Tanpa menunggu lama, seorang dosen telah tiba. Awal kalimat yang
diucapkan ialah salam.
“Assalamualaikum saudara-saudara”, ujarnya penuh semangat.
“Sudah pada sarapan belum?” tanya pak dosen dengan senyum ramahnya.
“belum pak” serentak teman-teman kompak menjawab pertanyaan yang satu ini.
“Kalo bahas sampah gimana, mbak? Aku kadang risih liat ada sampah di sini.
Aku pengen tau apa sih respon dari dekanat mengenai ini? Juga kan kalo hari libur
sampah daun-daun kering itu sangat berserakan” jelasku.
“Kalau hari libur petugas kebersihan juga libur, jadi memang kotor banget. Kalo
sampah-sampah ini kan bisa dibersihkan sama orang yang akan menempati meja
itu.” Katanya menerangkan.
“Apa gaada yang bisa dilakukan ya mbak. Misal ketika libur hari sabtu dan
minggu petugas kebersihan tetep masuk tapi ada uang tambahan gitu. Kan banyak
mahasiswa yang melakukan kegiatan di kampus meski sedang hari libur.”
Tanyaku singkat.
“Kalo itusih gatau. Tapi, menurutku isu ini gaperlu ditulis.” Katanya.
Aku tak tahu seperti apa mukaku kala itu, yang jelas aku kecewa. Meski hanya
daun kering itu sangat bisa merusak pemandangan yang ada di sini. Kami
melanjutkan perbincangan dengan topik lain. Dengan tak semangat aku hanya bisa
mendengar apa yang mereka ungkapkan. Pikiranku jauh melayang meninggalkan
ragaku sendirian.
“Ora enek ki” kataku sambil membuka kembali isi tasku. Setelah itu kuraba
kantong dicelanaku. Ternyata disana kontakku bersembunyi. Dengan sedikit
tertawa aku memandang teman-teman sambil mengangkat kunci sepeda motor
yang sedang kucari.
“Yowes, aku tak muleh sek” ungkapku dengan senang karena kontakku telah
ditemukan.
“Sek sek ojok balik sek. Enek seng ape tak obrolno” sekarang orang yang berbeda
yang mengeluarkan kata-kata. Dengan mukanya yang serius aku sedikit heran dan
penasaran apa yang akan dikatakan. Akhirnya kuputuskan untuk kembali duduk di
dalam sekret.
“Enek renovasi lapangan karo panggung terbuka, jarene sih bakalan enek
renovasi sekret misan” kulihat mukanya cukup senang akan berita yang baru saja
ia sampaikan.
“Ealah yowis, syukur lek fakultase adewe dadi tambah apik mengarepe. Aku tak
balik sek soale wes dienteni. Sesok ae lek arepan ngobrol-ngobrol.” Kataku
sambil berdiri dan menyalami teman-teman. Tak lupa kuucapakan salam sebelum
meninggalkan sekret. Saat melintas ke lapangan dekat kantin memang benar ada
beberapa tukang yang siap merenovasi lapangan. Kulihat juga panggung terbuka
sudah mulai dicat. Mendengar kabar tadi aku cukup senang. Aku berharap
keindahan akan bertambah. Sesampainya di rumah aku melempar tubuhku ke
tempat tidur. Aku lelah hingga aku terlelap.
“wong dino sabtu kok sek nang kampus wae? Enek jam pengganti ta?” tanya
ibuku
“loh iyo aku lali saiki dino sabtu, takiro jumat. Tapi rapopo buk, aku arep nyang
sekret soale enek seng kudu tak marekno” kataku menjelaskan
“yowis atia-ati, lek mari langsungo balik” kata ibu, kujawab dengan anggukan
lalu ibu perlahan meninggalkan kamarku.
“Ojo lali sarapan sek sak urunge budal” suara ibu terdengar sangat keras
ditelingaku.