Anda di halaman 1dari 3

MENGENANG TSUNAMI ACEH 2004

Aceh…

Aceh saat ini merupakan salah satu dari 34 provinsi di negara


Indonesia. Aceh di utara pulau Sumatera, dan ber ibu kota di Banda Aceh.
Masih di ingatan, kejadian 18 tahun silam tepatnya hari minggu 26
desember 2004. Waktu itu, apa yang terjadi? Ya, gempa dan tsunami yang
sangat dahsyat melululantahkan semua kehidupan yang ada di dalamnya.
Hingga menewaskan 170.000 korban jiwa dan mereka adalah bagian dari
saudara-saudara kita yang ada di Indonesia.

Pada pagi itu, matahari bersinar indah dan burung-burung sedang


berkicauan, layaknya hari minggu seperti biasa, berbagai aktivitas telah
ditekuni oleh masyarakat kami, seorang ibu menyapu halaman rumah dan
menyuci pakaian, sebagian ada berolahraga, nelayan sedang mendarat di
pelabuhan ikan, dan petani sedang ke sawah untuk bekerja.

Hal yang tak terduga itu terjadi di tempat kami, guncangan bumi
yang dahsyat hingga semua kehidupan dan seisinya kocar-kacir
menyelamatkan diri. Mereka semua kebingungan, takut, dan berlarian
untuk menyelamatkan diri,…
“Tolong…, tolong…
Tolong kami…, tolong…
Tolong…”

Akhirnya gempa itu berhenti…

Tiba-tiba air laut surut, jadi.., masyarakat sekitar pantai mengutip


ikan, dan beberapa saat kemudian bangunlah gelombang air laut yang
amat besar hingga membawa dan menenggelamkan yang ada di
sekitarnya.

Semua orang berlarian menuju ke tempat yang lebih tinggi, namun


tidak semua orang bisa selamat, karena terbawa oleh air yang begitu
dahsyat dan memporak-porandakan semua yang ada di daratan…
“Kini semua telah hancur…, dan tiada siapa-siapa…, aku sendiri…,
akun takut, dan menangis aku mencari ayah…, ibu…, sanak saudara ku,
di manakah ia…”

“Namun, aku tidak menemukannya, banyak orang tergeletak di


berbagai tempat, dan aku melihatnya, ternyata semua saudaraku di sana.
Namun, hanya jasad yang kutemui”.

“Ternyata ayah, ibu, adik dan saudara ku telah mendahuluiku


terlebih dahulu, ayah… ibu… aku sendiri…” ( Menangis )

Korban yang selamat diungsikan ke tempat yang lebih aman,


banyak dari tim relawan mengevakuasi jenazah. Ada yang terjepit di
bawah reruntuhan. Namun, tidak sedikit dari mereka yang belum
menemukan anggota keluarganya.

“Dan kini aku sendiri…, tiada ayah…, ibu…, bahkan adikku”.

“Di tengah himpitan rumah yang hancur, di tengah-tengah penuh


padat mayat,
aku menghentakkan tanah. Ada apa…?, apa yang terjadi dengan
diriku…?”

“Aceh pusat serambi mekah, tanah rentjongku, kini kau tak


semegah dahulu, Acehku yang indah kini engkau telah rata dengan
tanah…”

“Ibu…, ibu…, ada apa…?, apa yang terjadi…?, mengapa harus


aceh ku…?, mengapa harus keluargaku…?, mengapa harus teman-
temanku…? Harus aku? Mengapa? Harus kami?”

“Tuhan…, mungkinkah ini ujianku, ujian takdir yang sungguh


menyedihkan untukku, dan semua masyarakat Aceh. Peringatanmu tak
pernah kami hiraukan, kami sibuk dengan aktivitas dunia, kami banyak
lalai pada perintahmu, lalai pada laranganmu, ampuni kami, maafkan
kami”.
( Membaca doa kedua orang tua beserta artinya )
Amin-amin ya rabbal alamin

( Bernyanyi bersama ).

Anda mungkin juga menyukai