Anda di halaman 1dari 6

Semut dan Merpati

Pagi itu hujan baru saja berhenti. Di Hutan kecil tempat tinggal para hewan itu tampak basah oleh
sisa-sisa air hujan. Semut menikmati pemandangan itu dengan riang gembira. Tiba-tiba ia
mendengar suara aliran air sungai yang menarik hatinya. Lantas ia pun berjalan ke arah sungai itu,
hendak melihat-lihat. Semut tidak tahu bahwa sungai setelah hujan cukup berbahaya, sebab arus
airnya deras.

"Dam... di... du... di... dam...," semut bersenandung riang. Sesampainya di sungai, ia takjub dengan
keindahan pemandangan yang ada di depannya. Ia pun mendekat ke tepi sungai, hendak mencoba
merasakan kesegaran air sungai yang tampak bening itu. Sayang, ia kurang berhati-hati. Ia terpeleset
dan kecebur ke dalam sungai. Arus air yang deras menyeret tubuhnya yang kecil.

"Tolooong... tolooong...," teriak semut. Namun, tidak ada hewan yang mendengarnya. Suara semut
terlalu pelan, sedangkan suara air sungai terlalu keras.

Di sebuah pohon tidak jauh dari situ, seekor burung merpati sedang bertengger dengan santai. Ia
menikmati udara hutan yang begitu sejuk dan menyegarkan. Tiba-tiba matanya tertuju pada sesosok
semut yang tampak sedang berusaha menyelamatkan diri di tengah arus sungai yang deras.

"Kasian sekali semut itu," batin merpati. "Aku harus menyelamatkannya."

Merpati terbang ke tepi sungai, lalu memungut daun yang jatuh dari pohon. Lantas ia terbang lagi
dan menjatuhkan daun itu di dekat semut. Dengan sekuat tenaga, semut berusaha naik ke daun itu,
dan berhasil. Akhirnya ia pun selamat.

"Terima kasih, hai Merpati!" teriak semut. Namun, sepertinya merpati tidak mendengarnya. Burung
itu Iangsung terbang entah ke mana.

Beberapa hari setelah kejadian itu, merpati sedang bertengger di batang pohon favoritnya. Di
tempat itu, ia bisa melihat pemandangan yang indah sambil menikmati udara yang sejuk. Saat itu
merpati tidak tahu bahwa ada seorang pemburu yang sedang mengincarnya.

Pemburu itu mengarahkan senjatanya ke merpati. Ia bergerak dengan perlahan supaya tidak
menimbulkan suara yang bisa membuat merpati kaget. Dan benar saja, merpati masih belum sadar
dengan keberadaan si pemburu. Ia sedang berada dalam bahaya.
Pemburu bersiap untuk menarik pelatuk senjatanya. Namun, tiba-tiba ia berteriak keras, lalu
menjatuhkan senjatanya itu. Olala... rupanya seekor semut menggigit tangannya. Ya, semut itu
adalah semut yang dulu pernah ditolong oleh merpati.

Mendengarkan teriakan si pemburu, merpati Iangsung terbang. Ia sadar bahwa ia baru saja lolos dari
marabahaya. Dari kejauhan ia melihat semut yang melompat dari tangan si pemburu. Sadarlah ia
bahwa semut itu telah menyelamatkan hidupnya.

"Terima kasih semut!" teriak merpati sambil terbang menjauh, menghindari si pemburu. Semut
mendengar ucapan itu. Ia sangat senang karena bisa membalas budi baik merpati.
Cincin di dalam Perut Ikan

Pada suatu masa, ada seorang baron (sebutan bangsawan Inggris) yang juga merupakan seorang
yang menguasai ilmu sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Suatu hari,
ketika anaknya yang masih kecil berusia empat tahun, dia melihat ke dalam Buku Takdir untuk
melihat apa yang akan terjadi di masa depan anaknya.

Dia menjadi cemas saat dia mendapati kenyataan bahwa bahwa putranya kelak akan menikah
dengan seorang gadis dari kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron pun mengetahui bahwa
ayah dari gadis kecil itu sangatlah miskin, dan dia telah memiliki lima anak.

Secepatnya dia menunggang kudanya, dan berkuda menuju ke rumah pria miskin tersebut, dan saat
dia mendekati rumah pria yang anaknya baru saja lahir, dia melihat pria ini duduk dekat pintu,
dengan muka sedih dan muram.

Sang Baron pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu, dan berkata, "Apa yang terjadi,
wahai Bapak yang baik?"

