Anda di halaman 1dari 3

Asal mula terjadi sungai landak.

Sungai landak, salah satu cabang dari sungai Kapuas. Sungai ini mengalir di kecamatan
Ngabang, kabupaten Pontianak. landak adalah jenis bintang yang bulunya keras dan runcing
Nah cerita ini akan dimulai.
Di sebuah desa tepi hutan, hiduplah sepasang petani suami istri. Mereka hidup sederhana.
Namun mereka suka menolong seseorang yang tidak mampu dan sering dikenai musibah pada hari
yang cerah petani itu pergi bekerja diladang sawah. Pada malamnya petani itu melepas lelah .Tidak
lama kemudian si petani itu mau tidur. Si petani itu meliat benda putih yang keluar dari kepala istri
petani itu. Si petani itu tidak megusik lipan itu tetapi ia menunggu sampai seluruh tubuh lipan itu
keluar. Setelah lipan itu keluar lipan itu lalu merayap ke pintu keluar. Si petani itu pun mengikuti arah
lipan itu pergi. Lipan itu pergi kearah pekarangan pondok itu. petani itu terus mengikuti perjalanan lipan
tanpa menggangunya sedikitpun .dari pekarangan lipan merayap kearah semak-semak belakan arah
pondok petani itu. Tidaklah susah bagi petani itu untuk mengawasih lipan tersebut.
Hal ini tidak lah saja karena sinar bulan yang begitu terang, sehingga tubuh lipan berkilauan
bercahaya. Setelah melewati semak-semak kecil, sampai lah lipan itu pada sebuah ceruk yang di
genangi air. Petani itu terus mengikutinya. lipan itu merayap mengelilingi ceruk air. Tetapi lenyap dari
pandangan mata entah kemana. Petani keheranan, karena lipan itu lenyap bagai di telan bumi.
kemudian dia pun pulang ke pondoknya. Dia dapati istrinya masih tidur nyeyak sekali
Keesokan harinya istrinya bercerita, bahwa malam sebelumnya ia mimpi yang aneh, kemudian ia
mendengarkannya secara sunggu-sunggu. Setelah istrinya bercerita. Petani itu mengajak isrinya untuk
menulusurinya jalan yang di tempuh lipan tersebut. Istrinya heran, tetapi ia menurut saja. Akhirnya
mereka pun sampai pada ceruk air yang terdapat tidak jauh dari belakang pondok mereka. Suaminya
seperti mencari suatu benda di dalam air itu, dan seketika juga tangan petani itu menyentuh benda keras
dan tajam. Setelah benda itu di angkat ,betapa kaget mereka. Ada sebuah patung seekor landak emas
bermata berlian. Benda itu mereka bawa pulang kepondok, dan disimpan sebaik-baiknya. petani itu lalu
menceritakan kejadian tadi malan.
Malam berikutnya petani itu ganti yang bermimpi ia didatangi seekor landak besar yang dapat
berbicara. Landak itu mengatakan kepadanya,bahwa ia ingin tinggal bersama petani itu , bila petani itu
ingin sesuatu, usaplah tubuh patung landak itu sambil membacakan mantra . Apa yang mereka ingin kan
keluar secara terus-menerus. Bila mau menghentikan nya, ada doanya tersendiri yang harus di baca .
Keesokan hari nya petani tersebut mencoba apa yang ia peroleh dalam mimpinya itu . patung landak yang
sebesar buah mangga itu di bungkus dengan kain kuning. Ia usap patung itu sambil membaca matra
.Ketika ia meminta beras untuk makan . Seketika berhamburan beras dari tubuh landak emas itu. Setelah
dirasa cukup , petani itu lalu membaca mantra untuk menghentikan beras yang keluar .Jadi mantra untuk
mengeluarkan dan mantra untuk menghentikan tidak sama . Selanjutnya petani itu meminta bermacam –
macam barang di landak emas tersebut. Semua yang dimintanya dikabulkan, sehingga mereka menjadi
orang kaya raya. Mereka minta emas, keluar lah emas, minta intan berlian,keluarlah intan berlian . tetapi
sifat yang pemurah dan suka menolong orang itu tidak berubah. Banyak orang miskin dan orang yang
ditimpa kesusahan mendapat pertolongan darinya. Malang tak dapat di tolak, untung tak dapat diraih.
Rahasia landak emas itu akhirnya diketahui oleh seorang perampok. Dengan menyamar sebagai orang
miskin yang minta pertolongan, perampok itu berhasil menukar landak emas dengan landak emas palsu
yang serupa.
Setelah mendapatkan landak emas asli, perampok tersebut melarikan diri ke daerah Ngabang. Di
sana, waktu itu musim kemarau panjang. Penduduk menderita kekurangnan air, sungai-sungai kecil
semuanya kering. Dimana-mana penduduk mengeluh: “Air … air”. Tidak lain, hanya iru yang mereka
butuhkan.
“Inilah kesempatan bagiku untuk menarik simpati penduduk,” piker perampok itu. “Mereka akan
hormat kepadaku. Mungkin juga mereka akan mengangkatku menjadi pemimpin.” Perampok itu
mengkhayal kehebatannya menjadi pemimpin. “Alangkah senangnya aku,” pikirnya. Oleh karena itu, ia
mengumumkan kepada penduduk, bahwa ia sanggup menyediakan air untuk mereka. Penduduk merasa
senang.
Pada hari yang telah ditentukan orang pun berkumpul. Perampolitu membawa bungkusan kain
kuning. Tak seorang pun tahu apa yang ada didalam bungkusan itu. Ia duduk dam mulai mengusap
bungkusan, mulutnya komat-kamit membaca mantra. Seketika itu juga memancarlah air dengan derasnya
dari bungkusan itu. Penduduk bersorak-sorai kegirangan melihat air. Air terus keluar, makin lama makin
deras. “Sudah, sudah cukup,” seru penduduk. Tetapi air terus memancar dengan hebatnya. Perampok itu
tidak tahu mantra untuk menghentikannya. Ia hanya tahu mantra untuk mengeluarkannya. Penduduk
berlarian menyelamatkan diri, karena tempat tersebut sudah menyerupai danau. Perampok itu ingin
melarikan diri. Tetapi tidak dapat, karena ada yang memegang kakinya dari dalam air. Dalam pandangan
perampok itu kakinya seperti dipegang oleh seekor landak besar dari dalam air. Ia pingsan karena
ketakutan. Air itu terus bertambah dan mengalir terus membentuk sungai. Kemudian penduduk
menyebutnya dengan Sungai Landak, karena airnya keluar dari tubuh seeker landak emas. Akhirnya
perampok itu tenggelam bersama landak emas.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, hingga kini landak tersebut terus mengeluarkan air dari
dasar sungai. Itulah sebabnya air Sungai Landak tidak pernah kering, meskipun musim kemarau panjang.
Penduduk di sana juga percaya, bawa landak emas itu adalah induk emas dan intan. Hingga sekarang di
bebatuan Sungai Landak banyak terdapat intan berliat seperti di Martapura Kalimantan Selatan. Penduduk
di sana mendulang intan secara tradisional sebagai mata pencaharian sambilan.

Anda mungkin juga menyukai