Anda di halaman 1dari 5

KEPEPET

Monolog Karya : MS. Yahya

(MUSIK TERDENGAR RIANG, LAMPU MULAI MENYALA PERLAHAN MENGIKUTI


MUSIK, NAMPAK SEORANG MASUK KE PANGGUNG MENARI-NARI DAN
MENYAYIKAN LAGU)
(MUSIK TERDENGAR PERLAHAN, SEORANG MULAI MENATA DATANGAN)
Mari Silakan Dibeli-dibeli. . .
mari silakan pak bu dibeli sauvenirnya, untuk oleh2 dirumah
ada manik-manik, ada bros . tas, . . dan macam-macam souvenir yang istimewa
silakan dibeli, pak bu, mas mbak. . .
wahhh (TERKEJUT) … mister how do you do, what ? oh yes yes!! , oh no.no !. . yes oh no, oh
yes, oh no. . .25 ribu apa ya Bahasa ingrisnya (BERFIKIR KERAS). . . oh iya two twenty five
ribu mister. . . matur tanks kyu mister. . .Alhamdulillah plaris-plaris. . .rejeki anak sholehot eh
soleha. . .
(TERSENYUM MALU)
Ehhhh ada penonton to, perkenalkan nama saya Sundari, profesi saya, ya sudah jelas, penjual
souvenir di Pantai kadal. (MENUNJUKKAN DAGANGAN) Silakan yang mau beli bisa saya
layani sampai puas, bisa pilih-pilih mau warna apa, bentuk yang bagaimana semuanya lengkap
ditoko saya lo.
(BERTANYA-TANYA)
APA? Dipegang-pegang? Wahh Ya jelas boleh, monggo silakan. (Antusias) Eh sauvenirnya
maksudnya? Ya boleh klo itu silakan monggo dipegang-pegang, tapi jangan Cuma dipegang saja
harus dibeli lo ya. Jangan kayak anak muda jaman sekarang sukanya pegang-pegang saja tp gk
dibeli malah ditinggal cari yang lain huhhh dasar mereka itu. . .
Produk souvenir buatan tangan saya ini adalah produk yang paling berkualitas di antara toko-
toko souvenir di Pantai kadal ini lo. (BERSEMANGAT) Tentu saja karena produk saya asli
diambil dari Pantai kadal yang terbukti Pantai paling bersih, dan paling banyak biota lautnya
sehingga menciptakan souvenir yang indah.
(MENYAKINKAN) Saya sendiri yang menyelam untuk mengambilnyanya, gini gini saya sudah
lama berlatih untuk tidak bernafas lo, contohnya seperti ini, (MEMPRAKTEKKAN DENGAN
SEMANGAT) uhhhh ahhhh, uhhh ahhhh,uhhhhhhh ahhhhh, nah ini saya lakukan setiap pagi,
ayo yang mau hemat bernafas, yang lingkungannya banyak polusi udara dari pada saling
menyalahkan mending belajar hemat oksigen, ayo bisa dicoba ya biar gk perlu nafas lagi,
hehehehe. . . bercuanda loh ya. . . (TERTAWA)
Saya Sundari selain menjadi penjual souvenir gini-gini saya juga menjadi ketua komunitas
souvenir Pantai kadal, tanpa tedeng aling-aling saya terpilih karena saya adalah orang yang
paling aktif untuk merawat dan melestarikan keindahan Pantai kadal di desa ini.
(MENJADI PEMBAWA ACARA)
“ibu Sundari binti Sutrisno berkat inspirasi ibu, yang telah mengisnpirasi penduduk desa yang
sempat menganggur kami menunjuk ibu menjadi ketua komunitas souvenir di Pantai kadal”
“Setuju” “hidup ibu Sundari” (BERSORAK GEMBIRA) karena saya sebagai ketua tentu banyak
program2 yang harus saya kerjakan selain menjadi penjual souvenir yang handal.
(MENYOMBONGKAN DIRI)
Terbukti kan banyak orang yang mau berlibur dan menghabiskan waktu disini. Itu semua karena
ide saya lo.
Bukan karena keturunan bukan karena Pendidikan semua itu atas dasar saya sendiri, berkat
himpitan alias “ KEPEPET”, loh jangan ketawa kalian. Ini saya sedang serius ini.
Ada peribahasanya loh “The Power Of KEPEPET” apa? Kepepet itu enak??
Mana ada yang enak klo “KEPEPET”, lohh ya bukan kepepet yang itu ngawur aja. . .klo kepepet
yang itu saya juga maulah. . .
Kepepet yang saya maksud adalah, kepepet harus bayar utang, kepepet harus bayar sekolah,
kepepet bayar cicilan, beli susu anak, ada buwuhan, bayar paylater, bayar listrik, bayar wifi dan
bayar-bayar yang lainnya. Lah wong kalian tau sendiri pasca pandemic, semuanya serba naik,
beras naik, telur naik, susu naik, bayar sekolah naik, BBM naik, Bahkan top up diamond juga
naik. Oleh karena KEPEPET inilah muncul ide kreatif saya untuk beralih profesi menjadi penjual
souvenir yang handal di Pantai kadal ini.
(SERIUS)
Di desa Pantai kadal ini, semua orang kepepet tidak ada yang tidak kepepet, kepepet karena
ekonomi, kepepet oleh Pendidikan, kepepet lahan, kepepet kebijakan, kepepet karena di gusur
dari dalam hingga harus kepepet ke pinggir Pantai, lalu dari Pantai dipepet tak bisa kemana-
mana.
Yang paling parah bukan hanya kepepet tapi mau dicungkil dan lempar dari tanah sendiri.
Hingga sampai saat saya berada dihadapan pentonton. Kami masih kepepet harus bertahan.
“Hutan ini kini menjadi hutan yang dilindungi termasuk kadal, cicak dan babi didalamnya, saya
himbau warga disini untuk pindah ke pinggir laut”
“tp pak kami harus kerja apa?”
“ya itu terserah kalian, kami hanya menjalankan tugas