Pria yang ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang, aku telah memiliki lima orang anak, dan
sekarang keenam yang baru saja lahir, seorang anak perempuan. Di mana aku bisa mendapatkan roti
untuk untuk mengisi perut mereka, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan."

Si Gadis menemukan cicin di dalam perut ikan"Jangan berputus asa, Bapak yang baik," kata sang
Baron. "Jika hanya itu masalah Anda, aku dapat membantu Anda. Kebetulan aku sedang mencari
anak perempuan kecil agar ada yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan, Aku akan
memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."

"Terima kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan gembira karena selain mendapatkan uang,
bayi perempuannya yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang layak, karena itu dia lalu masuk
ke dalam rumah serta keluar kembali sambil membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu
menyerahkannya kepada sang Baron, yang membungkusnya dengan jubahnya lalu menaiki kudanya
dan pergi bersama bayi tersebut. Tetapi sesampainya di pinggiran sebuah sungai, dia membuang
bayi tersebut ke sungai yang mengalir deras, lalu berkata sambil berkuda untuk pulang ke kastilnya:

"Pergilah bersama takdirmu!"


Tetapi gadis kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus tubuh bayi itu menahannya agar
tidak tenggelam untuk sementara waktu, dan dia pun terapung-apung di sungai, hingga akhirnya
terdampar di depan sebuah gubuk nelayan yang saat itu sedang memperbaiki jalanya. Nelayan dan
istrinya ini tidak memiliki anak dan mereka sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Saat
nelayan tersebut melihat bayi kecil yang terdampar, ia menjadi sangat bahagia dan membawanya
pulang untuk diperlihatkan kepada istrinya, yang menerima bayi tersebut dengan tangan terbuka.

Di sanalah bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan bayi tersebut tumbuh menjadi
seorang gadis yang sangat cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi berburu dengan beberapa orang
sahabatnya di sepanjang tepi Sungai Ouse, dan berhenti di sebuah gubuk nelayan untuk minum.

Seorang gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air minum kepada mereka. Sahabat-
sahabat sang Baron kagum saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah satu di antara mereka
berkata kepada Baron, "Baron, Anda dapat meramal nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira
dia akan menikah dengan siapa?"

"Oh, itu tidaklah sulit," jawab sang Baron. "Aku akan mencoba meramal nasibnya. Mendekatlah ke
sini, Anakku, dan katakanlah, kamu dilahirkan pada hari apa?"

"Aku tidak tahu, Yang Mulia," jawab si Gadis itu. "Aku ditemukan di sini setelah terbawa oleh arus
sungai sekitar lima belas tahun yang lalu."

Seketika itu juga sang Baron mengetahui siapa sebenarnya si Gadis ini, dan ketika mereka beranjak
pergi dari gubuk nelayan, dia memutar kembali dan berkata kepada si Gadis itu, "Aku akan
memperbaiki keberuntunganmu. Ambil dan bawalah surat ini kepada saudaraku di Scarborough, dan
kamu akan mendapatkan balasan yang cukup untuk menghidupi diri kamu seumur hidup."

Si Gadis itu pun mengambil surat tersebut dan berjanji akan mengantarkannya. Tetapi gadis itu tidak
menyadari bahwa isi surat itu berbunyi seperti ini:

"Saudaraku tercinta, binasakanlah pembawa surat ini!

Salamku,

Albert."

Tanpa mengetahui isi surat tersebut, si Gadis segera berangkat menuju ke Scarborough, dan di
tengah perjalanan dia bermalam di sebuah penginapan kecil. Namun, malam itu sekawanan
perampok masuk ke penginapan dan mencari harta dari tamu-tamu penginapan. Mereka
menggeledah kantung dan saku para tamu, dan mereka menemukan surat yang di bawa oleh si
Gadis.

Saat perampok tersebut membuka dan membaca surat sang Baron, mereka menjadi iba terhadap
nasib si Gadis dan menganggap rencana Baron itu sangatlah kejam. Pimpinan kawanan perampok itu
pun mengambil pena dan kertas lalu menulis surat yang bunyinya:

"Saudaraku tercinta, nikahkanlah pembawa surat ini dengan putraku segera!

Salamku,

Albert."
Kemudian surat tersebut di segel ulang dan dikembalikan kepada si Gadis itu, dan menyuruhnya
untuk melanjutkan perjalanan. Dia pun berangkat menuju kastil saudara sang Baron di Scarborough,
di mana putra sang Baron menginap. Ketika dia memberikan surat kepada saudara sang Baron,
saudara sang Baron langsung menyiapkan pernikahan pada hari itu juga. Putra sang Baron, saat
melihat gadis cantik ini, langsung jatuh cinta dan tidak membantah untuk dinikahkan.

