Tai Sampah
(MARAH)
Para pembesar itu Bos-bos besar itu yang memakai jas mewah naik kendaraan mewah, melihat
desa dan laut kami seperti melihat uang yang mengalir di saku-saku besar di pakaian mereka,
dengan dalih melindungi hutan menyeret paksa kami kepinggir laut, hingga dilaut memepet kami
dengan undang-undang yang katanya melindungi laut melestarikan laut.
“tidak boleh lagi kalian mencari ikan di laut, terumbu karang dan biota laut kini harus dilindungi
demi menjaga keindahan Pantai kadal”
“pak kami harus makan apa” tolong jangan buat aturan seperti ini”
Itu terserah kalian, kami hanya menjalankan tugas”
Dasar kadal
(MARAH)
Mereka tidak sadar bahwa dari dulu hingga sekarang Kamilah yang melestarikan Hutan Kamilah
yang melindungi laut hingga mereka datang membohongi kami semua dengan kebijakan-
kebijakan kemunafikan.
(MENGHELA NAFAS)
Oh iya. . .Mohon maaf penonton sekalian, saya terbawa erosi, eh maksud saya emosi, padahal
saya ini orang yang cukup sabar dan baik hati, juga rajin menabung, tidak sombong juga rendah
hati terbukti saat desa kami kami akan dibangun sektor ekowisata premium dengan antusias saya
mendukung karena itu sektor yang penting untuk kemajuan wisata. Dan saya terfikir untuk
menjadi penjual souvenir seperti sekarang ini.
(MEMBAYANGKAN)
Kalau nanti ekowisata sudah jadi bakal lebih banyak lagi wisatawan dan bule-bule datang kesini,
macam balilah katanya.
“Woro-woro Berita besar, Pantai kadal di pulau cicak ini akan dibangun PSN, Proyek strategis
Nasional, dimana akan ada Pembangunan besar-besaran disektor pariwisata”
(SENANG) Wihh klo banyak bule datang saya bakal dandan terus ini, (MERAPIKAN BAJU)
siapa tau ada bule yang kecantol dengan kecantikan saya yang membumi ini.
Sebagai rakyat kecil, saya tentu sangat mendukung program-program yang ada didesa ini,
termasuk program PSN, atau kepanjangan dari program Sengsarakan rakyat nasional bagi desa
saya.
(BERKACA-KACA)
Didepan saya memimpin semua orang, dengan teriakan “Merdeka”, yang sampai sekarang
didesa kami tak satu pun pernah merasakannya. Hanya di bangku sekolah saya dijelaskan arti
Merdeka “ yaitu kebebasan” namun arti itu layaknya belum cocok untuk saya di Pantai kadal ini.
Laut menjadi saksi perjalanan leluhur kami.
“Merdeka, jangan rampas tanah kami, . . .
“Merdeka, anak-anak kami perlu makan. . .
“Merdeka, jangan biarkan kami termonopoli . . .
“Merdeka. . . Merdeka. . . Merdeka”
(MEMOHON)
“Sebagai netizen yang Budiman tolonglah kami, bantu kami terlepas dari belenggu ini, kami
ingin bebas mencari makan, kami ingin tetap tinggal didesa kami, jangan ambil hak kami, tanah
kami”
(MENANGIS)
Ya saya yakin dengan bantuan netizen yang Budiman semua, program-program yang
menghimpit kami akan lepas, jalan yang berlubang saja viral lantas ter benahi, jadi saya mohon
bantulah saya.
(LAMPU BERUBAH, MENYEKA AIR MATA, KORAN BERTERBANGAN)
(SEORANG ITU DENGAN SEMANGAT MENGAMBIL KORAN)
Ya akhirnya berita tentang saya akan muncul, setelah protes besar-besaran saya tentang
penolakan pemindahan kami dari desa ini saya yakin, semua orang akan peduli dengan saya,
siapa yang mau diusir dari tanah kelahiran sendiri, tentu netizen semua tidak ingin bukan.
(MENCARI-CARI)
Mana, mana berita tentang saya. . . (membaca berita artis), ah bukan ini. . .
(membaca berita lain), bukan ini juga. . . (mengambil koran yang lain) ya mungkin disini ada. . .
(membcara berita lain). . . tidak ada satupun berita tentang desa saya. . .
(EMOSI MEMUNCAK)
Bagaimana mungkin, begitu banyak mata yang melihat desa kami terusir karena Pembangunan
itu, banyak sekali mata yang melihat kekejaman yang terjadi tp kenapa tidak ada satupun mulut
yang bersuara, tidak ada satu pun teriakan kami yang terdengar. . . . .
(MENYAKINKAN DIRI)
Oh iya Saya lupa kalau mereka juga KEPEPET, media-media itu juga KEPEPET, Bedanya kami
KEPEPET oleh kelaparan dan perampasan, kalau mereka kepepet oleh uang dan kesenangan,
sampai nuraninya tertutup karena sudah dibeli.
(MENANGIS SAMBIL TERTAWA)
Viral adalah cara yang ampuh saat ini, ya saya harus viral agar suara saya didengar, tapi
bagaiamana caranya, orang desa dan bodoh dengan teknologi mana bisa membuat hal yang
seperti itu, tangan ini hanya bisa membuat manik-manik yang dijual dengan harga murah.
(PUTUS ASA)
Tidak pak, jangan bawa saya, saya hanya ingin warga disini tidak diusir dari tanah kami sendiri.
Tolong pak, kami sudah kelaparan, bertahun-tahun kami sudah sabar, kenapa kami yang harus
pergi,
Tidak pak tolong. . . .
(BERTERIAK SEMAKIN KERAS)
Jangan pak kami tidak mau pergi
Tidakkkkkkkkkkkk
(MENATAP KOSONG PENONTON)
Perkenalkan nama saya Sundari saya seorang penjual saovenir di Pantai kadal, perkenalkan saya
Sundari warga asli desa kadal yang mencintai laut namun justru dikadalin dengan kebijakan-
kebijakan. Perkenalkan saya Sundari orang asing di negeri sendiri.
(MUSIK TERDENGAR PILU DAN SEMAKIN SAMAR, DIIKUTI LAMPU YANG MULAI
MEREDUP)
TAMAT