Anda di halaman 1dari 2

Nama : IRWANSYAH

AMINAH YANG CERDIK


(Cerita Rakyat Lampung)

Aminah sedang mencuci di sungai. Kali ini ia sendirian, tidak bersama teman-temannya. Aminah
adalah gadis yang cantik dan pintar. La tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah desa di dekat
Sungai Tulang Bawang, Lampung. Saat mencuci, Aminah tak sadar bahwa ada sepasang mata
dalam sungai yang sedang mengawasinya. Ya, itu adalah mata Buaya Perompak, buaya
Penunggu Sungai Tulang Bawang. Keganasan Buaya Perompak sudah terkenal. Banyak manusia
yang hilang begitu saja saat mencuci di sungai itu. Namun Aminah tidak takut, ia tetap mencuci
sambil bersenandung kecil.

Tiba-tiba, byuurrrrrrr... muncullah Buaya Perompak dari dalam sungai. Aminah sangat terkejut.
Ia tak mengira bahwa Buaya Perompak berwajah begitu mengerikan. Badannya sungguh besar,
giginya runcing dan tajam. Aminah pingsan seketika.

"Di mana aku? Ibu... Ibu.." panggil Aminah lemah. Aminah berusaha bangkit dari tidurnya.

Tiba-tiba terdengar suara "Ah... rupanya kau sudah sadar." Aminah menoleh. Ternyata Buaya
Perompak yang mengajaknya bicara. Meski ketakutan, Aminah berusaha tenang. Aminah yakin,
jika ia tak melawan, buaya itu pasti tak akan membunuhnya. "Kau sekarang berada di gua
kediamanku. Gua ini Ietaknya jauh di dasar sungai. Tak ada seorang pun yang bisa
menolongmu," kata Buaya Perompak.

"Apa yang kau inginkan dariku? Mengapa kau tak membunuh dan memakanku saja?" tanya
Aminah.

"Ha... ha... ha... kau terlalu cantik untuk kumakan. Aku ingin menjadikanmu istri. Kau bersedia,
bukan? Lihat perhiasan emas berlian di ujung sana. Aku akan memberikan semuanya padamu
jika kau bersedia," jawab Buaya Perompak.

Aminah heran, dari mana asal semua perhiasan itu? Ia lalu berpikir keras. "Jika aku menolak,
pasti aku akan dibunuhnya. Lebih baik kuterima saja Iamarannya, sambil mencari akal
bagaimana keluar dari gua ini." Aminah lalu menyetujui permintaan buaya itu. Mereka pun
menikah dan menjadi suami-istri. Buaya itu benar-benar memanjakan Aminah. Ia memberi
banyak perhiasan yang indah-indah pada istrinya. Ia juga menyediakan aneka makanan yang
lezat.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Aminah merasa bosan. Ia merasa sudah saatnya keluar
dari gua itu dan kembali pada orang tuanya. Pelan- pelan, Aminah berusaha mengorek
keterangan dari Buaya Perompak.
"Dari mana kau mendapatkan semua perhiasan ini, Suamiku?" tanya Aminah suatu hari. Sambil
bertanya, ia berpura-pura mengagumi sebuah kalung mutiara yang cantik.

"Itu adalah hasil dari merampok orang-orang kaya. Sebenarnya aku adalah seekor buaya jadi-
jadian. Namaku Somad, aku dulu adalah seorang perompak yang termahsyur.

Namun kemudian aku dikutuk karena perbuatan jahatku. Jadilah wujudku seperti sekarang,"
jawab Buaya Perompak panjang lebar. Aminah mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Pantas saja kau bicara seperti manusia. Lalu dari mana kau mendapatkan semua makanan ini?
Tiap hari kau memberiku makanan yang lezat.” tanya Aminah lagi.

"Itu mudah saja. Setiap bulan purnama, aku akan berubah wujud kembali menjadi manusia. Pada
saat itu aku akan menjual sedikit perhiasan-perhiasan untuk ditukarkan dengan bahan makanan,"
jelasnya.

“Oh begitu.” jawab Aminah sambil mengangguk-angguk.

"Apa orang-orang tidak curiga jika secara tiba-tiba kau keluar dari sungai ini?" tanya Aminah
memancing. Buaya Perompak tak sadar kalau Aminah sedang berusaha mengorek keterangan
darinya. "Ha... ha... tentu saja aku tak sebodoh itu. Aku telah membangun terowongan di balik
gua ini. Terowongan itu langsung terhubung dengan desa yang kutuju," kata buaya itu.

Aminah mengingat semua perkataan suaminya dengan baik. Sekarang ia tahu cara untuk
melarikan diri. Ia akan menunggu sampai buaya itu lengah, lalu ia akan Ian melalui terowongan
itu.

Saat yang ditunggu pun tiba. Suatu siang, Buaya Perompak tidur dengan pulasnya. Ia bahkan
lupa menutup gua, sehingga Aminah dapat keluar dengan mudah. Aminah berjingkat- jingkat
keluar menuju ke balik gua itu. "Ah, ternyata ini terowongannya," kata Aminah dalam hati. Ia
lalu menoleh ke belakang, memastikan bahwa Buaya Perompak tidak mengikutinya.

Setelah memastikan semuanya aman, Aminah lalu masuk ke terowongan itu dan berjalan dengan
cepat. Sesekali ia tersandung batu, karena keadaaan dalam terowongan itu gelap gulita.
Kemudian, Aminah melihat seberkas cahaya. "Syukurlah, sebentar lagi aku akan sampai," kata
Aminah sambil mempercepat langkahnya. Aminah sampai juga di ujung terowongan itu. Buaya
Perompak benar, ternyata ujung terowongan ini adalah sebuah desa di tepi Sungai Tulang
Bawang.

Aminah amat senang, akhirnya ia bebas. Ia menyusuri desa itu dan bertanya jalan tercepat
menuju desa tempat tinggalnya. Setelah mendapatkan petunjuk dari beberapa orang, Aminah pun
bergegas pulang ke desanya, ke rumah orangtuanya.

Ayah dan ibunya menyambutnya dengan gembira. Mereka tak menyangka kalau Aminah masih
hidup. "Kami kira kau sudah mati dimakan Buaya Perompak, Nak," kata ibunya sambil memeluk
Aminah erat-erat.

Aminah tersenyum dan menceritakan pengalamannya. Berkat kecerdikannya, Aminah lolos dari
sekapan Buaya Perompak. Berkat kecerdikannya pula, semua penduduk desa mengetahui rahasia
Buaya Perompak. Sejak saat itu, penduduk desa menjadi lebih berhati-hati bila mencuci di
Sungai Tulang Bawang.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Lampung : Aminah yang Cerdik untukmu adalah jangan mudah
panik saat menghadapi masalah. Gunakan akal dan pikiranmu, pasti ada jalan keluarnya.

Anda mungkin juga menyukai