Anda di halaman 1dari 2

NYONTENG KOLBUK

Desa Sumberwringin Kabupaen Bondowoso

“ tolong...! tolong...! tolong …!”

Niman bergegas lari terbirit-birit beserta beberapa warga yang berada di sumber Kolbuk.

Teman teman itu adalah sedikit penggalan kisah yang akan saya ceritakan …

Demikian kisah lengkapnya.

Disuatu pagi Sri dan Sumi menuju ke sumber mata air Kolbuk. Mereka mencuci pakaian
diatas batu. Sambil mencuci, terjadilah percakapan diantara mereka. “Sumi kudengar-dengar
dari jâi ku di sumber ini dulunya ada pertapa sakti. yang saking lamanya bertapa, hingga Dia
memiliki kekuatan malih rupo .Pertapa itu mampu berganti rupa. Biasanya dia sering
menampakkan dirinya dalam wujud seekor macan putih ”

“iya aku juga pernah mendengar cerita itu dari emakku, tapi menurutku itu hanya mitos yang
dipercaya masyarakat sekitar. kalau aku pribadi tidak terlalu percaya akan mitos itu”

Disela pembicaraan mereka datanglah Niman membawa dua timba yang dipikul untuk
menimba air. Ternyata siapa yang mengira, ketika Niman hendak mengambil air. Mendadak
muncullah sosok macan putih dari balik rimbunnya rerumputan sambil mengaum-ngaum.

Mendengar auman macan putih, Niman bergegas lari terbirit-birit beserta beberapa
warga yang berada di sumber Kolbuk. Mereka berlarian sambil berteriak “ tolong...! tolong...!
tolong …!” mendengar teriakan warga, datanglah Ji Buaman yang merupakan seorang tetuah di
desa Sumberwringin. Kemudian Ji Buaman bergegas mendekati macan putih tersebut dan
langsung duduk bersila diatas batu besar, kemudian macan putih itupun menjadi tenang. Ji
Buaman terlihat mengajak macan putih berkomunikasi secara batin, lalu beberapa saat
kemudian macan putih itu pergi.

Kemudian Ji Buaman mendekati warga dan berkata “hey tan-taretan Berbringin,


saonggunah séaropah macan panékah aromasa é ca-anca, dâri tengka lakoh tan-tarétan
sadaja. Macan pote paneka bakal endak ngallé kalabán syarat, masyarakat nyambheli embi’
celleng. Bán settong syarat laenah, seranah embi’ ghenikah ebhendem e sekitar somber
Kolbuk’”.

Lalu Ji Buaman mengajak seluruh warga untuk segera melaksanakan perintah dari
sosok macan putih tersebut dengan menyembelih kambing hitam.
Setelah semua persyaratan terpenuhi, warga laki-laki memikul kambing hitam tersebut
dan memikul ancak yang berisikan hasil tani. Kemudian warga melakukan prosesi
penyembelihan yang dilanjutkan dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Ya Allah,
Samoge’eh é parengih berkat aing sé mora kaangguy somber kaodiân masyarakat Berbringin.
Samoge’eh parnyo’onan masyarakat Berbringin é kabullaghi sareng Gusteh Allah. Rabbana
atina fiddunya hasanah, wafil akhirati hasanah wakina adzabannar. Setelah berdoa bersama
lalu Niman meletakkan kepala kambing hitam di sekitar sumber Kolbuk, sedangkan sebagian
warga laki-laki yang lain memotong bagian badan kambing menjadi beberapa potong, lalu di
arak menuju pandhepa untuk di bagi-bagikan kepada warga.

Setelah melakukan prosesi persembahan, macan putih pun tidak lagi muncul
menampakkan diri dan menggangu masyarakat sekitar. Sejak saat itu, masyarakat
Sumberwringin setiap tahunnya mengadakan kegiatan serupa sebagai wujud rasa syukur
kepada Tuhan yang telah memberi anugrah sumber mata air yang cukup besar bagi
masyarakat Sumberwringin pada khususnya dan warga desa lain pada umumnya . hingga saat
ini prosesi tersebut dilakukan rutin setiap tahun di pertengahan musim kemarau dan disebut
Nyontheng Kolbu’.

Nah, teman teman demikian sedikit kisah dari desa saya , Sumberwringin … semoga
bisa berfmanfaat dan menambah pengetahuan teman teman .

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai