kayu
tradisional lainnya yang dapat mereka jual kepada turis dan pengunjung. Ruangan itu
biasanya digunakan untuk kegiatan upacara mendongeng musik dan sebagainya.

Dalam budayanya, mereka selalu menyapa orang yang mereka lewati melalui rumah
dan mereka bahkan kadang-kadang akan mengajak masuk untuk mengobrol dan jika baru
pertama kali datang mereka akan melayani dengan segelas Tuak. Ada banyak anjing dan
kucing dalam lingkungan Suku Dayak Iban karena di percaya bahwa nenek moyang
terkadang akan menguji kebaikan mereka dengan muncul dalam bentuk hewan untuk melihat
apakah mereka akan memberi makan.

Sistem Pertanian Suku Dayak Iban

Masyarakat sungai utik memiliki aturan khusus dalam pertanian. Mereka


mempraktikkan teknik pertanian yang disebut perladangan berpindah. mereka berpindah dari
satu ladang ke ladang lain setelah beberapa tahun. Proses pembukaan ladang dilakukan
dengan membakar tanah agar menjadi lebih subur. Banyak negara mungkin menganggap
sistem ini sebagai cara bertani yang kurang efisien. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah
karena mereka memiliki banyak lahan.Mereka mengikuti cara nenek moyang mereka yang
tanpa menggunakan pupuk apa pun dan menunggu 10 hingga 15 tahun sampai nutrisi dalam
tanah terisi kembali secara alami kemudian baru mulai menggunakan ladangnya kembali.

Sistem Pendidikan Suku Dayak Iban

Sistem pendidikan Suku Dayak Iban berkembang seperti wilayah lain pada umumnya,
Mereka bukan komunitas suku yang tertutup dari perkembangan dunia luar . Pendidikan
berkembang baik karena anak-anak Suku Dayak Iban memiliki semangat sekolah yang tinggi
walaupun pelaksaannya masih dengan fasilitas dan sarana yang terbatas serta mereka masih
kekurangan guru. Terkadang terdapat mahasiswa datang untuk praktek sehingga dapat
membantu proses belajar menjadi lebih baik.
Tradisi Masa Berduka

Ketika salah seorang masyarakat suku Dayak Iban di sungai utik meninggal mereka
memiliki ritual berduka. Setelah mayat dikuburkan masa berduka selama 1-2 Minggu
ditetapkan. Selama masa berduka tidak diperbolehkan adanya musik, tidak boleh potong
rambut atau kuku, dan kegiatan lainnya yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan rasa
hormat kepada yang meninggal dan keluarganya. Untuk mengakhiri masa berduka tersebut,
mereka juga mempunyai ritual tersendiri. Dua hari sebelum masa berduka berakhir para
wanita akan mengumpulkan sayur-sayuran atau bahan pangan lainya di hutan dan
memasaknya bersama-sama. Dihari terakhir, hanya para laki-laki yang keluar. Mereka
mengumpulkan upa pantu, sayuran unik dan populer dalam masakaan etnis iban. Kemudian
mereka kembali dan seluruh warga berkumpul bersama mempersiapkan Segala hal yang
diperlukan untuk ritual mengakhiri masa berduka. Baik laki-laki,wanita, orang tua, serta
anak-anak turut dalam persiapan itu.

Ngetas ulit

Ngetas ulit merupakan ritual mengakhiri masa berduka untuk melepas roh orang yang
telah meninggal. Ritual ini dimulai pada pagi hari dengan mengunjungi makam orang yang
telah meninggal, mereka berdoa dan menuangkan sedikit tuak disamping kuburnya.
Sepulangnya dari pemakaman mereka membersihkan diri disungai, mencuci kaki dan
berganti pakaian untuk membersihkan diri dari kesialan. Setelah itu semua warga berkumpul
dalam satu rumah untuk melaksanakan ritual terakhir mengakhiri masa berduka. Para laki-
laki berkumpul dalam satu ruan dan para wanita diruangan lain. Di tengah ruangan ada
sebuah koper,beberapa barang milik orang yang telah meninggal (apay Antonius), lilin dan
senapan. Mereka percaya bahwa roh orang yang telah meninggal masih ada dan ritual ini
bertujuan untuk membebaskannya. Sebelum melepaskan roh, pemuka sungai utik akan
berkeliling membawa ayam diatas kepala warga sambil berdoa agar ayam menjadi media
antara sembahyang dan warga. Setelah itu ayam tersebut disembelih dan beberapa bulunya
dicabut dan dicelupkan ke dalam darahnya sendiri. Lalu Bulu-bulu tersebut di sentuhkan ke
setiap kaki orang yang menghadiri ritual tersebut untuk menyalurkan doa-doa.

Para wanita kerabat dekat almarhum mengenakan sehelai kain hutan dipakaian
mereka untuk menunjukan bahwa mereka masih berduka, kemudian kain itu dipotong dan
dimasukkan ke dalam tempurung kelapa. Para laki-laki dipotong sedikit rambutnya yang
kemudian juga dimasukkan ke dalam tempurung kelapa. Lalu tempurung tersebut dibuang
sebagai tanda berakhirnya masa berduka. Ritual terakhir adalam memadamkan lilin dan
menembakkan senapan untuk melepaskan roh sepenuhnya dan mereka berdoa bersama
dipimpin oleh pendeta. Setelah ritual selesai dilanjutkan pesta makam dan minum bersama
hingga malamnya.
Ritual Mindarajari dan Kenduran Pansut

Mindarajari artinya pemberkatan tangan merupakan suatu ritual penyucian. Pertama


tangan diikat dengan benang merah lalu sesaji ditaruh ditangan berupa tujuh benda yang
berbeda seperti uang logam, kacang, kumbang, sehelai daun, sebatang rokok dan makanan
yang nantinya akan dimakan oleh warga sungai utik, lalu persembahan tersebut dimakan.
Ritual itu biasanya dilakukan pada ulang tahun, Tahun Baru, akhir musim panen, atau ketika
pergi untuk beberapa waktu, untuk mendapatkan berkah dari leluhur dan untuk berterima
kasih atas berkah yang diterima sejauh ini. Seperti ritual biasanya ayam digunakan sebagai
media untuk mendapatkan berkah dan menghilangkan pertada buruk. Ayam tersebut dibunuh
dan sedikit darahnya ditempelkan pada semua orang yang hadir dengan bulunya untuk
menyalurkan berkahnya. Kemudian persembahan untuk leluhur diletakkan di atas atap rumah
panjang. Dengan cara ini dianggap bahwa leluhur akan tahu bahwa itu adalah persembahan
dan mereka kemudian akan memberikan berkah di dalam rumah. Selain itu terdapat t\ritual
kenduran pansut. Keduran Pansut adalah ritual meminta berkah dan perlindungan dari leluhur
untuk seseorang yang akan memulai perjalanan.

Setelah ritual selesai biasanya para anak yang akan membersihkan serta menuangkan
minuman baru dan membagikannya kepada warga yang hadir hingga ritual berakhir. Prinsip
inti hidup mereka adalah menghangatkan hati untuk satu keluarga besar.

Anda mungkin juga menyukai