Anda di halaman 1dari 4

Banjir bandang

            Sebagai bagian dari BNPB, PMI bertugas memberikan penyuluhan kepada masyrakat
bagaimana cara menanggulangi bencana alam di daerah yang terdampak. Oleh karena itu, KSR
mengadakan program penyuluhan bencana kepada masyarakat di sebuah desa Bernama Kumpai
Mendawai RT 01 RW 02 Kelurahan Madurejo Kecamatan Arut Selatan dengan jumlah
penduduk 10 KK 50 Jiwa yang beberapa warganya masih memegang kuat tradisi nenek
moyangnya. Dengan bantuan PMI, BNPB memberikan penyuluhan tentang bencana banjir
bandang kepada masyarakat di desa Kumpai Mendawai yang berada di bantaran sungai.

BABAK 1
            Suatu hari, di  pagi hari yang lumayan cerah, dan waktunya masyarakat beraktivitas, 
Seorang warga yang telah diutus kepala desa bersama PMI tengah memasang informasi di
sekitar halaman salah seorang penduduk desa. Mereka tengah sibuk mengatur posisi yang tepat
untuk pemasangan bener berisi ‘tindakan yang harus diambil saat terjadi bencana “banjir
bandang”. Namun, tiba-tiba dua orang penduduk yang tengah perjalanan untuk pulang dari pasar
terhenti. Mereka tidak terima banner tersebut terapasang di depan halaman rumah mereka,
akhirnya terjadi perdebatan antara dua orang tadi dengan PMI.
Ika(PMI): “Iku loh cagak’e kurang mengiwo, ambrok mengko”
Figo(PMI): “Sek.. sek tek benekno ini”
Kedua penduduk itu datang,
Pak wongso dan bu retno: “lo... lo... lo... opo ini?”
Figo(PMI): “ Selamat siang, pak. Kita dari PMI hendak memberi informasi kepada masyarakat
tentang penanggulangan bencana, salah satunya banjir. Masyarakat disini kan tinggal di dekat
sungai, jadi alangkah baiknya mengetahui cara menanggulangi banjir tersebut. Bapak dan ibu
nanti bisa datang ke balai desa untuk mengikuti sosialisai bencana banjir dari PMI,”
pak wongso: “Ngopo... ndadak moro nang bale deso, ora ngasilno duwit, rak butoh. Kerjo kok
penak. banjir... banjir bandang iku gak bakal ono. Wong kawet biyen urip disini ndak ada banjir
i. Banjir bandang Mustahil. He’e toh, buk?”
Bu retno : “Ijeh, pak. Iki maneh, nyublekno papan gak berguna neng latare dewe, kanggo opo tah
ngono kuwi? Gak ono sing moco, kejobo tek iku mau bisa dadi jimat kanggo urip ayem. Wis..
wis.. cabut wa’e. Ngebak-ngebaki latarku...”

BABAK 2
            Ada ibu-ibu desa lewat, karena pembicaran antara warga dengan PMI cukup menarik
perhatian mereka. Akhirnya mereka berhenti sejenak untuk menguping pembicaraan. (peran ibu-
ibu lewat)
Figo(PMI): “Begini,buk, pak. Mohon maaf, jika informasi ini mengganggu pemandangan bapak,
dan ibu. Kami hanya membantu mempermudah bapak dan ibu menyelamatkan diri ketika
bencana banjir bandang itu datang. Dan sebelum terjadi, alangkah baiknya kita mengetahui
langkah apa yang akan kita ambil untuk menghadapi bencana tersebut.”
Pak wongso: “Alah... emboh lah, sak karepmu. Seng penteng, sampean-sampean ini wis tak
kandani nek sing mok pasang iku gak ono gunane, gak ono sing peduli. Siji maneh, tek papan
kuwi rusak ogak urusanku loh, salehe sopo kuwe masang nok latarku,”

BABAK 3
            Kedua warga itu mengacuhkan pembicaraan PMI, dan meninggalkannya dengan sikap
dingin mereka sebelumnya.
            Dilain tempat, seorang ibu rumah tangga tengah menunggu penjual sayur keliling di
emperan sebuah gubug yang terbuat dari bilah bambu yang tersusun rapi menjadi tempat yang
bisa diduduk beberapa orang.
Pedagang: “Sayur........... yur.. sayur...... ibu-ibu asinan..... gereh.......”
Salah satu ibu-ibu berteriak memanggil dan memberhentikan: “Bu, bu sayur!”
(peran : Ana)
Pedagang sayur kemudian menghampirinya sambil berkata: “Laris manis....”
Ana: “Ada sayur apa saja, buk?”
Liya: “Macem-macem, buk. Monggo dipilih!”
            Saat tengah memilih sayur, ibu-ibu yang lain pada datang. Awalnya tujuan mereka
memang berbelanja, tapi yang namanya ibu-ibu saat kumpul tidak ngegosip itu kurang mantap.
Tampak terdengar dari kejauhan suara lirih mereka tengah membicarakan sesuatu.
Anisa : “Ya sudah, nanti sore kita ke balai desa. Bareng ya buk sama saya?”(dengan centilnya)
Sampai di depan pedagang, “Ada toh ibu-ibu kelihatannya kok membicarakan sesuatu yang
serius sekali?”tanya bu Ana.
Anisa: “Iya, buk. Gini loh, tadi jeng Tini itu pas mau kesini melihat ada ribut-ribut di depan
rumah pak wongso, dan yu retno,”
Pedagang yang penasaran kemudian nyelong berkata, “Ngributno opo toh?”
Rahma(ibu-ibu lewat) langsung menyahut dengan kecentilannya : “Lah iku mau, aku tadi hanya
mendengarkan sebentar. Dengar sedikit sik, mereka keberatan ada papan inpormasi di depan
rumahnya,”
Ana: “Papan informasi, untuk apa?”
Rahma(ibu-ibu lewat): “Lah iya lah, untuk apa ya? Mengganggu pemandangan saja,”(dengan
wajah tak suka)
Anisa menganggukkan kepala sambil berkata, “Iya, betul itu..”
Ana: “Ya bukan begitu, buk. Siapa tahu nanti kita membutuhkan informasi itu. Kita kan orang
kecil, buk. Ndak tahu apa-apa.”
Rahma(ibu-ibu lewat): “Papan itu isinya biasa saja. Percuma dipasang, gawe opo...”
Ana: “Memang isinya apa, buk?”
Rahma: “Iku loh, buk. banjir bandang - banjir bandang iku loh,”
Ana: “Walah, banjir bandang?! Penting itu, buk.”
Anisa: “Penting apane? Ngribut-ngributi desa yang ada. Apa lagi, nanti katanya warga disuruh
kumpul di balai desa, untuk apa? Ada pembagian duit?”
Rahma(Ibu-ibu lewat): “Paling toh ngrungokno ceramah sing ora penting,”
Ana: “Jangan begitu, buk. Mereka berniat baik memberikan kita informasi seperti itu. Masak
ndak kita manfaatkan, toh jika dipikir-pikir mereka pasti ada maksudnya melakukan semua itu.
Datang saja, siapa tahu bisa buat nambah-nambahi pengetahan,”
Rahma(Ibu-ibu lewat): “Yo wis, mengko aku tak moro. Sakake wis moro adoh-adoh do ogak ono
sing ngehargai, yo jeng Nisa,”
Anisa: “Injih jeng, leres.”
Ana: “Ya sudah kalau begitu, saya sudah selesai belanja. Saya permisi dulu. Oh ya, nanti kalau
mau ke balai desa bareng ya, bu?”
“Iya bu, iya...”
Rahma(ibu-ibu lewat): “Tapi, nanti kalau sudah disana sebentar saja ya. Soalnya saya belum
masakin makanan buat bapak nanti pulang kerja,”
Ana: “Iya, buk. Monggo, assalamualikum.”
“Waalaikumsalam.”
Setelah Bu Ana pergi, ibu-ibu tadi nglanjutin ngrumpinya sampai puas.

BABAK 4
            Siang hari di Balai Desa Kumpai Mendawai, PMI bersama beberapa staf kepala desa
membantu mempersiapkan acara. Beberapa warga desa ada yang sudah datang. Dan setelah
menunggu beberapa lama, warga desa yang datangpun lumayan banyak.
            Akhirnya, acarapun dimulai..........
PMI: “Assalamualaikum warahmatullah hiwabarakatuh..”
Serentak menjawab, “Wa’alaikumsalam warahmatullah hiwabarakatuh...”
PMI(Ayu): “ yang terhormat Bpk. Kepala Desa Makmur, Bpk Kosim. Dan yang saya hormati,
warga Desa Makmur sekalian. Kami dari PMI Kabupaten Kotawaringin Barat datang kesini
bermaksud untuk memberikan sosialisasi perihal penanganan bencana, khususnya banjir
bandang. Sebelumnya, ada yang sudah tahu apa itu bencana banjir bandang?”

Pak Wongso :“Opo-opo iku, gak urusan.”

PMI(Ika) : “Loh... ya jangan gitu toh. Baiklah, saya langsung saja menjelaskan perihal banjir
bandang. Banjir bandang itu banjir besar disertai sampah dan pohon yang ikut tersapu air dimana
sungai sudah tidak mampu menahan luapan air yang disebabkan oleh hujan lebat terus menerus
dan ditambah lagi dengan penebangan hutan secara sembarangan yang mengakibatkan hilangnya
daya serap bumi terhadap air hujan. Coba, bapak ibu bayangkan? Bahaya tidak?

Warga : “ Bahaya..”, sebagian ada yang menjawab.

PMI(Indah) : “banjir bandang itu amat berbeda dengan luapan atau sejenisnya. banjir bandang itu
datangnya tiba-tiba. Namun, sebelum terjadinya banjir bandang kita bisa melihat tanda-tandanya.
Apa itu tanda-tandanya? Satu, keadaan dimana sungai saat hujan yang biasanya tidak pernah
terjadi kenaikan air secara signifikan tiba-tiba naik tidak terkendali, KEDUA biasanya didahului
dengan hujan terus menerus tanpa henti selama beberapa hari. Saat telah mengetahuinya bapak-
dan ibu sekalian dapat melakukan tindakan sebegai berikut, “Ketahui jalur evakuasi yang telah di
beritahu oleh PMI, BNPB atau BASARNAS, jika tidak ada, ketahui jalur apapun yang bisa
dilewati dengan cepat, dan aman menuju dataran tinggi. Untuk saat ini, PMI telah membuat jalur
evakuasi di beberapa jalan di desa ini untuk mempermudah warga sekalian menyelamatkan diri
jika suatu saat terjadi bencana.
Figo: “Saat terjadi banjir bandang, yang terpenting adalah JANGAN PANIK, namun tetap
berusaha menyelamatkan diri dengan cepar dan aman, bergeraklah sesuai jalur evakuasi, jika
tidak mengetahui jalur evakuasi, bergeraklah ke tempat yang lebih tinggi. Ingat bapak-bapak ibu-
ibu, arus banjir bandang sangat deras sekali disertai dengan matrial sampah. Jadi pilihlah dataran
tinggi yang sekiranya melebihi ketinggian sungai atau area yang banjir tersebut. Beri tahu warga
yang lain untuk mengungsi. Jika ada salah seornag yang hanyut saat banjir bandang, carilah
benda apapun yang terapung, mengambang di atas air untuk dapat dijadikan rakit, seperti batang
pohon, usahakan untuk tidak meminum air untuk tetap bernafas. Dan jangan lupa, yang paling
penting adalah BERDOA. Untuk penjelasan hari ini, ada yang bertanya?”
Semua pada berbicara sendiri,
PMI melanjutkan berbicara, “Ya sudah, kalau tidak ada, saya akhiri dulu. Terima kasih telah
menyempatkan waktu kalian untuk mendengarkan sosialisai dari kami, Wassalamualikum Wr.
Wb,”

            Setelah seselai sosialisasi, warga desa bubar dan kembali melanjutkan kegiatannya. Ada
beberapa warga yang menyepelekan sosialisasi tadi, ada juga yang menyikapi baik sosialisasi
PMI tadi.

BABAK 5
            Tiga hari selang sosialisasi. Malam pukul 20:57, di desa tersebut terjadi hujan lebat
disertai petir selama dua hari dua malam, diperkirakan oleh BMKG hujan tersebut berpotensi
mengakibatkan bencana banjir. Akhirnya, BNPB beserta PMI kembali mengujungi desa tersebut
guna mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman.
            Namun, karena sikap primitif warganya yang lebih mempercayai nenek moyangnya. PMI
dan BNPB cukup sulit membujuk warga untuk dievakuasi menuju tempat yang aman. Malam
harinya saat hujan masih deras terdengar suara gemuruh di kejauhan dan tiba-tiba banjir bandang
datang menyapu penduduk desa tersebut secara mendadak dan tidak ada yang bisa
menyelamatkan diri. Akhirnya, orang-orang yang sebelumnya mau dievakuasi itu selamat, dan
orang-orang yang keras kepala tak ingin dievakuasi hanyut dan menjadi korban terbawa banjir
bandang.

BABAK 6
            Pascabencana, disebuah tempat pengungsian yang dibuat BNPB dan PMI terdapat
beberapa relawan PMI yang tengah mengubati korban terluka yang selamat dari banjir bandang.
Beberapa relawan lainnya ada yang menenangkan trauma warga, ada yang menghibur anak-anak
untuk mengurangi traumanya, dan masih banyak lagi peran relawan baik dari PMI, maupun tidak
dari PMI lainnya pada saat itu.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai