"Di mana aku? Ibu... Ibu.." panggil Aminah lemah. Aminah berusaha
bangkit dari tidurnya.
"Apa yang kau inginkan dariku? Mengapa kau tak membunuh dan
memakanku saja?" tanya Aminah.
"Ha... ha... ha... kau terlalu cantik untuk kumakan. Aku ingin
menjadikanmu istri. Kau bersedia, bukan? Lihat perhiasan emas berlian
di ujung sana. Aku akan memberikan semuanya padamu jika kau
bersedia," jawab Buaya Perompak.
Aminah heran, dari mana asal semua perhiasan itu? Ia lalu berpikir
keras. "Jika aku menolak, pasti aku akan dibunuhnya. Lebih baik
kuterima saja Iamarannya, sambil mencari akal bagaimana keluar dari
gua ini." Aminah lalu menyetujui permintaan buaya itu. Mereka pun
menikah dan menjadi suami-istri. Buaya itu benar-benar memanjakan
Aminah. Ia memberi banyak perhiasan yang indah-indah pada istrinya.
Ia juga menyediakan aneka makanan yang lezat.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Aminah merasa bosan. Ia
merasa sudah saatnya keluar dari gua itu dan kembali pada orang
tuanya. Pelan- pelan, Aminah berusaha mengorek keterangan dari
Buaya Perompak.
"Pantas saja kau bicara seperti manusia. Lalu dari mana kau
mendapatkan semua makanan ini? Tiap hari kau memberiku makanan
yang lezat.” tanya Aminah lagi.
"Itu mudah saja. Setiap bulan purnama, aku akan berubah wujud
kembali menjadi manusia. Pada saat itu aku akan menjual sedikit
perhiasan-perhiasan untuk ditukarkan dengan bahan makanan,"
jelasnya.
"Apa orang-orang tidak curiga jika secara tiba-tiba kau keluar dari
sungai ini?" tanya Aminah memancing. Buaya Perompak tak sadar kalau
Aminah sedang berusaha mengorek keterangan darinya. "Ha... ha...
tentu saja aku tak sebodoh itu. Aku telah membangun terowongan di
balik gua ini. Terowongan itu langsung terhubung dengan desa yang
kutuju," kata buaya itu.
Saat yang ditunggu pun tiba. Suatu siang, Buaya Perompak tidur
dengan pulasnya. Ia bahkan lupa menutup gua, sehingga Aminah dapat
keluar dengan mudah. Aminah berjingkat- jingkat keluar menuju ke
balik gua itu. "Ah, ternyata ini terowongannya," kata Aminah dalam hati.
Ia lalu menoleh ke belakang, memastikan bahwa Buaya Perompak tidak
mengikutinya.
Jika kau ingin pergi kesana aku juga akan pergi kesana karena
disana kudengar dari para lebah para kumbang macan berkumpul
disana.” jelas sang kumbang.
Sang tawon setuju untuk pergi bersama dan berkata kepada sang
kumbang “ya aku sangat ingin pergi kesana bersamamu, meskipun
rintangan menghadang jika kita bekerjasama layaknya teman baik
mungkin kita bisa mengatasinya.” setelah mereka berbincang kini
mereka pergi ke arah utara menuju tempat itu, awalnya perjalanan
mereka biasa saja tidak ada satupun dari mereka menghadapi
bahaya. Namun ketika sang kumbang macan beristirahat di
sebuah dahan karena lelah tiba-tiba seekor bunglon datang
menghampiri ketika sang bunglon akan memakan sang kumbang
sang tawon langsung menyengatnya beberapa kali hingga sang
kumbang selamat dari ancaman.
Setelah kejadian itu mereka melanjutkan perjalanan dan ditengah
perjalanan sang tawon lengah, dia terjerat di sebuah sarang laba-
laba, sang tawon berontak melepaskan dirinya dari jaring laba laba
yang lengket ketika itu seekor laba-laba mendekatinya, sang
kumbang yang melihat hal itu langsung menubruknya dengan
kedua tanduknya sambil terbang, sarang laba-laba itu rusak dan
sang tawon selamat meskipun sang kumbang terjerat oleh jaring-
jaring yang putus namun dia berhasil melepaskan diri dari jaring-
jaring itu.
Ratu Dipugung atau Ratu Galuh mempunyai dua orang anak laki-
laki. Anak pertema bernama Seginder Alam dang yang kedua
bernama Gayung Gerunggung. Seginder Alam mempunyai seorang
anak gadis yang bernama Putri Sinar Kaca, sedangkan Gayung
Gerunggung juga mempunai seorang anak gadis yang bernama
Putri Sinar Alam.
”Mengapa burung perkutut itu ada tiga ekor, biasanya hanya ada
sepasang burung perkutut? Tanya Kejalo Bidin (anak Putri Sinar
Kaca). Putri Sinar Kaca pun menjawab ”Yang di sebelah kiri adalah
induknya, di tengah adalah anaknya, dan di sebelah kanan adalah
anaknya”. Kejalo Bidin pun kembali melontarkan kata-kata ”berarti
kami pun mempunyai seorang ayah pula, siapa ayah kami Ibu??”