Ketika kabar pernikahan mereka sampai di telinga sang Baron, dia merasa bahwa itu sudah menjadi
takdir, tetapi sang Baron masih merasa keras kepala dan tidak mau menerima takdir itu begitu saja.
Dia pun langsung berangkat dengan tergesa-gesa menuju ke kastil saudaranya dan saat dia tiba, dia
berpura-pura senang dengan pernikahan tersebut. Suatu hari, ia meminta agar si Gadis menemani
dia berjalan-jalan di sepanjang tebing pinggiran laut.

Saat si Gadis tiba di dekat tebing, sang Baron memegang tangannya dan akan mendorong gadis
tersebut ke pinggiran tebing. Tetapi gadis tersebut memohon agar sang Baron menaruh belas
kasihan kepadanya, dan membiarkannya untuk tetap hidup.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun juga," ujarnya. "Jika Anda mengampuni aku, maka aku akan
melakukan apapun yang Anda inginkan, aku tidak akan pernah melihat Anda atau anak Anda lagi
kecuali Anda menginginkannya."

Kemudian sang Baron pun melepaskan cincin emasnya dan melemparkannya ke laut, sambil berkata,
"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, hingga kamu bisa memperlihatkan cincin itu kepadaku," seru
sang Baron sembari membiarkan si Gadis berlalu dengan airmata berlinang.

Gadis malang itu menjadi sangat sedih, dan berjalan terus menerus hingga akhirnya tiba di sebuah
kastil besar. Dia pun memohon untuk diterima bekerja di kastil itu. Orang-orang di kastil menerima si
Gadis itu, dan mempekerjakannya sebagai juru masak istana karena dia telah terbiasa melakukan
pekerjaan tersebut saat tinggal di gubuk ayah angkatnya yang nelayan.

Pada suatu hari, si Gadis kebetulan melihat tamu-tamu yang datang ke kastil, dan dia sangat terkejut
saat melihat beberapa tamu tersebut tidak lain adalah sang Baron, saudara sang Baron, dan putra
sang Baron yang juga merupakan suaminya. Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa,
berdasarkan janjinya, dia seharusnya pergi dan menghindar. Tetapi akhirnya dia berkesimpulan
bahwa mereka tidak akan melihatnya di dapur kastil sehingga perasaannya menjadi sedikit lega, dan
melanjutkan pekerjaannya sambil menghela napas panjang.

Dia pun mulai membersihkan ikan besar yang akan direbus untuk dijadikan menu hidangan makan
malam. Saat dia sedang membersihkan ikan itu, dia melihat sesuatu yang bersinar di dalamnya, dan
apa yang dia temukan di dalam perut ikan? Tidak lain adalah cincin emas sang Baron yang
dilemparkan oleh sang Baron dari pinggir tebing. Si Gadis sangat girang melihat cincin tersebut,
kemudian dia pun memasak ikan selezat mungkin untuk disajikan nanti.

Saat hidangan ikan disajikan di atas meja, para tamu sangat menyukainya sehingga mereka ingin
sekali bertemu dengan orang yang memasak ikan tersebut. Pelayan pun memanggil si Gadis untuk
datang ke hadapan sang Baron. Si Gadis kemudian membersihkan badannya dan merapikan
penampilannya, serta memakai cincin emas milik sang Baron pada ibu jarinya, lalu naik ke aula untuk
menghadap para tamu yang ingin melihatnya.

Ketika para tamu melihat bahwa yang memasak ikan tersebut adalah seorang gadis yang sangat
cantik, mereka pun menjadi terkejut dan terpukau. Putra sang Baron sangat gembira melihat
kehadiran istrinya, tetapi Sang Baron yang melihat gadis itu, menjadi sangat marah dan bergerak
hendak memukul si Gadis. Tanpa mengucapkan sepatah kata, gadis itu mengangkat dan
memperlihatkan jari tangannya yang memakai cincin emas ke hadapan sang Baron, lalu dia
membuka cincin tersebut serta meletakkannya di atas meja.

Akhirnya sang Baron menyadari bahwa tidak ada yang mampu melawan dan mengubah takdir, dan
dia pun memegang tangan si Gadis, lalu mengumumkan kepada seluruh tamu yang hadir bahwa si
Gadis adalah istri dari putranya.

"Ini adalah istri dari putraku. Marilah kita minum untuk menghormatinya." kata sang Baron.

Saat selesai makan, Sang Baron pun mengajak si Gadis untuk ikut bersama putranya pulang ke
kastilnya, dan di sanalah si Gadis bersama suaminya hidup berbahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai