Anda di halaman 1dari 2

Cerita Si Kancil dan Buaya

Sudah menjadi rahasia umum di hutan bahwa kancil merupakan hewan paling cerdik. Akalnya seribu
untuk mengatasi berbagai macam masalah. Banyak hewan di dalam hutan meminta pertolongan padanya
ketika mereka terlibat sejumlah masalah. Walaupun, dinilai sebagai hewan paling cerdik, namun kancil
tidaklah sombong sehingga ia memiliki banyak teman.

Suatu waktu, kancil mencari makanan keluar dari dalam hutan tempat biasa ia bernaung. Saat itu memang
musim kemarau, saat di mana makanan di hutan berkurang. Lantaran, hawa panas, kancil menepi ke
sebuah sungai untuk menghilangkan dahaga di tenggorokannya.

Setelah puas meminum air sungai yang segar, kancil melanjutkan perjalanannya dengan berjalan
menyusuri sungai. Kancil memang tidak ingin jauh-jauh dari sungai supaya ia bisa langsung begitu merasa
haus. Hampir sejam lamanya kancil berjalan saat ia menemukan sebuah tempat yang kaya akan makanan.
Sayangnya, tempat itu berada di seberang sungai. Tidak ada jembatan yang menghubungkan antara satu
tempat ke tempat lainnya. Kancil bingung, apa yang harus dilakukan untuk sampai ke seberang. Ia
bergumam, “Alangkah enaknya, jika aku bisa menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati semua
makanan yang ada di sana.”

Ketika sedang asyik melamun, mata kancil melihat seekor buaya tengah asyik berjemur di sungai. Kancil
pun mendatangi buaya itu dan bertanya, “Hai sahabatku, Buaya, apa kabarmu hari ini?”

Buaya yang tengah menikmati harinya itu membuka mata. Ketika ia melihat yang sedang berbicara adalah
kancil, ia menjawab pertanyaannya. “Kabarku baik kancil sahabatku. Apa gerangan yang membawa dirimu
datang ke mari?”

“Aku membawa kabar gembira untukmu dan teman-temanmu,” jawab si kancil.

“Hohoho, kabar baik rupanya…” kata buaya antusias, “Baiklah, ceritakan kabar baik yang kamu bawa
untukku dan teman-temanku.”

“Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman untuk menghitung jumlah buaya yang ada di dalam sungai.
Karena, Raja Sulaiman ingin memberikan hadiah kepada kalian semua,” jelas kancil.

“Benarkah itu?”

Kancil mengangguk. “Karena itu, panggillah teman-temanmu semua dan berjejer di sungai ini dari sini
hingga ke sana…”

Buaya pun memanggil teman-temannya dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh kancil.

Saat buaya dan teman-temannya telah berjejer, buaya berkata, “Sekarang hitunglah, kami sudah siap.”
Kancil pun mulai melompat satu per satu ke punggung buaya. Dia berteriak keras-keras, “Satu! Dua! Tiga!”
dan begitulah seterusnya hingga ia sampai di pinggir sungai yang dimaksud—pinggir sungai yang banyak
makanannya. Sesampainya di sana, si kancil membalikkan tubuhnya. “Terima kasih sahabat-sahabatku
yang baik. Sekarang aku sudah sampai di sini, dan aku sudah menghitung kalian semua. Sekarang selamat
tinggal.”

Melihat Kancil ingin pergi begitu saja, Buaya berteriak, “Hei, Kancil, mana hadiah dari Raja Sulaiman
yang kamu janjikan?”

“Oiya, aku belum mengatakannya pada kalian ya? Raja Sulaiman ternyata sudah memberikan hadiah-
hadiahnya untuk buaya-buaya di tempat lain. Sehingga tidak ada hadiah untuk kalian. Hahaha…”

Sekarang tahulah buaya telah ditipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Kancil
apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara hingga hari ini. Sementara
itu, Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meninggalkan buaya-buaya tersebut.

NAMA : M. HASYIM MUZADI

KELAS :4C

NO.ABSEN : 05

Anda mungkin juga menyukai