Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PKN

“KONFLIK ANTAR SUKU DI INDONESIA DAN


ANCAMAN TERHADAP INTEGRASI BANGSA”

Guru Mata Pelajaran :

Disusun Oleh :
Nama :M. RAMADHANI
Kelas : XI. IIS 1

SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya , sehingga kami bisa menyelesaikan makalah PKN ini dengan
judul “Konflik Antar Suku Di Indonesia Dan Anaman Terhadap Integrasi.”.
Melalui makalah ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian untuk makalah ini, yaitu keada teman-teman
satu kelompok, dan terutama dengan Dosen yang membimbing dan pengarahannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari apabila dalam makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ibi di masa yang akan datang semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Jambi, Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. TujuanPenulisan ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik ...................................................................................................... 3
B. Pengertian Suku ........................................................................................................... 3
C. Pengertian Konflik Antar Suku di Indonesia .............................................................. 3
D. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Antar Suku ....................................................... 3
E. Contoh Konflik Antar Suku di Indonesia..................................................................... 5
F. Ancaman Terhadap Integrasi Bangsa ..........................................................................
......................................................................................................................................
12
G. Solusi Penyelesaian Konflik Antar Etnis ....................................................................
......................................................................................................................................
13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................................
......................................................................................................................................
16
B. Saran ............................................................................................................................
......................................................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar Indonesia memiliki banyak RAS, suku dan
budaya beragam. Menurut badan riset, data suku-suku yang ada di Indonesia mencapai
kurang lebihnya lebih dari 300 kelompok suku atau etnik. Namun dikarenakan banyaknya
suku yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula, seringkali terjadi konflik yang
melibatkan konflik anatar suku yang menjadi suatu perstiwa yang tidak bisa dihindarkan
lagi.
Konflik merupakan hal atau masalah yang lazim atau biasa terjadi di lingkungan
masyarakat. Dimana lagi-lagi perbedaan menjadi latar belakang yang mendasar dalam
setiap konflik perang antar suku di Indonesia. Peperangan antar suku akhir-akhir ini
menjadi bahan pekerjaan pemerintah untuk menetralisir kekisruhan yang sering terjadi
khususnya peperangan antar suku. Konflik tersebut terjadi karena saking beragam nya
suku-suku di Indonesia dan berawal dari banyaknya suku-suku yang ada tersebut konflik-
konflik pembeda atau masalah budaya yang berbeda dan variatif mulai bermunculan.
Salah satu contoh dari konflik yang sempat menarik perhatian adalah perang suku
antara suku Dayak dan Madura. Peperangan antara Suku Dayak dan Madura
menimbulkan sebuah pergeseran moral tentang bagaimana seharusnya saling menghargai
perbedaan. Nyawa bukan lagi menjadi hal yang mahal saat itu. Pemenggalan terhadap
kepala manusia saat itu seolah menjadi bukti bahwa kebencian telah benar-benar
mengerikan. Penyebab terjadinya perang kedua suku ini yaitu karena perbedaan budaya
antara Suku Dayak dan Suku Madura, perilaku yang tidak menyenangkan, pinjam
meminjam tanah dan ikrar perdamaian yang dilanggar. Kejadian ini memang telah lama
berlalu. Tapi konflik tersebut bagaimanapun akan tetap meninggalkan kesan mengerikan
yang mendalam bagi masyarakat kedua suku tersebut.
Setiap suku tentu memiliki budaya, adat-istiadat dan kebiasaan tertentu yang
beragam. Keanekaragaman tersebut tentu memabawa dampak dan kosekuensi sosial yang
beragam pula. Jika hal ini tidak dapat disikapi dengan baik maka perbedaan tersebut
justru akan terus manjadi faktor utama penyebab terjadi perang antar suku.Setiap suku
akan menginterpretasikan budaya yang mereka miliki dalam lingkungannya sehingga
terciptalah stereotip yang dapat mengakibatkan lestarinya perbedaan. Penonjolan

1
strereotip suatu suku amat berbahaya. Namun faktanya, stereotip dan stigma buruk itu
tetap hidup. Bahkan, tanpa disadari kian meluas. Bahaya karena hal ini dapat
menimbulkan pepecahan perang antar suku pun menjadi hal yang tak bisa dihindarkan.
Stereotip orang Madura dalam pengetahuan orang Indonesia kadang identik dengan
watak yang kasar dank keras. Sering menyelesaikan masalah dengan carok, mengakhiri
sengketa dengan cara duel maut yang berunjung kematian. Penyebabnya adalah dendam
atau pembalasan pihak keluarga dan kerabat yang terluka hingga tewas. Walaupun
stereotip itu keliru dan berbahaya, hal tersebut seakan melekat dalam benak
keindonesiaan kita. Itulah yang sering memicu terjadinya kerusuhan etnis atau suku di
Indonesia bahkan berkembang menjadi perang antar suku.
Konflik sering terjadi di kalangan masyarakat karena manusia makhluk sosial dan
memiliki beragam pemikiran dan cara masing-masing untuk bersosialisasi. Konflik
tersebut biasanya terjadi karena hal sepele seperti prasangka negatif tapi berhubung
menyangkut RAS atau budaya maka rasa simpati antar sesama budaya yang membuat
peperangan tersebut menjadi bukan hal yang sepele lagi bahkan hingga terjadinya perang
antar suku. Oleh karena itu saya memuat makalah dengan mengangkat judul Konflik
Antar Suku di Indonesia yang merupakan wujud dari prasangka, diskriminasi dan
etnosentrisme.

B. Ruang Lingkup Penelitian


1. Apakah pengertian konflik ?
2. Apakah pengetian suku ?
3. Apakah pengertian konflik antar suku di indonesia ?
4. Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya konflik antar suku ?
5. Bagaimanakah contoh konflik antar suku di Indonesia ?
6. Bagainamanakah ancaman terhadap integrasi bangsa ?
7. Bagaimanakah solusi penyelesaian konflik antar etnis?

C. Manfaat dan Tujuan


Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan tetang konflik
antar suku yang terjadi di indonesia juga faktor penyebab terjadi konflik antar suku
tersebut. Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menyadarkan
masyarakat pentingnya untuk tidak berburuk sangka, mendiskriminasi ataupun terlalu
etnosentris yang menjadi penyebab utama terjadinya konflik antar suku di indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
          
A. Pengertian Konflik
Secara umum pengertian Konflik adalah suatu masalah sosial yang timbul karena
adanya perbedaan pandangan yang terjadi di dalam masyarakat maupun negara.
Pengertian Konflik menurut Robbins, Konflik adalah suatu proses yang dimulai bila
satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan
segera memengaruhi secara negatif pihak lain.
Menurut Alabaness, Pengertian Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di
antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan
peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
Dari kedua pengertian konflik yang disampaikan pakar di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Konflik adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak
menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Dengan
demikian jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik
tersebut tidak ada dan begitu juga sebaliknya.

B. Pengertian Suku
Menurut Ensiklopedi Indonesia Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial
atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat,
agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki
kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak),
sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

C. Pengertian Konflik Antar Suku di Indonesia


Masalah sosial yang timbul karena adanya perbedaan pandangan yang terjadi di
dalam masyarakat maupun negara yang dilakukan oleh antar berarti kelompok sosial
dalam sistem sosial atau kebudayaan yang terjadi di Indonesia

D. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Antar Suku


Suatu konflik khususnya yang terjadi antar suku umumnya didasari oleh tiga hal
yaitu prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme. Tiga hal ini menjadi faktor utama yang

3
melatar belakangi terjadinya koflik antar suku yang berujung kepada perang antar suku.
Prasangka yang buruk terhadap suku lain menjadi sangat umum di indonesia hal tersebut
dilatarbelakangi sikap etnosentrisme suatu suku. Sikap ini menimbulkan prasangka
terhadap suku lain sehingga terjadinya diskriminasi sosial. Diskriminasi sosial yang
berkelanjutan inilah yang dapat menimbulkan konflik  yang berujung kepada perang antar
suku.Selain disebabkan oleh ketiga hal itu beberapa ahli juga memaparkan faktor-faktor
lain yang menjadi penyebab terjadinya konflik antar suku.
Faturochman menyebutkan setidaknya ada enam hal yang biasa melatarbelakangi
terjadinya konflik etnis terjadi disebuah tempat. Enam hal tersebut antara lain yakni:
1) Kepentingan yang sama diantara beberapa pihak
2) Perebutan sumber daya
3) Sumber daya yang terbatas
4) Kategori atau identitas yang berbeda
5) Prasangka atau diskriminasi
6) Ketidakjelasan aturan (ketidakadilan).
Konflik antar etnis yang terjadi dapat dikatakan karena kepentingan beberapa oknum
atau pihak yang memang bertujuan untuk mengambil untung dari konflik tersebut. Etnis
etnis yang saling berkonflik sangat mudah di adu domba karena memang sumber daya
manusia yang terbatas. Dalam arti pendidikannya kurang dan tingkat ekonomi yang
rendah. Seharusnya dari masing masing kepala daerah yang ada di wilayah konflik
tersebut harus tegas membuat atau merealisikan kebijkan ketika terjadi sebuah konflik
antar etnis.
 Dalam konteks Indonesia sendiri, kita kerap kali mendengar terjadinya konflik antar
etnis. Sebenarnya akar dari konflik ini adalah keterbelakangan dari masyarakat di wilayah
konflik tersebut. Sementara itu, Sukamdi menyebutkan bahwa konflik antar etnik di
Indonesia terdiri dari tiga sebab utama,yaitu:
1)      Konflik muncul karena ada benturan budaya
2)      Karena masalah ekonomi politik
3)      Karena kesenjangan ekonomi sehingga timbul kesenjangan sosial.
Menurutnya konflik terbuka dengan kelompok etnis lain hanyalah merupakan
bentuk perlawanan terhadap struktur ekonomi-politik yang menghimpit mereka sehingga
dapat terjadi konflik diantara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan identitas sosial,
dalam hal ini etnik dan budaya khasnya, seringkali menimbulkan etnosentrisme yang
kaku, dimana seseorang tidak mampu keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa

4
memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami
perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan konflik
karena ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan.Sebagai tambahan,
pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan menyebabkan
seseorang lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik.
Berdasarkan tulisan dari Stefan Wolff, bahwa konflik etnis ini sebagian besar terjadi
di wilayah Afrika, Asia, serta sebagian Eropa Timur. Dikatakan bahwa negara-negara
Eropa Barat serta Amerika Utara tidak terpengaruh atas konflik etnis yang terjadi di dunia
ini.. Asia dan Afrika adalah dua benua yang memiliki sejarah peradaban tertua di dunia.
dan secara tidak sengaja, kedua benua ini memiliki berbagai macam etnis,ras, ataupun
suku bangsa. Tentu saja hal ini tidak dapat ditemui di benua Amerika yang merupakan
“peradaban baru” bentukan Eropa. Peradaban-peradaban ini sejak dahulu selalu terlibat
perang suku. Celakanya, perang antar suku dan ras yang terjadi ini menyimpan dendam
diantara semua pihak yang bertikai dan masih terbawa hingga kini.
Dengan demikian, Wolff menyimpulkan bahwa “ethnic conflicts are based on
ancient hatreds between groups fighting in them and that”. Sebagian kecil konflik yang
terjadi adalah akibat isu kontemporer politik ataupun agama.

E. Contoh Konflik Antar Suku di Indonesia   


1. Konflik Lampung
Lampung merupakan daerah tujuan transmigrasi besar-besaran. Pada zaman
belanda, banyak sekali suku jawa yang dipindahkan ke lampung sehingga saat ini kita
dapat menemukan daerah yang menggunakan bahasa jawa. Masyarakat lampung
hanya sedikit namun masyarakat jawa, bali, sumatera utara, padang, palembang, bugis
hingga keturunan cina dan arab banyak yang menetap disana.
Dengan berbaurnya berbagai macam suku tersebut maka tingkat kecenderungan
untuk terjadinya konflik pun semakin tinggi. Sebenarnya konflik – konflik antar suku
sudah sering terjadi di provinsi lampung baik itu antara suku asli lampung dengan bali
seperti yang terjadi saat ini, maupun jawa dengan bali atau lampung dengan jawa.
Kenapa hanya ketiga suku tersebut yang sering terlibat konflik ? ya memang karena
ketiga suku tersebutlah populasinya yang paling banyak. Di beberapa daerah di
lampung kita bisa menemukan sebuah desa yang seluruh penduduknya berisi orang

5
bali. Di tempat tersebut juga biasanya terdapat sebuah pura besar tempat mereka
melakukan kegiatan agama, sama persis seperti keadaan di bali.
Pada sisi lain masyarakat asli Lampung yang memiliki falsafah hidup fiil
pesenggiri dengan salah satu unsurnya adalah ”Nemui-nyimah” yang berarti ramah
dan terbuka kepada orang lain, maka tidak beralasan untuk berkeberatan menerima
penduduk pendatang. Tetapi dengan seiring waktu falsafah hidup tersebut mulai
luntur dikarenakan berbagai macam hal.
Suku asli Lampung pada dasarnya bersikap sangat baik terhadap para pendatang,
mereka menyambut baik kedatangan para pendatang tersebut tetapi memang
terkadang para pendatang lah yang sering menyulut amarah penduduk asli lampung.
Sebagai tuan rumah, suku asli lampung tentunya tidak akan tinggal diam jika mereka
merasa dihina oleh suku lain apalagi hal tersebut berkaitan dengan masalah “harga
diri”.  Berikut ini beberapa perang antar suku yang pernah terjadi di Lampung :
1) Pembakaran pasa Probolinggo Lampung Timur oleh suku bali.
2) 29 Desember 2010 : Perang suku Jawa / Bali vs Lampung berawal dari
pencurian ayam.
3) September 2011 : Jawa vs Lampung
4) Januari 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Lampung
5) Oktober 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan.
Dari konflik – konflik kecil timbulah dendam diantara para suku – suku tersebut
sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah konflik
besar. Pengelompokan suku di daerah lampung memang sudah terjadi sejak lama,
bahkan hal tersebut sudah terjadi sejak mereka remaja. Di beberapa sekolah didaerah
lampung anak – anak suku bali tidak mau bermain / bersosialisasi dengan anak – anak
suku lainnya begitu juga dengan anak – anak dari suku jawa maupun lampung.
Mereka biasanya berkelompok berdasarkan suku mereka sehingga jika diantara
kelompok tersebut terjadi perselisihan tentunya akan melibatkan suku mereka.
Konflik diatas adalah beberapa konflik yang terhitung besar, selain konflik besar
yang pernah terjadi diatas di lampung juga sering terjadi konflik – konflik kecil antar
suku namun biasanya hal tersebut masih bisa diredam sehingga tidak membesar.
2. Konflik Sampit
Kerusuhan yang terjadi di sampit hanyalah salah satu rangkaian peristiwa
kerusuhan yang terjadi oleh suku Madura yang sejak berdirinya Kalimantan Tengah
telah melakukan lebih dari 13 kali kerusuhan besar dan banyak sekali kerusuhan

6
tersebut yang mengakibatkan korban dari pihak Dayak. Sangat banyak kasus-kasus
yang telah memicu pertikaian antara kedua suku ini,yaitu :
1) Pada tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa. Kasus tersebut hanya
diselesaikan dengan hukum adat.
2) Tahun 1982 terjadi pembunuhan seorang Dayak oleh suku Madura, pelaku tidak
tertangkap karena kemungkinan pembunuh kembali ke pulau Madura.
3) Tahun 1983, pengeroyokan satu orang dayak oleh tiga puluh orang Madura,
diadakan perdamaian antara kepala suku Dayak dan Madura.
4) Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan
dibunuh dengan kejam dan sadis oleh orang Madura, ternyata hukumannya ringan.
5) Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh
orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40,dengan skor orang Madura
mati semua. Padahal orang Dayak pada saat itu hanya ingin mempertahankan diri
dari orang Madura yang jumlahnya sangat banyak. Kasus ini ditutup dengan
hukuman berat bagi orang Dayak.
6) Tahun 1997, anak laki-laki suku Dayak yang bernama Waldi tewas dibunuh oleh
orang Madura yang berjualan sate di daerah itu. Waldi tewas secara mengenaskan
dengan lebih dari tiga puluh tusukan di badannya.
7) Tahun 1998, terjadi lagi pengeroyokan orang Dayak oleh 4 orang Madura. Orang
Dayak itu tewas. Kasus ini tidak terselesaikan karena pengeroyok tidak dapat
ditemukan karena kemungkinan telah kembali ke asalnya.
8) Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum)
dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya, namun
besok harinya datang sekelompok suku Madura menuntut agar temannya tersebut
dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata pihak Polresta Palangka Raya
membebaskannya tanpa tuntutan hukum.
9) Tahun 1999, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku
Madura karena masalah sengketa tanah. Dua orang Dayak dalam perkelahian
tidak seimbang itu mati semua. Sedangkan pembunuh lolos, malahan orang Jawa
yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah
terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.
10) Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin
Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura. Gara-gara suku Madura
memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian

7
itu banyak menimbulkan korban pada kedua belah pihak, tanpa penyelesaian
hukum.
11) Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri
bernama Iba oleh tiga orang Madura. Pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD
Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya. Biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh
Pemda Kalteng. Namun para pembacok tidak ditangkap, katanya? sudah pulang
ke pulau Madura. Kronologis kejadian tiga orang Madura memasuki rumah
keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena katanya mereka
haus, sewaktu Iba menuangkan air di gelas, mereka membacoknya, saat istri Iba
mau membela, juga di tikam. Tindakan itu dilakukan mereka menurut cerita mau
membalas dendam, tapi salah alamat.
12) Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu keluarga Dayak mati dibantai
oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum.
13) Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 satu orang suku Dayak di bunuh oleh
pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para
pelaku lari, tanpa proses hukum.
14) Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi
pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh
suku Madura, para pelaku kabur, tidak tertangkap, karena lagi-lagi katanya sudah
lari ke Pulau Madura. Proses hukum tidak ada karena pihak berwenang tampaknya
belum mampu menyelesaikannya (tidak tuntas).
15) Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh
karena dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.
16) Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh
diserang oleh suku Madura. Belum terhitung kasus warga Madura di bagian
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup
berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali
dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa kerusuhan tersebut (25 Februari 2001)
adalah terjadinya peristiwa Sampit yang mencekam.
Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan oleh
aksi premanisme Etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena para
tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap dan di adili oleh aparat
penegak hukum. Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya kekerasan
ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi

8
(mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus pelanggaran “tanah
larangan” orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh orang
Madura.  Orang Dayak merasa sangat tersudut ditanahnya sendiri. Mereka seolah
tidak dilindungi dari pihak hukum. Sementara orang Madura semakin merasa diatas
angin di kota Sampit. Seakan mereka tidak peduli akan perasaan warga lokal disana.
Situsi semakin hari semakin panas. Orang Madura mempunyai keinginan untuk
menjadikan kota Sampit sebagai kota Sampang ke-2. Mereka melupakan pepatah di
tanah Borneo tersebut yaitu, ''dimana tanah dipijak,disitu langit dijunjung''.
Pada tanggal 18 februari 2002 di sebuah pasar di kota Sampit,seorang ibu yang
sedang hamil dibunuh dengan kejam. Perutnya dibelah dan janin dalam perut ibu
tersebut dikeluarkan lalu dibuang. Darah dari seorang ibu dan janinnya tadi dijadikan
tinta untuk menulis di sebuah spanduk besar yang bertuliskan, ''Sampit sebagai
Sampang kedua''. Kejadian ini memang sepertinya telah direncanakan oleh pihak
Madura.Mereka juga berkeliling kota Sampit sambil meneriakkan ''Matilah kau
Dayak''. 
Bom molotof pun berjatuhan di rumah-rumah orang Dayak. Tidak sedikit juga
mereka membakar rumah orang Dayak. Orang Dayak menjadi takut dan mereka
berlari masuk ke dalam hutan. Kepala suku mereka telah sangat murka dan memberi
ultimatum kepada orang bahwa apabila dalam 3 hari mereka tidak keluar dari Sampit,
maka Dayak akan memerangi warga Madura. Sudah sangat banyak pengungsi dari
pihak Madura dan Dayak. Lebih dari 10.000 pengungsi telah diungsikan ke Surabaya
dan ke Palangkaraya. Ultimatum tadipun tidak dihiraukan oleh warga Madura
sehingga terjadilah perang etnis disana.
Suku Dayak berhasil mengambil kembali rumahnya yang hampir diambil oleh
suku lain.Banyak rumah yang terbakar, toko-toko milik kedua etnis tadi lenyap serta
kurang lebih 500 korban tewas. Tidak ada yang menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Dalam kata lain perang hanya meninggalkan tangis dan air mata, dan juga
kenangan yang sangat menyakitkan.
3. Konflik Papua
Perang dan pertikaian yang terjadi di Indonesia ternyata tidak hanya melibatkan
suku asli dan pendatang. Namun kelompok yang berbeda di suatu daerah pun bisa
memicu adanya pertikaian yang mengorbankan nyawa.
Pada 30 mei 2013, terjadi konflik yang melibatkan suku atas pegunugan dan
suku bawah pantai. Hal ini dipicu oleh aksi pembakaran honai rumah adat papua milik

9
kelompok bawah yang dilakukan oleh kelompok atas. Hal yang dianggap kecil ini
dapat membuat 6 orang tewas dan 21 lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat terkena
panah.
4. Konflik Poso
Poso adalah sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tengah. Kalau dilihat
dari keberagaman penduduk, Poso tergolong daerah yang cukup majemuk, selain
terdapat suku asli yang mendiami Poso, suku-suku pendatang pun banyak berdomisili
di Poso, seperti dari Jawa, batak, bugis dan sebagainya.
Suku asli di Poso, serupa dengan daerah-daerah disekitarnya;Morowali dan Tojo
Una Una, adalah orang-orang Toraja. Menurut Albert Kruyt terdapat tiga kelompok
besar toraja yang menetap di Poso. Pertama, Toraja Barat atau sering disebut dengan
Toraja Pargi-Kaili. Kedua adalah toraja Timur atau Toraja Poso-Tojo, dan ketiga
adalah Toraja Selatan yang disebut juga denga Toraja Sa’dan. Kelompok pertama
berdomisili di Sulawesi Tengah, sedangkan untuk kelompok ketiga berada di
Sulawesi Selatan. Untuk wilayah poso sendiri, dibagi menjadi dua kelompok besar.
Pertama adalah Poso tojo yang berbahasa Bare’e dan kedua adalah Toraja Parigi-kaili.
Namun untuk kelompok pertama tidak mempunyai kesamaan bahasa seperti halnya
kelompok pertama.
Kalau dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua kelomok agama
besar, Islam dan Kristen.  Sebelum pemekaran, Poso didominasi oleh agama Islam,
namun setelah mengalami pemekaran menjadi Morowali dan Tojo Una Una, maka
yang mendominasi adala agama Kristen. Selain itu masih banyak dijumpai penganut
agama-agama yang berbasis kesukuan, terutama di daerah-daerah pedalaman. Islam
dalam hal ini masuk ke Sulawesi, dan terkhusus Poso, terlebih dahulu. Baru kemudian
disusul Kristen masuk ke Poso.
Keberagaman ini lah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi
pelbagai kerusuhan yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar belakang
sosial-budaya, ataupun kerusuhan yang berlatarbelakang agama, seperti yang diklaim
saat kerusuhan Poso tahun 1998 dan kerusuhan tahun 2000. Agama seolah-olah
menjai kendaraan dan alasan tendesius untuk kepentingan masing-masing.
Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada desember 1998. Ada
sintimen keagamaan yang melatarbelakangi pemilihan tersebut. Dengan menangnya
pasangan Piet I dan Mutholib Rimi waktu tidak lepas dari identitas agama dan suku.
Untuk seterusnya agama dijadikan tedeng aling-aling pada setiap konflik yang terjadi

10
di Poso. Perseturuan kecil, semacam perkelahian antar persona pun bisa menjadi
pemicu kerusuhan yang ada di sana. Semisal, ada dua pemuda terlibat perkelahian.
Yang satu beragama islam dan yang satunya lagi beragama Kristen. Karena salah satu
pihak mengalami kekalahan, maka ada perasaan tidak terima diantara keduanya.
Setelah itu salah satu, atau bahkan keduanya, melaporkan masalah tersebut ke
kelompok masing-masing, dan timbullah kerusuhan yang melibatkan banyak orang
dan bahkan kelompok.
Sebelum meletus konflik Desember 1998 dan diikuti oleh beberapa peristiwa
konflik lanjutan, sebenarnya Poso pernah mengalami ketegangan hubungan antar
komunitas keagamaan (Muslim dan Kristen) yakni tahun 1992 dan 1995. Tahun 1992
terjadi akibat Rusli Lobolo (seorang mantan Muslim, yang menjadi anak bupati Poso,
Soewandi yang juga mantan Muslim) dianggap menghujat Islam, dengan menyebut
Muhammad nabinya orang Islam bukanlah Nabi apalagi Rasul. Sedangkan peristiwa
15 Februari 1995 terjadi akibat pelemparan masjid dan madrasah di desa
Tegalrejooleh sekelompok pemuda Kristen asal desa Mandale. Peristiwa ini mendapat
perlawanan dan balasan pemuda Islam asal Tegalrejo dan Lawanga dengan
melakukan pengrusakan rumah di desa Mandale. Kerusuhan-kerusuhan ”kecil”
tersebut kala itu diredam oleh aparat keamanan Orde Baru, sehingga tak sampai
melebar apalagi berlarut-larut.
Memang, setelah peristiwa 1992 dan 1995, masyarakat kembali hidup secara
wajar. Namun seiring dengan runtuhnya Orde Baru, lengkap dengan lemahnya peran
”aparat keamanan” yang sedang digugat disemua lini melalui berbagai isu, kerusuhan
Poso kembali meletus, bahkan terjadi secara beruntun dan bersifat lebih masif. Awal
kerusuhan terjadi Desember 1998, konflik kedua terjadi April 2000, tidak lama
setelah kerusuhan tahap dua terjadi lagi kerusuhan ketiga di bulan Mei-Juni 2000.
konflik masih terus berlanjut dengan terjadinya kerusuhan keempat pada Juli 2001;
dan kelima pada November 2001. Peristiwa-peristiwa tersebut memperlihatkan
adanya keterkaitan antara satu dengan yang lain. Konflik Poso telah memakan korban
ribuan jiwa serta meninggalkan trauma psikologis yang sulit diukur tersebut, ternyata
hanya disulut dari persoalan-persoalan sepele berupa perkelahian antarpemuda.

11
F. Ancaman Terhadap Integrasi Bangsa
1. Ancaman Dalam Negeri
a. Ancaman Militer Dalam Negeri
Ancaman militer dalam negeri adalah bentuk ancaman yang datangnya
bersumber dari pihak internal atau dari dalam negeri. Bentuk ancaman ini harus
diwaspadai karena bisa muncul kapan saja tanpa ada tanda-tanda, bisa dalam skala
kecil seperti konflik masyarakat biasa, atau dalam skala besar.
Contoh ancaman militer dalam negeri:
• Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis beradasarkan
sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah
terhadap kebijakan pemerintahan pusat.
• Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak
asasi manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu kerusuhan
masal.
• Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain yang ekstrem
atau tidak sesuai kebiasan dari masyarakat Indonesia.
• Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional.

b. Bentuk ancaman dalam negeri ialah sebagai berikut ini :

1. Pemberontakan bersenjata. Contoh sejumlah aksi pemberontakan bersenjata


di Indonesia yang dilakukan oleh gerakan radikal, misalnya Pemberontakan
Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia DI/TII, Pemberontakan
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan
Rakyat  Semesta atau Permesta, Pemberontakan Kahar Muzakar,
Pemberontakan Gerakan 30September atau Partai Komunis Indonesia G-
30S/PKI
2. Perang Saudara, misalnya perang yang terjadi antara kelompok masyarakat
bersenjata dengan kelompok bersenjatan lainnya
3. Aksi teror bersenjata, yang dilakukan oleh jaringan terorisme dalam negara
yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan bangsa
4. Sabotase dari dalam negeri, misalnya merusak instalasi penting militer dan
objek vital nasional yang membahayakan keselamatan bangsa oleh oknum
dalam negeri

12
5. Konflik horizontal, misalnya konflik yang terjadi antara mereka yang
memiliki kedudukan sama atau setingkat dalam organisasi

2. Ancaman Luar Negeri


a. Ancaman Militer
Ancaman militer luar negeri adalah bentuk ancaman yang datangnya bersumber
dari pihak eksternal atau dari luar negeri. Contoh ancaman militer luar negeri:
• Pelanggaran batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
• Pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
• Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.
b. Agresi, misalnya penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Bentuk-
bentuk agresi misalnya ialah invasi, blokade, serangan
c. Pelanggaran wilayah, misalnya pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara
lain, baik yang melakukan kapal maupun pesawat non komersial
d. Spionase, misalnya mencari dan mendapatkan rahasia militer negara lain
e. Sabotase dari luar negeri, misalnya merusak instalasi penting militer dan objek
vital nasional yang membahayakan keselamatan bangsa oleh negara lain
f. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau
yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri yang bereskalasi tinggi
sehingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
kerja

G. Soulusi Penyelesaian Konflik Antar Etnis


Konflik antar etnis di Indonesia harus segera diselesaikan dan harus sudah ada solusi
konkritnya. Dalam bukunya Wirawan dengan judul Konflik dan Menejemen Konflik,
Teori, Aplikasi, dan Penelitian menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan konflik antar
etnis yang ada di sebuah Negara. Pertama, melalui Intervensi pihak ketiga. Dimana
keputusan intervensi pihak ketiga nantinya final dan mengikat. Contoh adalah pengadilan.
Kedua, Mediasi. Mediasi ini adalah cara penyelesaian konflik melalui pihak ketiga juga
yang disebut sebagai mediator. Ketiga, Rokosialisasi. Proses penyelesaian konflik dengan
transormasi sebelum konflik itu terjadi, dimana masyarakat pada saat itu hidup dengan
damai.
Adapun cara lain dalam menyelesaikan konflik yang ada, yakni:

13
1. Konflik Itu Harus di Management Menuju Rekonsiliasi
Konflik memang bukan sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang yang hidup di
dunia ini. Apa lagi konflik yang bernuansa karena perbedaan agama yang dianut dan
pebedaan etnis. Konflik yang demikian itu memang suatu konflik yang sangat serius.
Untuk meredam wajah bahaya dari konflik itu, maka konflik itu harus dimanagement
agar ia berproses ke arah yang positif. Dr. Judo Poerwowidagdo, MA. Dosen Senior
di Universitas Duta Wacana Yogyakarta menyatakan bahwa proses konflik menuju
arah yang positif itu adalah sbb: Dari kondisi yang “Fight” harus diupayakan agar
menuju Flight. Dari kondisi Flight diupaykan lagi agar dapat menciptakan kondisi
yang Flaw. Dari Flaw inilah baru diarahkan menuju kondisi Agreement, terus ke
Rekonsiliasi. Karena itu, masyarakat terutama para pemuka agama dan etnis haruslah
dibekali ilmu Management Konflik setidak-tidaknya untuk tingkat dasar.
2. Merubah Sistem Pemahaman Agama
Konflik yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu
mengajarkan untuk konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah yang
menyebabkan mereka menjadi termotivasi untuk melakukan konflik. Keluhuran
ajaran agama masing-masing hendaknya tidak di retorikakan secara berlebihan.
Retorika yang berlebihan dalam mengajarkan agama kepada umat masing-
masing menyebabkan umat akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk agama
lain. Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai
universal dari ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama mengajarkan
umatnya untuk hidup sabar menghadapi proses kehidupan ini. Menjadi lebih tabah
menghadapi berbagai AGHT (ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan) dalam
menghadapi hidup ini. Rela berkorban demi kepentingan yang lebih mulia. Tidak
mudah putus asa memperjuangkan sesuatu yang benar dan adil. Tidak mudah mabuk
atau lupa diri kalau mencapai sukses.
Orang yang sukses seperti menjadi kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik,
cakep, memiliki suatu power, merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat
menyebabkan orang menjadi mabuk kalau kurang waspada membawa diri. Hal-hal
yang seperti itulah yang sesungguhnya lebih dipentingkan oleh masyarakat bangsa
kita dewasa ini.
3. Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam Kehidupan Beragama.
Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya
mengurangi bentuk perayaan dengan penampilan yang berhura hura. Hal ini sangat

14
mudah juga memancing konflik. Karena umat lain juga dapat terpancing untuk
menunjukan existensi dirinya bahwa ia juga menganut agama yang sangat hebat dan
luhur.
4. Redam Nafsu Distinksi Untuk Menghindari Konflik Etnis.
Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya. Salah
satu nafsu itu ada yang disebut nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini mendorong
seseorang untuk menjadi lebih dari yang lainya. Kalau nafsu ini dikelola dengan baik
justru akan membawa manusia menjadi siap hidup bersaing. Tidak ada kemajuan
tanpa persaingan. Namun, persaingan itu adalah persaingan yang sehat. Persaingan
yang sehat itu adalah persaingan yang berdasarkan noram-norma Agama, norma
Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya. Namun, sering nafsu Distinksi
ini menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis bahwa mereka adalah memiliki
berbagai kelebihan dari etnis yang lainya.
Nafsu Distinksi ini sering membuat orang buta akan berbagai kekuranganya. Hal
inilah banyak orang menjadi bersikap sombong dan exlusive karena merasa memiliki
kelebihan etnisnya. Untuk membangun kebersamaan yang setara, bersaudara dan
merdeka mengembangkkan fungsi, profesi dan posisi, maka dalam hubungan dengan
sesama dalam suatu masyarakat. Dengan demikian semua pihak akan mendapatkan
manfaat dari hubungan sosial tersebut. Di samping mendapatkan sahabat yang
semakin erat, juga mendapatkan tambahan pengalaman positif dari sesama dalam
pergaulan sosial.
Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin tumbuh rasa
persahabatan yang semakin kekal. Kalau kita lihat kekurangannya maka kita akan
terus merasa jauh dengan sesama dalam hubungan sosial tersebut

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang
rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit
tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Kalau konflik etnis itu terjadi terus
terusan dalam sebuah Negara, maka Negara tersebut dapat dikatakan tidak bisa menciptakan
ketentraman dan keamanan dalam negerinya. Maka dari itu masalah konflik etnis perlu
diselesaikan secara cepat oleh pemerintah. Karena selain Negara yang mengalami kerugian,
masyarakat sekitar daerah konflik tersebut pun akan mengalami kerugian pula
 Faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik etnis seperti, kepentingan
yang sama diantara beberapa pihak, perebutan sumber daya, sumber daya yang terbatas,
kategori atau identitas yang berbeda, prasangka atau diskriminasi harus diselesaikan secara
demokratik.
Cara-cara seperti rekonsialisasi dan mediasi harus dikedepankan. Penyelesaian
konflik tanpa kekerasan inilah yang harus dilakukan, agar tidak jatuh banyak korban. Kalau
masalah konflik antar etnis telah bisa diselesaikan dengan baik, Negara dan masyarakatnya
akan hidup tenang, tentram, dan aman. Saling menganggap bahwa satu sama lain yang ada
didalam Negara adalah saudara akan membuat

B. Saran
8. Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat menjadi sadar akan masalah yang
dihadapi. Tidak lagi menjadikan prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme sebagai
api penyulut konflik yang ada. Semoga kita menjadi lebih dewasa dalam bertindak
apalagi menyangkut masalah suku ras dan agama.
9. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah di kemudian hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pandu Wibowo. Konflik antar etnis penyebab dan solusi. Kompasiana. 28 Juni 2014 [dikutip
27 November 2015]. Tersedia
dari :http://www.kompasiana.com/pandu_wibowo/konflik-antar-etnis-penyebab-dan-
solusi_54f6d84fa33311ea608b4a5e
Febrio Valentino.Perang Sampit. Kupasiana. Mei 2013 [dikutip 27 November 2015].
Tersedia dari : http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/05/perang-sampit_2.html
Anhar Wahyu. Perang Suku di Lampung Sebuah Dendam Lama. Personal Website News. 30
Oktober 2012 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari : http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-lampung-sebuah-dendam-lama/
Saatnya yang muda. Sejarah Konflik Poso. Saatnya yang Muda. 28 Januari 2009[dikutip 27
November 2015]. Tersedia
dari : https://saatnyayangmuda.wordpress.com/2009/01/28/sejarah-konflik-poso/
Anne Ahira. Berbagai kasus perang antarsuku di Indonesia dan penyelesaiannya.Tak tau.
Tau untuk berbagi anneahira untuk Indonesia. 28 Juni 2012 [dikutip 27 November
2015]. Tersedia dari : http://www.anneahira.com/perang-antarsuku-di-indonesia.htm

17

Anda mungkin juga menyukai