Tai Sampah
(MARAH)
Para pembesar itu Bos-bos besar itu yang memakai jas mewah naik kendaraan mewah, melihat
desa dan laut kami seperti melihat uang yang mengalir di saku-saku besar di pakaian mereka,
dengan dalih melindungi hutan menyeret paksa kami kepinggir laut, hingga dilaut memepet kami
dengan undang-undang yang katanya melindungi laut melestarikan laut.
“tidak boleh lagi kalian mencari ikan di laut, terumbu karang dan biota laut kini harus dilindungi
demi menjaga keindahan Pantai kadal”
“pak kami harus makan apa” tolong jangan buat aturan seperti ini”
Itu terserah kalian, kami hanya menjalankan tugas”
Dasar kadal
(MARAH)
Mereka tidak sadar bahwa dari dulu hingga sekarang Kamilah yang melestarikan Hutan Kamilah
yang melindungi laut hingga mereka datang membohongi kami semua dengan kebijakan-
kebijakan kemunafikan.
(MENGHELA NAFAS)
Oh iya. . .Mohon maaf penonton sekalian, saya terbawa erosi, eh maksud saya emosi, padahal
saya ini orang yang cukup sabar dan baik hati, juga rajin menabung, tidak sombong juga rendah
hati terbukti saat desa kami kami akan dibangun sektor ekowisata premium dengan antusias saya
mendukung karena itu sektor yang penting untuk kemajuan wisata. Dan saya terfikir untuk
menjadi penjual souvenir seperti sekarang ini.
(MEMBAYANGKAN)
Kalau nanti ekowisata sudah jadi bakal lebih banyak lagi wisatawan dan bule-bule datang kesini,
macam balilah katanya.
“Woro-woro Berita besar, Pantai kadal di pulau cicak ini akan dibangun PSN, Proyek strategis
Nasional, dimana akan ada Pembangunan besar-besaran disektor pariwisata”
(SENANG) Wihh klo banyak bule datang saya bakal dandan terus ini, (MERAPIKAN BAJU)
siapa tau ada bule yang kecantol dengan kecantikan saya yang membumi ini.
Sebagai rakyat kecil, saya tentu sangat mendukung program-program yang ada didesa ini,
termasuk program PSN, atau kepanjangan dari program Sengsarakan rakyat nasional bagi desa
saya.
(BERKACA-KACA)
Didepan saya memimpin semua orang, dengan teriakan “Merdeka”, yang sampai sekarang
didesa kami tak satu pun pernah merasakannya. Hanya di bangku sekolah saya dijelaskan arti
Merdeka “ yaitu kebebasan” namun arti itu layaknya belum cocok untuk saya di Pantai kadal ini.
Laut menjadi saksi perjalanan leluhur kami.
“Merdeka, jangan rampas tanah kami, . . .
“Merdeka, anak-anak kami perlu makan. . .
“Merdeka, jangan biarkan kami termonopoli . . .
“Merdeka. . . Merdeka. . . Merdeka”
(MEMOHON)
“Sebagai netizen yang Budiman tolonglah kami, bantu kami terlepas dari belenggu ini, kami
ingin bebas mencari makan, kami ingin tetap tinggal didesa kami, jangan ambil hak kami, tanah
kami”
(MENANGIS)
Ya saya yakin dengan bantuan netizen yang Budiman semua, program-program yang
menghimpit kami akan lepas, jalan yang berlubang saja viral lantas ter benahi, jadi saya mohon
bantulah saya.
(LAMPU BERUBAH, MENYEKA AIR MATA, KORAN BERTERBANGAN)
(SEORANG ITU DENGAN SEMANGAT MENGAMBIL KORAN)
Ya akhirnya berita tentang saya akan muncul, setelah protes besar-besaran saya tentang
penolakan pemindahan kami dari desa ini saya yakin, semua orang akan peduli dengan saya,
siapa yang mau diusir dari tanah kelahiran sendiri, tentu netizen semua tidak ingin bukan.
(MENCARI-CARI)
Mana, mana berita tentang saya. . . (membaca berita artis), ah bukan ini. . .
(membaca berita lain), bukan ini juga. . . (mengambil koran yang lain) ya mungkin disini ada. . .
(membcara berita lain). . . tidak ada satupun berita tentang desa saya. . .
(EMOSI MEMUNCAK)
Bagaimana mungkin, begitu banyak mata yang melihat desa kami terusir karena Pembangunan
itu, banyak sekali mata yang melihat kekejaman yang terjadi tp kenapa tidak ada satupun mulut
yang bersuara, tidak ada satu pun teriakan kami yang terdengar. . . . .
(MENYAKINKAN DIRI)
Oh iya Saya lupa kalau mereka juga KEPEPET, media-media itu juga KEPEPET, Bedanya kami
KEPEPET oleh kelaparan dan perampasan, kalau mereka kepepet oleh uang dan kesenangan,
sampai nuraninya tertutup karena sudah dibeli.
(MENANGIS SAMBIL TERTAWA)
Viral adalah cara yang ampuh saat ini, ya saya harus viral agar suara saya didengar, tapi
bagaiamana caranya, orang desa dan bodoh dengan teknologi mana bisa membuat hal yang
seperti itu, tangan ini hanya bisa membuat manik-manik yang dijual dengan harga murah.
(PUTUS ASA)
Tidak pak, jangan bawa saya, saya hanya ingin warga disini tidak diusir dari tanah kami sendiri.
Tolong pak, kami sudah kelaparan, bertahun-tahun kami sudah sabar, kenapa kami yang harus
pergi,
Tidak pak tolong. . . .
(BERTERIAK SEMAKIN KERAS)
Jangan pak kami tidak mau pergi
Tidakkkkkkkkkkkk
(MENATAP KOSONG PENONTON)
Perkenalkan nama saya Sundari saya seorang penjual saovenir di Pantai kadal, perkenalkan saya
Sundari warga asli desa kadal yang mencintai laut namun justru dikadalin dengan kebijakan-
kebijakan. Perkenalkan saya Sundari orang asing di negeri sendiri.
(MUSIK TERDENGAR PILU DAN SEMAKIN SAMAR, DIIKUTI LAMPU YANG MULAI
MEREDUP)
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai