Anda di halaman 1dari 3

PESISIR PANTAI LAUTAN SAMPAH

(karya : fiza liani)


Perkenalkan nama ku zaira, seorang gadis pesisir pantai yang sekarang sedang menempuh
perkulihan disemester 3 pendidikan bahasa Inggris. Sendari kecil aku sangat suka pada pantai
dan laut, bukan hanya keindahannya yang menghibur mata namun hasil laut juga membuat kami
sekeluarga bisa hidup. Dan panatai di kampungku yaitu kampung ujong lhouk sangatlah indah
lautnya yang biru dan pasirnya yang terhampar luas sangatlah menyejukkan mata, belum lagi
pohon-pohon kelapa yang melambai kekiri dan kekanan saat angin berhembus, seakan segala
beban terasa hilang sejenak saat menikmati keindahan ciptaan tuhan.
Itu adalah gambaran kampungku beberapa tahun lalu. Sekarang, pasir yang dulunya terhampar
indah telah dikotori oleh sampah, laut yang dulunya tempat ikan berenang sekarang malah dihias
oleh plastik-plastik dari orang-orang tak bertanggung jawab. Kejadian ini dimulai beberapa tahun
lalu saat seorang selebgram yang memposting keindahan laut kami ke berbagai mediasosial
miliknya dan menjadi viral. Awalnya semua orang merasa sangat diuntungkan dengan adanya
para wisatawan yang datang ke kampung kami, banyak warga kampung yang dulunya
pengangguran mendapatkan pekerjaan dengan berdagang di area-area yang banyak
pengunjungnya, hal ini sangat membantu perekonomian warga desa kami.
Namun lama-kelamaan keadaan pantai kami yang dulunya indah mulai terlihat sangat kotor
dengan sampah plastik dan bahkan sampah-sampah ini sampai ke tengah laut dan mengganggu
kegiatan para nelayan dalam menangkap ikan, misalnya saja sore ini saat aku ingin berangkat
kuliah bapakku pulang dengan wajah masam dan langsung duduk di kusi depan.
“kenapa pak? Lagi ada masalah?” tanya ibuku yang baru keluar dari rumah saat mendengar
bapak pulang.
“capek buk kalo gini terus, kelaut niat nyaring ikan malah yang nyangkut plastik, jaring bapak
jadi rusak” jawab bapak sambil memperlihatkan nyaringnya yang bolong akibat plastik.
“yang sabar pak, kan ikannya juga ada yang dapat” ibuk masih mencoba menenangkan bapak.
“ya sabar sih sabar buk tapi ini udah jaring ketiga dalam bulan ini loh, kalo gini terus bapak bisa
rugi banyak” bapak masih sangat marah dengan kejadian ini langsung masuk kerumah untuk
mandi.
“zaira pergi dulu ya buk” pamit ku sebelum akhirnya aku berangkat kuliah.
Sampai di kampus aku masih saja kepikiran masalah sampah yang sangat mengganggu sampai-
sampai aku bengong dan tidak mendengarkan saat salah satu temanku memanggil namaku.
“zaira!” panggil Ana salah satu kawan dekat ku sambil menepuk pundak ku.
“kenapasih kok kamu bengong terus? Dari tadi loh aku panggil”
“maaf Ana aku beneran ga denger, ini aku lagi mikirin masalah jaring bapak ku yang rusak karna
sampah, aku agak khawatir kalo sampah di pantai dan laut ini semakin banyak mungkin ini akan
jadi bencana nantinya” jawab ku memberi penjelasan pada Ana.
“eh aku tadi baru aja denger dari kakakku kalo di kampus kita ada gerakan bebas sampah, disana
mereka mengedukasi masyarakat untuk menjaga lingkungan dari sampah dan bahkan mereka
ikut dalam gotong royong membersihkan lingkungan bersama masyarakat, gimana kalo kita
gabung aja dan coba ceritakan masalah kamu ke mereka, kebetulan kakakku anggota disana ”
Ana memberi saran yang membuat aku merasa ini mungkin jawabannya.
“boleh banget Ana, gimana kalo abis kelas kita langsung daftar aja” aku dengan menggebu
mengajak Ana untuk langsung bergabung dan dijawab dengan anggukan oleh Ana.
Setelah kelas sore itu selesai kami pun menuju ke tempat dimana biasanya anggota gerakan
bebas sampah itu berada, hari itu kami langsung melakukan pendaftaran untuk bergabung
dengan organisasi tersebut, beberapa hari kemudian setelah kami berdua menjadi anggota disana
aku bertemu dengan kak Nisa kakaknya Ana dan bercerita tentang bagaimana keadaan
kampungku saat ini, kak Nisa ikut prihatin dan berjanji akan menceritakan hal ini ke ketua
organisasi dan semoga saja ada solusi untuk permasalahan ini.
Beberapa minggu kemudian kami melakukan pertemuan dengan para anggota gerakan bebas
sampah lainnya dan tiba-tiba saja ketua organisasi tersebut menyebutkan namaku dan mulai
menceritakan cerita yang aku ceritakan pada kak Nisa.
“nah jadi untuk mencari solusi dari permasalahan ini pertama-tama kita harus lihat terlebih
dahulu bagaimana keadaan disana, kemudian mungkin nanti kita akan berusaha untuk berdiskusi
dan meminta kerjasama dari masyarakat disana agar bisa mencari solusi bersama. Jadi, kapan
kami bisa kesana zaira?” tanya ketua organisasi pada ku.
“mungkin pada jum`at ini saja bang karna biasanya pada hari jum`at tidak terlalu banyak
pengunjung” jawab ku.
“baik sudah diputuskan jum`at ini kita akan ke kampungnya zaira untuk melihat keadaan disana”
Tak lama kemudian rapat pun selesai dan kamipun pulang, awalnya dari kejauhan aku agak
heran kenapa ada begitu banyak orang disekitar rumah ku, saat aku semakin dekat ternyata di
dalam rumah juga telah diisi oleh banyak orang dan samar-samar aku mendengar beberapa orang
menangis tersedu-sedu.
“ini kenapa paman?” tanya aku pada adik pabak ku yang kebetulan berada diluar rumah saat itu.
Dengan mata berkaca-kaca dan suara yang tertahan paman berkata.
“bapak udah gak ada zaira, bapak udah meninggal” hartiku langsung hancur air mata ku menetes
dengan sendirinya, seakan bisu aku tidak bisa berkata-kata namun hatiku terus bertanya kenapa?
Kenapa? kakiku lemas dan aku langsung terduduk saat itu, orang-orang mulai menghampiriku
dengan beribu kata-kata menguatkan dan mulai menuntun aku untuk berjalan masuk kerumah .
Saat aku ada di ambang pintu aku melihat ibuk yang terduduk lemas dengan mata sembab
menangisi bapak yang sudah tertutup kain.
“BAPAK...........”aku langsung berlari sambil berteriak lalu tersungkur dikaki bapak. Orang-
orang juga ikut menangis bersamaku saat itu.
“udah nak... yang sabar iklaskan bapak pergi nak kasian bapak” orang-orang berusaha
menenagkan aku yang mulai tidak bisa bernafas karna menangis.
Pemakaman bapak pun berjalan dengan lancar saudara dan teman-teman ku pun ikut hadir untuk
menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya bapakku. Setelah pemakaman, aku baru tau
bahwa bapak meninggal karna tenggelam saat menangkap ikan. Awalnya bapak menyelam untuk
melepaskan jaringnya yang tersakut namun setelah beberapa saat bapak tidak juga muncul
kepermukaan hingga beberapa nelayan lainnya merasa curiga dan saat dicari bapak ditemukan
sudah tidak bernyawa tidak jauh dari tempat nyaringnya berada. Dan saat beberapa pemuda
kampungku mengambil jaring itu akhirnya diketahui bahwa jaring itu tersangkut karna adanya
sampah plastik yang membuat jaring terikat dengan batu karang. Dan ketakutanku menjadi nyata
sampah-sampah itu membawa bencana yang lebih besar, tidak hanya merusak nyaring namun
kini sampah-sampah itu telah merenggut nyawa.
Selang beberapa minggu akhirnya tim dari gerakan bebas sampah pun datang ke kampung ku
mereka sempat ku ajak untuk berkeliling untuk melihat-lihat keadaan dan kemudian kami juga
ikut dalam rapat warga kampung yang membahas tentang sampah ini. Sempat terjadi perdebatan
antara para nelayan dan pedagang dimana para pedagang tidak setuju usulan dari nelayan untuk
melarang para wisatawan untuk datang lagi. Akhirnya setelah beberapa jam berdidkusi para
mahasiswa dari gerakan bebas sampah memberikan beberapa usulan, dimana setiap minggu akan
diadakan gotong royong untuk membersihkan pantai dan akan dibuat peraturan setiap sampah
yang dibuang secara sembarangan maka harus dibayar sebesar 200rupiah, dan akan dibuat
tempat sampah disetiap daerah yang memang dipadati oleh pengunjung, dan sebisa mungkin
sampah-sampah ini akan didaur ulang menjadi kerajinan tangan.
Sudah lima bulan sejak peraturan tersebut dijalankan dan para mahasiswa dari gerakan bebas
sampah masih sering datang kesini untuk mengecek keadaan kami dan alhamdulillah sekarang
keadaan pantai dan laut kami lebih terjaga, setiap minggu kami masih melakukan gotong royong
membersihakan pantai dan bahkan sekarang sudah ada beberapa tempat yang menjual berbagai
kerajinan tangan yang terbuat dari limbah plastik yang diajarkan oleh para mahasiswa pada para
warga kampung disini. Walau bapak sudah tidak ada namun aku masih bersyukur untuk keadaan
lingkungan yang lebih baik ini. Mungkin satu sampah terlihat remeh dimatamu namun
bagaimana jika ternyata satu sampah itu merenggut nyawa seseorang? Oleh karna itu kita harus
mulai untuk menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari diri kita sendiri, tanamkan pada diri
kita minimal sampah saya saya yang buang pada tempatnya, ini semua dimulai dari kita dan
pastinya untuk kita.

Anda mungkin juga menyukai